Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

12 September, 2007

Perda DKI Yang Melarang Pengemis

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Di koran ada berita tentang Perda DKI yang baru, yang melarang orang mengemis (dan ada beberapa larangan yang lain). Perda ini ada manfaatnya kalau sudah ada cara untuk tangani pengemis tersebut. Kalau sudah ada program sosial yang bisa memberikan bantuan kepada mereka, lalu ada perda ini, tidak apa apa.

Di Australia dilarang mengemis dan tidak ada pengemis di jalan sama sekali. Tetapi itu karena sudah ada program sosial dan banyak LSM serta organisasi masyarakat (seperti kelompok dari gereja) yang menawarkan bantuan kepada semua orang yang membutuhkannya. (Penduduk hanya 20jt, jadi yang perlu bantuan hanya puluhan ribu orang dan bukan jutaan seperti di sini.)

Orang bisa mendapat uang dari pemerintah karena pengangguran, ibu/bapak tunggal, mahasiswa, siswa, miskin biasa, cacat fisik, pensiun, buta, dan sebagainya.

Di sini belum ada semua itu.

Jadi tidak wajar dan juga tidak manusiawi kalau pengemis dilarang sebelum ada usaha dari pemerintah untuk membantu mereka.

Umpamaan: pemerintah mengatakan bahwa sistem “sprinkler” di dalam gedung dan rumah lebih efektif dan irit air kalau terjadi kebakaran. Lalu Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) langsung juga dibubarkan dan truk-truknya dijual.

Yang menjadi pertanyaan bukan apakah benar kalau sistem “sprinkler” lebih baik, tetapi apakah benar bahwa semua gedung dan rumah swasta sudah punya sistem ini sebagai penggantinya “sistem DPK”? Kalau jawabannya adalah “belum”, tetapi DPK sudah dibubarkan, bukannya akan terjadi bencana besar di suatu wilayah yang kena kebakaran?

Dengan pengemis, kita tidak akan bisa melihat “kebakaran” yang terjadi sebagai hasil dari perda tersebut. Tetapi jangan heran kalau jumlah orang yang bunuh diri mengingkat. Lalu perceraian. Lalu tindakan kriminal, seperti pencurian dan perampokan. Kalau anak jalanan tidak boleh minta uang, bagaimana kalau mereka semua menjadi pencopet? Siapa yang akan bertanggung-jawab terhadap nasib mereka? Lalu sang Gubenur dan DPRD akan menyatakan “Tidak ada hubungan dengan kebijakan kita!”

Kalau terjadi kebakaran, dan DPK tidak ada (karena sudah dibubarkan), langsung kelihatan efeknya, dan masyarakat akan sadar sendiri bahwa perda dari pemda ini salah 100% karena sudah jelas bahwa pemda tidak peduli pada rakyat. Yang jelas, anggota DPRD dan Gubenur yang menyetujui perda ini akan pulang ke rumah masing-masing, makan seenaknya, mandi dengan air bersih, ganti baju dengan baju yang bersih, menikmati kehidupan yang indah bersama keluarganya di dalam rumah yang nyaman, dan kemudian tidur di kasur yang empuk di dalam kamar yang ber-AC. Bagaimana mereka bisa mengatakan bahwa mereka berjuang untuk kepentingan rakyat, padahal mereka tidak tahu rasa kemiskanan (atau sudah lupa kalau pernah dirasakan).

Apakah kalau semua pengemis menjadi pencuri, kehidupan di Jakarta akan menjadi lebih “indah”?

Sayang tidak ada pejabat atau DPRD di sini yang benar-benar peduli pada rakyat.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

4 comments:

  1. bagaimana anda bisa mengatakan klo pemeintah belum berbuat apa2...

    tolong lebih dilihat lagi lingkungan sekitar. dan tolong lebih dicermati alasan apa yg membuat orang miskin mengemis,,,

    mulai luruhny akesabaran dan usaha serta kurangnya mendengar nasihat dari ulama yg membuat manusia putus asa hingga dengan mudah menengadahkan tangan pada orang lain

    ReplyDelete
  2. faktanya: pengemis yang beredar di jakarta, adalah pengemis musiman, datang dari luar kota demi mengais rezeki dari kebaikan orang2 yang mau beramal, saking keenakannya malah sebagian besar bahkan ada 1 desa yang semua warganya berprofesi jadi pengemis??!!

    -Mengemis dengan cara menipu, berpura2 cacat, dengan tampang memelas dll, banyak cara yang mereka lakukan demi mendapatkan uang tanpa harus kerja keras, karena keenakan malah jadi kebiasaan..,
    -Kalau om gene atau siapapun yang pernah ke tangerang, pasti banyak menemukan pengemis dengan kondisi yang memprihatinkan, lepra, kusta, yang duduk di trotoar, ditengah hari yang panas, dan semua itu sudah ada yang mengkoordinir.., sudah rahasia umum. Banyak oknum2 yang memanfaatkan mereka kaum papa untuk mencari uang..., mungkin ini yang menjadi alasan Pemda DKI mengeluarkan perda yang kontroversi.
    Tempat pembinaan, seperti panti sosial sudah ada, selesai dibina, balik lagi ke lingkungannya, balik lagi ke profesinya..mengemis. Hanya sebagian kecil yang benar2 beralih profesi.

    Niat orang2 yang beramal sudah baik,tapi karena ulah2 oknum seperti ini, yang akhirnya tidak kena sasaran kita sedekah, walau amal urusan kita sama Alloh,
    Jadi muncul banyak kecurigaan: bener ga ya..dia pengemis..atau cuma pura-pura...,

    Lebih mengefektivkan badan2 amilzakat, mempermudah aksesnya..saya rasa solusinya itu sudah ada,tinggal jalannya aja gimana badan2 sosial itu bergerak...

    Agar mengemis itu tidak jadi 'kebiasaan' dan kemiskinan benar2 bisa direntaskan...,

    ReplyDelete
  3. saya juga byk menelusuri berita investigasai tentang dunia pengemis,,,dan rata2 dari mereka adalh orang kaya dan bermobil,,,bknnya tidak ikhlas dalam memberi,,,lebihkan memberi kepada yang benar-benar membutuhkan dari pada kepada orang yang malas mencari kerja padahal keadaan ekonomi dan fisiknya mampu.

    bang gene,,,saya setuju dengan pendapat anda mengenai kemungkinan bahwa para pengemis itu bisa jadi pencuri atau pencopet,,,itu memang mengkhawatirkan tapi pemerintah kita juga tidak lepas tangan begitu saja,,,pasti memberi tindakan.

    ReplyDelete
  4. percaya gak kalo pengemis penghasilannya minimal kurang lebih 100rb per hari???

    memang siy dari sisi kemanusiaan kita suka gak tega dan kasihan tiap melihat ada peminta2.. termasuk saya... apalagi kalo peminta2 tersebut anak2, orang tua atau orang cacat...

    tapi saya jg suka geram dgn ibu2 yg memanfaatkan anak2nya bahkan masih bayi untuk meminta belas kasihan org sementara dia sendiri enak2an duduk di pojokan jalan...

    belum lagi ada yg mengkoordinir dgn memanfaatkan anak2... uang hasil mengemis disetor, paling banyak mgkn mereka cuma dapat 50%nya...

    salah satu solusinya adalah program pengentasan kemiskinan dan ini gak gampang karena masalahnya sangat kompleks menyangkut urbanisasi, ketenagakerjaan, pendidikan.. dan program ini selalu menjadi salah satu prioritas pembangunan dari pemerintah.. hanya mungkin saja belum efektif dan pelaksanaannya masih kurang optimal... ini tantangan buat pemerintah..

    Selain itu, mental masyarakat kita juga harus dibina agar tidak jadi bangsa peminta2... dan ini harus dimulai sejak usia dini..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...