Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

20 February, 2008

Kemiskinan Merusak Pembentukan Otak Balita


American Association for the Advancement of Science pada minggu lalu mengumumkan hasil riset yang membuktikan bahwa kemiskinan merusak pembentukan sel-sel di dalam otak balita. Para neuroscientist (ahli syaraf otak) mengatakan bahwa anak yang dibesarkan di dalam keluarga yang sangat miskin mengalami tingkat hormon stres yang sangat tinggi, dan hormon inilah yang mencegah pembentukan koneksi sel-sel di dalam otak. Efek ini ditambah lagi dengan kekurangan gizi dan toksin-toksin (zat-zat beracun) di dalam lingkungannya yang tidak bersih itu.

Beberapa studi yang dilakukan oleh universitas di AS menunjukkan bahwa kerusakan berat pada otak balita dari keluarga yang miskin terjadi di antara umur 6 bulan sampai dengan tiga tahun. Martha Farah, director Centre For Cognitive Neuroscience di University of Pennsylvania, mengatakan, “Efek terbesar terjadi pada kemampuan berbahasa dan daya ingat”.

Sedangkan Jack Shonkoff, director Centre On The Developing Child di Harvard University, mengatakan, “dasar-dasar dari semua masalah sosial yang nampak di masa dewasa berasal dari masa kecil. Makin cepat dilakukan intervensi untuk mencegah efek kemiskinan, makin baik karena otak kehilangan sifat elastis dengan bertambahnya umur anak.”

Kata Prof Shonkoff, hormon stres ternyata lebih tinggi di dalam badan anak dari keluarga yang miskin daripada anak dari keluarga yang statusnya menengah ke atas. Tingkat hormon ini dalam kadar yang sangat tinggi terbukti mengganggu koneksi synapsis di antara sel-sel otak yang sedang berkembang, dan bahkan bisa mengganggu peredaran darah di dalam otak. Secara nyata, hormon ini merusak pembentukan otak, katanya.

Hasil yang buruk ini bisa dikurangi bila orang tua diberikan bantuan untuk belajar skil komunikasi dengan anaknya, dan juga dilatih untuk mengontrol perbuatan buruk anaknya dengan cara yang baik. Setelah sekelompok orang tua mengikuti latihan, ternyata tingkat hormon stres yang merusak otak itu menurun secara drastis di dalam badan anaknya. Brain-scan terhadap otak anak juga menunjukkan ada perbaikan. Dengan demikian, anak yang diduga kuat akan gagal di sekolah bisa dibantu bila orang tuanya diberikan latihan khusus.

Tetapi Prof Shonkoff menegaskan, satu-satunya cara untuk menghilangkan kerusakan yang terjadi pada otak anak sebagai efek samping dari kemiskinan adalah dengan cara memberantaskan kemiskinan.

Read the full article here:

Poverty mars formation of infant brains

By Clive Cookson in Boston

Published: February 16 2008

The Financial Times Limited 2008

1 comment:

  1. kunjungi blog kami yaa di

    klhs-ppsdal-unpad.blogspot.com

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...