Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

16 December, 2008

Korban Kekerasan Guru, Pindah Sekolah

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Saya tidak bisa paham berita ini. Kalau benar terjadi seperti yang diberitakan (baru sekilas saja yang dilaporkan) anak yang menjadi korban kekerasan di tangan guru di SDN 05 Pondokbambu malah dibujuk untuk pindah sekolah.
Kenapa bukan guru yang dikeluarkan dan diberhentikan dari pekerjaannya sebagai guru? Minimal guru itu bisa diwajibkan cuti dulu (suspension), dan dilarang masuk sekolah sebelum kasus ini diselediki.
Kenapa si anak yang menjadi korban yang harus tinggalkan semua temannya dan lingkungan sekolah yang dia kenal?

Kalau anak tersebut merasa trauma dan mau pindah, oke, setuju, karena itu hak dia. Tetapi ternyata, pemindahan tersebut dipaksakan kepada anak itu sebagai “solusi” dari Kantor Suku Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Timur.
Hebat!
Korban yang “diusir”.

Saya juga tidak bisa paham sama sekali ada seorang perempuan yang sanggup memukul seorang anak kecil di muka, sehingga dua gigi rontok, hanya gara-gara “TIDAK LANCAR MEMBACA PELAJARAN BAHASA INDONESIA”.
Sungguh tidak masuk akal. Sudah berapa lama ibu ini menjadi “guru”? Berapa banyak anak yang pernah “diajar” oleh dia?
Kalau ada anak yang menjadi korban kekerasan seperti ini, saya sangat yakin bahwa ini bukan kasus yang pertama yang terjadi (dengan guru yang sama), tetapi hanya kasus pertama yang berhasil masuk berita karena ada laporan polisi.

Apakah tidak ada yang bersedia melindungi anak sekolah di bangsa ini?

Bagaimana dengan nasib ribuan anak lain di kota ini, atau ratusan ribu (atau jutaan?) anak sekolah yang lain di bangsa ini yang juga menjadi korban kekerasan di sekolah (ataupun di rumah) dan tidak ada yang berusaha untuk melindungi mereka?
Mau jadi apa bangsa ini kalau anak kecil yang beriman kepada Allah tidak bisa berkembang dengan selamat di rumah dan di sekolah?

Buat apa kita punya pemerintah kalau anak kecil menjadi korban terus dan tidak ada yang membantunya?
Kapan anak bangsa bisa mendapatkan pemerintah yang layak, yang lebih peduli pada nasib anak bangsa?

Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

########

Korban Kekerasan Guru, Pindah Sekolah
Selasa, 16 Desember 2008 | 1:56 WIB

JAKARTA | SURYA Online - Slamet Ramadhani (8), murid kelas 3 SDN Pondokbambu 05 Petang, Jakarta Timur, yang dilaporkan menjadi korban kekerasan guru, dipindah ke SDN Pondokbambu 01 Pagi. Dalam penyelidikan kasus penganiayaan itu, dua murid teman sekelas Slamet sudah dimintai keterangan oleh polisi.

Jumadi (34), kakak Slamet, mengatakan, adiknya tidak lagi bersekolah di SDN 05. “Sabtu kemarin, guru SD 01 datang ke rumah dan menawarkan agar adik saya pindah ke SDN 01,” ucap Jumadi saat dihubungi melalui telepon, Senin (15/12).

Setelah dibujuk, Slamet mau pindah. Senin ini anak bungsu dari delapan bersaudara itu bersekolah di SDN Pondokbambu 01. Tapi, Slamet masih trauma dan takut jika bertemu Ny Pilem Surbakti, guru yang menganiaya hingga giginya rontok.

Seperti diberitakan (Warta Kota, 13/12), Pilem Surbakti, guru kelas 3 SDN Pondokbambu 05 Petang, dilaporkan ke polisi karena menganiaya Slamet hingga dua buah gigi atas patah dan bibir bawah sobek. Slamet dianiaya karena tidak lancar membaca pelajaran bahasa Indonesia.

“Tadi pagi dia diantar ke sekolah, tapi pulang bareng temannya. Adik saya sudah senang lagi karena bisa sekolah. Lagi pula dia sudah kenal dengan beberapa teman kelas 3 SD 01, jadi nggak terlalu masalah,” ucap Jumadi.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsektro Durensawit Iptu Jumadi mengatakan, polisi belum memanggil Pilem Surbakti karena harus mencari saksi dan mengumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu. Sampai saat ini polisi baru memeriksa dua orang saksi. Keduanya adalah teman sekelas Slamet. Kemungkinan jumlah saksi akan terus bertambah. “Sebentar lagi dia (maksudnya Pilem Surbakti—Red) akan segera kami panggil,” ucap Jumadi.

Kasus penganiayaan yang dilakukan Pilem kepada anak didiknya juga menjadi pembicaraan Kantor Suku Dinas Pendidikan Dasar (Sudin Dikdas) Jakarta Timur. “Ya saya sudah mendengar berita itu,” ucap Zaenal Soleman, Kepala Sudin Dikdas Jaktim. Dinas Dikdas DKI juga telah menurunkan tim khusus untuk mengusut kasus itu.

Proses pemindahan Slamet ke SDN Pondokbambu 01 merupakan salah satu langkah yang dilakukan Sudin Dikdas Jakarta Timur. Pihak Sudin Dikdas Jaktim kini masih menunggu hasil penyelidikan Tim Bina Aparatur Pegawai Dinas Dikdas DKI. Hasil penyelidikan ini akan menentukan sanksi apa yang akan dijatuhkan kepada buat Pilem Surbakti.

“Kasus ini menyangkut tentang kedisiplinan pegawai. Kalau memang terbukti bersalah dan hasil penyelidikan tim memang dia (maksudnya Pilem Surbakti—Red) tidak layak lagi jadi guru, ya bisa saja diberhentikan,” tandas Zaenal.

Pilem Surbakt yang didampingi Trimo, Kepala SDN Pondokbambu 01 Pagi yang juga sebagai pelaksana harian Kepala SDN Pondokbambu 05 Petang, dan beberapa guru lainnya, membantah semua tudingan itu. warkot/ded

Sumber: Surya.co.id

3 comments:

  1. Kalau membaca artikel2 tentang kekerasan guru jadi teringat waktu sekolah dulu karena saya sendiri pernah mengalaminya..

    Kebetulan waktu SD saya bersekolah di SD swasta milik persatuan isteri tentara. SD ini termasuk salah satu SD terbaik di daerah saya, terutama dalam hal kedisiplinan. Kualitas guru dan sistem pendidikannya menurut saya cukup bagus, hanya gurunya terlalu 'galak2' apalagi kalau sudah memberi hukuman.. (memang tidak semua guru sih, tapi sebagian besar)..

    Kelas 2 SD saja saya sudah menjadi langganan dicubit karena sering telat masuk kelas kalau jam istirahat sudah habis..

    Kelas 4 betis saya pernah dipukul pakai penggaris kayu sampai berbekas merah dan sakitnya minta maaf.. padahal kesalahan saya hanya pas jam pelajaran dan pas guru keluar sebentar saya bercanda dengan temen, eh pas guru masuk ketahuan langsung deh kita berdua di suruh ke depan dan dipukul.. kalau ingat jangan sampai deh nanti anak2 saya mengalaminya..

    Kelas 6 saya pernah disuruh me-lap jendela kelas ketika jam pelajaran gara2 tidak mengerjakan PR, aduh malunya minta ampun, mana gak ikut kelas lagi (kalau ini kayaknya memang salah saya sih he..he..)

    Terus kelas 2 SMP, dasar nasib masuk ke kelas paling bandel dan ribut banget.. Memang sih anak2 cowok di kelas bandelnya sudah kelewatan sampai guru2 banyak yang nyerah gak bisa mengatasinnya.. ada yg mogok gak ngajar, ada yg sampai nangis pokoknya "danger class deh".. kita tuh sampai jadi langganan dijemur dan jadi tontonan kelas lain..

    Jadi pernah, mungkin saking sudah gak kuat menahan emosi guru Fisika menghukum kita semua yaitu dijemur hampir seharian.. pas akan dibubarkan kita disabetin satu-satu pakai 1 buah lidi (rasanya maknyus.. pedes2 gimana gitu).. tapi lucunya tuh guru sesudah nyabetin kita sambil ngomel2 nyabetin kakinya sendiri berkali2.. udah stress kali ya menghadapi kita.. Tapi kalau diingat lucu juga... Itulah kenakalan anak2 ABG bener2 susah diatur...

    Ada lagi, teman saya hanya karena berbisik2 ketika guru sedang menerangkan eh tanpa ba-bi-bu tuh guru melempar teman saya dengan buku2 tebal yang ada di mejanya.. kita semua sampai kaget dan shock melihatnya..

    Memang sudah seharusnya seorang guru harus bersikap tegas, namun main fisik dan cara kekerasan apapun bukanlah cara atau solusi yang baik untuk membuat efek jera atau mendidik...

    Sebagai seorang pendidik, bukan hanya mengajar secara akademis saja namun juga mendidik akhlak/moral/attittude. Untuk itu, sudah sepantasnyalah seorang guru memberikan contoh2 yang baik. Apalagi kalau seorang muslim, harusnya menjadikan Rasulullah sebagai panutan..

    Hope, gak ada lagi deh mendidik dengan cara kekerasan.. Bukan hanya untuk guru, namun juga untuk orang tua..

    Peace!!

    ReplyDelete
  2. miris membacanya ! anak saya juga menjadi korban kekerasan oleh oknum gurunya karena nilai ulangannya jelek dan hasil ulangan tersebut diberikan dengan cara diremas2 dan dilemparkan ke anak saya. kejadian itu berlangsung ketika anak saya baru masuk skolah kelas 1 sekitar 2 bulan. Saya kemudian mendatangi guru tersebut dan emnanyakan kejadian pelemparan kertas ulangan. dan ajwab sang oknum guru adalah "MEMBERI PELAJARAN" supaya anak saya menjawab soal tidak salah2. Lhaaaaa namanya belajar wajar kalo salah buuuuuuuu.....! Kejadian yg paling parah adalah seorang anak bernama KEVIN (teman anak saya) dilempar pake sepatunya bu guru gara2 banyak bercanda !!! alhasil kejadian tersebut membuat kita para ortu murid (8 org) mendatangi kepsek untuk melaporkan kejadian tersebut. oknum guru berubah hanya beberapa saat kembali anak2 menjadi korban ada yg dijambak rambutnya, di sentil mulutnya, dikatai anjing dan monyet dan anak saya kembali menjadi korban dicubit perutnya sampai ungu !!!! astagfirullah....Saat ini saya mencari satu komunitas/ kelompok yg menangani anti kekerasan di dalam kelas oleh oknum guru. Saya amat sangat tidak setuju kalo kekerasan dijadikan solusi dalam mendisiplinkan anak di dalam kelas. Kelas harus menadi tempat yg aman dan nyaman untuk belajar bukan tempat penganiayaan anak2 ! semoga Allah memberikan 'hukuman' untuk org2 yg mengedepankan kekerasan...!

    ReplyDelete
  3. Ya, Bu Lusy. Memang begitu kondisi bangsa ini. Seharusnya dari dulu prioritas Diknas adalah melakuan pelatihan bagi para guru. Ternyata, mereka hanya fokus pada sertifikasi, yang hanya digunakan guru untuk dapat kenaikan gaji, tanpa peduli pada ilmu yang mesti digarap.
    Kalau tidak ada tindakan serius untuk melatih semua guru di bangsa ini, masa depan bangsa akan tetap buruk dan kurang dari semestinya.
    Dari tahun kemarin saya membuat proposal untuk program pelatihan guru online, yang akan membagikan bahan secara gratis. Sampai dengan sekarang saya masih belum dapat organisasi yang mau mendanainya. Padahal saya merasa yakin bahwa insya Allah itu akan menjadi solusi untuk sebagian dari masalah yang ada.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...