Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

03 February, 2009

Kita Bisa Percaya Pada Berita Dan Info Yang Mana?

Assalamu’alaikum wr.wb., 

      Saya merasa agak sedih dengan sikap sebagian teman-teman yang automatis menolak semua berita yang tidak memberikan kesan baik tentang sebagian orang Islam, terutama kalau berita itu dari barat. Saya tidak mau berdebat panjang lebar tentang ini karena akan makan terlalu banyak waktu. Sebagai seorang guru, saya hanya bisa menyampaikan yang saya pahami dan berharap murid saya (atau teman2 saya) bisa dapat wawasan yang lebih luas, dan ilmu yang belum dimiliki sebelumnya. Kalau murid saya menolak terima ilmu atau informasi yang tidak disenangi, saya tidak bisa paksakan mereka untuk terima. 
      Sudah bertahun2 saya melihat banyak berita dan informasi dari berbagai sumber seperti sudah saya jelaskan sebelum ini. Sebelum dan sesudah saya masuk Islam, informasi tersebut kelihatan sama dan tidak berubah (dari belasan sampai puluhan tahun yang lalu). Saya baca2 online setiap hari dan saya dapatkan info dari puluhan s/d ratusan sumber dalam bahasa Inggris. Tetapi yang kelihatan adalah informasi dari sumber yang bervariasi tetap sama (kurang lebih). Sebagai orang yang insya Allah berpendidikan tinggi, saya dilatih untuk tidak percaya begitu saja pada satu sumber berita/informasi. Perlu dilakukan proses cek dan recek. Wartawan profesional dari manca negara dapat latihan yang sama.
      Memang benar bahwa berita bisa direkayasa, dan itu satu bagian dari perang psikologis (psychological warfare). Tetapi kalau propaganda itu mau digunakan, justru perlu dikontrol dan bisa terbongkar dengan cepat kalau situasi terbuka untuk menghasilkan berbagai sumber informasi yang bisa digunakan untuk melakukan cek dan recek (di luar kontrol kaum yang melakukan propaganda). 
     Hal itu kelihatan sekali pada Perang Iraq dan Perang Gaza kemarin di mana wartawan internasional dilarang masuk wilayah perang. Itu jelas2 usaha untuk mensensor berita dan semua orang yang bijaksana juga tahu. 
Jadi, kalau ada informasi yang berasal dari suatu sumber, dari kantor berita barat, saya merasa sedih kalau beberapa teman di sini langsung menolak dengan alasan tidak suka dan berasal dari barat = pasti rekayasa dan tidak benar. Kalau berita itu hanya dari satu sumber saja dan tidak bisa dicek, memang bisa merupakan rekayasa (psy-warfare). Tetapi selama ini, saya sering lihat info dari kantor berita seperti Reuters, BBC, AP, dll. di mana mereka menyatakan secara terang bahwa mereka sudah berusaha untuk dapat konfirmasi tentang berita X dari lain sumber, tetapi tidak bisa. Jadi kita diberitahu bahwa berita X itu hanya dari satu sumber saja, dan karena itu ada kemungkinan tidak benar. Berarti mereka sendiri yang memberitahu pembaca kalau tidak bisa dapat verifikasi atas berita tersebut. 
     Tetapi kalau sumber info banyak (bukan satu saja), bisa dicek ulang, dan info dianggap kredible, kenapa harus ditolak secara automatis hanya karena kita tidak suka dan berasal dari barat? Justru orang yang bijaksana tidak mau begitu karena dengan demikian dia akan tertutup pada kebenaran, dan dia akan samakan “kebenaran” dengan apa yang dia senangi dan semua yang tidak disenangi dianggap palsu.
     Saya pernah menulis sebuah post yang mengritik sekolah swasta Islam (ada di blog), dan setelah itu saya dapat beberapa email yang mengatakan saya pasti bukan orang Islam karena tidak mungkin orang Islam akan mengritik sekolah swasta Islam! Setelah ceramah di masjid dan mengritik perbuatan sebagian orang Islam, saya dapat tuduhan bahwa saya seorang agen CIA atau ASIO karena tidak mungkin seorang Muslim akan mengritik Muslim yang lain. Ada juga komentar dari teman (saat kita membahas berbagai berita) “Orang Muslim tidak akan melakukan itu!” Jadi semua berita yang tidak disenangi langsung ditolak dengan penjelasan orang Muslim tidak mungkin begitu. 
     Kalau misalnya ada yang bercerita tentang Yvonne Ridley (yang masuk Islam setelah ditangkap Taliban), dan kita bertanya kenapa dia bisa suka Taliban dan masuk Islam kalau mereka orang jahat, maka perlu dipikirkan lebih luas. Taliban itu berapa orang? Bilang ada 500 ribu s/d 1 juta misalnya. Lalu Yvonne Ridley bertemu dengan berapa banyak dari mereka? Apakah mereka punya alasan untuk berbuat baik dengan seorang wartawan barat yang akan menjual nama baik untuk mereka di barat? Dan apakah mungkin perilaku mereka terhadap satu wartawan barat (yang bersedia bertindak atas nama mereka) bisa berbeda sekali dengan perilaku mereka terhadap orang lain? 
     Misalnya, George Bush pernah berbuat baik kepada seorang wartawan Muslim sampai dia menjadi pendukung partai Republikan, jadi tentara AS itu orang baik semua dan berita tentang Abu Ghuraib dan Guantanamo adalah rekasaya, karena Bush pernah berbuat baik dengan 1 orang Muslim? Justru sikap seperti itu tidak logis. Saya tidak pernah mengatakan semua orang Taliban itu pasti jahat, tetapi sekaligus, saya juga tidak mau automatis percaya bahwa mereka semua baik-baik dan tidak punya dosa hanya karena satu orang (Ridley) tidak dianiaya oleh mereka. 
     Coba berfikir seperti ini: Ada teman2 saya di Kopasus yang beragama Islam dengan baik, dan berbuat baik kepada saya. Jadi berita bahwa Kopasus itu terlibat penculikan mahasiswa sebelum reformasi itu berita rekayasa. Tidak mungkin benar. Pengalaman saya dengan teman2 Kopasus tidak seperti itu, jadi berita itu tidak benar dan rekayasa. Bagaimana? Setuju? 
Bayangkan ada orang Muslim yang bukan orang Indonesia, yang baca di luar negeri tentang kejadian di Indonesia, lalu dia mengatakan: Berita tetang korupsi di Indonesia adalah rekayasa dan tidak benar. Orang Indonesia beragama Islam. Tidak mungkin orang Muslim melakukan korupsi. Tidak mungkin Polisi yang Muslim itu korup. Tidak mungkin hakim yang Muslim itu korup. Tidak mungkin anggota TNI yang Muslim itu mau melakukan pelanggaran HAM. Tidak mungkin ada perempuan Muslim yang mau menjadi pelacur, jadi berita tentang pelacur di Indonesia itu rekayasa. Tidak mungkin anggota BIN yang Muslim mau membunuh Munir. Rekayasa. Dan seterusnya. 
     Maksud saya, sepertinya kalau sebuah kelompok (seperti Hamas, Taliban, GAM, dll.) sudah dicap sebagai “pejuang Islam”, maka berita kurang baik tentang mereka tidak akan dipercayai lagi di sini oleh banyak orang. Dan juga banyak berita seperti itu malah tidak masuk media Indonesia tetapi masih ada di manca negara. Saya tidak tahu kenapa.
     Ada pengalaman pribadi Omnya teman saya. Dia ingin cek sebuah kelompok Muslim yang sering melakukan razia atas nama Islam. Dia dapat izin untuk ikut suatu razia. Saat mereka berada di Kota, Jakarta Utara, anggota kelompok itu jalan kaki dan teriak Allahu Akbar, dan ancam akan menyerang klub2 malam dan kasino illgal di situ. Tetapi penjaga2 di depan pintu klub itu teriak “Sudah, sudah!” Setelah Om bertanya, ternyata artinya adalah “Sudah bayar (supaya aman dari serangan)”. Setelah mereka sampai ke sebuah klub yang ternyata sudah menolak bayar, klub itu saja yang diserang, dirusak dan besok hari masuk berita. 
     Apakah semua anggota kelompok tersebut seperti itu juga? Saya rasa tidak. Tetapi kenyataan bahwa ada sebagian anggota yang baik dan beriman tidak berarti semuanya juga begitu. 
     Apakah ada Taliban yang baik dan beriman? Saya yakin pasti ada. Tetapi setelah membaca lebih dari seratus artikel dalam waktu bertahun-tahun tetang kedzoliman yang, katanya, dilakukan oleh Taliban, saya ingin lebih terbuka. Saya tidak mau menolak berita itu hanya karena “tidak disenangi” dan berasal dari kantor berita barat, Interpol, PBB dan saksi mata. Saya ingin terima kemungkinan bahwa hal seperti ini mungkin saja terjadi, dan saya mau tahu apakah ini merupakan oknum saja atau apakah mungkin mayoritas seperti itu. 
Jadi, ada teman2 yang mau secara automatis menolak semua berita dan informasi yang berasal dari barat karena tidak disenangi = pasti tidak benar. Tetapi kalau ada satu artikel saja dari Yvonne Ridley, dan berita itu disenangi, maka itu diterima secara automatis dan pasti benar (karena disenangi). 
     Apakah Islam mengajarkan kita untuk bersikap seperti itu? Informasi yang disenangi = benar, informasi yang tidak disenangi = ditolak dan pasti rekayasa karena dari orang kafir? Saya merasa sedih kalau teman2 akan menjalankan hidup dengan sikap seperti itu karena kalau banyak orang Muslim seperti itu, justru sulit untuk memperbaiki bangsa ini. Kita hanya bisa mencari solusi untuk suatu masalah kalau kita sadari masalahnya. Hanya mungkin ada KPK setelah kita mengakui ada korupsi di sini. Hanya ada Komnas Anak setelah kita mengakui bahwa ada orang Muslim yang jahat sama anak. Hanya ada fatwa anti-rokok setelah kita mengakui rokok itu berbahaya. 
     Kemungkinan bahwa sebagian orang Islam melakukan kesalahan dan dosa seharusnya bukan alasan bagi kita untuk menganggap berita dan informasi itu tidak benar dan berusaha untuk menutupinya. Ini tidak sama dengan menutupi aib saudara, karena informasi yang kita bicarakan justru sudah dibaca oleh puluhan juta orang di manca negara. Lalu sikap dari orang Muslim di Indonesia bukannya mengatakan “Itu bukan Islam, dan kita tidak akan mendukung orang yang melakukannya” tetapi malah “Berita itu palsu (karena kita tidak suka), jadi tidak ada yang perlu diperbaiki karena tidak mungkin orang Muslim bisa berbuat dosa seperti itu. Abaikan saja.”
     Justru sikap seperti itu memberi kesan kepada orang barat bahwa orang Islam tidak adil. Kalau orang kafir melakukan kesalahan, kita umumkan ke mana-mana sebagai bukti kejelekan mereka. Tetapi kalau sebuah kelompok Muslim melakukan kesalahan, berita itu ditolak dan dianggap tidak benar dan karena itu tidak perlu diperbaiki karena orang Muslim tidak mungkin melakukan kesalahan tersebut. 
     Bagaimana orang kafir mau percaya pada Islam dan pada ummat Islam kalau sikap kita selalu seperti itu? Saya tinggal di sini karena ingin membantu memperbaiki ummat Islam. (Bukan karena saya agen CIA). Itu juga sebabnya saya tidak mau berdakwah di negara barat karena tantangan untuk dakwah di sini justru lebih utama dan berat. Jadi, saya berharap bisa membantu memberikan pencerahan kepada ummat Islam. Kalau kita berhasil memperbaiki perilaku dan pemikiran orang Muslim (yang mungkin kebanyakan justru tidak menjalankan ajaran Nabi SAW), orang barat akan datang sendiri dan bertanya “Kenapa tidak ada korupsi di Indonesia? Kenapa orang Indonesia tidak pernah berbohong? Kenapa Indonesia menjadi negara yang lingkungannya paling bersih di Asia? Kenapa anak Indonesia paling pintar di dunia? Kenapa universitas Indonesia paling maju di dunia? Kenapa paling banyak pemenang piagam Nobel berasal dari Indonesia?” Dan seterusnya. 
      Kalau kita berhasil menciptakan ummat yang begitu baik, begitu bersih, begitu berilmu, begitu bijaksana, begitu maju, dan begitu adil, kita tidak akan perlu berdakwah ke luar negeri. Orang barat akan datang ke sini untuk belajar dari kita. Tetapi tahap awal adalah kita harus menciptakan ummat yang hebat dulu. Dan kalau ada saudara kita yang melakukan kesalahan, dan dilaporkan di seluruh dunia, sikap yang terbaik dari kita bukan untuk menolak informasi itu, tetapi berusaha untuk mengajarkan semua orang tentang perbedaan antara perbuatan itu dan ajaran Islam yang sesungguhnya. Tanpa harus menolak berita tersebut, kita bisa menyadarkan orang barat bahwa Islam tidak seperti itu. Jadi mereka bisa melakukan cek dan recek sendiri. Kalau ternyata benar, dan terjadi kesalahan, kita tidak akan mendukungnya dan kita bersedia tegor saudara kita yang salah. Dan kalau ternyata berita itu tidak benar, kita akan mendukung saudara kita yang terbukti tidak bersalah.
     Apapun yang benar, kita tidak bisa sebatas menjadi fanatis dalam menolak semua berita buruk yang katanya dikerjakan oleh orang Muslim. Perlu kita terima dulu dan menganalisa. Kalau benar, kita harus berdakwah dan mengajarkan dunia bahwa itu bukan Islam. Selama kita diam saja, dan selalu menolak semua berita buruk, kesannya kita tidak adil dan takut mengakui yang benar. Dan berita itu tetap ada di internet untuk dibaca ratusan juta orang non-Muslim dan mereka tidak akan dapat informasi dari kita karena kita menolak membahas masalah itu, selain mengatakan tidak benar dan rekayasa.
     Kalau seandainya benar, bagaimana? Justru ummat Islam seharusnya menjadi kaum yang paling adil, bukan kaum yang paling “tidak mau tahu”. Kalau seandai sebagian dari berita itu benar, kita perlu membantu saudara kita untuk kembali ke contoh Rasulullah SAW, dan jelaskan kepada orang non-Muslim bahwa hal-hal seperti ini tidak benar di dalam Islam. Tetapi selama kita bersikap “asal menolak karena dari barat = tidak mungkin benar” kita tidak bisa melakukan perbaikan, dan ummat Islam tidak bisa maju menjadi kaum yang paling mulia di bumi ini. Saya berharap akan segara datang sebuah hari di mana orang kafir akan bergitu terpesona dengan mulianya orang Muslim (khususnya di Indonesia), mereka akan datang sendiri dan bertanya tentang Islam. 
     Supaya keadaan itu bisa terwujud, kita harus adil dan terbuka untuk memeriksa semua berita dan informasi, walaupun kita sama sekali tidak menyenanginya dan sangat yakin berita itu tidak benar. 
Wallahu a’lam bish-shawab
Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene Netto

1 comment:

  1. Aww.

    Amien Ya Allah Amien Ya Rabbal 'Alamien. Bahagia sekaligus terharunya saya membaca bagian (alinea ke-2 dari bawah) "Saya berharap akan segera datang sebuah hari dimana org kafir akan begitu terpesona dengan mulianya orang Muslim (khususnya di Indonesia)."

    Memang bukan inti dari artikel yang Gene tulis, tapi buat saya yang sedang belajar menjadi muslimah terbaik Habluminallah & Habluminannas, kalimat di atas membawa semangat untuk selalu berhati-hati dalam bersikap & mencari tahu sebanyak mungkin informasi atau ilmu sebelum melakukan tindakan atau menilai suatu sikap.

    Terima kasih Gene untuk selalu menginspirasi sesama muslim untuk menjadi lebih baik.

    Www.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...