Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

17 March, 2009

Apakah masyarakat boleh berubah secara bertahap?

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Ini tanggapan dari saya terhadap komentar di sini: Kenapa-pks-tidak-bicarakan-syariah.

Gunawan berkata:
Bagimana mungkin bisa beriman dan bertakwa klo kita mencampakkan hukum2 Allah dan mengambil hukum buatan manusia. Hukum pidana buatan manusia, hukum tata pemerintahan buatan manusia, hukum ekonomi buatan manusia, bahkan turan pornografi aja harus dikompromikan dulu dlm forum parlemen, bukankah Allah telah menentukan batasan yg jelas tentang pornografi?
"Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah maka mereka itulah orang-orang yang kafir." (Al-Maidah: 44)

Ini komentar yang menarik, jadi saya ingin berusaha untuk tanggapi. Di zaman Nabi SAW, semua orang terbiasa minum alkohol. Mereka masuk Islam dan mau nurut dengan Nabi SAW, tetapi mereka masih senangi alkohol. Mereka Muslim, tetapi hati mereka masih terpengaruh oleh kehidupan sebelumnya. Karena itu, dan karena Allah Maha Penyayang, alkohol tidak langsung diharamkan, tetapi terjadi secara bertahap dalam beberapa tahun. Kenapa Allah tidak langsung haramkan dari ayat pertama? Apakah berarti Allah “tidak memhahami hukum Allah”? (Catatan: Saya katakan “tidak memahami hukum Allah” hanya untuk menggarisbawahi bahwa kita akan katakan demikian terhadap seorang manusia kalau dia bertindak dengan cara yang sama, yang kita anggap “tidak pantas”. Tolong jangan ditafsirkan dengan macam2 arti yang lain.)

Allah sudah tahu hukum Allah yang mengharamkan alkohol. Kenapa Allah tidak mau langsung jelaskan demikian? Allah Maha Tahu bahwa alkohol itu sangat buruk dan juga haram, tetapi manusia malah dikasih waktu penyesuaian dulu. Kenapa?

Apakah berarti bahwa Allah sungguh “tidak paham” dan “tidak nurut” dengan hukum Allah?!?! Apa benar? Apa mungkin begitu? Apakah komentar anda akan seperti itu kalau saya tanya kenapa alkohol yang haram tidak langsung dibuat haram oleh Allah? Allah yang Maha Tahu, dan Allah yang tidak langsung bertindak untuk mengharamkan alkohol secara paksa, dan cuek saja kalau masyarakat bisa terima atau tidak.

Apakah berarti Allah “tidak paham” karena Allah tidak langsung tegas dan memaksa semua orang terima sesuatu, padahal mereka belum sanggup? Mungkin sebagian orang (yang merasa sangat beriman, mungkin sangat lebih beriman daripada yang lain) mau melakukan hal yang sama sekarang, dan memaksa masyarakat yang mungkin saja “belum siap” untuk langsung berubah dan menerima segala sesuatu yang “Islamiah” secara paksa. Mungkin dalam berbagi hal, kita memang perlu bersikap begitu dan tidak ada kompromi, misalnya, kalau ada yang membunuh banyak orang, kita berikan hukuman mati dan tidak ada kompromi, sesuai dengan hukum Allah. Langsung tegas dan masyarakat juga bisa terima. Pertanyaan saya bukan apakah sikap seperti itu bisa diterapkan (karena memang bisa), tetapi apakah sikap itu memang yang terbaik untuk SEMUA keadaan yang kita hadapi di bangsa ini?

Jadi, pada saat kita membahas alkohol yang tidak langsung diharamkan, ada dua kemungkinan: Pertama, Allah memang “tidak paham” terhadap hukum Allah, atau dua, Allah memberikan contoh bahwa suatu perubahan bisa terjadi secara bertahap. Sesuatu yang haram bisa menjadi “tidak haram” (atau “belum haram”) untuk sementara, karena barangkali masyarakat belum sanggup menerimanya.

Kita bisa melihat bahwa dari dulu Islam belum diperbolehkan berkembang dengan baik di Indonesia. Di zaman Belanda, dan zaman Orde Baru, Islam ditekan, bukan dikembangkan. Beberapa tahun yang lalu, PNS dilarang memakai jilbab pada masa kekuasaan Soeharto!!! Baru belakangan ini ada banyak perubahan di dalam masyarakat kita. Kelihatan bahwa lebih banyak wanita di jalan dan di televisi memakai jilbab (tanpa dipaksa). Kelihatan lebih banyak pengajian kantor yang dibuat oleh karyawan sendiri (tanpa dipaksa). Kelihatan bahwa ada sekian banyak perubahan lain, seperti syariah banking, makanan halal, dan lain-lain, yang secara pelan dan bertahap muncul dan langsung didukung oleh masyarakat, tanpa ada yang memaksa. Bentuk-bentuk syirik yang begitu umum di zaman lalu, secara pelan dan bertahap ditinggalkan secara bertahap setelah masyarakat sadar bahwa yang mereka lakukan itu adalah tidak benar dan tidak sesuai dengan hukum Islam. Jadi jelas bahwa kalau masyarakat diberikan waktu untuk berubah secara bertahap, dan dengan ajakan yang lembat dan baik hati, dalam waktu hanya 10 tahun banyak sekali perubahan bisa terjadi. Tanpa masyarakat harus dipaksa secara cepat dan tegas oleh pihak lain.

Jadi, ada dua pilihan bagi kita. Satu: mengakui bahwa Islam (secara keseluruhan) belum menempati posisi tertinggi di dalam hati banyak anggota masyarakat Muslim yang masih agak awam. Artinya, masih ada banyak orang yang mengaku Muslim, tetapi sebenarnya mereka hanya pahami sedikit. Buktinya, ada banyak orang yang berzina, mabuk, berjudi, suka tarian dangdut, ziarah untuk syirik (minta kepada mayat), melakuan syirik dengan berbagai ritual dan upacara, dan seterusnya. Karena kita memahami bahwa masyarakat memang seperti itu kondisinya, kita bisa mengambil contoh yang Allah berikan dengan mengharamkan alkohol, dan kita bisa berdakwah untuk mengubah mereka secara bertahap. Hal itu bisa kita lakukan dengan sikap yang baik hati, lembut, hindari konflik, dan ajak mereka belajar dengan harapan pada suatu saat nanti, hal2 yang buruk akan ditinggalkan oleh masyarakat Muslim sendiri karena mereka sudah sadar. Artinya, kita melakukan perubahan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat yang lebih memahami Islam dan sanggup tinggalkan perkara yang tidak islamiah. Itulah contoh yang Allah berikan dengan mengharamkan alkohol secara bertahap.

Atau Dua: kita bisa menegaskan bahwa Alllah memang “tidak paham hukum Allah” karena tidak langsung mengharamkan alkohol saat itu juga. Allah seharusnya lebih nurut dengan hukum Allah dan memaksakan semua orang tinggalkan alkohol secara langsung, tanpa syarat, tanpa tahap, tanpa rasa kasih sayang dan ajakan lembut untuk berubah dan memperbaiki diri. Cukup mengharamkan dan melarang, dan mengancam dan menghukum bagi yang tidak nurut. Karena Allah sangat “tidak paham” terhadap hukum Allah, kita tidak boleh mengikuti “contoh buruk” yang diberikan, dan kita harus mengubah masyarakat sekarang juga, secara paksa, dengan menyebarkan rasa takut, tindakan represif, ancaman hukuman, dan hukuman mati bagi yang tidak langsung berubah. Itu lebih benar, itu lebih Islamiah, dan sangat tidak benar kalau kita mengikuti contoh Allah yang terbukti “tidak paham” hukum Allah.

Terserah mau pilih yang mana. Saya pilih pendapat yang pertama. Saya tidak pernah bisa menganggap bahwa Allah “tidak paham hukum Allah”, dan kalau ada contoh dari Allah bahwa masyarakat BOLEH berubah secara pelan, secara bertahap dan dengan sikap kasih sayang, maka insya Allah itu termasuk yang baik, benar, dan bermanfaat di jangka panjang (untuk keadaan tertentu).

Kalau anda mau setuju dengan pendapat kedua, dan mau mulai memaksakan kehendak saat ini juga, supaya anda terbukti menjadi orang yang paling benar, paling beriman dan paling mengerti hukum Allah, silahkan. Mohon maaf, saya tidak bisa setuju karena saya kuatir masyarakat Indonesia yang sangat awam belum sanggup menjalankan apa yang anda harapkan. Saya hanya bisa berserah diri kepada Allah dan terima semua contoh dan ajaran yang diberikan kepada kita dari Allah SWT lewat Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.

Kalau keadaan di Indonesia berbeda dengan sekarang, dan masyarakatnya juga berbeda dengan kenyataan yang kita lihat di kampung-kampung dan pinggir jalan, maka saya kira pendapat saya akan berubah juga.

Wallahu a’lam bish-shawab. Mohon maaf bila ada kesalahan.

Wa billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu'alaikum wr.wb.,

Gene Netto

13 comments:

  1. Assalamu'alaikum wr wb


    Memahamkan ummat Islam yang sudah terlanjur hedonis dan jauh dari nilai-nilai Islam memang harus secara bertahap, dengan marhalah yang jelas , bil hikmah walmauidzotil hasanah, dengan bijak dan pelajaran yang baik, serta lemah lembut

    " Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ” (QS an-Nahl [16]: 125).

    “ Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu ” (QS Ali Imran [3]: 159).

    Hanya perlu diingat, tahapan itu jangan pernah berhenti di tengah jalan, sehingga dakwah yang ingin disampaikan kontiniu dan tuntas.

    Pada suatu kesempatan, saat belajar sejarah Islam Indonesia sampai pada bab Walisongo, Ustadz menjelaskan bagaimana metode dakwah Walisongo menyebarkan Islam di Indonesia, saya sempat protes pada Ustadz tentang dakwah kulturasi para Wali tsb yang menghasilkan ummat Islam yang percaya klenik dan mistik seperti sekarang.Saya tidak bermaksud menyalahkan ulama sekaliber mereka yang sudah begitu banyak jasanya dalam rangka menyebarkan Islam di Indonesia, tapi kadang pikiran dan pertanyaan itu memang muncul.

    Mendengar protes saya, Ustadz tsb hanya tersenyum simpul sambil menjawab ringan katanya, kalau dulu dakwah Walisongo bisa tuntas maka sekarang kita tidak punya kesempatan untuk berdakwah pada masyarakat karena semuanya sudah dijalankan oleh mereka.Hehehe…entah serius atau tidak jawaban Ustadz tsb tapi kalau dipikir memang benar juga.

    Saat itu tahapan yang dakwah yang bisa diterima oleh masyarakat pribumi Indonesia ya pendekatan seperti itu, berbeda dengan dakwah Islam yang dilakukan di Asia Barat, Afrika, dan Eropa yang dilakukan dengan penaklukan. Walisongo berdakwah dengan cara damai. Yakni dengan pendekatan pada masyarakat pribumi dan akulturasi budaya (percampuran budaya Islam dan budaya lokal). Dakwah mereka adalah dakwah kultural.Walisongo sangat peka dalam beradaptasi, caranya menanamkan aqidah dan syariat sangat memperhatikan kondisi masyarakat.

    ReplyDelete
  2. Ada yang kirim hadits ini:

    Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah berkata, yang artinya: “Sesungguhnya surat yang mula-mula turun adalah surat pendek yang di dalamnya disebutkan adanya surga dan neraka, sehingga jika manusia telah memeluk Islam, maka diturunkan ayat tentang halal dan haram. Seandainya ayat pertama kali turun adalah, ‘Janganlah kalian meneguk khamr’, pastilah mereka akan mengatakan, ‘Kami tidak akan meninggalkan khamr selamanya” (HR: al Bukhari).

    ReplyDelete
  3. What's that mean ?...

    ReplyDelete
  4. Assalamualikum Wr wb.

    Terimakasih Anda mau mengangkat komentar saya menjadi sebuah posting.

    Gene >> Kalau anda mau setuju dengan pendapat kedua, dan mau mulai memaksakan kehendak saat ini juga, supaya anda terbukti menjadi orang yang paling benar, paling beriman dan paling mengerti hukum Allah, silahkan.

    Pendapat Anda sama sekali tidak didukung dgn dalil yg kuat, dan argument tak berdasarkan penelitian yg akurat. Anda hanya melihat dari kacamata dan logika Anda sendiri.

    Saya yakin bahwa yg saya lakukan ini adalah paling benar, tidak perlu pengakuan oranglain bahwa saya adalah paling benar, karena menurut saya definisi kebenaran itu adalah jika sesuatu itu menentramkan jiwa, memuaskan akal dan sesuai dgn fitrah manusia. Dan mungkin Anda telah mengakui sendiri bahwa Anda tidak yakin dgn apa yg anda lakukan tentang apa yg kita bicarakan. Sehingga Anda tidak berani mengklaim bahwa apa yg anda lakukan adalah benar.

    Demi Allah bahwa kalau saja Islam disebarkan dengan jalan kebohongan dgn membohongi umat/masyarakat maka mungkin Islam bukan agama yg Rahmatan Lil Alamin.

    Sejak Rasul Muhammad mendapat wahyu yg pertama tidak pernah sedikitpun beliau menyembunyikan perintah Allah, apalagi menyebarkan Islam dgn jalan menutup-nutupi maksud ajakan beliau.

    Bahwa Ayat yang turun secara tahap demi tahap itu adalah jawaban dari setiap masalah manusia. Ketika Rasul ditanya ttg sesuatu yg belum beliau ketahui hukumnya, maka beliau diam dan menunggu sampai Allah menurunkan ayat yg menjawab pertanyaan tersebut.
    Rasul tak berani sedikitpun membuat hokum sendiri, karena beliau paham bahwa beliau adalah seorang manusia.

    Tahapan dakwah rasul sangatlah jelas, dan selalu Istiqomah walaupun mendapat tentangan yg sgt keras oleh kafir qurais. Tak pernah Rasul menyembunyikan apa yg menjadi maksud dakwah beliau, sehingga tahap demi tahap beliau lalui dan akhirnya masyarakat pun berubah mengikuti dakwah Rasul.

    Seandainya ada partai islam yg gigih dan lantang menyuarakan syariah islam maka pastilah msyarakat Indonesia akan bertahap memahami apa yg menjadi tututan Islam. Tapi kondisi itu ternyata tidak dilakukan oleh partai yg mengklaim islam. Bahkan malah terang2an mereka tidak akan menyuarakan syariah islam. Apakah itu yg dimaksud sebagai strategi dakwah Islam? Menurut saya bahwa dkwah islam harus disampaikan secara tuntas dari mulai A – Z dengan jujur apa yg menjadi tujuan dakwah Islam.

    1. Apa susahnya jika PKS mengkampayekan Syariah Islam?

    2. Apakah takut jika PKS tidak mendapat dukungan Umat jika berbicara Syariah dimuka umum?

    3. Jika memang benar bahwa PKS memperjuangkan syariah Islam, knp tidak dimulai dari sekarang untuk mengkampayekan Syariah islam?

    4. Apakah memperjuangkan syariah Islam itu harus berbohong ke pada masyarakat bahwa PKS tidak akan membawa isu syariah?

    5. Bukankah memahamkan umat tetang sayriah Islam itu adalah bagian dari pendidikan politik Umat Islam, knp mesti takut berbicara syariah?

    Logika kita seharusnya dibangun berdasarkan Quran, Sunah, Ijma dan Qiyas, dan bila perlu ditambahkan dgn hasil penelitian yg akurat sehingga akan menghasilakn sebuah kesimpulan yg mustanir/cemerlang.

    Jika kita menuduh seseorang bahwa seseorang itu telah merasa benar sendiri dgn apa yg telah dilakukannya tersebut maka secara tidak langsung kita mengakui bahwa kita tidak yakin benar dgn apa yg kita lakukan ini.

    Waallahu ‘alambiswhab.

    Wassalamualaikum wr wb.

    Gunawan

    ReplyDelete
  5. Assalamu'alaikum wr.wb.,

    >>Terimakasih Anda mau mengangkat komentar saya menjadi sebuah posting.

    Sama sama. Saya hanya tertarik saja pada ide2nya.

    >>Pendapat Anda sama sekali tidak didukung dgn dalil yg kuat, dan argument tak berdasarkan penelitian yg akurat. Anda hanya melihat dari kacamata dan logika Anda sendiri.

    Memang. Apakah untuk beragama dengan baik, harus lepaskan akal dan daya pikir?

    >>Demi Allah bahwa kalau saja Islam disebarkan dengan jalan kebohongan dgn membohongi umat/masyarakat maka mungkin Islam bukan agama yg Rahmatan Lil Alamin.

    Tidak ada yang membicarakan “pembohongan”. Hanya cara tertentu untuk berdakwah kepada masyarakat yang belum begitu islamiah.

    >>Sejak Rasul Muhammad mendapat wahyu yg pertama tidak pernah sedikitpun beliau menyembunyikan perintah Allah, apalagi menyebarkan Islam dgn jalan menutup-nutupi maksud ajakan beliau.

    Memang. Namanya juga Nabi.

    >>Bahwa Ayat yang turun secara tahap demi tahap itu adalah jawaban dari setiap masalah manusia. Ketika Rasul ditanya ttg sesuatu yg belum beliau ketahui hukumnya, maka beliau diam dan menunggu sampai Allah menurunkan ayat yg menjawab pertanyaan tersebut.
    Rasul tak berani sedikitpun membuat hokum sendiri, karena beliau paham bahwa beliau adalah seorang manusia.

    Memang. Sesuai dengan fungsinya sebagai Nabi Allah.

    >>Tahapan dakwah rasul sangatlah jelas, dan selalu Istiqomah walaupun mendapat tentangan yg sgt keras oleh kafir qurais. Tak pernah Rasul menyembunyikan apa yg menjadi maksud dakwah beliau, sehingga tahap demi tahap beliau lalui dan akhirnya masyarakat pun berubah mengikuti dakwah Rasul.

    Memang. Cara berdakwah sebagai Nabi memang seperti itu. Bahkan kalau 100% dari masyarakat menolak untuk mengikutinya, seperti Nabi Lut AS, maka dia tetap bicara dengan cara yang sama, dan kalau tidak didengarkan, dia akan tinggalkan dan biarkan mereka binasa. (Contohnya Nabi Lut AS, Nabi Nuh AS).
    Apakah hanya itu yang bisa diikuti contohnya? Jadi, waktu Wali Songo mulai berdakwah, seharusnya dengan keras, bicarakan syariah, hukum mati bagi pezina, pembunuh, penjudi, orang yang menolak bayar zakat, dll.?
    Apakah PKS dan partai Islam lain hanya boleh begitu? Bicarakan Syariah terus, dan kalau masyarakat tidak terima, tinggalkan saja dan pindah ke Malaysia supaya Indonesia dibinasa dan semua orang baik sudah pindah ke Malaysia? Maunya begitu?

    >>Seandainya ada partai islam yg gigih dan lantang menyuarakan syariah islam maka pastilah msyarakat Indonesia akan bertahap memahami apa yg menjadi tututan Islam.

    Yakin? Masyarakat Indonesia, yang mayoritas Muslim, yang banyak anggotanya rajin korupsi, berzina, narkoba, berjudi, mencuri, tidak shalat, tidak puasa, tidak bayar zakat, dll., MEREKA akan tertarik pada pembicaraan syariah dan akan dukung partai yang membicarakan syariah? Padahal mereka sendiri (masyarakat) paham sangat sedikit tentang agama? Yakin mereka akan mendukung?

    >>Menurut saya bahwa dkwah islam harus disampaikan secara tuntas dari mulai A – Z dengan jujur apa yg menjadi tujuan dakwah Islam.

    Silahkan tetap pada pendapat itu.

    >>1. Apa susahnya jika PKS mengkampayekan Syariah Islam?

    Seperti saya jelaskan di atas: masyarakat yang kebanyakan orang awam belum siap. Coba kalau PKS datang ke Jombang dan mengatakan semua orang yang melakukan syirik akan dicambuk 100 kali. Jadi siapa saja yang minum air dari Ponari akan dicambuk 100 kali (karena melakukan syirik). Kira2 masyarakat setempat mau mendukung? Atau mereka datang ke Solo dan mengatakan siapa saja yang minum air cucian kaki Mega akan dicambuk 100 kali karena melakukan syirik. (Dan Mega dicambuk juga karena mengizinkan). Apakah masyarakat akan mendukung partai itu? Atau mereka datang ke Surabaya dan mengatakan siapa saja yang mencium bahu Gus Dur karena merasa yakin akan dapat berkah dari malaikat yang selalu duduk di bahunya Gus Dur, maka orang itu akan dicambuk 100 kali (dan Gus Dur juga). Apakah masyarakat akan mendukung partai yang bicara seperti itu? Dan seterusnya. Saya tidak perlu masuk kampung untuk mencari orang Muslim yang tidak shalat. Di dekat rumah saya di Jakarta sudah banyak sekali, apalagi di kampung. Apakah mereka akan mendukung partai yang bicarakan syariah sekarang, padahal orang seperti itu (awam) adalah mayoritas?

    >>2. Apakah takut jika PKS tidak mendapat dukungan Umat jika berbicara Syariah dimuka umum?

    Perlu tanya kepada mereka. Saya kira bukan “takut” tetapi sudah menilai bahwa untuk “menjual” syariah sekarang, dalam kondisi ini, di mana ummat Islam belum begitu islamiah, dan ada orang yang siap pindah agama kalau dikasih satu kantong beras, maka perlu pendekatan terlebih dahulu. Pastikan dulu masyarakat sudah shalat 5 kali setiap hari dan sudah paham ajaran dasar Islam. Setelah itu, mereka akan minta syariah sendiri.

    >>3. Jika memang benar bahwa PKS memperjuangkan syariah Islam, knp tidak dimulai dari sekarang untuk mengkampayekan Syariah islam?

    Jawaban sama dengan di atas.

    >>4. Apakah memperjuangkan syariah Islam itu harus berbohong ke pada masyarakat bahwa PKS tidak akan membawa isu syariah?

    Saya tidak melihat ada yang berbohong. Tidak membicarakan sesuatu tidak sama dengan berbohong. Kalau orang tua ajak anak ke dokter, dia pasti tidak bilang anak itu akan disuntik dan akan ada rasa sakit bagi si anak. Apa berarti orang tua berbohong? Tidak. Dia tidak bicarakan X karena dia tidak tahu kalau anak bisa terima informasi itu pada saat tersebut. Pada saat sudah di kantor dokter, dan anak sudah paham bahwa dia sakit, dan perlu disuntik, dan lingkungan mendukung, dan anak merasa siap menjalankan, baru diterangkan oleh orang tua dengan bantuan dokter. Kalau di rumah sudah dijelaskan, mungkin si anak akan takut duluan dan menolak semuanya karena dia takut dan tidak paham.
    Mungkin seperti itu menjelaskan syariah secara bertahap kepada orang awam di kampung. Kita perlu bijaksana dan pilih informasi yang tepat untuk saat ini. Kalau mereka tidak paham shalat, buat apa kita membuat mereka bingung dengan memaksakan mereka terima syariah sekarang juga?

    >>5. Bukankah memahamkan umat tetang sayriah Islam itu adalah bagian dari pendidikan politik Umat Islam, knp mesti takut berbicara syariah?

    Memang. Berapa banyak orang yang diberitakan bingung mencontreng nama di atas kertas suara sekarang? Perlu mencontreng saja sudah 30% dilaporkan bingung. Bagaimana mau jelaskan dan wajibkan mereka menjalankan syariah? Berapa banyak yang tidak kerja, tidak lulus SMA, ber-IQ rendah, tidak punya skil kerja selain menjadi petani atau kuli, tidak bisa baca, tidak sanggup beli kaca mata, tidak bisa makan setiap hari, tidak bisa berobat, cacat tanpa bantuan dari siapapun, jompo, dan seterusnya. Yang bicarakan Syariah NOW sepertinya tidak sama dengan mayoritas dari penduduk di sini. Sikapnya seperti: asal kita paksakan syariah kepada semua orang awam di kampung, sekarang juga, dan setelah itu semua masalah akan lenyap. Perkara yang penting untuk dibicarakan hanya syariah terus. Makanan untuk anak yatim sudah dilupakan. Masyarakat yang tidak shalat dilupakan. Syariah saja yang penting.

    Juga perlu dipahami bahaya nyata dari membicarakan syariah di dalam kondisi dunia seperti ini sekarang. Kalau ada partai Islam yang selalu dan HANYA bicarakan syariah, dan bagaimana mereka akan implimentasikan syariah di Indonesia secara paksa setelah menang dalam pemilu, maka akan ada pemain yang lain yang masuk pertandingan: CIA, Mossad dan lain-lain.
    Mereka akan melihat partai tersebut sebagai bahaya yang besar, dan musuh yang nyata. Mereka akan takut kalau Indonesia menjadi sepetri Iran (theocracy –negara yang dipimpin atas dasar agama, dan pembesar agama tidak bisa disalahkan).
    Cara menjatuhkan partai itu gampang. Cari lawanan politiknya, mislanya, Golkar, PDIP, Prabowo, Wiranto, dan lain2, dan salurkan bantuan kepada mereka. Dengan dana yang besar untuk pasang iklan di tivi setiap hari, dan bagikan uang di kampung, “musuh politik” tersebut bisa mengambil posisi depan dan kebanyakan orang akan lupa tentang partai Islam kecil yang bicarakan syariah terus. Walaupun partainya bersih, dan penuh dengan cendekiawan Islam, mereka akan kalah secara keuangan, dan partai nasionalis akan berkuasa terus, sampai ratusan tahun mendatang.

    Sebaliknya, kalau ada partai Islam yang bisa menang, dengan dukungan nyata dari masyarakat, bahaya yang sama tetap ada, tetapi lebih kecil. Setelah partai Islam menang, dan melakukan dakwah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebarkan ajaran dasar Islam dan tingkatkan jumlah masyarakat yang shalat, maka masyarakat sendiri yang bisa mulai diskusi tentang syariah (karena sudah paham). Setelah itu, dan karena ada tuntutan dari masyarakat, pemerintah bisa menambahkan hukum syariah secara bertahap, dan akan didukung karena ini memang kemauan masyarakat sendiri. Tetapi kalau masyarakat masih sangat awam, dan jauh dari masyarakat madani, perlu beberapa tahap untuk mengubah mereka sehingga mereka paham tentang syariah dan siap mendukungnya. Kalau ada yang menolak mendukung partai Islam dengan alasan mereka tidak bicarakan syariah, maka itu sama dengan mengizinkan lawanan politik (dan CIA dan Mossad) menang. Yang jadi korban di jangka panjang adalah ummat Islam. Tetapi kalau kita siap memberikan kesempatan pada partai Islam, dan mendukungnya dulu, insya Allah akan kelihatan perubahan secara bertahap dan pelan di masa depan.

    Yang mengajarkan saya bahwa masyarakat boleh berubah secara bertahap (seperti Allah mengharamkan alkohol secara bertahap) adalah guru saya almarhum KH Masyhuri Syahid MA, Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI. Beliau menegaskan kepada saya bahwa yang terpenting adalah aqidah dulu, dan kalau masyarakat belum paham, lakukan dakwah dan ajak mereka berubah secara bertahap. Kalau mereka sudah paham, dan shalat sudah rajin, dan maksiat sudah ditinggalkan, dan zakat sudah dibayar, silahkan mengajarkan mereka tentang hal yang lebih rumit (seperti syariah). Tetapi kalau mereka belum siap, sehingga ada kemungkinan besar mereka akan menolak (kalau dipaksakan), bersikap lembut terhadap mereka, dan ajak mereka tetap pada jalan Allah. Semua hal terjadi secara bertahap, dari lahir, sampai jalan, sampai lari, sampai bisa naik sepeda. Tidak ada bayi yang lahir dan langsung lari atau naik sepeda. Jadi, ummat Islam perlu didatangi dengan sikap lembut yang sama, seperti bapak terhadap bayinya, yaitu ulama terhadap ummatnya.

    Kurang lebih begitu ajaran dari guru saya. Semoga bermanfaat.

    Wallahu a’lam bish-shawab
    Wassalamu'alaikum wr.wb.,
    Gene

    ReplyDelete
  6. Assalamualaikum wr wb

    Ya ternyata ketakutan akan minimnya dukungan masyarakat terhadap partai Islam membuat partai2 tersebut males mengkampanyekan isu syariah.

    Penjelasan syariah juga hanya dipahami sebagi hukum pidana saja, sedangkan konsen hukum syariah itu banyak (ekonomi, politik, hubungan luarnegeri, dll) tidak pernah dijadikan bahan perdebatan.

    Ketakutan2 yg dijadikan alasan juga tidak didukung dgn fakta2 yg kuat/sumber data yg nyata. Belum dimulai kampanye syariah aja udah mengambil kesimpulan bakal ditolak, bagimana kita bisa memperjuangkan syariah Islam.

    Kalau kita yg sadar akan wajibnya penerapan hukum Islam saja menolak atau berdebat pada masalah2 bagaimana tanggapan masyarakat akan syariah, ya apalagi yg tidak paham syariah pasti lebih keras lagi permusuhannya terhadap syariah.

    Kalau bukan kita siapa lagi yg menyuarakan syariah? apa kita menunggu 5, 10, 20, 50, 100, atau 1000 tahun lagi untuk menentukan waktu yg pas mengatakan bahwa syariah itu wajib?

    Setidaknya ketika kita menyuarakan syariah maka media akan meliput apa sebanrnya syariah itu? bagimana syariah menyelesaikan masalah ekonomi bangsa? bagaimana syariah mengatasi distribusi harta? dll

    Setiap perbuatan baik pasti ada balasanya, kalau kita bisa memilih yg lebih baik knp kita pilih yg tidak baik.

    Klau menyuarakan syariah itu baik knp kita memilih diam dan bahkan tidak mengingatkan orang untuk memperjuangkan syariah, dan malah menentang dan mengikuti arus yg tidak baik.

    Setiap aksi pasti ada reaksi. Ketika Bill clinton begitu lemah lembut terhadap Islam, tapi ternyata sikapnya itu bukan untuk kebaikan islam. America dgn gigihnya mencari kontrak2 baru di negeri2 muslim untuk mengeruk kekayaannya. Dgn sikap yg begitu maka reaksi umat akan tidak sehebat bila dibandingkan dgn apa yg telah presiden bush lakukan. Pd saat Bush umat bersatu menentang kebijakan bush krn telah nampak kekejaman Amerika. Begitu juga jika seandainya hasil pemilu dikuasai non muslim maka sudah pasti umat akan dgn gigih menuntut pengalihan kekuasaan ke tangan Umat islam. jadi logika bahwa syariah akan membuat dukungan umat turun itu adalah logika yg dibuat2 yg tidak pernah ada buktinya.

    Akhlak itu buah, sistem itu pohonnya, dan Aqidah itu akarnya.

    Memang benar almarhum KH Masyhuri Syahid MA, bahwa yg terpenting buat saudara Gene adalah aqidah dulu, setelah memahami aqidah secara benar maka kemudian belajar kepada masalah hukum2 Islam.

    Aqidah adalah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan hidup; dan tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungannya dengan sebelum dan sesudah alam kehidupan.

    Sekarang pahami baik2 apakah yg kita lakukan itu sudah benar menurut aqidah Islam? Tolong buktikan atau paparkan mengenai aqidah jika kita memang benar2 telah menyakini Islam sebagai aqidah yg benar?

    belum lagi aqidah materialisme sebagai landasan dasar akqidah Sosial komunis, dan aqidah sekulerisme sebagai landasan ideologi kapitalis sekuler.

    Memang aqidah itu perlu dipelajari terlebih dahulu.

    mohon maaf bla salah.

    Wassalamualaikum wr wb.

    ReplyDelete
  7. Assalamu'alaikum Wr.Wb.

    Pengen berkomentar sedikit ya.

    * Gunawan : Ya ternyata ketakutan akan minimnya dukungan masyarakat terhadap partai Islam membuat partai2 tersebut males mengkampanyekan isu syariah.

    Pak Gunawan, Insya Allah, alasannya bukan karena ketakutan tetapi merupakan strategi politik. Jika dukungan yang diperoleh sangat minim bahkan tidak ada yang meberikan dukungan, tidak ada rakyat yang menitipkan kepercayaan, bagaimana mungkin partai Islam akan bisa berjuang dan bekerja ??? Mission impossible, pak.

    * Gunawan : Belum dimulai kampanye syariah aja udah mengambil kesimpulan bakal ditolak, bagimana kita bisa memperjuangkan syariah Islam.

    Pak Gunawan, sejauh ini rasanya tidak ada yang menolak penerapan syariah Islam tetapi masalahnya cuman waktu. Pak Gunawan & beberapa kawan menginginkan hal itu gencar di kampanyekan dan segera diaplikasikan saat ini juga sementara kelompok lain berdasarkan fakta dan realita kondisi bangsa saat ini berpendapat bahwa proses penerapan syariah Islam dibutuhkan langkah bertahap. Masih ingat kan pak, respons terhadap RUU Anti Pornografi.

    * Gunawan : Setiap perbuatan baik pasti ada balasanya, kalau kita bisa memilih yg lebih baik knp kita pilih yg tidak baik.

    Udah mutlak pak, Al-Qur'an sudah menjanjikan seperti itu. Bukan hanya perbuatan baik yang akan mendapatkan balasan, semua perbuatan malahan dalam tingkatan yang paling terkecil sekalipun, tidak nampak oleh penglihatan manusia, juga akan mendapatkan balasan.

    Insya Allah, disini tidak ada yang memilih hal yang "tidak baik". Semuanya memilih dan menginkan hal yang terbaik. Dan juga tidak ada yang mengikuti arus yang "tidak baik". Sebaiknya lain kali jangan berkesimpulan seperti itu. Tapi terserah aja sih.

    * Gunawan : Begitu juga jika seandainya hasil pemilu dikuasai non muslim maka sudah pasti umat akan dgn gigih menuntut pengalihan kekuasaan ke tangan Umat islam. jadi logika bahwa syariah akan membuat dukungan umat turun itu adalah logika yg dibuat2 yg tidak pernah ada buktinya.

    Jadi kalo saya tidak keliru mengambil kesimpulan, menurut pak gunawan sebaiknya seperti ini. Tidak usah memberikan dukungan kepada partai islam yg tidak menyuarakan syariah Islam (saat ini tidak ada partai islam yg mengangkat isu syariah Islam) tetapi apabila non muslim yang menang di pemilu, maka ummat Islam tidak bole menerima dan menuntut terjadinya kudeta alias pengalihan kekuasaan.
    Wah pak, kenapa tidak dari awal saja semua ummat Islam berjuang bareng2 supaya partai islam yang amanah bisa menang mutlak di pemilu. Kenapa harus melalui proses yang tendensinya akan menjadi revolusi, mengorbankan banyak hal lagi ?

    Terimakasih untuk uraiannya mengenai akidah. Kalo saya belum secanggih pak gunawan. Masih belajar terus supaya bisa memiliki akidah Islam yang kokoh, Insya Allah akan dilakukan tanpa berhenti hingga ajal menjelang.

    Pada akhirnya, akan sulit menemukan kesepakatan untuk hal ini. Karena memang masing-masing melihat dari sisi pandang berbeda namun Insya Allah semuanya didasarkan pada niat yang baik. Yang penting tidak ada unsur memaksakan kehendak dan merasa sudah memiliki kebenaran paling mutlak. Karena apapun itu, kebenaran mutlak hanyalah milik Allah SWT. Kita ini bukan siapa-siapa kok.

    Wallahu'alam bi shawwab.

    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
    irma
    *maaf kalo ada yang tidak berkenan*

    ReplyDelete
  8. Assalamu'alaikum wr.wb.,

    Gunawan, saya bukan juru bicara PKS. Saya sebatas analisa perbuatan mereka dengan akal saya dan membuat kesimpulan sendiri. Bisa jadi benar atau salah.
    Kalau anda merasa mereka takut, saya kira tidak tepat. HNW belajar syariah di Medina selama 14 tahun. Saya kira dia tidak bisa dianggap takut membicarakan syariah.
    Seperti saya bilang, hanya tindakan strategis dan bijaksana.

    Saya mengunci pintu saya setiap malam, tetapi bukan karena saya takut dirampok. Saya tidak merasa takut pada perampok, tetapi saya masih mengunci pintu sebagai tindakan preventif yang wajar dan bijaksana. Itu tindakan strategis, yang tidak dilandasi rasa takut.
    Saya kira PKS juga begitu. Kalau anda menilai tidak stategis dan hanya karena takut, silahkan saja.
    Kalau ada orang Eskimo dan orang Afrika yang diajak masuk kamar saya yang ber-AC pada saat yang sama, satu akan bilang “dingin” dan satu lagi akan bilang “panas”. Yang mana yang benar?
    Saya menilai PKS bertindak secara “strategis”, anda menilai “takut”. Silahkan saja.

    Tetapi kalau memang merasa bahwa hanya boleh membicarakan syariah, dan menolak partai yang tidak membicarakannya, dengan harapan bisa memang lewat pembicaraan tersebut, coba buktikan dulu. Datang ke Jombang dan calonkan diri untuk menjadi Bupati. Jelaskan kepada warga setempat bahwa setelah menjadi Bupati, semua orang yang minum air Ponari akan dicambuk 100 kali, dan lihat kalau orang yang tidak shalat, terbiasa dengan syirik, tidak puasa dengan benar, tidak bayar zakat, tidak lulus sekolah, menganggur, miskin, ber-IQ rendah, dst. akan dukung anda dengan semangat. Yakin mereka akan dukung dengan alasan “Syariah itu benar!”
    Saya kira tidak akan terjadi, dan hasilnya, orang lain akan menjadi Bupati di situ, dan kesempatan anda untuk memperkenalkan syariah kepada masyarakat secara bertahap akan gugur.

    Kalau pada skala nasional, kalau anda menolak mendukung partai Islam (PKS dan lain-lain) dengan alasan mereka tidak bicarakan syariah (pada saat ini), maka seperti saya katakan kemarin, itu hanya akan memberikan bantuan pada partai nasional-sekuler (dan juga CIA dan Mossad) untuk menang di sini.

    Ingat: “The enemy of my enemy is my friend” (Musuh dari musuhku adalah temanku). Artinya, kalau anda tidak mau dukung partai Islam, berarti anda menjadi “musuh”nya dan karena itu menjadi sahabat (secara tidak sengaja) dengan partai sekuler-nasionalis, dan juga CIA dan Mossad sekaligus. Anda membantu mereka dengan keinginan mereka membuat partai Islam lemah dan kalah. Mereka sangat tidak inginkan partai Islam bisa berkuasa, dan jangan sampai ada partai Islam yang berkuasa lalu secara bertahap memperkenalkan hukum syariah, yang kemudian disambut gembira oleh masyarakat sendiri. Itu dihitung kegagalan besar. Jadi mereka harus berusaha agar partai Islam ditinggalkan dan tidak berhasil meraih kekuasaan. Dan anda juga begitu (dengan alasan berbeda, tetapi hasil yang sama).

    Daripada membantu partai Islam menang (dengan harapan akan ada perubahan yang lebih islamiah di masa depan) anda dan teman2 seperti Ardo dll yang berkomentar di sini malah MEMBANTU partai sekuler-nasionalis (dan juga CIA dan Mossad) dalam tujuan mereka menghujat dan menjatuhkan partai Islam.
    Kalau seandainya PKS, PPP, PKB, PBB dll kalah besar dalam pemilu, dan Golkar serta PDIP menang secara besar, kaum sekuler nasionalis (dan juga CIA dan Mossad) akan berbahagia sekali, dan ANDA juga akan bahagia karena partai Islam yang tidak mau didukung ternyata kalah. Anda hanya akan mengatakan “Nah, tuh, buktinya! Kalau tidak membahas syariah, kalah dalam pemilu. Ini hukuman dari Allah.” Tetapi pada saat yang sama, kaum sekuler-nasionalis (dan juga CIA dan Mossad) akan bergembira dengan alasan yang berbeda.

    Intinya, kalau mau melihat bangsa ini maju, tolong tunda dulu perjuangan untuk memaksakan semua orang utamakan syariah pada saat ini juga. Bukannya tidak penting, tetapi pada saat ini, dalam kondisi ini, sulit untuk dimenangkan. Berfikir seperti pemain catur, dan melihat beberapa langkah ke depan. Jangan lari ke depan saja siap menyerang. Itu suatu cara untuk kalah cepat.

    Terserah kalau mau membantu semua partai Islam supaya mereka bisa ambil alih dulu. Atau, sebaliknya, anda bisa menjadi “sekutu” bagi kamu sekuler-nasionalis (dan juga CIA dan Mossad) dalam menghujat dan menjatuhkan partai Islam.

    Silahkan pilih sendiri. Diam saja dan tidak berbuat apa-apa sama saja dengan bergabung sama pihak anti-Islam. Mereka makin kuat kalau orang Islam yang baik tidak mau berbuat apa-apa.

    Kata Gunawan:
    >> Memang benar almarhum KH Masyhuri Syahid MA, bahwa yg terpenting buat saudara Gene adalah aqidah dulu, setelah memahami aqidah secara benar maka kemudian belajar kepada masalah hukum2 Islam.

    Mas Gunawan, Pak Kyai tidak bicara kepada saya secara pribadi, tetapi ini merupakan ajaran standar dari beliau kepada semua orang. Kalau aqidah dari ummat masih kacau (dengan bukti masih suka air Ponari dll.) dan mereka tidak shalat, tidak puasa, tidka bayar zakat, dll. percuma kalau kita memaksakan hal yang lebih rumit pada mereka. Aqidah dulu lebih utama, untuk seluruh masyarakat (bukan saya saja). Saya selama menjadi murid Kyai Mayshuri lebih banyak belajar Fiqih, dan bukan aqidah, karena insya Allah aqidah sudah cukup pahami. Sekarang pelajaran diteruskan dengan guru baru.

    Wallahu a’lam bish-shawab
    Wassalamu'alaikum wr.wb.,
    Gene

    ReplyDelete
  9. Aww.

    Please Gene, it's time 4 us 2 keep silent bout this right now.

    I think ur explanation is enough 4 us who needs 2 understand how 2 run our way in Islam. It's clear Mr. Netto.

    Jangan sampai terjebak kepada perdebatan berkepanjangan yang pada akhirnya menghabiskan energi tanpa hasil yang berarti.

    Sometimes silent is golden.

    Kesalahan tentu ada pada pernyataan saya sehingga mohon maaf bila ada yang tidak berkenan, sedangkan kebenaran pasti datang dari ilmu Allah SWT.

    Www.

    ReplyDelete
  10. Assalamualaikum wr wb.

    Pada intinya, ketika kita bisa berteriak hari ini, maka teriaklah hari ini, karena kita gak tau apa besuk pagi bisa berteriak.

    Seandainya saya bisa menyakinkan Anda untuk ikut berteriak maka teriakan ini mungkin akan lebih jauh terdengar. Tetapi kalau Anda tidak membantu saya berteriak maka suara teriakan kami haya cukup terdengar ditelingga Anda saja dan tidak akan merambat ke telinga yang lain.

    Banyangkan jika esuk hari kita telah terbujur kaku, mata ini terpejam, mulut ini terkunci, dan hisab telah menanti kita, apakah kita masih bisa mengatakan " wahai teman2ku, saudara2ku, adik2ku, dll marilah kita menyeru pada hukum Allah yg suci"?

    Seandainya temanku bisa menungguku sampai hari ini maka mungkin hari ini dia ikut berteriak bersama saya, tapi ternyata Allah tak memberikan kesempatan lg untuknya.

    Entah apa yg diperbuatnya sekarang di alam kuburnya saat ini, apa dia tetap ingin mengatakan "suatu saat saya akan berjuang" atau dia mengerang2 kesakitan didera pertanyaan "kenapa engkau tidak menyeru pada hukum Allah yg suci?"

    Selagi kita masih bisa bernafas maka mari kita teriakan "Berjuanglah wahai saudaraku untuk Islam, menuntut Syariah, dan menolak sekulerisme, sebelum waktu yg dijanjikan itu tiba."

    Tidak ada rugi jika berteriak hari ini. Dan bisa saja kita akan rugi jika kita menunggu esuk hari, karena kita tidak tau apakah esuk hari itu masih datang mengahampiri kita.


    Mohon maaf bila menggangu.

    Wassalamualaikum wr wb

    Gunawan

    ReplyDelete
  11. NB:

    Tolong saudara Gene, jgn membahas syariah dengan hukum pidananya saja, tapi membahas syariah tentang ekonomi, politik luar negeri, pertanian, politik, dll. Kalau hanya membahas pidananya saja maka sudah tentu itu alan menjauhkan umat dari syariah.
    Kalau gak paham syariah maka sudah tentu pasti akan menolak, jd untuk Saudara Gene dan yg lain tolong pahami dulu tetang hukum syariah selain pidana syariah.

    ReplyDelete
  12. Gunawan, anda tidak perlu meyakinkan saya. Yakinkan ummat Islam di Indonesia saja. Setiap ada yang berkomentar ttg hukum syariah di media massa, pikiran orang selalu lari ke hukum pidana, bukan yang lain. Dan protes yang muncul selalu muncul karena tidak ingin terima hukum pidana (syariah), dan hukum lain tidak dibahas. (Ada juga protes terhadap UU ekonomi syariah belakangan ini, tetapi baru muncul sekarang.) Waktu ada keinginan untuk syariah di Aceh, yang dibahas berulang2 (dan yang diprotes oleh berbagai pihak, termasuk orang Muslim juga) adalah hukum pidana, bukan yang lain.

    ReplyDelete
  13. Asslmkm..
    terimakasih untuk semua isi komentar ini, saya dapat masukan dari berbagai sudut pandang, tapi benar kata Dyna, rasanya akan tetap dengan kata 'mentok' dan jadi debat kusir, walau sebenarnya peredebatannya menarik.
    Tapi yang tetap saya tidak pahami: kenapa mereka yg kontra selalu minta kita teriak2..untuk mengganti kata 'demokrasi' dan segala keburukannya itu diharamkan, tapi ketika mereka dihadapkan pada realita kehidupan ummat islam mayoritas tetapi masih terbelenggu dengan segala keterbelakangan, dengan entengnya ada yang pernah bilang: akan timbulnya pergolakan itu biasa.., tapi yang penting ini ditegakkan!
    lalu akan saya bilang: hendak jadi seperti apa indonesia ini, mungkin tidak akan ada lagi negara yg bernama indonesia, karena pasti pergolakan akan muncul dimana-mana.
    Saya yakin diantara tokoh negeri ini, ada yang berjuang untuk kepentingan umat islam lebih baik, bukannya mereka takut, hanya mengikuti jalan yang sama terlebih dahulu, sama seperti apa yang diungkapkan Mr. gene.

    Rasanya kita juga perlu banyak belajar dari sejarah islam dan kejayaannya dahulu, lalu kenapa kejayaan itu meredup dan hancur??
    itu yang harus dimasa sekarang. kita cari tahu kesalahan dan memperbaikinya agar ketika kita kembali mengusungnya, antisipasi itu telah siap dengan matang.
    toh ga semua orang beragama islam berhati malaikat, ga semua orang yg mengaku islam hatinya bersih, islam memang rahmatal lil alamin, tapi apa pasti yang menganutnya pun jadi rahmatal lil alamin.., itu jalan dakwah yang harus benar2 dijalani dulu..
    masih banyak ladang dakwah di seantero negeri ini terbuka lebar, ajari mereka sholat dulu, ngaji yang bener, ajarkan mereka saudara2 kita tentang ilmu ikhlas, perkenalkan mereka wajah islam yang damai.

    >>jangan terlalu hiperbola mengungkapkan suatu kata2 hati..., saya yakin Alloh SWT lebih Maha Tahu akan nasib Bangsa ini.

    Mungkin ada bahasan lain yang lebih menarik..

    salaamm

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...