Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

24 July, 2009

Mualaf Butuh Dukungan Umat

Jumat, 24 Juli 2009 pukul 01:58:00
LAPORAN UTAMA
Penguatan akidah menjadi penting agar keimanan para mualaf tidak mudah terombang ambing.
Tiga juta jiwa. Itulah data jumlah mualaf dari Persatuan Tionghoa Indonesia atau Pembina Iman Tauhid Islam (PTI-PITI) tahun 2008. Dari angka itu, 55 persen berasal dari warga Indonesia pribumi seperti dari suku Batak, Menado, Melayu, Jawa dan sebagainya, 35 persen dari warga Cina Indonesia dan sisanya 10 persen adalah ekspatriat.

Di satu sisi, umat patut bangga dengan catatan angka tersebut, yang menunjukkan bahwa syiar Islam telah menjangkau banyak orang. Namun di sisi lain, hal itu menjadi pekerjaan rumah terkait langkah pembinaan yang mesti dilaksanakan.
Mereka yang baru saja berhijrah ke dalam Islam itu tentu butuh teman, dukungan, bimbingan, bantuan, baik dari aspek keagamaan maupun kehidupan sehari-hari.

Pembinaan ataupun pembelajaran agama bagi para mualaf, sebenarnya sudah sejak lama mendapatkan perhatian khusus. Beberapa organisasi keagamaan serta lembaga dakwah sudah membentuk divisi pembinaan itu, dan telah berperan aktif.
Meski demikian, masih ada beberapa hal yang perlu dicarikan solusi, semisal keterbatasan sarana dan prasarana, tenaga pembimbing, pendanaan, dan lainnya. Hal itu membutuhkan dukungan dari segenap umat.

Diakui oleh Steven Indra Widjaya, Humas PITI, menjadi tugas berat semua pihak dalam upaya pembinaan mualaf. Kini, pihaknya sedang menggencarkan program itu melalui berbagai cara, seperti pembinaan langsung, melalui website, brosur dan sebagainya.
Menurutnya, yang paling penting ditekankan adalah penguatan dasar akidah. Kalau dasar akidahnya sudah kuat, mereka tak akan mudah terombang-ambing.

Ada tiga kategori mualaf yang selama ini dibina PITI. Pertama, mereka yang menjadi mualaf karena alasan pernikahan, kedua karena alasan mencari agama dan Tuhan, sedangkan ketiga adalah mereka yang menjadi mualaf karena hidayah berupa mendapat mimpi atau karena sakit.

Perlunya penguatan akidah juga diamini Hj Diana Dewi, mualaf yang dikenal sebagai pengusaha. Setelah mantap akidahnya, tahap berikutnya adalah belajar shalat, puasa, Alquran dan amalan-amalan lain.
"Mereka perlu selalu sharing dengan ustadz, kiai atau ahli-ahli agama supaya pengetahuan tentang Islam-nya bertambah," ungkap dia.

Hanya saja, sebelum pembinaan dan pembelajaran itu diberikan, hendaknya para pembimbing harus mengetahui dua hal lebih dahulu terkait sang mualaf, seperti diuraikan Ustadz Koko Liem, mualaf yang kini aktif sebagai mubaligh.
Pertama, latar belakang pendidikannya. "Dari sini, maka bisa diberikan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan mereka," tegasnya.
Yang kedua, apa alasan mereka memeluk agama Islam. Menurut dia, dengan mengetahui alasan dan niat ini, para mualaf akan mudah dibentuk dan diarahkan.

Setelah itu, perlu langkah lanjutan, dan ini mencakup tiga hal. Pertama, berikan pelajaran tentang shalat. Kedua, berikan bimbingan cara membaca Alquran, dan ketiga, usahakan agar mereka bisa memperbanyak menghadiri kajian dan pengajian Islam.
"Harapannya, agar para mualaf memiliki pengetahuan keislaman yang luas baik dari segi akidah, fiqh, bahasa Arab dan pemahaman yang benar terhadap Alquran dan alhadis," papar Koko Liem.

Lebih jauh, dia mengingatkan, supaya pembinaan dan bimbingan diberikan secara berkelanjutan, sekaligus dukungan dari saudara seiman. Jangan lantaran akibat kurang pembinaan, mereka menjadi berpikir bahwa Islam adalah agama yang sulit, sehingga banyak yang keluar kembali dari Islam. Tentu bukan seperti itu yang diinginkan. dam

Minimnya Sarana Pembinaan di Papua

Bumi Cendrawasih tak hanya menyimpan potensi sumber alam yang besar, namun juga aspek penyebaran agama Islam. Salah satu buktinya adalah banyaknya mualaf yang ada di Papua.
Al Faatih Kaaffah Nusantara (AFKN) pimpinan Ustadz Fadzlan al Gharamatan, lembaga yang selama ini aktif berdakwah di Papua, misalnya, saat ini membina ratusan mualaf.

Dari penjelasan Ustadz Fadzlan, pendekatan dakwah yang dilakukan bahkan hingga ke kawasan terpencil, telah berhasil menarik simpati warga setempat kepada Islam. Banyak di antara mereka lantas menjadi mualaf.
Selama ini, ada dua strategi pembinaan mualaf yang dilakukan AFKN. Bagi
para orangtua, mereka diberikan pembelajaran aspek ibadah praktis, semisal shalat, wudlu, baca Alquran dan berbagai keterampilan lainnya.

Adapun bagi yang masih berusia remaja dan dewasa, mereka dikirimkan untuk belajar agama di luar kampung mereka di Papua. Mereka kemudian mondok di sejumlah pesantren di Jawa.
"Ini adalah bagian dari upaya pencerdasan kepada para mualaf. Kita mendorong mereka masuk Islam secara kaffah," tegas Ustadz Fadzlan.

Namun, mereka bukan tanpa kendala. Minimnya sarana dan prasarana pembinaan adalah persoalan utama yang perlu segera diatasi. Dia mencontohkan, untuk fasilitas asrama di pusat pembinaan mualaf AFKN, baik di Papua maupun di Bekasi, Jawa Barat.
"Terus terang, sarana yang dimiliki AFKN sudah sangat tidak layak. Kita perlu lokasi khusus untuk membina para muallaf yang nantinya akan menjadi kader dakwah jika kelak mereka kembali ke kampung halaman mereka," papar dia.

Sumber: Republika.co.id

3 comments:

  1. Assalamualaikum..

    Kalau membaca postingan ini, saya jadi tahu perjuangan seseorang ketika menjadi muallaf, atau beberapa artikel yang saya baca dibeberapa website, terutama rubriknya ustz syamsi ali disalah satu web.

    Saya atau sebagian orang yang terlahir dari keluarga muslim mungkin tidak merasakan seberapa beratnya berjuang untuk menemukan jalan islam, jalan itu sudah di bukakan oleh keluarga besar yang notabene adalah muslim,terlahir dan dibesarkan di lingkungan muslim,
    tinggal pencarian jatidiri, menjadikan islam sebagain jalan hidup, atau hanya menjadikannya identitas Ktp semata.

    Kadang dari mereka lha saya bisa belajar untuk lebih 'mencintai' apa yang sudah saya kenal, temui, pelajari, dan meyakini sejak kecil.
    Terus berusaha bersyukur bahwa islam adalah karunia terbesar yang saya dapatkan semenjak saya lahir ke dunia dan sudah mendengar suara adzan ketika pertamakali membuka mata...,
    Bahwa semua orang terlahir fitrah kedunia, tapi tidak semua manusia terlahir langsung menjadi muslim..., terlahir muslim tapi dia jauh dari nilai2 yang diajarkan dalam islam, terlahir non muslim dia berjuang mempertaruhkan hidupnya demi menemukan jawaban segala pertanyaan di hatinya...,

    >>Teruntuk semua saudara/i para muallaf yang di cintai Alloh Swt, semoga Alloh Swt selalu memberikan kekuatan dan perlindungan di setiap langkah mu..di lautan cintanya yang maha luas.

    >>> Saya lupa: nanti postingin tentang gerakan wakaf al qur'an juga om, untuk pengembangan islam di tanah papua, kalau ga salah kerjasama dengan AFKN juga,..waktu islamic book fair mereka buka stand nya, siapa tahu teman2 mau ikut mewakafkan al qur'an dan shodaqoh buat saudara2 muslim di sana<< infonya saya ada

    tx
    salaam

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  3. Assalamualaikum Kang gene, saya stefanus seorang mualaf sekarang saya lg tinggal di majlis talim di bogor, jiak berkenan dan jika kang gene ada teman saya bisa bantuan cari kerja no hp saya 085651320040, terima kasih sebelumnya

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...