Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

09 October, 2009

Korban Gempa Dan Orang Kaya


[Isi artikel ini kurang lebih sama dengan surat saya yang diterbitkan di Jakarta Post kemarin. Saya terjemahkan buat teman2 yang kurang paham.]


Assalamu'alaikum wr.wb.,

Beberapa hari yang lalu, saya baca di berita bahwa menteri dan anggota senior Golkar Aburizal Bakrie telah berjanji untuk membuat dana 1 triliun untuk mengembangkan Golkar lagi (kalau mereka angkat dia sebagai ketua umum). Tetapi saya belum baca berita bahwa Bakrie ataupun orang kaya lain bersedia mendirikan dana 1 triliun untuk membantu korban gempa di Padang atau Jawa Barat. (Ada gempa bumi juga di Jawa Barat sekitar 4 minggu yang lalu, tetapi hal itu jarang dibahas sekarang. Tidak apa-apa. Kita seakan-akan hanya sanggup mengingat satu bencana saja. Mengingat dua sulit.)

Sepertinya, kalau sedang mengejar kekayaan dan kekuasaan, maka jumlah besar seperti 1 triliun bisa saja dicari. Dan sepertinya memang ada banyak sekali orang yang punya kekayaan pribadi yang besar karena jumlah mobil mewah seperti Bentley, Ferrari, Porche, Hummer, dan Lamborghini bertambah terus di jalannya Jakarta.

Bagi orang yang sangat peduli pada kekayaan dan kekuasaan, uang sebesar 1 triliun sepertinya bisa dicari dengan mudah, asal berhasil menambahkan kekayaan dan kekuasaan lagi. Tetapi kalau yang membutuhkannya adalah rakyat sendiri yang sedang menderita, maka suara dari kaum elit tidak terdengar lagi.

Kalau masih musim kampanye, pasti ada 40 partai politik yang siap terjun ke Padang untuk membagi-bagi sembako dan kaos dengan muka para caleg dia atasnya. Sayangnya ini sudah bukan musim kampanye lagi.

Hari Minggu kemarin saya lihat di berita bahwa TNI-AU akan berhenti mengirim bantuan ke Padang pada hari itu (4 Oktober). Alasannya, bantuan yang telah dikirim kemarin masih bertumpuk2 di bandara Padang, dan belum dibagikan. Sepertinya tidak ada yang tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas semua bantuan yang sudah dikirim itu. Tetapi tidak ada yang peduli. Solusi yang paling sederhana adalah untuk berhenti kirim bantuan sementara.

Pemerintah bertindak secara lambat dan birokratis (seperti biasa). Contohnya, saya juga lihat di berita bahwa salah satu bupati di Padang menolak untuk membagikan bantuan yang telah diterima kecuali para korban bisa menunjukkan surat2 dari ketua RT dan RW. Oleh karena itu, bantuan bertumpuk2 di dalam kantor sang bupati tersebut. Saya jadi berfikir, bagaimana caranya untuk mendapatkan surat dari ketua RT kalau sang ketua RT sendiri juga tertimbun di bawah reruntuhan rumahnya?

Kalau perkara yang sama sedang terjadi di negara barat yang maju, seperti Australia, Inggris, atau Perancis, maka semua warga pasti sudah mulai protes dengan keras. Orang yang bertahan hidup tanpa makanan, minuman, tempat pengungsi atau pengobatan selama 5-10 hari pasti teriak dengan keras tentang tindakan pemerintah yang lambat, dan kemungkinan besar ada pejabat yang terpaksa mengundurkan diri. Tetapi ini Indonesia.

Bisa dijamin sebagian korban akan wafat, walaupun selamat dari gempa, disebabkan mereka tidak dapat air bersih, makanan, obat-obatan, dokter, dan sebagainya. Tetapi itu bukan perkara besar karena mereka tidak akan dihitung. Hanya orang yang wafat cepat dari luka2nya akan dihitung oleh pemerintah. Tetapi dalam minggu-minggu dan bulan-bulan yang mendatang, akan ada lagi yang wafat dari penyakit yang bisa diobati, seperti diare, dihidrasi, infeksi, dan sebagainya. Tetapi karena mereka tidak wafat secara cepat, mereka tidak akan masuk perhitungan sebagai korban. (Korban yang paling baik adalah yang sudah wafat pada saat ditemukan, jadi lebih mudah untuk dihitung.)

Banyak negara sudah antrian untuk memberikan bantuan kepada korban di Padang, dan itu sangat dibutuhkan dan juga sangat dihargai. Tetapi warga Indonesia yang kaya bisa melakukan lebih tanpa harus ada bantuan dari negara asing. Tetapi sepertinya mereka tidak mau. Mayoritas dari orang kaya yang pernah saya lihat di Jakarta lebih terobsesi pada diri sendiri daripada orang lain, dan hanya bisa utamakan diri sendiri di atas segala-galanya. Atau minimal mereka akan membantu orang lain sesedikit mungkin (usaha yang paling kecil) tanpa terlalu berkorban supaya masih bisa hidup dalam kekayaan yang sangat berlebihan.

Dalam sejarah manusia kita, ada banyak sekali contoh dari orang yang sangat mulia dan baik hati, yang tidak peduli pada kekayaan yang berlebihan, dan lebih peduli tentang bagaimana mereka bisa membantu dan melayani orang lain, untuk mengangkat dan memperbaiki martabat manusia. Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Nelson Mandela dan Bunda Theresia adalah beberapa contoh saja. Kalau seandainya kita punya orang seperti itu yang tinggal di sini untuk menjadi contoh bagi yang lain, maka barangkali akan ada lebih sedikit Hummer di jalan-jalannya Jakarta dan lebih banyak dapur umum di Padang sekarang.

Tetapi ini Indonesia. Sebenarnya yang nyata adalah bantuan akan datang sedikit demi sedikit, sebagian orang akan bertahan hidup, sebagian lain akan wafat, sebagian akan menjadi pengemis karena mereka jatuh miskin atau badannya menjadi cacat, dan seluruh negara akan lupakan nasib saudara kita di Padang dan akan berfokus lagi pada artis sinetron yang mana yang sedang cerai.

Dan kita akan begitu terus sampai bencana yang berikut, dan pada saat itu semua orang akan kembali peduli untuk beberapa saat saja, sebelum sinetron atau acara gossip mulai lagi di tivi.

Dan kaum elit yang punya uang dan kekuasaan di Jakarta akan lupa juga, dan akan berfokus lagi pada sebuah keputusan yang berat: “Apakah saya mau beli sebuah Bentley lagi, atau beli Ferrari saja?” Dan dunia akan berputar terus. Selamat datang di Indonesia. Sampai jumpa pada bencana berikut. Dan pada saat itu, komentar ini bisa diulangi lagi karena pasti belum ada yang berubah.

Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene

1 comment:

  1. [komentar ini datang lewat email]

    Itulah INDONESIA, Aburizal Bakrie berani memberikan 1 trilyun untuk
    pengembangan GOLKAR tapi tak berani memberikan 1 trilyun untuk korban
    GEMPA Padang, Sumatra Barat, demikian juga dengan orang2 kaya lainnya
    di Indonesia. Na'uzdubiilahi min zhalik.

    Banyak Orang Indonesia teriak " Ganyang Malaysia" tapi di saat datang
    bencana dan musibah, kenapa justru Malaysia yang pertama kali menolong
    dan membantu korban Bencana Gempa, kemana orang2 Indonesianya? Kemana
    MPR/DPR ? Kemana perginya orang2 Indonesia yang teriak2 itu ? Kenapa
    bantuan2 pihak asing untuk korban bencana dijarah oleh bangsa
    Indonesia sendiri? Kenapa pelantikan anggota DPR dan DPD menelan biaya
    hingga Rp 46 M dan tak ada satupun yang mendoakan bangsanya yang
    tertimpa Musibah itu?

    "SAMPAI KAPAN BANGSA INDONESIA PUAS MENZHOLIMI BANGSANYA SENDIRI..!!"

    “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami
    perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya
    menta’ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
    maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),
    kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
    Quran Surat 17 (Al Isra) ayat 16

    Thanks
    Best Regards,

    Emilliano

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...