Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

20 May, 2010

Sehari-hari Ida Tidur di Kandang Kambing

Negara yang luar biasa! Coba bayangkan kalau Ibu anda harus tidur di sini…

Sehari-hari Ida Tidur di Kandang Kambing

Menanti Keadilan
Selasa, 18 Mei 2010 | 10:21 WIB
TANGERANG, KOMPAS.com — Nasib Ida (72) sungguh memprihatinkan. Di usia senja, hidupnya justru makin pedih. Ibu tiga anak itu adalah salah satu korban kebijakan Pemerintah Kota Tangerang. Nenek beberapa cucu itu kini terpaksa harus tidur di kandang kambing karena rumah gubuknya sudah rata dengan tanah, dibuldoser Pemkot Tangerang dua pekan setelah Lebaran 2009.

"Saya memang bukan orang asli Tangerang. Saya dari Pemalang, tapi saya tinggal di Kampung Sewan Bedeng ini sejak tahun 1975 sewaktu masih hutan," ucap Ida ketika ditemui, Senin (17/5/2010). Ida tercatat sebagai warga Kampung Sewan Bedeng, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari. Dia digusur karena tinggal di bantaran Sungai Cisadane. Nasib Ida tiba-tiba menjadi sorotan seiring dengan rencana penggusuran warga China Benteng di Kampung Tangga Asam, Lebakwangi, dan Kokun.

Menurut Ida, ketika rumahnya digusur oleh Satpol PP Kota Tangerang, ada ratusan rumah bilik dan semipermanen yang memadati Kampung Sewan Bedeng. Mereka umumnya adalah warga yang terpinggirkan karena ketidakadilan. "Kebanyakan bermata pencaharian tukang asongan," ujar buruh pengupas kacang dengan upah Rp 2.000/kg itu. "Saya tak bisa berbuat apa-apa. Rumah sudah tidak punya, mau tinggal di mana lagi? Ya, terpaksa tinggal di kandang kambing milik tetangga, meskipun bau," ujar Ida seraya menyeka air mata.

Tiga anaknya memang tinggal di Sewan Bedeng. Namun, nasib mereka juga tidak jauh beda. Hidup miskin dengan rumah kecil berdinding anyaman bambu. Nasib Ida yang memprihatinkan itu sempat membuat anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDI-P, Budiman Sudjatmiko, terenyak. Mantan aktivis itu seolah tidak percaya, di era reformasi ini masih ada rakyat Indonesia yang hidup tidak lazim.

"Bangsa ini sudah 65 tahun merdeka. Tapi ternyata masih ada yang hidup di kandang kambing. Ini sungguh tidak manusiawi. Negara harus bertanggung jawab!" ujar Budiman ketika berkunjung pekan lalu. Camat Neglasari H Habibullah mengaku tidak tahu ada warganya yang tinggal di kandang kambing. "Tak ada laporan bahwa ada yang tinggal di kandang kambing. Pak Lurah juga tidak lapor," ucapnya.

Menurut Habibullah, di Kecamatan Neglasari ada tujuh kelurahan. Empat di antaranya bersinggungan langsung dengan bantaran Sungai Cisadane, yakni Kelurahan Mekarsari, Kedaung Wetan, Kedaung Baru, dan Selapajang. "Jumlah keluarganya ada sekitar 250," katanya.
Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Neglasari, kawasan bantaran Sungai Cisadane akan dijadikan ruang terbuka hijau. "Sangat berbahaya jika ada warga yang tinggal di situ," kata Habibullah. (Valentino Verry)

Sumber: megapolitan.kompas.com

7 comments:

  1. Astaghfirullohal'adhim

    Ya Allah, ngga nyangka ada seorang ibu yang tinggal di kandang kambing. Semoga Allah tidak melaknat kami yang tinggal di komplek yang bagus di wilayah Tangerang, karena ketidakpengetahuan kami atas nasib si Ibu.

    Karena sebenarnya warga tetangga komplek Kamipun perekonomiannya menyedihkan, sehingga kami lebih mengutamakan kesejahteraan warga yang dekat perumahan kami.

    Ampuni kami ya Allah.

    ReplyDelete
  2. ASTAGHFIRULLAH...YANG SABAR YA MBAH. BUAT MAS GENE, KLO SI MBAH MSH D SEKITAR JAKARTA, KAYAKNYA ANDA WAJIB MENYANTUNI BELIAU. LALU KE MANA ANAK CUCUNYA ???? JANGAN2 UDA DI KUTUK JD KAMBING SEMUA ??

    ReplyDelete
  3. Assalamu'alaikum wr.wb.,
    Saya belum sanggup bantu orang dalam kondisi seperti ini, padahal saya mau. Saya masih belum kerja lagi dengan alasan masih selesaikan buku yang membandingkan Islam dan Kristen. Jadi, untuk tahan hidup, saya juga pinjam uang dan minta sumbangan dari teman2.
    Nanti kalau ada uang sendiri, insya Allah saya tidak keberatan bantu orang yang sulit.
    Contohnya kemarin, Yusuf si anak pemulung. Kalau bisa, saya pengen bantu sendiri, tetapi karena tidak sanggup, saya hanya bisa minta tolong sama teman2 untuk ikut santuni dia. Tetapi dari saya, hanya bisa kasih sedikit.
    Untuk menampung satu orang, saya belum sanggup.

    … TETAPI… karena saya pasang artikel itu di blog dan email kepada semua teman, ada pembaca blog di luar negeri yang hubungi saya. Dia tawarkan tempat tinggal di kampung (dengan saudaranya) untuk Ibu Ida itu (yang tinggal di kandang).
    Tadi saya sudah dapat nomor HP untuk 2 wartawan Kompas, dan sudah kasih infonya, dan minta tolong untuk hubungi ibu Ida itu.

    Saya menggunggu hasilnya pada hari Jumat besok. Insya Allah bisa dapat solusi.
    Mohon doa dari semua biar bisa berhasil dengan solusi yang baik dan tepat, dan penuh dengan rahmat Allah.

    Wassalamu'alaikum wr.wb.,
    Gene

    ReplyDelete
  4. Terimakasih pak gene.., ehm sebagai sesama anak bangsa dengan si ibu itu.., kita seharusnya malu.., dan lebih memalukan lagi dengan pihak-pihak yang seharusnya mengayomi rakyat miskin, rasa kepeduliannya kecil sekali.., masa lurah aja tidak tahu.., lalu kerjaannya apa, duduk2 manis saja di kantornya, ga pernah turun kelapangan?!! lalu asal terima laporan bawahan tanpa cek and ricek lagi...,

    Rasanya isi UUD negara ini yang menjadi dasar negara ini ada, cuma slogan semata: Rakyat miskin dan anak-anak terlantar diPELIHARA negara...??!!

    Pak Gene , tidak mencantumkan no rekening saja kah, mungkin kita-kita bisa ikut bantu.

    **saya paling ga tega, kalau ada ibu tua yang terlantar, karena dipikiran saya, bagaimana kalau itu ibu saya, nenek saya..:( atau nnanti saya seperti itu...

    ReplyDelete
  5. Assalamu'alaikum.

    Sebaiknya jangan mencantumkan nomor rekening di tempat publik seperti ini untuk menjaga supaya nanti tidak ada pihak2 yang berpikir kalo Gene sengaja memuat artikel2 untuk mencari sumbangan.

    Kalo nomor rekening sebaiknya disampaikan secara personal via email saja.

    Mister, terimakasih ya untuk segenap usaha dan jerih payahnya bantu sesama hamba Allah disini.
    Alhamdulillahi Robbil'alamin.

    I'm so proud of you, mister.

    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

    ReplyDelete
  6. Ini nggak adil,data orang miskinya kurang banyak bang,lah tuh di bawah jalan layang banyak yang nggak punya rumah,bu ida masih mending bisa tinggal sama kambing miliknya,yang dibawah jalan layang boro-boro punya kambing rumah aja nggak ada apalagi kambing

    ReplyDelete
  7. Dear iMada

    Sepertinya anda kurang cermat membaca posting tentang Bu Ida. Karena bu Ida tinggal di kandang kambing milik tetangganya.

    Jadi Bu Ida tidak punya kandang kambing apalagi kambing.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...