Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

09 November, 2010

“Two Thumbs Up” Untuk Gubenur Sumbar, “Two Thumbs Down” Untuk PKS

Assalamu'alaikum wr.wb.,

Dalam Bahasa Inggris, ada istilah “thumbs up” (acung jempol) yang diartikan “ sangat baik/bagus” atau “setuju”. Juga ada lawannya, yaitu “thumbs down” (jempol diarahkan ke bawah) yang diartikan “sangat tidak baik” atau “tidak setuju”. (Saya sudah cari yang setara dalam bahasa Indonesia, tetapi belum dapat.)

Setelah melihat apa yang terjadi dengan Gubenur Sumatera Barat Irwan Prayitno, yang berangkat ke Jerman setelah tsunami di Mentawai, saya merasa bahwa dalam menilai kasus ini, kita harus berikan “Two Thumbs Up” untuk Gubenur Sumbar, tetapi “Two Thumbs Down” untuk PKS.

Tetapi sang Gubenur juga berasal dari PKS, jadi kenapa bisa salut pada Gubenur, dengan sekaligus tidak setuju dengan PKS? Alasannya sederhana.

Setelah berita masuk media bahwa sang Gubenur sudah berangkat ke Jerman, banyak sekali orang mulai mengritik tindakan tersebut (dan saya juga sependapat bahwa dia seharusnya tidak berangkat). Dalam satu minggu, semua orang yang bicara dengan saya menyatakan sangat kaget Gubenur bisa tiba-tiba ke luar negeri setelah terjadi bencana. Lalu, orang2 itu sambil menggelengkan kepala juga menyatakan, “Dan dia dari PKS!” seolah tidak percaya orang PKS bisa begitu buruk dan tidak peduli pada rakyat.

Apa yang dilakukan oleh PKS? Mereka langsung mengeluarkan jurus bela diri, untuk melawan kritikan tersebut. Gubenur tidak salah. Dia ke sana untuk kepentingan propinsi. Dia akan tarik investasi ke Sumbar. Sebelum pergi, dia sudah capek membantu rakyat. Dan sebagainya.

Tidak ada tanda dari PKS bahwa ada kemungkinan tindakan Gubenur itu bisa salah.
Tidak ada tanda dari PKS bahwa dinilai wajar kalau rakyat marah.
Tidak ada tanda dari PKS bahwa Gubenur perlu minta maaf. (Dan tentu saja PKS tidak mau minta maaf atas nama Gubenur. Masa orang PKS bisa salah?)

Lalu setelah dibela oleh PKS selama hampir satu minggu, sang Gubenur sendiri juga mengeluarkan pernyataan. Apa yang dia katakan? > SAYA MOHON MAAF!

“Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kelupaan dan kekilafan, SAYA MOHON MAAF KEPADA SELURUH LAPISAN MASYARAKAT karena kunjungan kerja kami ke Jerman menimbulkan polemik dan pro kontra di masyarakat, TIDAK ADA NIAT SEDIKIT PUN MELUKAI HATI MASYARAKAT yang tertimpa musibah di Mentawai,” kata Irwan melalui siaran pers yang dikeluarkan Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Sumatra Barat, Minggu (7/11).
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/11/08/brk,20101108-290134,id.html

Luar biasa. Setelah sudah diberitahu banyak orang tidak setuju dengan tindakannya, sang Gubenur langsung tanggung jawab, dan minta maaf kepada siapa saja yang merasa sakit hati.
Tidak ada jurus bela diri seperti yang dikeluarkan oleh PKS, bahwa Gubenur pergi untuk kepentingan propinsi, untuk menarik investasi, dan sebagainya.

Coba bandingkan tindakan dan pernyataan Gubenur itu dengan pernyataan Sekjen PKS (“Seumur Hidup”) Bapak Anis Matta. (Walaupun dia bicara tentang anggota DPR, dan bukan Gubenur Sumbar, pernyataan ini menunjukkan SIKAP yang jelas dari seorang petinggi PKS.):

"Itu kan profesional saja, menurut saya itu kan tugas masing-masing Komisi, jadi tidak perlu dibatalkan, " ujar Sekjen PKS yang juga Wakil Ketua DPR Anis Matta kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (29/10/2010). Menurut Anis, menunda atau membatalkan kunjungan ke luar negeri bukan pilihan terbaik. Sekalipun ada bencana, mengabaikan tugas kedewanan dianggap Anis tidak tepat. "Yang berangkat itu kan yang sudah ada draf UU nya, jadi tidak bisa dibatalkan. Ini kan tugas dalam pembuatan UU," jelas Anis."KITA CUKUP MEMBANTU DENGAN MENGUMPULKAN DANA DARI FRAKSI. DARI PKS SUDAH ADA RP 1 MILIAR untuk yang di Yogyakarta," tutupnya.
http://www.detiknews.com/read/2010/10/29/140714/1478742/10/fpks-tolak-batalkan-kunker-luar-negeri-saat-masa-bencana?991103605

TAFSIRNYA:
Kita sudah kasih DUIT. Jadi buat apa membatalkan perjalanan anggota DPR (atau Gubenur) ke luar negeri, untuk menikmati fasilitas bintang 5, dan main-main ke tempat wisata yang menarik, dan juga menikmati kesempatan belanjanya!!! Yang penting duitnya bos!

Jadi, dari ini sudah sangat jelas. Kalau seorang pejabat publik atau wakil rakyat dari PKS berangkat ke luar negeri, setelah terjadi bencana, dan masyarakat menjadi marah, maka PKS menilai RAKYAT YANG SALAH.

Tetapi dalam kasus ini, Gubenur Irwan Prayitno bertindak secara baik dan tanggung jawab, dan langsung minta maaf. Sedangkan PKS sendiri berusaha semaksimal mungkin untuk membenarkan perjalanan tersebut, dengan mengeluarkan semua jurus bela diri untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang mereka rasakan di dalam hati adalah salah. (Masa PKS bisa salah? Masa PKS perlu dikritik? Masyarakat yang salah paham. Gubenur tinggalkan mereka untuk kepentingan mereka sendiri.)

Tetapi kalau seandainya itu benar, tentu saja Bapak Gubenur tidak akan perlu minta maaf kepada masyarakat. Ternyata…
(Coba membandingkan Gubenur Sumbar yang langsung minta maaf, dengan Gubenur DKI yang menolak minta maaf atas kebanjiran dan kemacetan yang terjadi 2 minggu yang lalu, dan malah langsung menyalahkan rakyat!)

Jadi, di antara pernyataan PKS yang mengatakan “Tidak salah” dan pernyataan Gubenur yang mengatakan “Saya mohon maaf” kelihatan sekali sebuah perbedaan yang sangat tajam.
Ditambah lagi dengan pernyataan Sekjen PKS yang merasa kalau sudah dikasih uang, maka itu sudah cukup, dan masyarakat tidak membutuhkan selain uang saja. Masyarakat tidak perlu merasa bahwa pemimpin mereka atau wakil rakyat harus setia menemani mereka dan memperhatikan mereka. Yang penting duitnya saja!

Secara kasar, seolah-olah petinggi PKS mengatakan: “Sudah dikasih duit, diam aja lu!”

Semoga Pak Gubenur Irwan Prayitno bisa melanjutkan tugasnya secara baik dan benar sekarang.
Lain kali, kalau ada bencana, dan terasa perlu ke luar negeri, alangkah baiknya membuat konperensi pers dulu, menjelaskan kepada rakyat kenapa harus pergi, dan tekankan bahwa Wakil Gubenur akan tetap memantau atas nama Gubenur, dan Gubenur tetap mendapat update lewat telfon, sms, dan email setiap jam selama pergi keluar negeri, dan sebagainya. Saya kira kalau dilakukan secara baik dan terbuka seperti itu, jumlah orang yang marah atau tidak setuju menjadi sedikit sekali. Sayangnya kemarin, Pak Gubenur berangkat begitu saja, tanpa memberitahu rakyat terlebih dahulu.

PKS sekali lagi membuktikan diri tidak pandai mengendalikan media massa, dan sangat salah dalam menilai aspirasi dan harapan masyarakat. Kapan PKS akan berubah, atau minimal kembali ke semula, ketika partai itu penuh dengan orang idealis yang sangat peduli pada masyarakat dan aspirasi ummat Islam secara khusus? Semua itu sudah dibuang dan diganti dengan sikap: “Sudah dikasih duit, diam aja lu!” (Apa bedanya dengan para elit partai yang lain, yang juga bersikap demikian terhadap kepentingan rakyat?)

“Two Thumbs Up” untuk Gubenur Sumbar (semoga lebih banyak pejabat bisa mengikuti contohnya dalam tanggung jawab dan minta maaf) tetapi “Two Thumbs Down” untuk PKS.

Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto

10 comments:

  1. Berprasangka baik aja. Masih banyak kader PKS yg baik dan peduli. Mudah-mudahan tidak terulang lagi.

    ReplyDelete
  2. MasMas Anonymous, coba baca lagi tulisan saya. Tidak ada komentar tentang kader2 PKS. Semuanya berkaitan dengan para pemimpin dan caranya mereka memimpin. Untuk kader di lapisan bawah, saya tidak ada masalah dari dulu sampai sekarang, dan banyak teman saya juga menjadi kader.
    Untuk kader yang lebih elit, yang saya anggap masalah hanya sikap diam mereka, ketika terjadi sesuatu. Mereka bicara dengan baik, dan ideologi yang tinggi, tetapi kenyataan di lapangan membuktikan mereka mirip dengan TNI: tidak mau bertentangan dengan atasan, sekalipun merasa atasan salah, tetap akan dibela dan dibenarkan. Sikap seperti itu tidak baik dan tidak mulia. Tetapi selalu muncul terus dari dalam tubuh PKS.
    Lebih buruk lagi ada orang seperti Sekjen “Seumur Hidup” PKS yang menyatakan rakyat sudah dikasih uang, jadi tidak ada lagi yang dibutuhkan dari para pemimpin. Itu sangat buruk, dan saya tidak akan heran kalau ada politikus Golkar yang bicara seperti itu pada masa Orde Baru. Ternyata, dia itu Sekjen PKS (yang tidak pernah diganti) dan dia bicara seenaknya kepada publik, tanpa ada elit partai yang lain yang mau menegur atau menyampaikan pendapat yang berbeda.
    Jadi yang diketahui oleh masyarakat adalah pendapat Anis Matta = pendapat PKS. Dan pendapat Anis Matta adalah, kalau rakyat yang menjadi korban sudah dikasih duit, tidak menjadi masalah kalau para pemimpin dan wakil rakyat jalan-jalan ke luar negeri.

    ReplyDelete
  3. Assalamu'alaykum

    Gene, boleh ikut kasih komentar ya.

    Membaca kritikan Gene tentang PKS mungkin ada benarnya, tapi apa mungkin ya Mr Anis Matta akan membuka blog ini dan membaca kritikan/ saran Gene Netto?

    Kalau tidak salah, Gene punya hubungan baik dengan petinggi PKS-dulu pernah foto bareng Mr Tifatul- setelah pelantikan beliau.

    Dengan adanya hubungan baik itu apakah tidak sebaiknya Gene memberikan kritikan/saran langsung ke Mr Anis Mata atau lewat orang dekat beliau, sehingga kritikan itu bisa langsung sampai dan didengar, sehinga kritikan/saran ini efektif.

    Politik itu membingungkan bagi orang awam seperti saya.

    Maaf bila komentarku tidak berkenan, kalau salah silahkan diluruskan, kalau mau marah juga boleh mmpung belum pada kena penyakit darah tinggi :P.

    Wasalamua'alaykum

    nenghaji

    ReplyDelete
  4. Kalau sekiranya begitu gampang memperbaiki seorang politikus, saya kira tidak akan ada politikus satupun di negara ini yang tidak beres. Kita cukup ngomong sekali saja dan mereka langsung memperbaiki diri. Hehehe..
    Tidak usah politikus, coba anda datang kepada teman yang sudah yakin pada agama Islamnya, dan ajak dia pindah agama menjadi orang Kristen. Cukup mengajak saja dan dia pasti mau, begitu? Atau coba datang kepada orang yang sudah terbiasa merokok. Ajak dia berhenti saat itu juga, dengan menjelaskan kesalahannya. Dia pasti mau dengar dan berubah, begitu?
    Atau orang yang pakai narkoba. Mau langsung dengar dan berubah?
    Kebiasaan dari kebanyakan manusia tidak bisa diubah begitu saja, hanya dengan bicara kepadanya. Begitu pula politikus di Indonesia. Mereka hanya peduli pada pemilih (dan itupun hanya pada saat pemilu).
    Makanya, kalau dikritik di tempat umum, mungkin orang yang sebelumnya memilih dia sebagai anggota DPR tidak mau begitu lagi, dan semua pengurus PKS yang selalu memilih dia sebagai Sekjen PKS akan memilih orang yang lebih baik. Tetapi lihat sendiri. Setiap ada pemilihan di dalam tubuh PKS, AM selalu diangkat lagi sebagai Sekjen lagi.
    Jadi, lebih baik dikritik daripada diam, dan lebih baik di tempat umum biar semua orang bisa berfikir juga tentang kualitas wakil rakyat mereka dan partai yang mereka dukung.

    ReplyDelete
  5. pada omong kosong apa si tuh pengungsi merapi butuh bantuan dan relawan,makam kurang,MCK kurang,sakit ISPA,berbuat nyata deh jangan cuma pada bisa OMDO(omong Doang!)lagian hari gini masih pada percaya partai,sekarang coba apa yang bisa partai perbuat?Sudah sana pada jadi relawan biar idealismenya ngga cuma jadi teori!

    ReplyDelete
  6. Hmm.. semoga kita tidak mengambil kesimpulan dari sesuatu yang hanya di permukaan, tanpa analisa yang panjang, lalu menginterpretasikan negatif....

    Semoga juga saat mengkritik itu semangat perbaikan yang ingin dibawa, bukan karena interest pribadi, ya Pak :)

    ReplyDelete
  7. saya jadi bingung aja nih....kenapa umat islam sangat mencari-cari kesalahan PKS dan kadernya ? jk ada sedikit kekeliruan langsung di blow up sebesar-besarnya seolah-olah yg memblow up adalah orang suci yg ga pernah berbuat salah.selain masalah gub sumbar ada lagi masalah tifatul sembiring salaman dgn ny.obama yg dikritik sedemikian tajam dan tak berprikemanusiaan. insaf dan sadarlah serta senantiasa berfikiran positf

    ReplyDelete
  8. saya baru tahu kinerja PKS,slama ini saya percaya banget sama berita-berita negatif tentang PKS di media dan blog ini,OK thank's saya akan rajin kunjung ke islamedia untuk cari berita ke sunbernya langsung n lebih bisa depertanggung jawabkan daripada dari sunber yang tidak jelas n negatif thinkers.

    ReplyDelete
  9. Hahayy.... Nah itu dia akibatnya kalo pejabat pada punya profesi sambilan sebagai tukang 'ember'. Ada yang seneng jualan 'ember bocor' lewat twitter. Sampe-sampe 'ember'nya jadi perbincangan dan dikritik orang se-dunia. Ada yang seneng jualan 'ember bocor' di media, supaya makin eksis. Biasa lah itu...

    Salam kangen om Gene. hehe ^_^

    ReplyDelete
  10. Assalamualykum

    To Anonymous/ comment tgl 14 Nov 2010

    Menanggapi tulisan Saudara tentang blow up berita, khususnya pejabat negara, ini terjadi tidak hanya pada pejabat yang berasal dari PKS. Kalau anda sedikit jeli, baru-baru ini ada seorang anggota DPR dari partai yang bukan PKS juga di blow up kok, karena skandal sex. Fotonya terpapang sangat besar di sebuah tabloid. Bahkan menurut berita, tabloid yg beroplah 75.000 eksemplar harus dicetak ulang karena sebelum sempat beredar ke pelanggan sudah diborong oleh seseorang karena memuat berita sang anggota DPR.

    Jadi intinya, bahwa yang menarik perhatian adalah bukan dari partainya tapi karena jabatannya.

    Kalau kemudian pejabat dari PKS disorot tajam karena melakukan kesalahan ( sengaja atau tidak segaja)seperti yang dilakukan oleh Mr. TS, hal ini terjadi karena PKS dikenal sebagai partai Islam,yang memang latar belakang PKS adalah orang-orang pengajian ( ikhwanul muslimin). Masyarakat punya harapan lebih kepada partai Islam yang kental dengan orang-orang pengajian, dan kalau kemudian ada perilaku dari pejabat dari PKS yang menurut orang awam tidak pantas dilakukan oleh orang yang faham agama maka kritik tajam akan terjadi.

    Itulah resiko pejabat-pejabat yang berasal dari partai orang-orang pengajian, karena semua ucapan dan perilaku pejabat melekat pada jabatan yang dihubungkan dengan keIslamannya.Kalau orang-orang biasa membuat lelucon yang tidak lucu maka tidak akan ada yang mengkritik karena mereka bukan siapa-siapa. Memang berat jadi pejabat, karena harus menjaga tingkah laku dan ucapan, karena prilaku mereka disorot banyak pihak.

    Saya jadi teringat sebuah email yang dikirim oleh seorang teman beberapa waktu yang lalu. Email itu berisi gambar presiden Iran Akhmad Dinejad yang sedang mengatupkan tanggannya ke dadanya takkala ada seorang pejabat wanita dari Eropa mengulurkan tangan hendak menjabat tangan sang Presiden.

    jadi jangan merasa kritikan orang tentang pejabat dari PKS tak berperikemanusiaan, anggaplah itu sebagai peringatan agar kedepan lebih berhati hati dalam sikap dan ucapan.

    Demikian tanggapan saya atas comment Anda, kalau ada yang salah mohon dibetulkan, dan kepada kader PKS saya mohon maaf kalau tidak berkenan dengan tulisan saya.

    nenghaji

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...