Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

14 October, 2011

Menjawab Kritikan Terhadap Artikel Vaksinasi (Vaksinasi atau ASI?)


Assalamu’alaikum wr.wb.,
Setelah saya menulis artikel Jangan Menolak Vaksinasi Untuk Utamakan ASI tadi siang, ternyata langsung diprotes beberapa orang, di Blog, Facebook dan juga lewat email. Saya menulis artikel itu karena ada teman yang menegaskan bahwa ada sebuah konspirasi global untuk merusak ummat Islam lewat vaksinasi. Anehnya, dokter, ilmuan dan rakyat di negara2 barat justru memberikan vaksin yang sama kepada anak kandung mereka. Dan lebih aneh lagi, mereka sembuh dari penyakit (tentu saja dengan izin dari Allah). Polio tidak ada di negara barat. Di sini masih bisa muncul. Variola atau cacar (disebut smallpox dalam bahasa Inggris) tidak ada di SELURUH DUNIA sejak 1979 karena dibuat program vaksinasi massal. Kok bisa hilang? Mestinya masih ada, karena vaksinasi hanya akan membuat ummat Islam sakit, rusak dan mandul (katanya).

Beberapa orang yang langsung berprotes terhadap artikel saya berpegang pada pendapat fanatik aslinya, yaitu cukup cara “pengobatan Nabi SAW” sebagai terapi yang terbaik. Obat dari dunia barat tidak perlu. Lalu dikutip hadiths2 di mana Nabi SAW mengunyah kurma, dan ludahkan pada mulut seorang bayi. Cukup begitu sebagai “pengobatan” katanya. Anehnya, di dalam semua hadiths tersebut, tidak ada satu kalimat di mana Nabi Muhammad SAW mengatakan “Setelah dikasih kurma dan ludah, bayi ini akan selamat dari semua penyakit seumur hidup.” Dalam kata lain, Nabi SAW sendiri tidak pernah mengatakan bahwa itu adalah upaya “pengobatan” yang paling sempurna untuk semua penyakit. Jadi kenapa perbuatan tersebut dikaitkan dengan pengobatan terhadap berbagai macam penyakit, seperti polio, cacar, dan difteri yang mungkin saja tidak dikenal di zaman Nabi SAW?

Anak kena Cacar? Kasih kurma saja. Polio? Kurma saja. Demam berdarah? Kurma. Tifus? Kurma. Kanker? Kurma saja yang dibutuhkan. Begitu fanatik orang2 tersebut, mereka merasa bahwa sesuatu yang tidak berasal dari Nabi SAW, seperti vaksinasi, harus ditinggalkan begitu saja.

Selanjutnya, ada juga sebagian orang yang mulai mengutip “bukti ilmiah” bahwa banyak dokter di negara barat sudah mengutuk vaksinasi juga. Salah satu komentar memberikan daftar panjang dokter yang (katanya) menolak vaksin. Saya ambil salah satu nama sebagai contoh dan melakukan pencarian di internet. Ini hasilnya.

[Kutipan, yang katanya berasal dari dokter barat] :
Apa kata ilmuan tentang vaksinasi? “Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.” (Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institut Kesehatan Nasional Amerika)

Versi bahasa Indonesia ini ternyata hanya diterjemahkan dari bahasa Inggris. Ini kalimat yang disebarkan dalam bahasa Inggris:  Dr. James R. Shannon, former director of the National Institute of Health (NIH) reported in December, 2003 that “the only safe vaccine is one that is never used”.

Jadi versi bahasa Indonesia hanya diterjemahkan saja (dari situs2 konspirasi dan situs anti-vaksinasi), dengan menyebutkan tanggal 2003. Daftar Dokter yang pernah menjadi Direktur NIH dari tahun 1887 sampai dengan sekarang bisa dilihat di situs resminya. Dr. James R. Shannon tidak ada. (NIH - The NIH Almanac - Historical Data - Directors).

Dr. James R. Shannon tidak ada, tetapi ada yang bernama Dr. James Augustine Shannon, dan dia wafat pada tahun 1994. Jadi, ada kemungkinan bahwa Dr James R. Shannon tidak ada dan kutipan ini adalah rekayasa. Atau Dr. James Augustine Shannon bangkit dari kuburan dan memberikan kutipan 7 tahun setelah kematian (dan kutipan itu berlawanan dengan apa yang dikerjakan seumur hidup, yaitu menjaga kesehatan masyarakat lewat vaksinasi). Anehnya, kutipan tersebut hanya berada di situs2 anti-vaksinasi. Di tempat ilmu kedokteran dan situs2 lain tidak ada.

Saya memilih nama dokter yang lain, dan hal yang sama terulang lagi. Hanya ada satu kalimat yang dicopy-paste di dalam ratusan situs konspirasi dan anti-vaksinasi. Nama dokter tersebut (kalau memang nama itu ada dan bukan rekayasa) tidak muncul di tempat lain, dan sama sekali tidak ada dalam situs ilmu kedokteran yang resmi. Artinya, seorang dokter senior yang katanya punya keahlian khusus hanya menulis satu kalimat seumur hidup, dan satu kalimat itu saja yang diangkat dan disebarkan. Dia tidak melakukan penelitian apapun, tidak pernah membahas apapun, tidak menulis buku atau artikel, tidak masuk berita, tidak pernah bicara dengan wartawan, dan tidak punya keistimewaan apapun selain menulis satu kalimat anti-vakinsasi tersebut. Kok bisa? Bukannya itu aneh sekali dan tidak masuk akal??

Jadi, yang dilakukan oleh orang yang percaya pada konspirasi (tanpa mau menggunakan akal yang sehat) adalah mereka selalu siap percaya pada tulisan apa saja, asal bisa dikutip nama seorang dokter. Kita semua bisa merekayasa informasi dengan cara yang sama dan menyebarkan. Coba baca ini. Percaya atau tidak?
“Riset terhadap banyak pria di Indonesia oleh Dr. Gene Q. Bean, seorang pakar biologi, membuktikan bahwa seorang suami yang nonton Opera Van Jawa lebih dari 1 kali per minggu akan menjadi mandul dalam waktu 5 tahun.”
Percaya kan? Ada nama seorang dokter, dan katanya dia juga pakar. Masa tidak mau percaya. Sudah ditulis di internet. Sudah pasti benar. Betul?

Begitulah sebagian dari ummat Islam sekarang. Orang mana saja bisa menulis apa saja di internet, dan kalau dikatakan “dari riset” atau ditulis oleh “seorang “dokter” maka pasti dipercayai karena membuktikan adanya konspirasi global terhadap ummat Islam. Kasihan orang Muslim yang begitu cepat lepaskan akal sehat, membuang nasehat terbaik dari para dokter (yang dapat ilmunya dari Allah SWT) dan percaya pada apa saja yang ditulis di internet oleh orang yang tidak dikenal.

Informasi tentang vaksinasi itu, yang dikutip dari internet dan disebarkan, seringkali berasal dari “situs anti-vaksinasi”. Semuanya hanya kutip kalimat yang sama dari situs lain, sehingga ada ribuan situs dengan isi persis sama. Orang lain mengambil infonya dari “situs konspirasi”. Situs2 yang saya maksudkan jarang ada dalam bahasa Indonesia. Tetapi dalam bahasa Inggris ada ribuan, atau mungkin puluhan ribu. Isinya rata2 sama. Apa saja yang bisa ditulis, tanpa bukti atau riset ilmiah akan mereka cantumkan di situ. Makin gila klaim-klaim mereka, makin banyak dikopi dan disebarkan.

Mau dapat contohnya? Seperti ini: Micheal Jackson tidak wafat tetapi hidup di pulau terpencil sekarang (tetapi foto jasad ada, dan dokter yang melakukan autopsi ada). Amerika tidak mendarat di bulan (tetapi fotonya dari satelite sudah ada, yang membuktikan masih ada semua barang yang ditinggalkan di sana). Tsunami Aceh disebabkan bom nuklir dari Amerika (lalu ke mana radiasinya? Lihat Fukushima. Tidak ada yang bisa hidup di sana. Aceh? Aman dan bersih. Jadi radiasi nuklir itu hilang ke mana?) Asap putih di belakang pesawat adalah kimia yang sengaja disemprot untuk membuat rakyat mandul (tapi jumlah penduduk di dunia meningkat terus. Kok bisa? Mesti mandul semua!) Semua penemuan teknologi Amerika (laser, microwave, HP, internet, dsb.) berasal dari teknologi alien yang mendarat di sini dulu, dan ditahan oleh pemerintah Amerika. Dan seterusnya. Tidak ada batas terhadap ide-ide gila yang bisa mereka ciptakan sendiri.

Selanjutnya, beberapa dari kritikan yang masuk menyebutkan nama Jerry Grey (sebagai bukti ada konspirasi). Pak Jerry masuk Islam dan sekarang ceramah dan menulis buku di sini tentang kejahatan Amerika. Dia bukan pilot, tetapi hanya mekanik mesin pesawat (berpangkat sersan). Setelah keluar dari angkatan udara, dia menganggur 7 tahun dan tinggal di mobilnya di Hawaii (dia sendiri yang ceritakan kepada saya). Menurut saya, itu bukan sosok seorang peneliti berilmu tinggi yang bisa diyakini. Sebagian dari apa yang dia tulis memang ada benarnya. Pemerintah Amerika (dan hampir semua pemerintah lain) memang pernah melakukan kejahatan. Itu sudah fakta. Tetapi kenyataan yang satu itu tidak secara automatis membuat semua komentar yang lain menjadi benar, tanpa perlu dibuktikan. Kalau ada orang yang mau baca, semua yang ada di buku Pak Jerry juga ada di situs2 konspirasi di internet dalam bahasa Inggris, jadi tidak ada ilmu yang baru di dalam bukunya. Hanya ada informasi yang dikopi dan diterjemahkan saja.

Ada orang lain yang mengatakan bahwa 30% dari dokter di Amerika menolak vaksinasi. Dari mana info itu, selain situs anti-vaksinasi dan situs konspirasi? Siapa yang melakukan studi itu? Pada tahun berapa? Terhadap berapa banyak dokter? Tentu saja semua informasi itu tidak ada karena studi itu juga palsu dan rekayasa. Coba baca ini:

“Prof. Dr. Gene Q. Bean dari Universitas Kedokteran Negara di Jakarta, mengatakan bahwa 30% dari dokter di Indonesia pernah melakukan operasi dalam keadaan mabuk dan membunuh pasiennya.” Percaya kan? Ada nama seorang dokter, dan universitasnya juga dikutip. Nama tempatnya kedengaran resmi. Namanya sepertinya resmi juga. Masa tidak mau percaya? Sudah ditulis di internet. Sudah pasti benar. Betul? Profesor Bean itu masa berbohong di internet? Silahkan anda pergi ke universitas dan mencari sang professor. Selamat kalau bisa ketemu.

Ummat Islam seharusnya bisa cerdas. Ada banyak sekali ayat di dalam Al Qur'an yang menyuruh kita berfikir. Dan berfikir tanpa landasan akal yang sehat hanya akan membuat orang cepat sengsara. Sayangnya, terlalu banyak orang di sini merasa tidak membutuhkan akal, atau ilmu, atau riset yang benar. Cukup mempercayai apa saja yang ada di internet (padahal itu bisa saja merupakan fitnah terhadap orang non-Muslim) selama tulisan itu mendukung keyakinan mereka bahwa ada konspirasi global terhadap ummat Islam. Kalau tetap berfikir seperti itu, ummat Islam tidak akan bisa maju.

191. "…Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan…"
(QS. Al Baqarah 2:191).

19. "…Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran."
(QS. Ar-Ra'd 13:19).

Wabillahi taufik walhidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

28 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Yang saya tahu ludah (lebih tepat bekas kunyahan Nabi) dalam hadits tsb bukan untuk pengobatan tapi utk mendapat keberkahan yg diberikan Allah dari seorang Nabi. Tidak cocok utk dipraktekkan dr orang yg biasa2 saja (justru banyak bakterinya), kecuali mungkin bekas kunyahan dari seorang "WaliAllah".

    Mengenai pro kontra vaksin di Internet akan selalu ada & saling salah menyalahkan dgn segala argumentasinya & contoh2nya , konspirasi atau tdk ada konspirasi hanyalah suatu masalah yg akan terus terbuka & tidak pernah selesai. Masing2 mempunyai alasan yg "masuk akal". Pilihan kembali pd masing2 pribadi.

    “Barang siapa yang meninggalkan dusta sedang dia dalam keadaan salah, dibangunkan untuknya (sebuah rumah) dipinggir surga. Dan barang siapa meninggalkan PERDEBATAN sedangkan dia dalam keadaan benar, dibangunkan (oleh Allah) untuknya dipertengahannya dan barangsiapa yang baik akhlaknya dibangunkan untuknya (rumah) yang paling tinggi”. (H.R Tirmidzi) Hadits Hasan.

    Wallahu'alam

    ReplyDelete
  3. boss saya di kantor memiliki putra yang mengalami sindroma asperger. beliau curiga ini akibat vaksin mmr karena sebelum vaksin, putranya tidak mengalami kelainan apa-apa. beliau menyarankan saya utk hati-hati dalam vaksinasi mmr.

    infeksi mmr bisa membunuh, tapi terkena asperger jg bisa 'membunuh' semangat orang tuanya. kalau tidak sabar-sabar, asperger bisa berubah jadi autism beneran. nanti makin banyak anak yg dirantai lagi :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. dari hasil penelitian yang ada, AS (asperger syndrome) itu birth defect, kejadiannya dari masa pertumbuhan janin dalam kandungan (mungkin juga genetik soalnya tp gen penyebab AS belom ditemukan sampai saat ini)... walaupun dari masa kandungan tp gejalanya mungkin baru muncul waktu anaknya usia 2 tahunan karena yang tergangu perkembangan sosialnya, kalo bayi mungkin agak susah dinilainya...

      jadi nggak ada hubungannya sama vaksin... mohon cari referensi sebelom posting...
      http://www.ninds.nih.gov/disorders/asperger/detail_asperger.htm

      Delete
  4. Ya, memang ada banyak cerita seperti itu. Masalahnya, munculnya gejala autis atau Asperger dan waktu perlu vaksinasi terjadi pada tahun2 yang sama. Dengan sangat gampang bisa disimpulkan bahwa satu menjadi penyebab terhadap yang lain. Tetapi semua riset ilmiah, termasuk riset berskala besar, yang memeriksa puluhan ribu studi yang lain, tidak menemukan bukti apapun bahwa ada kaitan antara vaksin MMR dan gejala autis. Seharusnya ditemukan suatu hasil kalau memang ada kaitannya.
    Sayangnya, untuk urusan vaksin, tidak bisa "hati-hati". Hanya bisa memilih atau menolak. Tidak ada pilihan yang ketiga. Saya juga merasa kasihan dengan orang tua yang anaknya menjadi autis karena sudah tahu sulitnya mengajar anak seperti itu (apalagi ada di rumah sepanjang hari). Tetapi selama belum terbukti ada hubungan, saya lebih kasihan dengan orang tua yang anaknya jadi sakit2an atau malah kritis setelah kena salah satu penyakit yang mau dihindari dengan vaksinasi. Kita perlu melihat dari sisi ilmiah, dan bukan dari emosi semata.
    Wassalam,
    Gene

    ReplyDelete
  5. The MMR vaccine controversy was a case of scientific misconduct which triggered a health scare. It followed the publication in 1998 of a paper in the medical journal 'The Lancet' which presented apparent evidence that autism spectrum disorders could be caused by the MMR vaccine, an immunization against measles, mumps and rubella.

    Investigations revealed that the lead author of the article, Andrew Wakefield, had multiple undeclared conflicts of interest, had manipulated evidence, and had broken other ethical codes. The Lancet paper was partially retracted in 2004 and fully retracted in 2010, and Wakefield was found guilty by the General Medical Council of serious professional misconduct in May 2010 and was struck off the Medical Register, meaning he could no longer practice as a doctor. The research was declared fraudulent in 2011 by the BMJ. The scientific consensus is that no evidence links the vaccine to the development of autism, and that the vaccine's benefits greatly outweigh its risks.

    ReplyDelete
  6. Pak Gene, mungkin ada konspirasi agar umat muslim tidak melakukan vaksinasi, agar generasi muda umat muslim sakit-sakitan akibat tidak divaksin, sehingga tidak bisa maju.

    Salam
    :D

    ReplyDelete
  7. Hahaha. Justru sikap anti-vaksinasi itu muncul dari orang Muslim sendiri, karena nafsu mereka untuk mencari dan percaya pada konspirasi. Kalau sikap itu didorong dari luar, saya belum melihat buktinya. Sepertinya itu murni karena sikap dan cara berfikir mereka sendiri yang tidak sehat. Oleh karena itu, omong kosong apa saja yang ditulis di internet oleh orang yang tidak dikenal mau dipercayi begitu saja oleh mereka.
    Saya sungguh tidak paham sikap seperti itu.

    ReplyDelete
  8. sebenarnya vaksinasi itu ada benar dan salahnya. vaksinasi adalah bibit penyakit yang dilemahkan, jd ada standarnya. sedangkan antibody/imun seseorang yang akan divaksinasi berbeda-beda, ada yang kuat, ada juga yang lemah. bila lemah maka vaksinasi menjadi bencana karena memasukan bibit penyakit ketubuh kita.

    itu menurut pemikiran saya, monggo kalau ada yang mau menambahkan,...

    ReplyDelete
  9. Saat ini beredar di masyarakat berbagai pertanyaan dan keraguan terkait dengan kehalalan vaksin. Untuk menjawab semua itu, Sekretaris Satgas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi menjawabnya lewat laman http://m.antaranews.com/berita/292632/tanya-jawab-kehalalan-dan-keamanan-vaksin?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

    Mengapa ada “ilmuwan” menyatakan bahwa imunisasi berbahaya ?

    Tidak benar imunisasi berbahaya. “Ilmuwan” yang sering dikutip di buku, tabloid, milis ternyata bukan ahli vaksin, melainkan ahli statistik, psikolog, homeopati, bakteriologi, sarjana hukum, wartawan. sehingga mereka tidak mengerti betul tentang vaksin. Sebagian besar mereka bekerja pada era tahun 1950- 1960, sehingga sumber datanya juga sangat kuno.

    Mereka semua bukan ahli vaksin.
    Contoh : Dr Bernard Greenberg (biostatistika tahun 1950) , DR. Bernard Rimland (Psikolog), Dr. William Hay (kolumnis), Dr. Richard Moskowitz (homeopatik), dr. Harris Coulter, PhD (penulis buku homeopatik, kanker), Neil Z. Miller, (psikolog, jurnalis), WB Clark (awal tahun 1950) , Bernice Eddy (Bakteriologis tahun 1954) , Robert F. Kenedy Jr (sarjana hukum) Dr. WB Clarke (ahli kanker, 1950an), Dr. Bernard Greenberg (1957-1959).

    Andrew Wakefield juga bukan ahli vaksin, dia dokter spesialis bedah. Penelitian Wakefield tahun 1998 hanya dengan sample 18. Banyak penelitian lain oleh ahli vaksin di beberapa negara menyimpulkan MMR tidak terbukti mengakibatkan autis. Setelah diaudit oleh tim ahli penelitian, terbukti bahwa Wakefield memalsukan data, sehingga kesimpulannya salah. Hal ini telah diumumkan di majalah resmi kedokteran Inggris British Medical Journal Februari 2011.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benarkah isu bahwa banyak bayi balita meninggal pada imunisasi masal campak di Indonesia ?

      Tidak benar. Setiap laporan kecurigaan adanya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) selalu dikaji oleh Komnas/Komda KIPI yang terdiri dari pakar-pakar penyakit infeksi, imunisasi, imunologi. Setelah dianalisis dari keterangan keluarga, dokter yang merawat di rumah sakit, hasil pemeriksaan fisik, dan laboratorium, ternyata balita tersebut meninggal karena radang otak, bukan karena vaksin campak. Pada bulan itu ada beberapa balita yang tidak imunisasi campak juga menderita radang otak. Berarti kematian balita tersebut bukan karena imunisasi campak, tetapi karena radang otak.

      Benarkah isu di tabloid, milis, bahwa program imunisasi gagal?

      Tidak benar. Isu-isu tersebut bersumber dari data yang sangat kuno (50 – 150 tahun lalu) hanya dari 1 – 2 negara saja, sehingga hasilnya sangat berbeda dengan hasil penelitian terbaru, karena vaksinnya sangat berbeda.

      Contoh :
      - Isu vaksin cacar variola gagal, berdasarkan data yang sangat kuno, di Inggris tahun 1867 – 1880 dan Jepang tahun 1872-1892. Fakta terbaru sangat berbeda, bahwa dengan imunisasi cacar di seluruh dunia sejak tahun 1980 dunia bebas cacar variola .

      - Isu vaksin difteri gagal, berdasarkan data di Jerman tahun 1939. Fakta sekarang: vaksin difteri dipakai di seluruh dunia dan mampu menurunkan kasus difteri hingga 95 %.
      - Isu pertusis gagal hanya dari data di Kansas dan Nova Scottia tahun 1986

      - Isu vaksin campak berbahaya hanya berdasar penelitian 1989-1991 pada anak miskin berkulit hitam di Meksiko, Haiti dan Afrika

      Delete
  10. Benarkah di semua vaksin terdapat zat-zat berbahaya yang dapat merusak otak ?

    Tidak benar. Isu itu karena “ilmuwan” tersebut di atas tidak mengerti isi vaksin, manfaat, dan batas keamanan zat-zat di dalam vaksin. Contoh: jumlah total etil merkuri yang masuk ke tubuh bayi melalui vaksin sekitar 2 mcg/kgbb/minggu, sedangkan batas aman menurut WHO adalah jauh lebih banyak (159 mcg/kgbb/minggu). Oleh karena itu vaksin mengandung merkuri dengan dosis yang sangat rendah dan dinyatakan aman oleh WHO dan badan-badan pengawasan lainnya.

    Benarkah vaksin yang dipakai di Indonesia buatan Amerika ?

    Tidak benar. Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Bio Farma Bandung, yang merupakan BUMN, dengan 98,6% karyawannya adalah Muslim. Proses penelitian dan pembuatannya mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin di BPOM dan WHO. Vaksin-vaksin tersebut juga diekspor ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, seperti Iran dan Mesir.

    Benarkah program imunisasi hanya di negara Muslim dan miskin agar menjadi bangsa yang lemah?

    Tidak benar. Imunisasi saat ini dilakukan di 194 negara, termasuk negara-negara maju dengan status sosial ekonomi tinggi, dan negara-negara non-Muslim. Kalau imunisasi bisa melemahkan bangsa, maka mereka juga akan lemah, karena mereka juga melakukan program imunisasi, bahkan lebih dulu dengan jenis vaksin lebih banyak. Kenyataanya : bangsa dengan cakupan imunisasi lebih tinggi justru lebih kuat. Jadi terbukti bahwa imunisasi justru memperkuat kekebalan terhadap penyakit infeksi, bukan melemahkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Bisakah ASI, gizi, dan suplemen herbal menggantikan imunisasi ?

      Tidak ada satupun badan penelitian di dunia yang menyatakan bisa, karena kekebalan yang dibentuk sangatlah berbeda. ASI, gizi, suplemen herbal, kebersihan, hanya memperkuat pertahanan tubuh secara umum, karena tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu. Kalau jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih bisa sakit berat, cacat atau bahkan mati.

      Imunisasi merangsang pembentukan antibodi dan kekebalan seluler yang spesifik terhadap kuman-kuman atau racun kuman tertentu, sehingga bekerja lebih cepat, efektif, dan efisien untuk mencegah penularan penyakit yang berbahaya.

      Bolehkah selain diberikan imunisasi, ditambah dengan suplemen gizi dan herbal?

      Boleh. Selain diberi imunisasi, bayi harus diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, makanan, minuman, pakaian, mainan, dan lingkungan. Suplemen diberikan sesuai kebutuhan individual yang bervariasi. Selain itu bayi harus diberikan kasih sayang dan stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreatifitas dan perilaku yang baik.

      Delete
  11. Saya meng imunisasikan anak 1, dan yang ke 2 tidak, dalam perkembangan nya, yang pertama daya tahan tubuhnya sangat lemah. Dikit2 sakit, ada teman nya sakit, ikutan sakit. Sementara anak yang ke 2, itu satu rumah bunda, kakak, nenek kakek, om, sakit, ngga gampang tertular. Ini fakta yang saya temukan di keluarga saya. Saya ngga tau apakah teori konspirasi itu benar. Tapi saya yakin sekali Allah SWT telah menciptakan tubuh kita ini dalam keadaan yang sempurna. Tidak perlu booster ini itu. Sedangkan manusia yang menciptakan mobil, sangat ingin ciptaan nya mendekati kesempurnaan. Apalah lagi Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Agung, tidak akan menciptakan makhluknya dengan embel2 "bisa sehat dengan syarat imunisasi". Dan memang faktanya sangat jelas di mata saya. Anak 1 dan ke 2 saya jauh lebih kuat anak ke 2 saya daya tahan tubuhnya. Satu lagi faktanya adalah, anak pertama saya sudah di vaksin cacar, tapi beberapa bulan kemudian masih terkena cacar. Saya rasa hampir semua orang di Indonesia selalu terkena cacar, baik yang di vaksin atau tidak. Apa ada penjelasan yang logis mengenai fenomena cacar ini?

    Kemudian, sebenarnya disamping medis barat yang saat ini sangat mendominasi di Indonesia, ada kedokteran lain yang sudah sangat mature yang sudah digunakan oleh manusia sejak sebelum Masehi, salah satunya Traditional Chinese Medicine (TCM). Jadi kalo ada yang sangat ngotot harus imunisasi, supaya sehat, kayanya ilmunya perlu dipertanyakan, seolah2 dunia ini selebar apa yang diketahuinya. TCM ini sudah sangat trend, ngga usah jauh2, di Singapore sudah di institusikan di Public University mereka, NUS. Jadi ngga usah terlalu fanatik lah, bisa jadi mereka yang tidak mau vaksin lebih ber ilmu dari kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Significant!
      "Jadi kalo ada yang sangat ngotot harus imunisasi, supaya sehat, kayanya ilmunya perlu dipertanyakan, seolah2 dunia ini selebar apa yang diketahuinya"
      saya sangat setuju dengan hal ini.
      anak saya juga tidak saya vaksin, sehat2 aja.
      umur 4 bulan pinter tengkurap. kmarin saat buka puasa di kantor dibawa istri saya, dibanding2in sama anak lain yg lebih tua 3 bulan. perkembangan motoriknya lebih maju. anda yg orang tua pasti tahu ttg arti angka2 di atas

      i told it becoz i love you guys. nothing else. saya gak menyarankan madu, gak menyarankan thibbun nabawi, gak menyarankan kurma gak menyarankan apapun!. saya bahkan gak jualan itu semua! cukup. tanpa intervensi dari luar. percayalah, anda akan membuktikan sendiri insya Allah, ciptaan Allah telah sempurna sejak awal

      Delete
    2. alhamdulillah. allah telah menciptakan kita dengan sebaik2 penciptaan(q,s. at tin:4). sungguh telah benar bukti bahwa allah telah menyediakan obat untuk penyakit yang di turunkannya. dan pada tubuh kita telah diciptakan suatu keajaiban perlindungan diri yang tidak ada penyangkalan terhadapnya. maka pada siapakah kita berserah diri, melainkan pada yang menciptakan tubuh kita ini??? dan pada sunnah rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam, telah mewariskan ilmu kesehatan terbaik, karena sungguh pada iman seorang muslim meyakini akan firman allah yang menyatakan bahwa, apda diri rasul itu, ada suri tauladan bagi kita. maka kembali kita tanyakan, kepada siapakah TAWAKKAL kita?
      kepercayaan yang di logiskan sebagai akal sehat/riset/semacamnya yng menjadi dasar untuk imunisasi, tidak lain merupakan suapan untuk menjadikan tawakkal pada imunisasi yang di kenal sekarang ini. maka, pastikah anak2 kita akan sakit bila tidak di imunisasi???? kami telah menerapkan imunisasi yang di ajarkan oleh sebaik2 manusia, yakni TAHNIK, dan pemberian makanan halal dan thayyib. selamat bagi yang mengikuti sunnah nabi di semua lini kehidupan. kami berserah diri pada yang menciptakan kami.

      Delete
  12. sebenarnya yg ditakutkan itu seringkali benar akan teori konspirasi tsb melalui saham yg dimiliki oleh org yahudi di beberapa prusahaan vaksin. dan vaksin terbaik itu adalah dari ASI bukan dari vaksinasi luar yang ditengarai mengandung merkuri, kenapa tidak berkembang luas karena kepandaian pihak barat dalam menutup celah akan fakta yg ada

    ReplyDelete
  13. Saya juga menikmati bener anti-vaksin ini, kelurga saya bukan dari almamater kesehatan. saya tahu anti-vaksin bahkan hanya dari baca. kajian-kajian fiqih tentang pengobatan nabi. Wallaahu'alam anak-anak saya sehat, jarang sakit, mentok flu (itupun alhamdulillaah cukup diterapi tanpa oba2an dan anti-bitok). dari umur 4 bulan udah diajak naik gunung sampai ketinggian 2000an mdpl, sebelum satu tahun, udah naik motor jkt-bogor tiap minggunya, maen di lapangan, hujan2an, maen tanah.
    saya tidak tahu ilmu kedokteran ini dan itu. yang saya pake hanya naluri orang tua untuk kebaikan anak2nya.
    dan saya juga bukan anti dokter, anti obat, ataupun anti vaksin (meskipun sekarang dlm naluri saya ASI saja sudah cukup).
    logikanya setiap disiplin Ilmu pasti kelebihan dan kekurangan. yang sempurna hanya milik Allah SWT.
    Seperti beli roti. Roti kualitas pasar pasti jauh berbeda dengan roti kualitas mall. Tapi pasti Allah SWT maha adil, meskipun kadang kalo beli roti di pasar itu yang bikin pake borak lah, pake bahan kadalwarsa lah, Allah tidak membikin sakit yang makan, karena Allah maha tahu dan maha berkehendak atas sakit setiap umatnya.
    Manusia cuma diwajibkan ikhtiar, hasil mutlak dari Allah SWT.
    jangan saling menyalahkan, karena yang benar mutlak juga milik Allah SWT. DI akherat nanti ketahuan. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, tinggal menunggu waktunya saja...
      bukan saya hendak mendahului takdir Allah SWT, tapi seorang anak diperlakukan seperti ini?
      saya tau anak2 tidak baik untuk dimanja, tapi tidak sampai dengan kondisi seperti ini.

      Mungkin saat ini terlihat sehat2 saja, tapi bisa jadi dimasa yang akan datang baru ia merasakan akibat dari keadaan saat ini. :)

      Delete
  14. Satu hal lagi yang membuat saya gemas oleh orang2 yg menolak habis2an ilmu kedokteran (bahkan sampai bilang haram, yg halal hanya thibunnabawi) adalah :
    mereka rata2 mempunyai pemahaman yg bagus tentang Islam, namun sepertinya melupakan fakta bahwa ilmu kedokteran bisa maju dengan sangat pesat justru ketika peradaban Islam sedang berada di puncak keemasan, yaitu periode pertama Bani Abbas (dinasti Abbasiyah).

    Pada periode itu bermunculan para tokoh2 Islam yg sangat berpengaruh bagi dunia hingga saat ini. Kita mengenal 4 Imam mazhab yg pemikirannya diikuti oleh umat Islam di dunia sampai sekarang. Kita mengenal khalifah Harun Arrasyid yg membawa kemakmuran bagi rakyatnya pada saat itu. Kita mengenal rumus matematika aljabar hasil buah pemikiran Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi.

    Dalam ilmu kedokteran, kita mengenal Ibnu Sina yg sangat jenius dalam memahami dan mendalami ilmu kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran
    selama berabad-abad. Beliau bahkan dinobatkan sebagai 'bapak pengobatan modern' oleh dunia Barat.

    Dikisahkan bahwa ketika beliau mengalami kesulitan dalam memahami ilmu yg sedang ia pelajari, ia akan mengambil wudhu lalu melakukan sholat.

    Pertanyaannya, kenapa beliau bersusah payah mempelajari ilmu pengobatan selain thibunnabawi? Apakah beliau tidak meyakini pengobatan cara Nabi? Apakah pengetahuan keislamannya dangkal? Apakah keimanannya dipertanyakan?

    Saya yakin keimanan beliau terhadap Allah dan Rasul jauh di atas kita. Dan saya meyakini bahwa beliau ingin menggali sedalam2ny ilmu pengobatan semata2 untuk kemaslahatan manusia, bukan untuk menandingi pengobatan cara Nabi.

    Jadi, menurut saya, orang yg menolak mentah2 ilmu kedokteran modern (hanya mengakui thibunnabawi sebagai metode ilmu pengobatan) sama saja tidak mengakui fakta sejarah peradaban umat Islam di dunia dan tidak menghargai usaha para tokoh2 besar Islam...

    ReplyDelete
  15. yth Pak Roy Abdurrachman Pasha

    Saya pernah mendengar seorang Ustadz lulusan Timur Tengah yg mengatakan bahwa Ibnu Sina itu buan orang Islam, tp sy lupa penjelasannya dan lupa mencatat sumber yang dipakai ustadz tsb.

    Mungkin ada baiknya kalau kita cek lebih dahulu kebenaran berita ini, Insya Allah dgn banyaknya sumber informasi maka hal-hal seperti ini mudah dicari.

    ReplyDelete
  16. Anda dokter? atau anda melek kesehatan? anda kenal dong siapa Dr. OZ (gak usah saya sebutin pasti tau dg baik)
    dia adalah salah satu dokter paling populer, di AS. dan bla2 lainnya coba baca di: http://en.wikipedia.org/wiki/Mehmet_Oz
    sungguh merupakan pencapaian terbaik dunia profesi dokter.
    Anda tahu apa pendapat beliau ttg vaksin? "dia menolak ke-4 anaknya untuk di vaksin"
    tentu ini bukan tanpa sebab bukan?

    dibanding Anda dan orang2 yg komen ini, Dr. OZ jauh di atas kalian.
    saya tunggu jawaban Anda

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali, saya bukan apa2 dibandingkan dengan dr. Oz. apalagi dalah hal dunia bedah. dr. Oz ini ahlinya.

      Apakah betul dr. oz menolak vaksinansi? Bagaimana dengan berita ini?

      http://health.heraldtribune.com/2012/06/05/dr-oz-dont-fear-childhood-vaccinations/

      ya, tapi saya tau paling-paling ada yang komen, berita itu bohong-bohongan, semua cuma konspirasi.
      hihihihi

      Delete
  17. Saya juga kadang gemas dengan orang-orang yang dengan gampang bilang konspirasi. Padahal tanpa bukti. Liat segitiga sedikit aja udah langsung disimpulin itu bagian dari iluminati, freemasson dan sejenisnya. Padahal, bisa jadi itu cuma kebetulan. Kalau makin kebablasan, bisa jadi celana dalam yang bentuknya juga segitiga itu juga disimpul adalah bagian dari illuminati...

    ReplyDelete
  18. Kalau Boleh Tahun Bahan yang di Gunakan untuk Vaksinasi vaksinasi tersebut Halal?

    ReplyDelete
  19. Di luar sana masih banyak bukti bahwa anak yg imunisasi dan tdk di imunisasi lbh sehat yg tidak di imunisasi. Banyak juga ortu yg kasusnya kyk abu ryhan. Dan fakta nya anak g imunisasi lebih melejit.

    ReplyDelete
  20. Anehnya setiap kali saya baca baca profil ttg orang yg gencar gencar pro vaksin. Kebanyakan mereka mualaf. Wallaual..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...