Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (562) islam (543) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (10) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (37) renungan (169) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (6) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

19 October, 2012

Apa Benar Kita Peduli Pada Anak Yatim?



Assalamu’alaikum wr.wb.,
Tadi saya ketemu salah satu guru agama saya untuk diskusi. Dia telah mendirikan sebuah Taman Baca untuk masyarakat, terutama untuk anak-anak di wilayah itu. Jumlah buku masih terbatas sekali, dan sponsor untuk beli buku baru atau mendukung aktivitas lain masih terbatas. Pak Ustadz masih mendukung kebanyakan program dengan uang sendiri karena semangatnya untuk mencerdaskan anak Muslim tinggi sekali. Tapi salah satu program yang sudah jalan adalah kelas untuk mengajarkan anak yang belum bisa membaca dan menulis. Agar anak mau serius, diminta bayar 15 ribu saja (hanya sebagai tanda komitmen untuk datang setiap kali ada kelasnya).

Ada seorang anak yang datang dan masuk kelas itu di sore hari, dan dia minta diajarkan membaca dan menulis karena sama sekali belum bisa. Dia bukan anak jalanan. Dia bukan anak miskin yang bapaknya pemulung. Tapi dia adalah anak yatim piatu yang kedua orang tuanya telah wafat dalam kecelakaan motor, dan dia sekarang dibesarkan oleh neneknya. Sampai sekarang dia masih bersekolah, di Kelas 2 di SD Negeri. Lalu kenapa dia belum bisa membaca dan menulis?

Ketika ditanya kenapa belum bisa membaca atau menulis, dia menerangkan bahwa di kelas dia, guru menaruh anak2 yang “pintar” di depan, dan anak2 yang “bodoh” yang belum bisa membaca dan menulis disuruh duduk di belakang saja, mugkin biar tidak mengganggu sang guru dalam tugas mengajarkan “anak yang pintar” saja.

Ya sudah. Yang penting dia bisa mulai belajar sekarang di Taman Baca dengan isterinya Pak Ustadz saja, karena mereka belum berhasil menemukan guru yang mau bantu mengajar di situ secara sukarelawan. Anak itu baru saja mulai diajarkan menulis, dan dia berhenti karena perlu tajamkan pensilnya. Dia pegang rautan pensil dan pensilnya diputar dengan pelan sekali, sampai dianggap tidak wajar.

Melihat itu, Ibu bertanya, “Kok pelan sekali? Kenapa?” Anak yatim piatu itu melihat Ibu dan menjawab dengan polos, “Kalau terlalu tajam, nanti akan cepat habis pensilnya!”

Ternyata dia takut harus segera beli pensil baru, padahal dia merasa tidak sanggup. Mendengar jawaban itu, dan karena baru menyadari ini seorang anak yatim piatu, Ibu bertanya dari mana dia dapat 15 ribu rupiah untuk daftar di kelas itu (padahal tidak mungkin diminta biaya kalau mereka tahu sebelumnya bahwa dia seorang anak yatim). Dia jawab bahwa dia minta sumbangan dari beberapa tetangga, karena ingin sekali bisa membaca dan menulis seperti anak yang lain di kelas dia.

Mau tahu ini terjadi di mana? Di Papua? Tidak. NTB? Tidak. Sulawesi Utara? Tidak. Ini terjadi di Jakarta Selatan, dekat dengan kampus UI Depok.

Apa benar kita peduli pada anak yatim?? Tidak usah lari jauh-jauh ke pelosok, sampai kehabisan jalan aspal dan terpaksa jalan kaki untuk masuk kampung2 di tengah hutan. Di samping UI Depok ada anak yatim piatu yang hidup dalam kemiskinan, belum pernah diajarkan membaca dan menulis oleh sang guru sekolah dan semua orang dewasa yang tinggal di sekitarnya. Saya belum dapat banyak informasi tentang anak itu, namanya saja belum tahu, tapi sangat mungkin dia tidur dalam keadaan lapar juga karena untuk beli pensil saja dia takut mengeluarkan uang.

Dalam beberapa hadiths, Rasululllah SAW bersabda :

“Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka Allah akan menuliskan kebaikan pada setiap lembar rambut yang disentuh tangannya.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Aufa)

"Barangsiapa mengambil anak yatim dari kalangan Muslimin, dan memberinya makan dan minum, Allah akan memasukkannya ke surga, kecuali bila ia berbuat dosa besar yang tidak terampuni. (HR. Turmidzi)

“Aku dan pemelihara anak yatim di surga seperti ini (dan beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya, lalu membukanya.” (HR. Bukhari, Turmidzi, Abu Daud)

[Supaya tahu, orang yang melakukan Haji dan Umrah puluhan kali, punya rumah mewah di Pondok Indah, libur keluar negeri setiap bulan, punya deposito puluhan milyar, melakukan Studi Banding ke luar negeri terus-menerus, dan isi garasi dengan puluhan mobil mewah TIDAK DIJAMIN berduaan dengan Rasulullah di sorga. Tapi orang yang memberikan uang makan 50 ribu kepada anak yatim setiap minggu diberikan jaminan itu!!! Lalu yang mana dari kedua orang itu yang kita muliakan di tengah masyarakat kita??]

245. Siapakah yang mau memberi PINJAMAN kepada Allah, pinjaman yang BAIK (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan MELIPAT GANDAKAN pembayaran kepadanya dengan LIPAT GANDA yang BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah 2:245)

Apa benar kita peduli pada anak yatim? Rasulullah SAW akan mengatakan apa kalau menyaksikan kita?
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto





1 comment:

  1. sangat menarik kisahnya.tp kisah itu terjadi berbalik di tempat kami.pendidikan di kota-kota besar sudah sangat penting menjadi kebutuhan sekunder,jauh berbeda di dengan kondisi di wilayah kami.banyak anak yatim/piatu yang minta di santuni rutin setiap bulan entah kenapa justru mereka tidak ada yang mau di beri pendidikan,bimbingan dan pelatihan di panti asuhan.mereka cenderung memilih(lebih suka)berada di rumahnya masing-masing.
    Kami sudah berupaya dan berusaha mengajak dan menghimbau untuk ikut/tinggal di panti asuhan.bagi mereka yang mendapat santunan rutin setiap bulan kami sarankan untuk datang ke panti asuhan walau seminggu 3/4 kali untuk melatih anak-anak kenal dengan dunia panti.
    usaha kami tidak berhenti sampai dengan mendatangkan relawan asing dari jerman untuk memberi wajah dan suasana baru di panti,betapa pentingnya pendidikan anak-anak untuk masa depan.tetapi mereka tetap tidak bergeming/sedikitpun tidak ada yang tertarik dan berminat.
    solusi apa yang bisa bp berikan/tawarkan kepada kami.
    wassalamualaikum,wr.wb

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...