Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

12 January, 2015

Kalau Anak Amerika Bodoh, Bagaimana Dengan Anak Indonesia?



Assalamu’alaikum wr.wb.,
Menurut saya, masalah yang terjadi di Amerika sehingga banyak anak sekolah menjadi bodoh sekali dan malas belajar bisa terjadi karena negaranya sudah maju, segala sesuatu sudah diatur dan disediakan, tapi sekaligus tidak ada agama dan budaya yang kuat yang bisa berikan mereka semangat utk memajukan bangsanya lebih jauh lagi. Akhirnya jadi malas berusaha, suka mabok dan narkoba, fokus pada musik dan hiburan di tivi dan film, dan asal hidup untuk bersenang-senang setiap hari. Bagi mereka semua itu sudah cukup sebagai tujuan hidup.

Kalau mereka disuruh memperbaiki diri dgn belajar banyak, mereka tidak melihat manfaatnya. Dan saya kira fenomena ini ada di seluruh dunia sekarang, di semua negara maju. Memang bukan “semua” anak, karena masih ada yang mau belajar menjadi dokter dsb. Tapi sudah cukup banyak sehingga guru di sana bisa rasakan di tengah masyarakat, di banyak kota.

Sayangnya, di Indonesia ada yang serupa (tapi beda). Di sini saya juga sering rasakan bahwa banyak sekali anak Indonesia hanya punya ilmu hafalan semata, tapi sekaligus terkesan “bodoh” karena tidak bisa berpikir. Logika mereka tidak jalan. Yang didapatkan dari sekolah hanya hafalan semata, untuk LULUS UJIAN karena tujuan hidup mereka adalah lulus ujian (terutama UN, dan UAS) dan mengejar ranking satu di kelas, karena hanya itu yang dipedulikan orang tua. Berkali-kali saya dapat orang tua yang bangga karena anaknya “ranking satu” tapi sayangnya akhlaknya jelek, wawasannya ttg dunia minimal, tapi bisa lulus ujian terus, jadi dianggap cerdas.

Saya sering dikejutkan ketika bicara dgn anak SMA di sini. Contohnya, saya sebutkan Adolf Hitler dan dijawab, “Siapa dia?” Karena tidak masuk ujian sekolah, mereka tidak tahu, dan tidak mau tahu. Saya sebutkan Mahatma Ghandi. Dijawab, “Itu orang botak dari India bukan?” (Dia tidak tahu kenapa Ghandi terkenal, tapi pernah lihat fotonya saja). Ketika saya coba bahas perkara spt Perang Dunia Kedua, anak2 itu hanya tahu apa yang pernah dilihat dalam film saja. Film Saving Private Ryan dibahas, film Pearl Harbour dibahas dsb. Kalau tidak melihat di dalam film Hollywood, maka mereka tidak tahu. Tidak kenal Ghandi karena tidak melihat di dalam film.

Yang tidak dibutuhkan utk lulus ujian menjadi tidak penting. Dan setelah lulus ujian, info itu mau cepat dilupakan karena harus hafal info baru utk ujian berikut. Tujuan hidup adalah lulus ujian, kerjakan PR, les di malam hari, dan karena itu merasa stress dan jenuh setiap hari. Mereka tidak mau belajar dan menggali ilmu HANYA karena senang dapat ilmu baru dan berniat menjadi pintar.

Di negara maju, ada anak usia 12-14 tahun yang bisa coding utk menulis program komputer, lalu jual ke Apple atau Microsoft, dan bisa meraih satu juta dolar padahal masih anak sekolah. Di Indonesia, kebanyakan anak terkesan malas belajar, alias semangat mereka untuk belajar sendiri, mencari ilmu sendiri, dan sukses sendiri malah dimatikan dari sistem pendidikan, guru dan orang tua. Hanya lulus ujian yang penting, bukan menjadi cerdas dan bermartabat. Artinya, anak Indonesia dgn anak Amerika tidak jauh beda. Sama2 menjadi “bodoh” tapi penyebabnya beda.

Di sini ada agama dan budaya yang kuat, yang bisa menjadi pemicu untuk mendorong siswa Indonesia menjadi pemimpin dunia. Tapi sayangnya tidak ada penyatuan antara agama, budaya, ilmu dunia, teknologi dan SDA di Indonesia. Yang ada hanyalah semangat untuk maju sendiri, tanpa mau peduli pada tetangga atau masa depan bangsa. Kalau itu bisa berubah, Indonesia bisa menjadi negara maju yang kuat dan sejahtera dalam sekejap. Tapi harus dimulai dari kita yang dewasa. Kita harus berubah dan peduli pada masa depan SEMUA anak Indonesia, dan bukan hanya fokus pada keluarga sendiri saja.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...