Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (562) islam (543) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (10) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (37) renungan (169) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (6) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

17 August, 2016

Renungan Kemerdekaan: Apa Anak Indonesia Sudah Merdeka?



Assalamu’alaikum wr.wb.,
Tanggal 17 Augsutus 2016. Indonesia sudah merdeka untuk 71 tahun. Katanya. Secara fisik, memang merdeka. Bagaimana dengan kondisi mental? Apa benar bahwa rakyat, khususnya anak Indonesia, sudah merdeka? Di sekolah, dan juga di rumah, banyak anak diberikan pelajaran penting: "Diam dan Taat" pada pihak yang berkuasa, walaupun mereka dzholim. Keadilan, kebenaran, kejujuran, dan banyak konsep lain menjadi tidak penting. Semuanya boleh ditukar dengan harga yang sedikit kapan saja.

Di sekolah, ada guru yg memukul siswa, tidak menjadi masalah. Siswa memukul guru, dihukum. Ada guru yg datang telat 2 jam, tidak menjadi masalah. Siswa telat 30 detik, dihukum. Guru tidak periksa PR dan tidak membahas jawabannya, tidak menjadi masalah. Siswa yang tidak kerjakan PR, dihukum. Apakah sekolah adil? Apa mengajarkan anak untuk menegakkan keadilan dan membela kebenaran? Atau mengajarkan anak utk siap tukar benar dan salah di depan pihak yg berkuasa tapi dzholim?

Ada ujian anak SD. "Burung hantu tinggal di mana?" Siswa: Di hutan. Guru: Salah, di pohon. "Ikan tinggal di mana?" Siswa: Di laut. Guru: Salah, di sungai. Anak gagal dalam ujian. Apa jawabannya salah? Tidak. Tapi hanya guru yg boleh benar. Walaupun salah, guru tetap benar. Ada ujian bahasa Inggris. Pertanyaannya sudah salah, 4 jawabannya salah dgn kesalahan tata bahasa dan kosa kata. Siswa jelaskan dgn sopan bahwa gurunya salah (siswa lebih lancar). Siswa dimarahi, dan dihukum. Nilai kelasnya dikurangi agar ada efek jera, agar semua siswa belajar untuk tidak berani melawan pendapat guru. Yang penting Diam dan Taat.

Seorang anak SD disuruh potong rambutnya. Kata gurunya, "gondrong". Kata guru lain, tidak. Orang tua sibuk, tidak bisa antar anak potong rambut, dan juga tidak mau potong. Besok siang, anak ditahan oleh guru pertama, rambutnya dipotong secara paksa untuk mempermalukannya, agar ada efek jera, agar semua anak tidak berani melawan pendapat guru yang berkuasa. Benar dan salah tidak penting. Siswa dilarang berbeda pendapat. Dilarang "melawan". Dilarang menjadi lebih benar dari guru. Dilarang berbeda sendiri. Dilarang berpikir secara mandiri. Dilarang kreatif. Guru selalu benar. Yang penting Diam dan Taat.

Apakah ini "kemerdekaan"? Penjajah Belanda sudah hilang, tapi masih ada "penjajahan mental" di banyak sekolah. Ada guru lain yang baik dan tidak mengajar begitu, tapi masih berprinsip: Diam dan Taat. Kenapa? Karena guru yg buruk lebih senior, takut kena masalah, atau guru buruk dekat dengan pejabat, dsb. Siswa, orang tua, bahkan guru yg baik bisa kena masalah kl berani melawan guru yang dzholim.

Para guru harus siap berubah. Siswa harus diberikan izin untuk hidup dengan pemikiran merdeka, di negara merdeka. Harus ada izin untuk berbeda pendapat dgn guru, izin untuk menjadi mandiri, Izin untuk hidup secara bahagia di sekolah dan di luar sekolah, dan izin untuk menikmati waktu kosongnya tanpa beban PR sampai 5 jam per hari. Guru harus ciptakan sekolah ramah. Guru harus mengajarkan siswa untuk menegakkan keadilan, membela kebenaran, dan jangan pernah tukar benar dan salah dgn harga yang sedikit. Guru harus ajarkan siswa untuk berani melawan kedzholiman, bahkan dari guru yang berkuasa di atasnya.

Negara lain bisa kirim robot ke planet Mars, tapi di Indonesia, anak SD malah dijadikan "robot" (semua harus sama), lalu kepalanya diisi dengan program yang salah agar siap Diam dan Taat. Sistem pendidikan penjajahan mental seperti ini harus diperbaiki. Kita harus berikan kemerdekaan berpikir kepada semua anak Indonesia dan siapkan mereka untuk menjadi generasi emas dan pemimpin dunia. Indonesia bisa segera menjadi negara yang maju dan sejahtera kalau guru mau ajarkan siswa untuk menjadi pemimpin, pelopor dan penemu. Izinkan anak Indonesia untuk berpikir secara merdeka, dan jangan paksakan mereka Diam dan Taat terus. Cara berpikir seperti itu disenangi Penjajah. Apakah guru mau menjadi penjajah baru, penggantinya Belanda? Atau "Pejuang Kemerdekaan Mental"? Silahkan pilih sendiri.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...