Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

20 November, 2016

Anak Pengungsi Suriah Dieksploitasi di Pabrik Garmen di Turki



Video: BBC Panorama -Undercover: The Refugees Who Make Our Clothes Documentary 2016

Selasa, 25 Oktober 2016 | 18:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak pengungsi Suriah dieksploitasi di pabrik garmen di Turki. Pabrik garmen itu menyuplai produknya untuk merek fashion ternama di Inggris. Temuan tersebut didasari hasil investigasi BBC, yang dipublikasikan pada 24 Oktober 2016. Reporter BBC, Darragh MacIntyre, yang melakukan investigasi, mengungkapkan telah terjadi eksploitasi terhadap pengungsi dan anak-anak. 
"Mereka memperoleh upah rendah dan kondisi kerja yang buruk. Mereka menyadari telah dieksploitasi, tapi mereka tidak dapat bertindak apa-apa," katanya. Seorang pekerja menggambarkan kondisi mereka yang menyedihkan. "Jika sesuatu terjadi pada kami, mereka akan menjauhi kami seperti potongan pakaian," ucapnya.
Investigasi mengungkapkan, para pengungsi dipekerjakan secara ilegal di pabrik garmen yang memasok pakaian untuk merek ternama: Marks and Spencer, Mango, dan Zara Jeans. Anak-anak pengungsi Suriah yang bekerja di Turki berusia di bawah 15 tahun dan bekerja lebih dari 12 jam dalam sehari dengan upah kurang dari Rp 14 ribu sejam. Upah ini di bawah upah minimum negara Turki.
Dalam investigasi tersebut, Darragh mengungkapkan alasan para pengungsi dan anak-anak bekerja. Seorang anak laki-laki mengatakan kepadanya sambil menangis tersedu, jika tidak bekerja, ia tidak dapat hidup.


Artikel: The kids who have to sew to survive - BBC News

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...