Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

06 November, 2016

Memilukan, Siswi Yatim Piatu Ini Dipukul Gurunya, dan Giginya Rontok Gara-gara Tidak Hafal Rumus Matematika (Semarang)



Rabu, 12 Oktober 2016 TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Memilukan nasib yang dialami Shafa Fitriani Sabila siswi SDN Langensari 4 Kelas V di Ungaran. Bocah yatim piatu itu giginya rontok diduga dipukul oknum guru di sekolah tersebut karena tidak bisa menghafal rumus matematika. Kini, sudah dua bulan siswi itu tidak masuk sekolah dan trauma ketemu orang yang tak dikenalnya.

Bibinya Haryati menuturkan, keponakannya itu sudah dua bulan tak bersekolah. Sehari-hari, anak yatim piatu itu mengurung diri di kamar. "Kalau tidak mengurung diri, dia kadang keluar dari kamar. Nonton tv, Upin Ipin, Anak Jalanan. Nanti kalau ada orang yang tak dikenal datang ke rumah, dia langsung lari ke dalam kamar sambil menangis dan berteriak," ujar Haryati.

Tingkah Shafa berubah sepulang sekolah. Saat itu, Shafa pulang sambil memegangi pipi kiri. Ia menangis lalu mendatangi sang nenek, Tarimah. "Dia bilang ke ibu saya (Tarimah--Red), nenek, saya dipukul Ibu Tri. Gigiku patah. Gara-gara tidak bisa menghafal perkalian matematika," ucap Haryati menirukan perkataan keponakannya itu. Usai mengadu kepada sang nenek, lanjut Haryati, Shafa mulai mengurung diri di kamar. Shafa juga tak mau bersekolah keesokan harinya. Kejadian itu berlanjut selama dua minggu.

"Kemudian dua minggu setelahnya, ada beberapa guru mendatangi rumah ke sini. Mereka membujuk agar Shafa mau bersekolah. Akhirnya anak itu mau sekolah," katanya. Beberapa hari kemudian, sepulang sekolah, cerita Haryati, si Shafa menangis lagi. Kali ini bocah perempuan itu mengadu dikucilkan oleh sang guru wali kelas V. "Shafa bilang kalau di kelas selalu dicaci maki sang guru. Semenjak itu, Shafa tidak berani masuk sekolah lagi, sampai dua bulan ini," bebernya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...