Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

11 August, 2017

“Saya Takut Dimarahi!”



Seorang anak SD baru masuk sekolah dua minggu. Sudah takut bertanya pada gurunya, karena gurunya sering marah! Saya diminta diskusi langsung dgn anak itu. Saya tanya ttg gurunya. Katanya, kl lagi baris2 setiap pagi, tidak boleh goyang. Kalau goyang dimarahi. Kalau di kelas ada anak yang “salah”, dimarahi. Jadi dia takut bertanya. Kalau bingung dan tidak mengerti dia diam saja.

Di buku bahasa Inggrisnya, ada tugas ganti huruf HWEIT menjadi WHITE. Bagi anak yang belum bisa membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia, ini tugas yang sulit. Saya tunjuk kata “White” dan tanyakan artinya. Dia menatap lama, lalu jawab "Kelinci". Saya tanya lagi, Apa artinya "White"? Dia jawab lagi, "Kelinci". 

Ini "pendidikan" buat anak SD. Karena tugas itu terlalu berat, dia dpt pengertian bahwa white = kelinci. Dan dia takut tanya pada guru karena guru itu sering marah2 dgn anak kecil yg bingung... Bapaknya ceritakan, bbrp minggu yg lalu, anak itu penuh semangat utk masuk sekolah dan belajar bhs Inggris. Dia hafal beberapa kata dari nonton kartun. Tapi sekarang, dia sudah takut belajar bahasa Inggris dan takut pada gurunya. Efek dari seorang guru Indonesia dalam dua minggu sudah begitu besar!

Abangnya sudah pindah sekolah karena dulu dapat guru SD yg galak. Anak itu jadi mimpi buruk, ngompol (tanda anak tertekan), takut kerjakan PR (takut salah), dan tidak berani tanya di kelas, sehingga sering dapat nilai buruk. Sekarang orang tuanya mulai tanya2 ttg homeschooling karena tidak inginkan kedua anaknya tertekan dan sedih di sekolah terus. Pindah kelas susah, pindah sekolah susah (semuanya penuh). Jadi ada pilihan biarkan anak tertekan, coba pindah sekolah lagi, atau homeschooling karena gagal dapat guru berkualitas di Jakarta.

Saya kenal orang kaya yang hanya mau kirim anak ke sekolah swasta (tidak percaya pada guru sekolah negeri). Orang tua yg lain kirim anak ke luar negeri karena anggap guru Indonesia berkualitas rendah, tidak bisa terima kritikan, dan malas perbaiki diri. Dan ada kenalan lebih kaya yg mendirikan sekolah sendiri, dan mengatakan “Saya tidak inginkan anak saya menderita dengan guru Indonesia”. Mereka bangun sekolah, isi dgn non-guru (lulusan psikologi dll.) dan orang asing, dan pasang biaya mahal. Apa pendidikan dgn guru berkualitas hanya utk anaknya orang kaya?

Apa anak Indonesia tidak bisa dapat kualitas pendidikan yang lebih baik dari ini? Minimal dapat guru yang ramah dan bukan pemarah, agar anak tidak takut bertanya pada gurunya. Semuanya kembali ke guru, orang tua dan pemerintah. Mereka semua mengaku ingin punya sistem pendidikan yang baik, tapi tidak ada yang berani melakukan perubahan. Jadi banyak guru sebatas bagikan LKS dan terima gaji. Kapan anak Indonesia bisa dapat guru dgn kualitas terbaik di dunia?
-Gene Netto  


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...