Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

21 October, 2007

Carter Says US Tortures Prisoners



CNN

Wednesday 10 October 2007

Washington - The United States tortures prisoners in violation of international law, former President Carter said Wednesday.

"I don't think it. I know it," Carter told CNN's Wolf Blitzer.

"Our country for the first time in my life time has abandoned the basic principle of human rights," Carter said. "We've said that the Geneva Conventions do not apply to those people in Abu Ghraib prison and Guantanamo, and we've said we can torture prisoners and deprive them of an accusation of a crime to which they are accused."

Carter also said President Bush creates his own definition of human rights.

Carter's comments come on the heels of an October 4 article in The New York Times disclosing the existence of secret Justice Department memorandums supporting the use of "harsh interrogation techniques." These include "head-slapping, simulated drowning and frigid temperatures," according to the Times.

The White House last week confirmed the existence of the documents but would not make them public.

Responding to the newspaper report Friday, Bush defended the techniques used, saying, "This government does not torture people."

Asked about Bush's comments, Carter said, "That's not an accurate statement if you use the international norms of torture as has always been honored -- certainly in the last 60 years since the Universal Declaration of Human Rights was promulgated.

"But you can make your own definition of human rights and say we don't violate them, and you can make your own definition of torture and say we don't violate them."

After reading a transcript of Carter's remarks, a senior White House official said, "Our position is clear. We don't torture."

The official said, "It's just sad to hear a former president speak like that."

Carter also criticized some of the 2008 Republican presidential candidates, calling former New York Mayor Rudy Giuliani "foolish" for his contention the United States should be open to use force on Iran.

"I hope that he doesn't become president and try to impose his conviction that we need to go to war with Iran," Carter said.

The Giuliani campaign declined to comment on Carter's criticism.

The former president didn't spare the rest of the GOP field either.

"They all seem to be outdoing each other in who wants to go to war first with Iran, who wants to keep Guantanamo open longer and expand its capacity -- things of that kind," Carter said.

"They're competing with each other to appeal to the ultra-right-wing, war-mongering element in our country, which I think is the minority of our total population."

Carter declined to say which Republican candidate he feared the most.

"If I condemn one of them, it might escalate him to the top position in the Republican ranks," he said.

Democratic Sens. Hillary Clinton of New York and Barack Obama of Illinois also drew Carter's criticism for refusing recently to pledge to withdraw all troops from Iraq by the end of their first terms if they win the presidency in 2008.

"I disagree with their basic premise that we'll still be there; I think the American people want out," Carter said. "If there is an unforeseen development where Iraqi people request American presence over a period of time I think that would possibly be acceptable, but that's not my personal preference."

-----------

CNN's Alexander Mooney contributed to this report.

Source: Truthout

11 October, 2007

Memakai Jilbab Wajib atau Tidak?


Sabtu, 6 Okt 07 14:50 WIB

Assalamu'alaikum

Ustadz,

Saya ingin menanyakantentang pemakaian Jilbab oleh muslimah, karena beberapa waktu yang lalu kantor saya mengadakan tausyi'ah ramadhan mengenai jilbab.

Penceramah menjelaskan bahwa pemakaian jilbab itu tidak wajib hanya dianjurkan dengan mengutip ayat Alqur'an (saya lupa ayat & suratnya), banyak teman-teman yang tidak setuju dengan pernyataan penceramah tersebut, kalau tidak salahpenceramahnya berasal dari UIN.

Saya mohon pencerahan dari Ustadz mengenai masalah tersebut.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Taufik

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Memang ada sedikit hal yang perlu diluruskan dari istilah jilbab. Sebab ternyata di dunia Islam, penggunaan istilah jilbab ini dipahami dengan berbagai bentuk yang berbeda.

Ada yang mengatakan bahwa jilbab itu adalah pakaian yang dikenakan wanita dan menutup seluruh tubuhnya, termasuk wajah. Sebagian lainnya mengatakan bahwa jilbab adalah pakaian yang besar, longgar, menyatu antara atasan dan bawahannya, serta menutup semua tubuh wanita.

Yang lainnya lagi mengatakan bahwa jilbab adalah cadar, yaitu kain yang menutup wajah para wanita.

Maka dengan perbedaan-perbedaan penggunaan istilah di atas, wajar pula kalau ada banyak perbedaan pandangan dari segi hukum untuk mengenakannya.

Hukum memakai cadar atau baju besar terusan dari atas ke bawah memang masih menjadi perbedaan pendapat. Demikian juga, pakaia wanita yang menutup seluruh tubuh tanpa kecuali, masih menjadi perbedaan pendapat.

Jilbab = Pakaian penutup aurat

Yang disepakati oleh para ulama adalah bahwa setiap orang, baik pria atau wanita, diwajibkan untuk menutup aurat. Dan bukan hanya selama mengerjakan shalat saja, melainkan ketika berhadapan dengan lawan jenis yang bukan mahram.

Sementara, batasan aurat wanita itu adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua tapak tangannya. Batasan ini sudah sampai tingkat ijma' dari kebanyakan para ulama. Sehingga bukan pada tempatnya lagi untuk diperdebatkan. Sama dengan ijma' para ulama tentang wajibnya shalat lima waktu, wajibnya puasa bulan Ramadhan.

Kalau masih ada orang yang mempertanyakan kewajiban shalat lima waktu atau puasa di bulan Ramadhan, maka jelas-jelas dia kufur kepada perintah Allah SWT. Maka kalau ada orang Islam yang mengatakan bahwa aurat tidak wajib ditutup di depan lawan jenis yang bukan mahram, maka dia telah kufur dari ketetapan Allah SWT. Sebab kepastian akan kewajiban menutup aurat telah sampai ke level ijma' ulama.

Menutup Aurat = Etika dan Kewajiban Paling Dasar

Sebagai seorang muslim, seharusnya kita sudah tidak lagi bermain-main di wilayah yang sudah bersifat baku, seperti masalah kewajiban menutup aurat. Sebab menutup aurat itu merupakan insting paling dasar manusia. Menutup aurat adalah salah satu karakteristik dasar yang membedakan antara manusia dan hewan.

Oleh karena itu ketika nabi Adam alaihissalam melanggar larangan Allah, nampaklah aurat mereka. Maka secara insting beliau segera menutup auratnya dengan daun-daun surga.

Maka syaitan membujuk keduanya dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. (QS. Al-A'raf: 22)

Dan ketika nabi Adam diturunkan ke bumi, Allah SWT pun menginformasikan bahwa telah diturunkan pakaian untuk menutup aurat. Bahkan pakaian itu juga berfungsi sebagai perhiasan.

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan (QS. Al-A'raf: 26)

Hanya manusia saja yang punya insting untuk menutup aurat dan mengenakan pakaian. Hewan dan tumbuhan sama sekali tidak punya naluri itu. Apakah sekarang kita inginmenghilangkan naluri manusia untuk berpakaian dan menutup aurat?

Apakah kita ingin mengatakan bahwa wanita tidak perlu menutup auratnya? Apakah kita ingin mengatakan bahwa agama Islam tidak mewajibkan wanita menutup aurat? Lalu kita ingin mengingkari Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW? Apakah kita tega membodohi umat dengan mengatakan bahwa tidak ada dalil yang mewajibkan menutup aurat?

Padahal Rasulullah SAW telah bersabda:

Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian. (HR Muslim)

Maka sebaiknya kita berhenti dari dosa sistem yang ingin mengubah paradigma berpikir umat Islam dengan mengatakan bahwa menutup aurat tidak wajib. Berhentilah dari kesalahan berpikir yang fatal dan memalukan ini, selagi ajal belum datang menjemput. Sudah bukan zamannya lagi kita membodohi umat dengan argumentasi lemah buah karya setan sekulerime dan liberalisme.

Karena sekulerisme dan liberalisme sudah mati terkubur oleh zaman. Mungkin 20 tahun yang lalu boleh mereka berbangga, tapi Allah SWT telah berkehendak lain. Hari ini gelombang orang menutup aurat nyaris tidak terbendung lagi. Hari ini adalah hari penyesalan bagi kalangan sekuleris dan liberalis karena kampanye anti jilbab yang mereka usung berpuluh tahun telah mengalami kegagalan total.

Kalau hari ini masih ada orang yang mengatakan menutup aurat tidak wajib, maka sebenarnya ajaran ini telah out of date, ketinggalan zaman, kuno, konvensional, sudah tidak musim lagi.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Sumber: Era Muslim

Emuslifier Kode E Tidak Selalu Mengandung Babi

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Ada email yang beredar sekarang yang menyatakan bahwa semua bahan tambahan makanan berupa “Kode E” mengandung babi. Saya anggap seluruh isi dari email ini adalah rekayasa.
Email ini, dalam beberapa bentuk, ditulis oleh M. Amjad Khan. Tetapi kalau mencari orang ini di Google, ternyata tidak ada orang dengan nama tersebut, yang juga punya kaitan dengan obat-obatan atau produksi makanan. (Hanya ada satu orang dengan nama itu yang bekerja sebagai pengawas sekolah di Pakistan).

Jadi, orang yang tak dikenal ini menulis artikel, dan menyatakan bahwa dia kerja di Medical Research Institute United States. Kalau dicari dengan Google, institusi ini juga tidak ada. Memang ada United States Army Medical Research Institute of Infectious Diseases (USAMRIID), yang menjadi bagian dari Tentara AS, jadi sangat diragukan kalau seorang dokter tentara yang kerja di situ akan salah menyebutkan nama organisasinya.
Berarti tulisan ini dibuat oleh orang yang tidak ada, yang bekerja pada Institusi yang juga tidak ada, dan dia memberitahu kita bahwa emulisifier yang disingkat menjadi “Kode E” mengandung babi. 

Tulisan ini hanya ada di satu tempat di seluruh internet:

M. Amjad Khan + Medical Research Institute United States (hanya ada di sini):
Must Read! Please read this article!!!
Posted by CatchMeIfYouCan on Monday, February 21, 2005
Comment: ARE WE USING PIG FAT IN OUR FOOD
Posted on Islam.com

Dalam arti lain, isi dari artikel ini adalah rekayasa.
Juga ada peringatan tambahan untuk tidak minum kopi Starbucks karena juga mengandung emulsifier. Ini setara dengan email yang beredar dari beberapa tahun yang lalu yang menyatakan bahwa Starbucks dan juga Coffee Bean tidak halal.
Saya sudah memeriksa ini sendiri, dan info ini juga tidak benar. Dalam pembuatan Café Latte, misalnya, isinya adalah susu, biji kopi dan air panas. Kapan emulsifier ditambahkan? 

Saya juga memeriksa botol sirup (yang katanya mengandung emulsifier) dan tidak ada emulsifier dalam daftar isi. Saya juga menemukan pernyataan Starbucks yang menyatakan bahwa buah ceri mereka tidak direndam dalam alkohol, dan tidak ada unsur dari binatang dalam semua kopi mereka. 

Pernyataan dalam artikel itu bahwa “soy lecithin” juga mengandung babi tidak masuk akal sama sekali. Lecithin memang bisa dibuat dari lemak binatang, tetapi kalau dibuat dari soya/soy (= kedelai) berarti tidak ada unsur binatang. Saya sudah sering membeli coklat dari Indonesia dan Malaysia yang menggunakan soy lecithin, dan coklat itu ada lambang halal dari MUI. Apakah wajar kalau soy lecithin dibuat dari kedelai di Indonesia dan mendapatakan sertifikat halal, tetapi soy lecithin (yang juga dibuat dari kedelai) bisa mengandung babi kalau dari negara lain? Bagaimana kedelai bisa berubah menjadi babi? Sungguh tidak masuk akal.
Jadi, email ini hanya salah satu email rekayasa lagi yang disebarkan ke banyak orang tanpa ada yang memeriksa kebenarannya.

Semoga bermanfaat,
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto


HOAX: Sunita Williams Tidak Menjadi Muslim


Assalamu’alaikum wr.wb.,
Email yang menyatakan Sunita Williams menjadi Muslim adalah rekayasa dan sudah ada lebih dari satu versi. (Saya sudah menerima beberapa kali).
Tidak ada situs berita satupun yang membenarkan informasi ini. Hanya ada email yang disebarkan ke mana-mana. Selain dari itu, informasinya juga palsu karena pernyataan ini: “…when they were on the moon…”
Sunita Williams tidak pernah berada di bulan, dan hanya masuk ke Interntaional Space Station (ISS) untuk 195 hari (sebuah rekor). 

Di semua situs berita, dan biografi resminya, tidak ada bukti sama sekali bahwa informasi dalam email ini benar.
Informasi di email ini juga sangat tidak masuk akal karena bukan saja Sunita, tetapi seluruh rekannya juga “masuk Islam” setelah kembali ke bumi. Berarti ada kurang lebih 7-10 astronot yang masuk Islam pada saat yang sama, tetapi tidak ada koran, stasiun televisi atau situs berita satupun di seluruh dunia yang membahasnya. Hanya ada sebuah email yang disebarkan ke mana-mana. (Sebaliknya, artis Hollywood Paris Hilton masuk penjara untuk satu hari dan semua situs berita membahasnya, termasuk di Indonesia). 

Berarti email ini adalah rekayasa lagi, sama seperti berita palsu lama bahwa Neil Armstrong (astonot pertama yang mendarat di bulan) masuk Islam karena “mendengar adzan” pada saat di bulan.
Seharusnya ummat Islam lebih cerdas.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

Yang disebarkan kurang lebih seperti ini:
Assalamualaikum...! An important message to all Muslim brothers and sisters : Sunita Williams ( First Indian woman who went on a space journey few months back) accepted "ISLAM" Masha Allah, bcoz when they were on the moon, they saw towards EARTH, the entire EARTH looked dark, but 2 places on the EARTH GLITERED & looked like SPARKS (Roshni). They were shocked to see that and saw them with the help of telescope and came to know that those two places were "MAKKAH" and "MADINAH" Masya Allah !. Then they decided that after reaching to earth they'll accept "ISLAM". Thats y they reached safely following this glitering light. So be proud to a muslim and forward it to all like fire. Allah Hafiz...!
Kalau ngak salah sih arti dari bahasa inggrisnya .. 

Assalamualaikum........ !! Sebuah pesan penting untuk seluruh saudara muslim dam muslimah : Sunita Williams ( Wanita Indian Pertama yang pergi ke luar angkasa untuk beberapa bulan telah kembali ) menerima "ISLAM " karena ketika mereka ke bulan, mereka melihat ke bumi, dan nampak semua wajah bumi kelihatan sangat gelap (hitam), tetapi ada 2 tempat di bumi yang bersinar dan terlihat seperti berkilauan. Mereka kaget melihat hal itu dan mereka ingin melihat lebih jelas dengan batuan teleskop dan mengetahui bahwa kedua tempat tersebut adalah Mekah & Madinah. Mereka memutuskan setelah mereka tiba di bumi mereka akan menerima islam. Itulah alasan kenapa mereka bisa kembali ke bumi dengan selamat, karena mengikuti arah sinar dari tempat tersebut. Maka berbanggalah menjadi seorang muslim.
(Ditambah dua gambar Mekah dan Madinah. Gambar itu memang asli dan didapat dari satelit. Ada banyak situs yang menampung foto asli itu. Namun, tidak ada kaitan dengan Sunita).

10 October, 2007

Sekolah yang Diresmikan Presiden Itu Ambruk


Oleh Parluhutan Gultom

TANGERANG - Satu tahun berlalu sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan paket mega proyek pembangunan 221 sekolah di Kota Tangerang pada 3 Januari 2006 lalu. Dan, sejak itu pula di benak masyarakat seolah terpatri asa akan adanya perubahan signifikan pada sektor pendidikan di Kota Tangerang.

Namun, sejak musibah ambruknya plafon ruang kelas V, SDN Karawaci III di Jalan Sa`amah, Kampung Baru, Kecamatan Karawaci, pada Kamis (5/9) pagi, kepercayaan banyak kalangan atas kehebatan dan keberhasilan mega proyek 221 sekolah itu pun menjadi “terkoyak”.

Kini mega proyek yang menelan biaya Rp 221 miliar dari kas APBD Kota Tangerang Tahun 2005/2006 itu justru berbalik mendapat sorotan negatif dari berbagai kalangan. Terlebih insiden ambruknya plafon SDN Karawaci III itu juga mengakibatkan sebanyak 16 siswa terluka.

“Dulunya memang saya sempat yakin kalau keberadaan gedung sekolah baru itu nantinya dapat membuat anak saya aman dan nyaman saat mengikuti pelajaran. Tapi, setelah kejadian kemarin, perasaan saya justru berubah menjadi ragu dan was-was dengan keselamatan anak saya,” ujar Ny Fatimah, salah satu orang tua siswa yang tinggal tak jauh dari SDN Karawaci III.

Demi menjaga keselamatan siswa-siswi ke depan, Fatimah berharap Wali Kota Tangerang H Wahidin Halim dapat bersikap tegas dan menindak kontraktor yang sebelumnya mengerjakan pembangunan sekolah itu. “Ambruknya plafon di ruang kelas V SDN Karawaci III itu membuktikan ada sesuatu yang salah dalam proses pembangunannya,” ujar Fatimah.

Keluhan bernada penyesalan juga dilontarkan Ayip Amir, Ketua Komite Sekolah SDN Karawaci III. Selain mengaku kecewa, wali para siswa itu pun meminta Pemkot Tangerang segera melakukan pengecekan ulang terhadap 220 sekolah lainnya.

“Mencegah tentunya akan lebih baik daripada mengobati. Untuk itu, kami sangat berharap adanya tindak pengecekan ulang terhadap ratusan sekolah lain, khususnya yang masuk dalam paket 221 sekolah,” ujar Amir.

Seperti diketahui, sedikitnya terdapat 16 siswa yang kini menderita luka ringan akibat peristiwa itu. Mereka adalah Aldora Putri, Eli, Galuh, Rahmi, Inas, Tomy, Hendriawan, Bagus, Firda, Rizky, Mufida, Ranti, Inge, dan Yasmin Noor. Sedangkan seorang siswi lainnya, Yuliana bahkan sempat dilarikan ke rumah sakit akibat menderita luka pada bagian mulut dan gigi rontok.

Bom Waktu

Peristiwa ambruknya plafon kelas V SDN Karawaci III pada Kamis (6/9) lalu bisa dianggap sebagai salah satu bukti bahwa keselamatan pelajar di Kota Tangerang saat ini sedang terancam. Karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa peristiwa serupa tidak akan terulang di kemudian hari.

“Kami minta Pemkot tidak diam terkait peristiwa ini. Segera bentuk tim guna memeriksa kondisi ratusan bangunan sekolah lainnya. Karena posisi para siswa saat ini ibarat sedang berada di tengah ‘bom waktu’ yang sewaktu-waktu dapat meledak,” ujar Herry Rumawatin, Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang kepada SH, Jumat (7/9) malam.

Bila terbukti peristiwa itu terjadi akibat kesalahan kontraktor, lanjut Herry, sewajarnya bila kemudian Wali Kota mem-blacklist kontraktor nakal dimaksud. “Sesuai prosedur saja. Bila memang terbukti pihak kontraktor yang salah, sewajarnyalah diberi sanksi,” katanya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Tata Kota Hj Roestiwi mengatakan pihaknya segera melakukan perbaikan terhadap plafon ruang kelas yang rusak. Sedangkan terkait sanksi yang akan dijatuhkan, Roestiwi menyatakan terlebih dahulu akan melihat kembali perjanjian kontrak kerja antara Pemda Kota Tangerang dengan pihak kontraktor, yaitu PT Artha Niaga.

“Saya harus lihat dulu isi kontraknya, karena saya sudah tidak ingat lagi," ujarnya seraya menegaskan bahwa pihaknya tidak akan ragu memberikan sanksi keras terhadap kontraktor bila memang terbukti bersalah.

Kapolsek Karawaci AKP Hermino terkesan sangat tertutup atas kasus ambruknya SDN Karawaci III itu. “Selain memintai keterangan sejumlah saksi korban, kami juga sudah memintai keterangan saksi lain yang melihat kejadian. Namun, belum ada tersangka dalam kasus ini,” tambahnya. N

Sumber: Sinar Harapan

Hadits Palsu: Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah

Kamis, 20 Sep 07 04:43 WIB

Saya pernah mendengar orang berkata bahwa tidurnya orang berpuasa itu adalah ibadah. Tapi sampai saat ini saya tidak tahu, benarkah hal itu? Kalau memang benar, apakah itu merupakan hadits nabi atau bukan? Dan kalau memang hadits nabi, riwayatnya serta statusnya bagaimana?

Terima kasih atas jawabannya ustadz

Jhons

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ungkapan seperti yang anda sampaikan, yaitu tidurnya orang berpuasa merupakan ibadah memang sudah seringkali kita dengar, baik di pengajian atau pun di berbagai kesempatan. Dan paling sering kita dengar di bulan Ramadhan.

Di antara lafadznya yang paling populer adalah demikian:

Tidurnya orang puasa merupakan ibadah, diamnya merupakan tasbih, amalnya dilipat-gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni.

Meski di dalam kandungan hadits ini ada beberapa hal yang sesuai dengan hadits-hadits yang shahih, seperti masalah dosa yang diampuni serta pahala yang dilipat-gandakan, namun khusus lafadz ini, para ulama sepakat mengatakan status kepalsuannya.

Adalah Al-Imam Al-Baihaqi yang menuliskan lafadz itu di dalam kitabnya, Asy-Syu'ab Al-Iman. Lalu dinukil oleh As-Suyuti di dalam kitabnya, Al-Jamiush-Shaghir, seraya menyebutkan bahwa status hadits ini dhaif (lemah).

Namun status dhaif yang diberikan oleh As-Suyuti justru dikritik oleh para muhaddits yang lain. Menurut kebanyakan mereka, status hadits ini bukan hanya dhaif teteapi sudah sampai derajat hadits maudhu' (palsu).

Hadits Palsu

Al-Imam Al-Baihaqi telah menyebutkan bahwa ungkapan ini bukan merupakan hadits nabawi.Karena di dalam jalur periwayatan hadits itu terdapat perawi yang bernama Sulaiman bin Amr An-Nakhahi, yang kedudukannya adalah pemalsu hadits.

Hal senada disampaikan oleh Al-Iraqi, yaitu bahwa Sulaiman bin Amr ini termasuk ke dalam daftar para pendusta, di mana pekerjaannya adalah pemalsu hadits.

Komentar Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah juga semakin menguatkan kepalsuan hadits ini. Beliau mengatakan bahwa si Sulaiman bin Amr ini memang benar-benar seorang pemalsu hadits.

Bahkan lebih keras lagi adalah ungkapan Yahya bin Ma'in, beliau bukan hanya mengatakan bahwa Sulaiman bin Amr ini pemasu hadits, tetapi beliau menambahkan bahwa Sulaiman ini adalah "manusia paling pendusta di muka bumi ini!"

Selanjutnya, kita juga mendengar komentar Al-Imam Al-Bukhari tentang tokoh kita yang satu ini. Belaiu mengatakan bahwa Sulaiman bin Amr adalah matruk, yaitu haditsnya semi palsu lantaran dia seorang pendusta.

Saking tercelanya perawi hadits ini, sampai-sampai Yazid bin Harun mengatakan bahwa siapapun tidak halal meriwayatkan hadtis dari Sualiman bin Amr.

Iman Ibnu Hibban juga ikut mengomentari, "Sulaiman bin AmrAn-Nakha'i adalah orang Baghdad yang secara lahiriyah merupakan orang shalih, sayangnya dia memalsu hadits. Keterangan ini bisa kita dapat di dalam kitab Al-Majruhin minal muhadditsin wadhdhu'afa wal-matrukin. Juga bisa kita dapati di dalam kitab Mizanul I'tidal.

Rasanya keterangan tegas dari para ahli hadits senior tentang kepalsuan hadits ini sudah cukup lengkap, maka kita tidak perlu lagi ragu-ragu untuk segera membuang ungkapan ini dari dalil-dalil kita. Dan tidak benar bahwa tidurnya orang puasa itu merupakan ibadah.

Oleh karena itu, tindakan sebagian saudara kita untuk banyak-banyak tidur di tengah hari bulan Ramadhan dengan alasan bahwa tidur itu ibadah, jelas-jelas tidak ada dasarnya. Apalagi mengingat Rasulullah SAW pun tidak pernah mencontohkan untuk menghabiskan waktu siang hari untuk tidur.

Kalau pun ada istilah qailulah, maka prakteknya Rasulullah SAW hanya sejenak memejamkan mata. Dan yang namanya sejenak, paling-paling hanya sekitar 5 sampai 10 menit saja. Tidak berjam-jam sampai meninggalkan tugas dan pekerjaan.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Sumber: Era Muslim

Penderitaan Rakyat Birma (Myanmar) dan Bisnis AS

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Apakah bisnis sudah cukup sebagai alasan untuk tidak peduli pada nilai-nilai demokrasi? Para pemimpin AS berbicara tentang demokrasi seakan-akan mereka peduli. Tetapi apakah mereka lebih peduli pada demokrasi atau bisnis?

Ternyata para jenderal yang menguasaikan Birma dalam sebuah junta militer mendapatkan uang dari beberapa sumber. Ekomoni negara rusak, jadi untuk mengaji prajurit yang menyiksa para biksu harus ada sumber uang yang jelas, karena pajak dari rakyat tidak seberapa. Dari mana mereka bisa mendapatkan uang? Ada dua sumber yang kurang dibahas di media massa.

Sumber uang pertama: uang dari hasil penjualan gas dan minyak bumi. Gas dan minyak bumi ini diekspor lewat Thailand. Yang mengerjakan? Perusahaan Chevron (dari AS) dan Total (dari Perancis). Dan siapa yang pernah menjadi anggota BoD Chevron: Condalisa Rice, Menlu AS sekarang. Apakah Condi dan George Bush mau mengambil tindakan yang akan menghancurkan profit tinggi bagi kawan-kawan mereka, walaupun uang dari usaha itu memberi dukungan nyata pada para jenderal Birma? Sepertinya mereka tidak mau.

Berapa banyak jumlah uang tersebut? Pada tahun 2006, hasil dari proyek gas bumi saja adalah $US 2,16 milyar. Dan seluruhnya dilarikan ke para jenderal/pemerintah. Kalau uang sebanyak itu adalah pemasukan buat para jenderal, kira2 profit bagi Chevron dan Total berapa? Untuk hasil minyak bumi tidak disediakan datanya.

Pipa gas yang menyalurkan gas ke Thailand untuk diekspor sudah ketahuan dibuat dengan “slave labor” – rakyat biasa yang dipaksakan kerja, seakan-akan “budak” milik pemerintah. Selamat bagi Chevron, pasti sangat baik bagi profit perusahaan bila infrastuktur dibuat oleh budak2 Birma.

Para perusahaan di AS dilarang berdagang dengan Birma, disebabkan sangsi dari Deplu AS. Tetapi ada satu pengecualian. Untuk siapa? Ternyata hanya Chevron yang dapat izin beroperasi di Birma! Enak kali ya!

Sumer uang kedua: penjualan batu permata seperti mirah/merah delima (ruby) dan safir (sapphire). Ternyata 90% dari semua batu merah delima yang dijual di seluruh dunia berasal dari Birma. Tentu saja para jenderal menguasaikan produksi batu berharga ini karena pemilik saham mayoritas dalam semua perusahaan pertambangan merah delima adalah… para jenderal.

Walaupun ada larangan juga bagi para pembeli batu permata AS untuk membeli batu merah delima dari Birma, larangan tersebut hanya berlaku bagi batu yang dibeli langsung dari Birma. Supaya larangan ini menjadi tidak efektif, hampir semua batu merah delima dari Birma diekspor ke Thailand terlebih dahlulu untuk diperhalus (polished). Lalu, dari Thailand, dijual lagi ke AS, Inggris dan Eropa tanpa kena sangsi, dan digunakan untuk membuat perhiasan dan cincin. (Kalau anda melihat orang kaya di Indonesia yang menggunakan batu merah delima dalam perhiasannya, kemungkinan besar mereka sudah membantu jenderal Birma tetap berkuasa dengan pembelian merah delima itu, tanpa sengaja tentu saja).

Apakah AS, Inggris dan Eropa benar-benar akan peduli pada rakyat yang menuntut kemerdekaan dan kebebasan kalau tuntutan tersebut akan merusak profit bagi perusahaan2 terbesar mereka yang juga sangat dekat dengan para Presiden dan pejabat-pejabat lainnya? Mereka itu hanya bisa menang dalam pemilu karena ada sumbangan besar dari bisnis-bisnis tersebut. Jadi pada saat rakyat Birma teriak minta tolong, pejabat AS dan kawan-kawannya di negara barat harus memilih: bantu rakyat yang tertindas, atau menjaga profit dari perusahaan multi-nasional yang mendanai mereka supaya menang dalam pemilu.

Kira kira yang mana yang paling utama? Kemerdekaan atau profit? Nilai-nilai kebebasan dan demokrasi atau atau nilai-nilai kapitalisme?

Hmmmmm….. ternyata….uang, profit dan kapitalisme menang. Wahai para jenderal, silahkan menindas biksu dan rakyat kecil terus. AS tidak akan intervensi demi “demokrasi”. (Kecuali ada yang mau bayar, tentu saja). Dan stok minyak bumi di Birma tidak seberapa dibandingkan dengan Iran. Jadi, lebih baik AS menyerang Iran untuk “menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi” (seperti yang sedang dilakukan di Iraq, menurut mereka) daripada membantu kaum yang sudah menuntutnya di Birma.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene Netto

Informasi diringkas dari:

Chevron's Pipeline Is the Burmese Regime's Lifeline

By Amy Goodman, Truthdig, Tuesday 02 October 2007

Amid Deaths, Censorship, Oil Companies Continue Myanmar Operations

By Avni Patel, ABC News

Myanmar's rubies; bloody colour, bloody business

By Carmel Crimmins, BANGKOK (Reuters)

Masyarakat Di Selandia Baru Diizinkan Menulis Hukum Sendiri

Polisi di Selandia Baru (New Zealand) menggunakan “wiki” (seperti yang digunakan Wikipedia) dalam sebuah website yang bisa diakses siapapun. Dalam usaha membuat undang-undang kepolisian baru, polisi sangat mengharapkan “input” dari masyarakat. Sebelum UU baru ini disahkan di DPR, rakyat biasa dipersilahkan memberi masukkan pada wiki tersebut dengan mengubah teks sesuai dengan kemauan mereka.

Setelah semua tanggapan dari masyarakat diterima di situs, dokumen itu akan diserahkan pada DPR Selandia Baru pada tahun 2008 sebagai bahan masukan bagi mereka.

Ini pertama kali di dunia bahwa sebuah pemerintah mengunakan internet dan wiki untuk mendapatkan masukan langsung dari rakyat dalam proses pembentukan UU baru.

Kapan akan terjadi di Indonesia ya…?

NZ police let public write laws

Story from BBC NEWS

30 September, 2007

1 Dalam 8 Anak Iraq Wafat Sebelum Ulang Tahun Ke-5

Dalam sebuah RS di Baghdad (Ibn Al-Baladi Pediatric Hospital), kebutuhan yang paling sederhana tidak ada. Obat-obatan tidak ada, infus tidak ada. Di luar rumah sakit, obat yang dibutuhkan ada di apotik , tetapi keluarga yang miskin tidak sanggup membelinya. Berarti anak harus dibiarkan wafat saja.

Kata Dr Saad Mehdi, 35 tahun, seorang dokter anak di RS Ibn Al-Baladi, ini sudah menjadi biasa sekarang.

Tingkat kematian anak di bawah 5 tahun meningkat 150% antara 1990 – 2005 menurut laporan dari LSM di Amerika Serikat, “Save the Children”. Kira-kira 1 dalam 8 anak tidak sampai ulang tahun ke-5, kata laporan tersebut. Karena tidak ada pemeriksaan dokter sebelum melahirkan (“pre-natal care”) tingkat kelainan lahir dan kematian juga meningkat.

34 Dr Anak di RS Ibn Al-Baladi tangani ratusan anak setiap hari, tanpa antibiotic, infuse, alat-alat yang dibutuhkan untuk memeriksa jantung, CT-Scan atau mesin MRI. Dengan jumlah anak yang terlalu besar, pasien juga ditangani di koridor Rumah Sakit. Seorang anak bernama Tahar Nahdi, 1 tahun, dijaga ibunya di koridor. Dia menderita infeski paru-paru yang sangat kronis, dan tidak ada antibiotik atau infus bagi dia. Dia sangat membutuhkan cairan tubuh karena sangat dihidrasi. Kata perawat yang memeriksa, keluarga Tahar tidak punya $US 5 untuk membeli antibiotic yang dibutuhkan.

Para dokter punya ratusan pasien dalam keadaan yang sama, dan harus membantu sebisanya, tanpa obat. Kata seorang dokter anak bernama Husham, “Kita harus berusaha… kita ingin menyelamatkan nyawa anak2 ini”.

Poin-poin yang terpenting dalam laporan “Save the Children”:

- Pada tahun 2005, 122.000 anak Iraq wafat sebelum umur 5 tahun, atau 125 per 1000 anak. Sebagai bandingan, tingkatnya 36 per 1,000 wafat di Iran; 15 per 1,000 di Syria; dan 7 per 1,000 di Amerika Serikat.

- 46 % dari anak yang menderita dari penyakit diare, tidak mendapatkan cairan tambahan [seperti Oralit, infuse, dsb.].

- 24% dari anak di bawah umur 5 tahun yang diperkirakan telah kena infeksi paru-paru tidak diperiksa dokter/perawat.

- 12% dari anak di bawah umur 5 mempunyai berat badan yang sangat kurang.

- 21% dari anak Iraq mendapat tubuh yang terlalu pendek dari semestinya (karena kurang gizi)

- Hanya 35% mendapatkan imunisasi

- 28% dari kelahiran tidak ditangani seorang ahli (dokter, perawat atau bidan)

- Tinkgat kematian anak di Iraq telah meningkat 37% dalam 4 tahun terakhir

Sumber dari:

1 in 8 Iraqis Dies Before Fifth Birthday

By James Palmer

The San Francisco Chronicle

Wednesday 23 May 2007

Truthout

Ask Dr Universe

Saya ketemu situs ini pada saat browsing (saya mencari info tentang cacing: ternyata cacing memang makan tanah).

Kalau anak anda belajar dalam bahasa Inggris, mungkin situs ini bisa bantu dengan menjawab banyak pertanyaan.

Semoga bermanfaat.

http://www.wsu.edu/DrUniverse/BigQuestions.html

(ada bagian search juga)

Contoh:

More About Bees. How do bees communicate the location of food plants to others?

Brains. Why can't we grow more brain cells?

Earth. Does the Earth weigh the same as it did 10,000 years ago?

Fingers. Why is the middle finger on our hands the longest of the four?

Gray hair. Why does hair turn gray?

Nipples. Why do men have nipples?

Twins. Is the DNA from a pair of identical twins the same? Do the twins have the same fingerprints?

Worms. Can you please tell me what do worms eat? Do they sleep? Do they go to the bathroom? Do they breathe? Does a worm really grow another head if it gets chopped off? How long does it take a worm to dig a hole?

Everybody, Somebody, Anybody, and Nobody

What Went Wrong?

This is a story about four people:

Everybody, Somebody, Anybody, and Nobody.

There was an important job to be done,

and Everybody was asked to do it.

Everybody was sure Somebody would do it.

Anybody could have done it, but Nobody did it.

Somebody got angry about that because it was Everybody's job.

Everybody thought Anybody could do it,

but Nobody realized that Everybody wouldn't do it.

It ended up that Everybody blamed Somebody,

when actually Nobody asked Anybody.

28 September, 2007

Mengenai Ustadz Komersial

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Kemarin ada email yang beredar tentang Ustadz Komersial. Menurut saya, alangkah baiknya kalau ini menjadi kesempatan untuk membahas masalah ini secara serius, karena pada saat saya diundang ceramah, ada banyak sekali cerita dari panita2 masjid tentang orang lain yang diundang, dan mereka itu memang memasang tarif tinggi. Setiap kali saya diundang, selalu ada bagian dari pembicaraan yang tidak menyenangkan bagi orang yang telfon saya itu. Dia terpaksa bertanya “tarif” saya berapa. Pada saat saya menyatakan tidak pernah memasang tarif apapun, biasannya orang itu menyatakan merasa lega sekali, karena mereka sudah kuatir harus bayar mahal untuk mendapat seorang bule sebagai penceramah. Untuk mendapat ustadz-ustadz tertentu, katanya harus bayar jutaan sampai puluhan juta rupiah.

Seringkali, orang dari panitia masjid itu bercerita tentang ustadz-ustadz lain yang memang memasang tarif yang sangat berat bagi si penyelenggara. Jumlah uang yang diminta disebutkan kepada saya, dengan juga menyebutkan nama dari si penceramah tersebut. Jadi, walaupun penulis dari artikel Ustadz Komersial salah alamat, barangkali, masalah ini tetap sebagai masalah besar yang perlu kita komentari. Seharusnya ini peran wartawan (yang memang kurang berperan di negara ini). Kita perlu tahu berapa banyak ustadz yang pasang tarif yang tinggi dan seharusnya wartawan berani bertanya kepada mereka kenapa mereka lakukan hal itu?

Kalau Allah menghendaki, ilmu mereka itu bisa hilang dalam sekejap. Tapi mereka berani menyombongkan diri dengan memberikan nilai dan harga terhadap ilmu tersebut. Ini sungguh-sungguh menyedihkan. (Ini beda dengan menulis buku dsb., di mana ada harga produk dan biaya production yang perlu dibayar).

Berceramah tidak berbeda dengan memberikan nasehat kepada seorang teman. Orang yang lebih tua, biasannya lebih bijaksana karena ilmunya lebih luas dan juga pengalamannya. Nah, kalau kita minta nasehat kepada kakek kandung, bagaimana kalau dia menyuruh kita bayar 2 juta terlebih dahulu sebelum menjawab karena dia inginkan kita menghargai “ilmu”nya dan juga waktunya? Kalau begitu terus, kita menjadi “terpaksa” minta saran dari teman yang sama begonya dengan kita. Hasilnya: kita yang rugi. Kalau ada ustadz yang mahal, maka ummat Islam akan mulai bertanya dan berkonsultasi dengan orang yang ilmunya lebih sedikit (karena “tarif”nya akan lebih murah). Hasilnya: Islam yang menjadi rusak.

Kenapa ummat Islam menerima keadaan ini? Kenapa ustadz-ustadz ini tidak merasa malu menjual ilmu agama Allah dengan nilai yang tinggi, seperti artis sinetron atau penyanyi terkenal? Kenapa hal ini bisa berlangsung terus?

Seharusnya, orang yang ilmunya lebih tinggi lebih paham bahwa ilmu dia itu adalah milik Allah. Dan kalau tidak dimanfaatkan dengan baik atas nama Allah, maka Allah berhak dan tidak keberatan untuk mencabut ilmu itu daripadanya dan memberikannya kepada orang yang lain.

Saya mendapat ajaran dari guru saya KH Mashyuri Syahid (dari MUI) untuk tidak pernah memasang tarif, karena Pak Kyai juga tidak pernah begitu. Katanya, kalau mau menerima undangan ceramah, maka datang dengan ikhlas dan niat mengajar, dan menyebarkan Ilmu Allah dengan baik. Kalau tidak mau begitu, tidak usah menerima undangan ceramah agama: ceramah tentang bulu tangkis saja.

Sayangnya, sudah menjadi praktek yang standar untuk sebagian penceramah terkenal untuk memasang tarif tinggi (tapi belum tentu semuanya begitu). Sepertinya ini lebih mudah terjadi dengan penceramah yang sering masuk tivi. Soalnya, kalau dia datang ke stasiun televisi dan tidak bernego tentang tarifnya, maka stasiun televisi yang untung karena bisa bayar dengan harga yang sedikit. Sedangkan, mereka menerima puluhan sampai ratusan juta dari iklan. Jadi, dalam kondisi itu, sebagai praktek bisnis, sepertinya wajar kalau si penceramah pasang tarif di situ.

Masalahnya adalah besok hari dia memperhitungkan “opportunity cost” atau biaya yang bisa dia dapat kalau masuk tivi daripada berceramah di masjid anda. Kalau anda undang dia berceramah di masjid, dan ada stasiun televisi undang juga, kira-kira mana yang siap bayar paling mahal? Jadi, kalau anda mau dapat jatah waktu dia, harus bayar sesuai dengan tarif yang didapat dari stasiun televisi.

Sepertinya ini suatu efek samping dari berceramah di televisi. Dan hanya bisa dilawan oleh si penceramah sendiri. Waktu masuk tivi, pasang tarif untuk tivi. Waktu masuk Masjid Allah atau rumah hamba-Nya, tidak ada tarif.

Minggu ini saya mendapatkan undangan untuk masuk acara di Anteve, tetapi saya tidak menerima. Pertama, saya agak malas masuk tivi dan menjadi “artis”. Kedua, mereka ingin berbincang tentang latar belakang saya sebagai muallaf, dan buat saya, itu adalah topik yang membosankan. (Enakan bicara tentang Islam secara umum atau pendidikan). Sudah beberapa kali saya diundang masuk acara televisi, tetapi saya kurang tertarik karena melihat sebagian ustadz yang menjadi tokoh di televisi, yang memasang tarif tinggi, yang ada managemen dan adjudan, yang lebih mirip dengan artis daripada ulama, dan saya tidak mau menjadi seperti mereka.

Enakan menjadi orang biasa dan berceramah seperti orang biasa di dalam masjid biasa bersama hamba Allah yang biasa. Ilmu saya juga sangat terbatas, jadi justru tidak wajar kalau saya sering diundang masuk televisi, sedangkan banyak ustadz yang hafiz Qur'an dan punya ilmu yang luas tidak pernah diundang.

Semoga masalah dengan “ustadz komersial” ini segera ditanggapi dan dilawan oleh masyarakat (walaupun bukan perkara baru) dan semoga kaum ini yang memasang tarif tinggi bisa ingat kepada Allah. Sesungguhnya mereka hanya mendapatkan kesempatan berceramah karena Allah menghendaki begitu. Dan “hak” itu bisa juga dicabut dari mereka. Kalau mereka sudah menjadi terkenal dan kaya karena sering masuk tivi, saya yakin masyarakat dan panitia akan sadar sendiri dan menawarkan honor yang baik, sesuai dengan kemampuannya.

Tolong menceritakan pengalaman anda:

Apakah anda punya pengalaman dengan ustadz yang memasang tarif tinggi? Silahkan memberikan komentar di bawah, tetapi tolong jangan menyebutkan nama orangnya, dan jangan memberikan nama masjid dsb. Sebutkan saja jumlah yang diminta, dan apa yang terjadi sesudahnya: apakah dibayar, atau apakah ustadz itu diganti dengan yang lebih murah? Dan bagaimana perasaan anda terhadap masalah ini?

Terima kasih,

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

26 September, 2007

Undang ustadz untuk ceramah

Ustadz Ahmad Luthfi Ramli, Lc.

Rumah di: Menteng Dalam (Tebet), Jakarta Selatan

Handphone: 08179159897

Telfon rumah: 021-8316757

Email: -

Latar Belakang: Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Guru di Pesantren Al-Awwabin Depok. Pengajar tetap di beberapa masjid dan kantor-kantor di Jakarta.

Tarif: Tidak Memasang Tarif

Almarhum (Petisi Pendidikan)


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Saya kecewa sekali dengan orang Indonesia, khususnya teman2 saya. Diminta memberikan tanda tangan untuk petisi pendidikan, baru 240 orang yang mau dalam 2 minggu (sampai tanggal ini, 26 September,2007). Padahal saya yakin bahwa jumlah orang yang telah menerima petisi ini sudah lebih dari 10.000.

Dari jaringan teman2 saya, dan juga murid2 saya yang bantu membuat teksnya, baru sedikit sekali dari nama mereka yang muncul di petisi. (Dan saya tahu nama mereka jadi sangat mudah dilihat bahwa mereka tidak memberikan dukungan pada petisi ini).

Harapan saya adalah 10.000 tanda tangan online. Ini hanya untuk melihat keseriusan masyarakat untuk mendukung ide “petisi” daripada demo. Lalu, Insya Allah akan disusul dengan hard copy (paper) sampai puluhan ribu tanda tangan dari seluruh Indonesia. Lalu Press Conference, dengan memberitahu kepada pemerintah dan para politikus bahwa ada puluhan ribu (atau ratusan ribu) pemilih yang inginkan perubahan pada sistem pendidikan. Sejauh ini, baru 240 orang yang peduli, kelihatannya. Padahal untuk memberikan tanda tangan online paling mudah. Tinggal ketik saja untuk beberapa detik. Sedangkan untuk mengumpulkan tanda tangan langsung dari orang di jalan jauh lebih sulit karena ada biaya, serta masalah koordinasi. Nah, untuk yang gampang saja, orang Indonesia tidak peduli. Bagaimana dengan yang lebih sulit?

Sedih sekali hati saya.

Apa teman2 menyaksikan apa yang sedang terjadi di Birma (Myanmar) di mana para biksu dengan dukungan penuh dari masyarakat melawan kebijakan pemerintah yang buruk? Kenapa tidak ada gerakan “People Power” seperti itu di Indonesia, khusus untuk pendidikan? Bukan untuk menjatuhkan pemerintah, tetapi untuk menujukkan kepedulian dan kekuatan.

Para biksu dan rakyat Birma hidup tanpa hak sama sekali, di bawah sekelompok diktator militer. Rakyat Indonesia hidup dalam kebebasan, tetapi masih tidak mau berjuang untuk kepentingan sesama. Rakyat Indonesia hidup seakan-akan masih dijajah oleh Belanda, atau masih hidup di bawah Soeharto. Orang yang tidak merdeka di Birma siap berjuang. Orang yang sudah merdeka di Indonesia tidak peduli pada perjuangan lagi. Apakah ini hasilnya dari kemerdekaan? Saling tidak peduli pada sesama warga bangsa?

Para biksu dan rakyat biasa di Birma siap dihajar oleh polisi untuk menjadi merdeka. Seharusnya kita memberitahu mereka bahwa itu adalah peruangan yang sia-sia. Soalnya, nanti setelah menjadi merdeka, rakyat akan lupa pada perjuangan bersama dan menjadi sibuk nonton sinetron, dan belanja di Carrefour. Mereka tidak akan peduli kalau anak tentangga hidup dalam kesusahan, karena di Indonesia memang begitu. Di Birma, rakyat yang tidak berdosa siap dihajar polisi demi kemerdekaan. Di Indonesia, memberikan tanda tangan pada petisi online dianggap berat, atau dianggap tidak bermanfaat (jadi tidak usah coba dulu: langsung abaikan saja).

Sedih lagi. Di sini sepertinya tidak ada yang peduli pada orang lain karena sibuk dengan urusan diri sendiri dan tidak punya waktu atau kemauan untuk memikirkan tentangganya.

(“Eh, Soleha udah mulai ya? Ayo nonton! Nanti ke Carrefour ya. Belanja.”)

Tidak ada lagi yang penting di dunia orang ini. Tidak ada niat berjuang. Tidak ada kepedulian pada sesama. Yang ada, kepedulian pada diri sendiri saja.

Gotong royong hanya ada di kamus. Di tengah-tengah masyarakat, gotong royong sudah menjadi almarhum. Yang penting, bisa maju sendiri, anak tetangga biarkan saja menderita dan putus sekolah.

Yang jelas, tidak ada anggota pemerintah yang peduli. Gubenur baru di DKI bukannya langsung menyekolahkan semua anak yatim dan anak miskin yang telah putus sekolah. Malah memperluas jaringan busway, yang menambahkan kemacetan lebih dari sebelumnya, dan membuat warga ibu kota pusing.

Gubernur baru di Banten ingin membangun jembatan antara Jawa dan Sumatera dengan nilai 13 TRILLION rupiah. Anak yatim yang putus sekolah? Peduli amat! Berapa banyak lagi proyek besar yang ingin dibangun di berbagai propinsi?

Wahai para pejabat: KENAPA TIDAK MEMBANGUN SEKOLAH DAN RUMAH SAKIT YANG GRATIS DAN BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT??

Oh, maaf, itu hanya akan dilakukan kalau pemerintah memang peduli pada rakyat. Dan hanya kalau rakyat memang peduli pada tentangganya. Itulah makna demokrasi yang sesungguhnya: Kita sama sama maju, atau kita sama sama mundur. Berarti kita harus berjuang bersama untuk kepentingan bersama.

Rakyatlah yang punya hak untuk mempengaruhi pemerintah (lewat pemilu dan pilkada), bukan pemerintah yang punya hak untuk merugikan masyarakat. (Dari mana mereka bisa mendapatkan hak itu?) Kalau orang Indonesia tidak bangkit dan menuntut haknya di bidang pendidikan, kesehatan, hukum, dan lain sebagainya, negara ini tidak pernah akan maju.

Di Inggris, sekolah gratis dan biaya kesehatan (dokter dan rumah sakit) gratis. Di Perancis, sekolah gratis dan biaya kesehatan gratis. Di Kanada, sekolah gratis dan biaya kesehatan gratis. Di Australia, sekolah gratis dan biaya kesehatan sangat murah. (Untuk kunjungan dokter gratis, obat-obatan murah, ada banyak subsidi, dan biaya operasi walaupun tidak gratis tetap murah). [Jangan bertanya tentang AS karena di sana pengusaha dan bisnis berkuasa di atas segala-galanya, dengan izin dari rakyat. Sepertinya, pemerintah Indonesia ingin meniru negara yang rusak ini daripada meniru negara yang lebih baik seperti Inggris atau Kanada].

Di Indonesia, semuanya harus dibayar sendiri dan harus mencari asuransi sendiri. Kalau tidak bisa, jangan harapkan pemerintah akan peduli karena mereka sibuk merencanakan mega proyek lagi buat kepentingan teman2nya (wajarlah kalau sama sama pengusaha).

Kalau rakyat tidak bangkit dan melawan sikap pemerintah ini, negara ini tidak akan pernah menjadi makmur. Memberikan tanda tangan online adalah langkah awal yang sederhana. Maukah anda berusaha?

Sedih hati saya.

Kapan orang Indonesia akan bangkit dan mulai peduli pada sesama?

Kapan?

(Psssst. Jangan berisik. Lagi nonton Soleha).

Pendidikan gratis dan berkualitas buat semua sudah menjadi almarhum juga. Hiduplah komersialisasi pendidikan (yaitu pendidikan yang layak buat yang bayar mahal), dengan doa restu dari pemerintah (yang penuh dengan pengusaha).

Pada ke mana ummat Islam dan para ustadz dan ustadzah yang mengerti agama? Bukannya Islam menganjurkan kita untuk membantu dan melindungi yang lemah? Kok di sini pada sibuk membeli mobil baru semua, padahal anak tentangga tidak bisa sekolah? Kenapa ummat Nabi Muhammad SAW menjadi begini? Kenapa kita berani menyatakan diri pengikut Muhammad SAW tetapi kita hidup dalam keadaan “tidak peduli pada orang lain”, dengan bimbingan penuh dari pemerintah dan pejabat (yang sudah kaya sendiri)?

Tetapi masih ada juga alasan untuk bersyukur.

Saya bersyukur bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah datang ke Indonesia dan melihat ummatnya menjadi ummat yang egois, rakus, dan sibuk dengan kepentingan diri sendiri.

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.

Alhamdulillah Nabi Muhammad SAW belum pernah melihat kita di Indonesia yang mengaku sebagai pengikutnya!

(Psssst. Diam! Lagi nonton Soleha tahu!)

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

Klik di sini untuk memberikan tanda tangan online di situs Care2 Petition Site

(Almarhum) Petisi Peningkatan Kualitas Pendidikan Nasional

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...