Kemarin saya ada meeting dari pagi
sampai dzuhur. Setelah itu, saya ke kantor orang. Di kantor tersebut, ada 2
staf yang sudah saya kenal dari beberapa bulan yang lalu, dan sudah pernah
shalat bersama mereka di musholla. Ada juga satu orang yang baru, yang setahu
saya juga Muslim tetapi baru ketemu dia dua kali.
Karena sudah masuk waktu dzuhur, saya ajak
orang baru itu shalat di musholla. Kedua teman yang lain langsung ketawa. Saya
kaget. Apa
yang lucu?
Dia tidak bisa diajak shalat, kata
mereka.
Mereka sudah lama mencoba dan tidak berhasil.
Saya kira mereka bercanda, lalu saya bertanya apa benar atau tidak.
Orang itu mengatakan benar dan mulai menjelaskan kenapa.
Dia bercerita tentang masa kecilnya,
dengan orang tua yang Muslim tetapi kejawen. Mereka ajarkan dia tentang shalat,
tetapi sekaligus juga tidak selalu melakukannya. Juga ada ajaran bahwa shalat
itu tidak begitu penting. Yang penting adalah hati kita dan bagaimana kita
berbuat baik dan benar kepada orang lain, dan tidak menyakiti hati mereka.
Saya dengarkan dengan baik selama
beberapa minit. Setelah dia sudah menjelaskan banyak, saya merasa harus
diluruskan pendapat yang keliru ini. Saya jelaskan bahwa, mohon maaf, semua
yang diajarkan oleh orang tua kepadanya adalah tidak benar. Shalat itu wajib
dan tidak bisa ditinggalkan untuk alasan apapun (kecuali kita sedang melarikan
diri dari musuh dalam keadaan perang, dan dalam keadaan itu, kita bisa
berdzikir saja.) Orang jahat yang shalat masih lebih baik daripada orang baik
hati yang tidak shalat.