Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (563) islam (544) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (38) renungan (170) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

08 December, 2007

Padang: Siswi Non-Muslim Dipaksakan Berjilbab


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Masih ingat ayat ini?

[QS. 33:59] Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.

Kalau berita di bawah memang benar, ayat ini tidak dituruti di Padang. Ayat ini mengatakan bahwa muslimah akan memakai jilbab sendiri karena itu merupakan perintah Allah, dan supaya mereka itu mudah DIKENAL sebagai Muslimah. Bagaimana kalau ada perempuan lain yang beragama Kristen yang “diwajibkan” ataupun dibujuk dengan cara yang halus atau kasar supaya memakai jilbab juga? Bukannya Allah perintahkan wanita Muslim saja untuk memakainya supaya dikenal sebagai hamba Allah? Bagaimana kalau semua orang non-Muslim juga menggunakannya? Dan kenapa laki-laki Kristen tidak “diwajibkan” memakai baju koko dan peci sekaligus?

Bagaimana kalau para pelacur juga menggunakan jilbab? Jangan ketawa, hal ini sudah terjadi di Somalia. Dulu, si sana, para pelacur tidak berjilbab, dan karena itu mereka dengan mudah menjadi sasaran polisi. Supaya tidak ketahuan sebagai pelacur, mereka juga mulai menggunakan jilbab (disebut buibui, dan menutupi seluruh bagian tubuh atas) supaya tidak diganggu, dan berhasil sampai sekarang. Justru polisi yang menjadi marah, karena seorang ibu yang salehah tidak bisa dibedakan dengan pelacur, sehingga ibu rumah tangga juga bisa ditangkap dengan tuduhan pelacuran. Warga setempat juag menjadi marah, tetapi kemarahan mereka sia-sia. Mereka tidak bisa marahi semua perempuan yang menutup aurat, jadi bagaimana mereka bisa memilih antara pelacur dan non-pelacur? (See: Sex clothes anger Kenyan Muslims).

Bagaimana kalau hal seperti ini terjadi juga nanti di Padang (dan di wilayah2 lain di Indonesia yang sudah membuat “Perda Syariah”)? Ini efek samping dari niat baik pemerintah daerah yang menjadi terlalu ketat dalam mengatur kehidupan pribadi masyarakat, padahal tidak perlu. Biarkan wanita Muslim memilih sendiri untuk memakai jilbab, sesuai dengan agamanya, dan biarkan wanita Kristen tidak memakai jilbab, sesuai dengan keyakinan mereka juga.

Dalam berita ini, memang guru sekolah yang memaksakan anak non-Muslim berjilbab, tetapi itu hanya terjadi karena Pemda merasa berhak untuk memaksakan semua anak Muslim berjilbab. Dan oleh karena itu, anak Kristen yang tidak berjilbab dibujuk gurunya untuk mematuhi perda itu juga.

Islam tidak perlu “dipaksakan” pada orang yang beda agama, dan juga tidak perlu dipaksakan pada kita yang Muslim. Kalau isteri dan anak saya berjilbab atau tidak, seharusnya itu bukan urusan pemerintah, tetapi urusan pribadi kami sekeluarga. Apa kira2 manfaatnya kalau seorang isteri memakai jilbab supaya tidak ditangkap polisi, tetapi dalam hati dia tidak peduli, dan kalau polisi tidak ada, dia membuka jilbabnya karena merasa “aman” dari ancaman polisi? Apakah mungkin dia menjadi lebih mencintai Allah kalau aturan agama Islam dipaksakan terhadapnya oleh pemerintah? Menurut saya, lebih baik kalau ibu itu diajarkan dengan kata2 yang baik dan halus sehingga dia menjadi sadar dan ingin memakai jilbab sendiri. Dengan demikian, dia tidak ingin tinggalkan jilbabnya dengan adanya polisi di dekatnya atau tidak.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

14 September 2007 - 15:27

“Busana Muslim” Membuat Siswi-Siswi Non-Muslim Merasa Tidak Nyaman

PADANG, Sumatra Barat (UCAN) -- Stefanus Prayoga Ismu Rahardi merasa sedih melihat kedua putrinya yang merasa tidak nyaman saat harus mengenakan jilbab sebagai bagian dari seragam sekolah.

"Pertama kali saya melihat anak-anak saya memakai jilbab, saya kasihan karena ada perasaan tertekan dalam batinnya,” kata bapak dari tiga anak perempuan itu kepada UCA News, 25 Agustus. “Mereka tidak tahu cara memakai jilbab dan jadi uring-uringan,” kenangnya. “Mereka merasa tidak nyaman.”

Agustina, anak perempuan tertuanya, menempuh studi di sebuah sekolah menengah umum negeri. Putri keduanya, Yashinta, menempuh studi di sebuah sekolah menengah umum kejuruan negeri. Kedua sekolah tersebut berada di Padang, ibukota Propinsi Sumatra Barat.

Bapak berusia 44 tahun itu menceritakan bahwa pada bulan Juli, hari-hari pertama tahun ajaran sekolah, para guru sering bertanya kepada kedua anaknya mengapa mereka tidak memakai jilbab di sekolah. “Saya katakan kepada mereka agar memakai jilbab,” lanjutnya, sehingga mereka tidak akan menjawab pertanyaan yang sama terus menerus. Namun ia juga menyarankan kepada mereka agar menganggap jilbab hanya sebagai “asesoris.”

"Mereka berada dalam situasi yang sulit. Mereka tidak punya pilihan,” jelas Rahardi, anggota Paroki St. Fransiskus dari Asisi di Padangbaru.

Rok panjang dan kemeja lengan panjang yang merupakan karakteristik dari busana Muslim memang lebih rapi dan sopan dibandingkan rok pendek dan kemeja lengan pendek yang umum dipakai para siswi di daerah lain, katanya mengakui. “Tetapi saya keberatan jika para siswi non-Muslim harus memakai jilbab, karena jilbab di sini masih dianggap identik dengan Islam.”

Sejak 2002, hampir semua 19 kabupaten dan kota di Propinsi Sumatra Barat telah memberlakukan Peraturan Daerah (Perda) atau instruksi walikota dan bupati yang menetapkan busana Muslim bagi para pelajar Muslim.

Kabupaten Solok, misalnya, mengeluarkan Perda No. 6/2002. Sementara itu, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung dan Kabupaten Agam masing-masing memiliki Perda No. 58/2003, Perda No.2/2003, dan Perda No. 6/2005.

Walikota Padang Fauzi Bahar mengeluarkan sebuah instruksi yang mewajibkan semua pelajar Muslim dari sekolah dasar hingga sekolah menengah umum untuk memakai busana Muslim.

Bonifasius Bakti Siregar, staf Dirjen Bimas Katolik Propinsi Sumatra Barat, mengatakan bahwa persyaratan semacam itu memiliki dampak psikis yang kuat terhadap para siswi non-Muslim, yang akan tampak berbeda dari kebanyakan teman-teman kelas mereka jika mereka tidak memakai busana Muslim.

Para siswi non-Muslim di sekolah-sekolah negeri mendapati diri mereka dalam sebuah situasi yang sulit, katanya kepada UCA News. ”Mereka ingin memilih sekolah swasta yang dikelola Protestan atau Katolik yang tidak memberlakukan peraturan pemakaian jilbab, namun sekolah-sekolah ini tidak ada di kabupaten atau kota itu.”

Pusat Studi Antar-Komunitas (PUSAKA) di Padang melakukan sebuah survei pada April-Oktober 2006 di kalangan para siswi non-Muslim di enam kabupaten dan kota yang berpenduduk mencakup Muslim dan umat beragama lain. Survei ini mengungkap bahwa meskipun Perda tentang wajib berbusana Muslim diterapkan hanya untuk pelajar Muslim, tapi kenyataannya setiap pelajar wajib memakai busana Muslim.

Seorang responden adalah Nova Hungliot Simarmata, siswi beragama Katolik dari SMU Negeri II di Kabupaten Pesisir Selatan. Ia menjelaskan bahwa sekolahnya mulai mewajibkan para pelajar untuk memakai busana Muslim tahun 2005.

Memakai jilbab membuat dia tidak nyaman. "Bagaimana rasanya, seorang Katolik seperti saya harus mengenakan jilbab, yang merupakan ciri khas Islam itu?” tanyanya. “Tapi saya tidak punya pilihan. Saya harus patuh dengan peraturan sekolah."

Survei itu melaporkan bahwa Nova dan orangtuanya awalnya tidak mematuhi peraturan tersebut, tapi seorang guru sering mendesak Nova untuk memakai jilbab. “Apa salahnya mengikuti peraturan yang ditetapkan pemerintah,” kata guru itu.

“Pertama kali memakai jilbab, saya merasa sangat risih sebab pakaian ini rasanya asing bagi saya,” kata Nova. “Masyarakat umumnya berpandangan bahwa dengan memakai pakaian model itu saya dianggap beragama Islam.”

Menurut Nelty Anggraini, seorang peneliti beragama Islam dari PUSAKA, laporan survei itu mengungkap bahwa Perda tentang wajib busana Muslim tidak menjamin hak-hak kelompok minoritas.

“Para pelajar non-Muslim, yang jumlahnya sangat kecil, tidak memiliki daya untuk tidak patuh. Demi alasan supaya seragam, terpaksa mereka mematuhi peraturan itu,” katanya kepada UCA News.

-END-

Sumber: Mirifica e-News

Pencarian kata-kata di Google


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Di dalam Google, semua kata pencarian kita tersimpan dalam sebuah database. Saya baru tahu setelah teman kirim email minggu kemarin. Karena penasaran, saya coba2 juga di situs yg sama. Namanya Google Trends. Dengan memasukkan kata kunci, kita bisa tahu lokasi mana (negara, wilayah dan kota) yang paling banyak mencari kata yang sama. Dari hasil yang diberikan, pertama kita melihat negara mana yang paling banyak mencari kata tersebut. Tetapi kalau klik pada nama negara, kita bisa lihat “subregion” (wilayah) atau kota. Kita bisa tahu daerah atau kota mana yang paling banyak minta infomasi tentang kata itu.

Seminggu yang lalu, saya ketik “seks” di bagian search (dengan asumsi bahwa ini adalah kata dalam bahasa Indonesia, sehingga nomor 1 seharusnya di Indonesia, eh malah yang nomor 1 di Turki). Kemudian, saya klik pada link “Indonesia”. Di situ dapat “subregion” atau wilayah dan kota.

Ternyata pencarian kata “seks” terbesar di Indonesia adalah di wilayah YOGYAKARTA! Dan Makassar masuk sebagai kota nomor satu. Lucunya, Jakarta malah nomor 8??!! Hari ini saya cek lagi, dan ternyata Makassar sudah menjatuhkan Yogya dan menjadi wilayah nomor 1.

Tetapi setelah dipikirkan, saya kira anak di Jakarta lebih canggih dan bisa berbahasa Inggris, berarti mereka mencari “sex” dan bukan “seks”. Namum, setelah dicari lagi, ternyata dengan kata kunci “sex” Yogyakarata masih unggul!!

Saya jadi ingat teman yang lulus dari UGM…. Hmmm pada ngapain di warnet2 Yoyga ya? Aduh, anak muda yang Muslim di bangsa ini sudah terlanjur rusak, sama seperti orang bule. Saya jadi pengen balik ke Australi untuk mencari anak yang bermoral tinggi (Ehhh, di sana juga pada rusak juga! Wah, bisa pindah ke mana nih?)

Tetapi warga Jakarta tidak usah sedih hati. Ternyata anak Jakarta juga meraih posisi 1 dengan satu kata…. yaitu… “BOKEP”!!! (Bokep = film pornografi, film biru).Ternyata warga Jakarta lebih banyak mencari bokep di internet, daripada seks. Aduh, aduh, aduh.

Coba berfikir tentang berapa banyak anak dalam keluarga kaya, yang punya komputer dan internet di dalam kamar, jauh dari pemantauan orang tua yang pulang larut malam. Tetapi anak dari keluarga miskin tidak perlu kuatir, ada ribuan warnet di DKI yang siap melayani mereka juga, karena sebagian besar warnet itu tidak peduli pada apa yang dilihat para tamunya. Jadi anak sekolah bisa mampir ke warnet dan nonton bokep sebelum pulang ke rumah.

Bagaimana masa depan bangsa ini kalau anak sekolah bisa nonton ratusan sampai ribuan bokep sebelum menikah? Bagaimana pandangan mereka terhadap perempuan nanti?

Bagaimana dengan anak anda sendiri? Apakah mereka punya komputer dan internet di kamar?

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

(Hasil ini dari 1 minggu yang lalu, dan bisa berubah sesuai dengan jumlah pencarian baru yang dilakukan setiap hari):

Hasil Pencarian SEKS:

Subregions

1.

Yogyakarta JW, Indonesia

2.

Sumatera Utara, Indonesia

3.

Jawa Tengah, Indonesia

4.

Jawa Timur, Indonesia

5.

Jawa Barat, Indonesia

6.

Jakarta Raya, Indonesia

7.

Bali, Indonesia

Cities

1.

Makassar, Indonesia

2.

Yogyakarta, Indonesia

3.

Semarang, Indonesia

4.

Medan, Indonesia

5.

Malang, Indonesia

6.

Surabaya, Indonesia

7.

Bandung, Indonesia

8.

Jakarta, Indonesia

9.

Denpasar, Indonesia

10.

Depok, Indonesia

Hasil Pencarian BOKEP:

Subregions

1.

Jakarta Raya, Indonesia

2.

Yogyakarta JW, Indonesia

3.

Sumatera Utara, Indonesia

4.

Jawa Barat, Indonesia

5.

Jawa Tengah, Indonesia

6.

Jawa Timur, Indonesia

Cities

1.

Jakarta, Indonesia

2.

Yogyakarta, Indonesia

3.

Medan, Indonesia

4.

Bandung, Indonesia

5.

Semarang, Indonesia

6.

Surabaya, Indonesia

7.

Depok, Indonesia

8.

Denpasar, Indonesia

07 December, 2007

Profesor juga melakukan korupsi



Assalamu’alaikum wr.wb.,

Saya terima email ini dari seorang teman, dan saya minta izin untuk menyebarkannya tanpa menyebut nama pengirim atau nama perguruan yang dibicarakan.

Semoga memberikan wawasan kepada kita semua tentang kerusakan negara ini yang tidak mengenal batas, sehingga profesor dan dosen pun ikut melakukan korupsi dan merugikan anak bangsa. Maksud saya, ada banyak anak bangsa yang putus sekolah karena biaya tinggi, banyak sekolah yang tidak bisa diperbaiki karena keterbatasan dana, dan banyak guru yang menderita dari gaji yang rendah. Ternyata, sebagian profesor dan dosen, yang seharusnya memberikan contoh yang mendidik, malah ikut merampas uang negara untuk kepentingan diri sendiri.

Kapan bangsa ini akan sembuh dair penyakit korupsi?

Silahkan baca sendiri… (Telah di-edit sedikit.)

***********************************

Sejak Reformasi, tampak gerbong-gerbong korupsi berjamaah mulai bergerak dari Kepala-Kepala Daerah; selanjutnya Anggota DPR dan DPRD; tokoh-tokoh politik kagetan dan sekarang kelihatan gerbong yang mulai bergerak adalah gerbong pendidik alias guru....(semakin melengkapi mosaik korupsi berjamaah di Indonesia).

Korupsi berjamaah yang sedang berkembang saat ini dilakukan oleh beberapa Universitas di [Jawa Tengah]. Mereka menerima Hibah Kompetisi dari DepDiknas misalnya untuk pelatihan Dosen dan karyawan. Dana lumayan besar, dan seharusnya dilakukan beberapa hari. Tapi yang terjadi adalah 3 pelatihan yang seharusnya dilakukan selama 6 hari, semua dilakukan dalam 1 hari saja.

Lucunya....agar dokumentasi video dan fotonya nyata, maka setiap 2 jam spanduk dibelakang pembicara diganti 3 kali dengan judul dan tanggal yang berbeda dengan tanggal aktual pelaksanaannya.

Lucunya lagi.....sebagian besar dosen dan karyawan juga harus berganti kostum setiap 2 jam sekali.... (Saya pikir: dosen sekarang juga tidak mau kalah dengan peragawan ya?.....he he he he).

Lebih lucu lagi...pembicaranya juga 3 Profesor dan tidak terganggu dengan ganti-mengganti spanduk dan kostum itu.....he he he he. Profesor menyiapkan makalah untuk 1.5 jam pelatihan setebal buku Landasan Matematik Andy Hakim dengan font tulisan sekecil itu juga.

Sungguh-sungguh lucu setelah 6 jam, 3 pelatihan selesai, semua peserta (dosen dan karyawan Universitas) tertawa puas...(mungkin merasa sukses ngibulin DepDikNas... .he he he he..lucu ya...?)

Dari kasus ini, saya kira korupsi memang sulit diberantas dari bumi tercinta ini. Karena budaya kita (tut wuri han entek-entek i, kultus individu, yang atas selalu benar karena dengan ilmunya dia lebih dekat dengan Tuhan, lebih melihat kostum dari pada inti permasalahan dan banyak lagi.....) memang telah menyuburkan korupsi dan menjadikannya sebagai salah satu komponen budaya kita sebagai bangsa Indonesia.

[nama pengirim dihapus]

***********************************

Semoga bermanfaat sebagai renungan atas kedzholiman yang telah menguasaikan bangsa ini di semua lapisan masyarakat. Kalau kita mau mendapat bangsa yang benar2 bersih, mungkin kita harus angkat anak TK untuk mengisi semua jabatan dan posisi, karena siapa lagi selain anak TK yang bisa dipercayai bersih dari korupsi di negara mayoritas Muslim ini?

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

04 December, 2007

"Penjajahan Mental" Dalam Pendidikan


#####
[Tulisan dari Pak Wahyu yang di-post di milis SD-Islam]
Penjajahan terhadap pemikiran bangsa Indonesia benar-benar masih sulit dilepaskan.
  • Tidak memiliki ijazah adalah ketakutan para orangtua.
  • Ditegur, diberi sp, dipotong gaji, diberhentikan adalah ketakutan para guru.
  • Guru galak, diperiksa pr, ulangan, nilai jelek, dibully temen, tidak lulus adalah ketakutan para murid.
  • Dimutasi, tidak naik pangkat, tidak dapat jatah proyek, tidak terkenal adalah ketakutan pejabat depdik.
Pendidikan di Indonesia dilandasi ketakutan, apapun metodenya semua akan sia-sia. Salah siapa? Salah orang dewasa, bukan anak. Mari melakukan terobosan yang tidak biasa tanpa ketakutan-ketakutan tak beralasan. Berinovasilah, berimprovisasilah, gak usah mikiran syarat, aturan, tetek bengek rumus, anda semua tahu apa yang terbaik, tinggal lakukan saja. Masih takut dipecat? Katanya Allah Maha Pengasih, Maha Pemberi Rejeki, ternyata keimanan kita masih ada pada atasan, gaji, sekolah, alias keimanan dalam teori dalam pelaksanaan nol besar. change my friend!
Tanpa disadari berpikir berlebihan membuat kita takut dan bodoh sekaligus. Kita sudah dijajah oleh nilai yang dibentuk dalam masyarakat, keluarga, orangtua, teman, sahabat. Bebaskanlah pikiran kita dari belenggu penjajahan seperti di atas.
Guru engkau dapat merubah bangsa ini, anda bukan budak, anda manusia bebas, bebaskan pikiran anda, murnikan akidah kita.!!!!
#####


Dari Gene
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Tulisan yang bagus Mas Wahyu. Mohon izin untuk post di Blog saya.
Saya sering menyatakan dalam ceramah bahwa Indonesia masih dijajah. Ketika para pendengar kelihatan bingung, saya jelaskan maksud saya: Indonesia masih dijajah secara mental, dan dan kemudian saya bahas perkara ini dengan istilah “penjajahan mental”.
Contohnya berlimpah-limpahan, dan terdiri dari contoh2 yang disebut Mas Wahyu. Rakyat sering kelihatan menunggu orang lain memberikan perintah, dan tidak sanggup berfikir sendiri atau bertindak sendiri. Harus ada orang lain yang memberikan izin. Harus ada orang lain yang bertanggung-jawab. Selama bangsa kita masih begini, bagaimana bisa maju? Dan untuk lepaskan diri dari penjajahan mental tidak gampang, karena banyak sekali orang tidak sadar bahwa dirinya masih dijajah.

Untuk membebaskan orang yang tidak sadar dirinya tertahan, sungguh sulit. Cara yang terbaik untuk memberikan pikiran baru adalah lewat sistem pendidikan, tetapi di sini, malah sistem pendidikan menjadi bagian dari penjajahan tersebut.
(Ayo, lebih baik menjawab dengan jujur atau benar?)
Orang tua bersikeras untuk tahu ranking anaknya. Kalau sekolah tidak memberikan, orang tua marah. Tidak peduli kalau anaknya disetrap, diberi PR yang berlebihan sekali, diberi mata pelajaran yang jumlahnya tidak bisa dihitung dengan jari dari dua tangan, memberi ujian untuk 16 mata pelajaran setiap bulan, dan seterusnya. Orang tua tidak bakalan marah tentang hal-hal itu, tetapi kalau sekolah tidak memberitahu bahwa ranking anak adalah 12, orang tua menjadi marah dan kesal. Mereka merasa wajib untuk tahu nilai anaknya dibandingkan dengan anak lain, padahal kalau diajak bicara, mereka setuju bahwa setiap anak adalah unik. Tetapi kalau membicarakan pelajaran sekolah, keunikan anak dibuang, hanya ranking yang paling tinggi yang menjadi cita-citanya.

Hasil dari penjajahan mental terasa di semua lapisan masyarakat. Orang kaya tidak peduli pada tetangga, dan orang miskin juga banyak yang tidak peduli, padahal sama-sama Muslim.
Kalau saya di kelas bahasa Inggris, dan saya bertanya kepada murid tentang perkara apa saja, sangat terasa efek dari pendidikan yang dilandasi penjajahan mental, karena setiap murid memberikan jawaban dan pendapat pribadi yang persis sama. Hampir tidak pernah ada yang berbeda pendapat. Untuk mengadakan debat di dalam kelas sangat sulit, karena tidak ada yang bisa ambil sisi lain dari suatu perkara. Semua ingin pro atau kontra, dan sangat jarang ada yang berani untuk berbeda pendapat dengan mayoritas. Saya pernah mengadakan debat di dalam kelas yang cukup advanced, dan topiknya adalah lingkungan. Masalah pertama adalah hampir semua murid (anak SMA, mahasiswa dan sedikit karyawan) tidak tahu apa-apa tentang lingkungan. Malasah kedua, semua ingin ambil pendapat pro (saya lupa pertanyaannya apa), dan tidak ada yang berani berdebat dari sisi kontra. Akhirnya, satu anak jadi berani, dan saya gabung dengan dia sehingga kami berdua melawan 15 murid lain yang punya pendapat yang sama. Dan kalau anak yang lebih banyak diam (biasannya perempuan) diajak berbicara, kebanyakan hanya mengatakan “Saya setuju dengan dia” (maksudnya, pembicara yang sebelumnya).

Akhirnya, 15 murid kalah melawan saya karena tidak bisa membentuk argumentasi dan hanya bisa sebatas mengiyakan pendapat orang lain yang aktif. Saya tahu kemampuan bahasa Inggris anak2 itu jadi saya yakin bukan masalah bahasa. Dan saya juga alami hal yang sama berkali2 selama 12 tahun mengajar di sini.
Kesannya: Anak Indonesia tidak bisa berpendapat dan tidak bisa berfikir secara independent. Kalau ditanyai apa yang benar, mereka tidak tahu. Tetapi kalau diberitahu yang mana yang benar, mereka bisa ingat dan mengulangi kata-kata saya dalam ujian. (Saya sering dapat kesan bahwa skil untuk berfikir secara independen baru mulai untuk sebagian orang setelah lulus kuliah dan mulai kerja).

Bagaimana masa depan bangsa ini?
Kapan akan merdeka? Yang paling utama adalah guru sekolah harus dimerdekakan, karena mayoritas dari mereka tidak merasa dijajah secara mental. Makanya murid mereka dipukul, atau dihukum, atau dihinakan, atau “dibantu” lulus UN tanpa rasa malu atau rasa gagal sebagai pendidik.
Kapan ini akan berubah?
Satu solusi: More training for school teachers, less Busway (dan proyek2 lain yang mubazir)!
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene

28 November, 2007

Guru ditangkap karena Teddy Bear dinamakan “Muhammad”


(Cerita yang paling banyak dikirim lewat email dan nomor empat dari yang paling banyak dibaca pada situs BBC News pada 26 November, 2007)

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Orang di Indonesia sering bertanya kepada saya tentang kenapa orang barat tidak mau masuk Islam atau tidak mau tahu tentang Islam dan Nabi Muhammad SAW. Terus terang, ini sebagian dari masalahnya. Orang barat itu melihat berita seperti ini yang menujukkan perbuatan yang luar biasa dari sebagian orang Muslim.

Dalam berita ini, seorang guru sekolah dari inggris yang sedang bekerja di Sudan telah ditangkap karena “menghinakan Nabi Muhammad SAW”. Alasannya adalah dia membiarkan muridnya memberikan nama Muhammad pada sebuah Teddy Bear (boneka beruang) dalam suatu proyek sekolah. Guru perempuan bernama Gillian Gibbons, 54 tahun, dari Inggris, minta anak-anak SD itu memberikan nama pada sebuah Teddy Bear, dan membawanya pulang ke rumah secara bergiliran. Sambil main dengan boneka di rumah, mereka harus mencatat apa yang mereka lakukan dengan si Teddy di dalam buku catatan kelas.

Para murid mengusulkan 8 nama, termasuk Abdullah, Hassan dan Muhammad, lalu mereka mengadakan pemilihan suara (voting). 20 dari 23 anak memilih nama Muhammad sebagai nama favorit mereka.

Walaupun si guru telah ditahan, dia dibelum dituntut dan masih berada dalam tahanan polisi. “Menurut wartawan BBC, Amber Henshaw, hukuman untuk Ibu Gibbons bisa 6 bulan penjara, 40 x cambuk, atau denda.

Sekarang sekolah ditutup sampai bulan Januari karena mereka takut diserang. Oleh siapa? Ternyata, kalau anak kecil memilih nama favorit untuk sebuah Teddy Bear, dan nama itu adalah Muhammad, maka sebagian laki-laki Muslim akan berkumpul, sepertinya dengan tujuan menyerang sekolah. Barangkali itu cara terbaik untuk mengajarkan anak tentang agama Islam. Untungnya, belum terjadi apa apa.

Semoga pembaca Muslim yang berakal sehat bisa melihat kebodohan dari situasi ini. Kesalahan dilakukan oleh anak kecil berumur 6 tahun. Apakah guru juga bersalah? Dari pandangan Islam, iya. Dia seharusnya mengajarkan anak bahwa orang Islam tidak suka bila nama Nabi Muhammad SAW diberikan kepada binatang, dan seharusnya dia minta mereka memilih nama yang lain. Tetapi sang guru itu bukan orang Islam, jadi bagaimana dia bisa tahu bahwa orang Islam tidak suka hal tersebut? Dan kita tidak bisa berharap bahwa sekelas anak kecil akan tahu juga.

Jadi kenapa guru ini ditahan? Muridnya yang berbuat salah, jadi kenapa tidak menahan mereka sekaligus? Kesalahan sang guru hanya bahwa dia “tidak tahu” sesuatu tentang agama Islam. Apakah wajar kalau dia ditahan dan diancam dengan penjara atau pencambukan bila dia tidak tahu sesuatu tentang agama orang lain?

Sebuah kesalahan seharusnya bisa dimaafkan. Sepertinya tidak ada bukti bahwa dia sengaja ingin menghinakan Islam. Jadi kenapa dia ditahan? Apakah itu diambil dari ajaran agama Islam? Bilamana anda melakukan kesalahan secara tidak sengaja, anda akan dipenjarakan atau dicambuk? Apakah itu cara yang terbaik untuk mengajarkan orang tentang kemuliaan nabi tercinta kita Muhammad SAW?

Kenapa kita tidak menunjukkan rasa kasih sayang kita terhadap nabi Muhammad SAW dengan membedakan antara penghinaan yang dilakukan secara sengaja (seperti kartun di koran Denmark itu), dan kesalahan yang dilakukan secara tidak sengaja oleh sekelompok anak kecil dan gurunya yang awam?

Apakah si guru bersalah? Memang. Apakah perlu seorang ustadz mengajarkan dia tentang etika Islam? Memang. Apakah dia pantas dipenjarakan dan dicambuk? Sama sekali TIDAK. Ini bukan Islamnya nabi mulia kita Muhammad SAW, yang telah menarik perhatian saya sehingga bisa bersyahadat. Di manakah Islam itu? Islam yang perlu dengan kasih sayang. Islam yang membawa rahmat bagi seluruh ummat manusia. Itulah Islam yang saya ikuti, bukan versi Islam di mana guru perempuan yang melakukan kesalahan secara tidak sengaja bisa diancam dengan pencambukan dan penjara.

Semoga guru ini segera dibebaskan, dan semoga kaum lelaki di Sudan cukup memahami agamanya dan contoh nyata dari nabi mulia kita Muhammad SAW, sehingga mereka bisa memaafkan guru itu, mengajarkannya tentang Islam dengan sikap yang baik dan mulia, dan membiarkan dia, muridnya, dan sekolahnya hidup dengan damai.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene Netto

Versi bahasa Inggris di sini

The full article on BBC News can be read here.

Latest update from BBC here: 27 November 2007

British officials are trying to secure the release of a British schoolteacher arrested in Sudan for letting her pupils name a teddy bear Muhammad.

Fellow teachers at Khartoum's Unity High School told Reuters news agency that they feared for Ms Gibbons' safety after receiving reports that men had started gathering outside the police station where she was being held.

"The bear was never intended to be an effigy and I would expect the British Embassy officials to be pressing that message to the Sudanese authorities."

The BBC's Amber Henshaw said there had been little coverage in the Sudanese press, with just two English-language newspapers picking up the story.

Comments from readers at BBC Website can be read here.



23 November, 2007

Torture 'unpunished in Indonesia'


Indonesia has a "culture of impunity"[= tidak kena sangsi] in the face of ill-treatment and torture, a senior UN official has said.

Manfred Nowak, special rapporteur on torture, has spent two weeks inspecting the country's prisons and police and military detention centres.

Mr Nowak said he found evidence of detainees being electrocuted, suffering systematic beatings and even being shot in the legs at close range.

He called on the government to make torture a separate crime under the law.

The BBC's Lucy Williamson, in Jakarta, says Indonesia has regularly come under scrutiny for its human rights record. Mr Nowak's visit is the third by a UN human rights monitor this year.

Safeguards call

He conceded that treatment of detainees had improved since authoritarian dictator Suharto's regime came to an end in 1998.

But the envoy said abuse had continued, and the police appeared to be the main culprits.

"The problem of police abuse appears to be sufficiently widespread as to warrant immediate attention," he said.

The level of abuse varied widely between institutions, depending on the personal behaviour of those in charge, he said.

In some places there were no reported cases of abuse, in others he said torture was systematic, with detainees regularly suffering beatings.

"In all the meetings with government officials nobody could cite one case in which a police officer was ever found guilty and sentenced by a criminal court for ill-treatment or other abuse of a detainee," he said.

He called on the Indonesian government to strengthen the legal safeguards against torture.

He said there should be a separate offence of torture, a reduction in the time people spend in police custody and an independent complaints system.

Mr Nowak, who will deliver a full report to the UN Human Rights Council, visited institutions in Jakarta, Papua, South Sulawesi, Bali and Yogyakarta.

Story from BBC NEWS:

http://news.bbc.co.uk/go/pr/fr/-/2/hi/asia-pacific/7109219.stm

Published: 2007/11/23 12:24:50 GMT

© BBC MMVII

18 November, 2007

Taman Kota Dibuat Dari Tanah Kosong


Ini sebuah ide untuk membuat banyak “taman kota sementara” di dalam setiap kota besar di Indonesia.

Saya lihat di hampir semua wilayah di Jakarta, ada tanah kosong yang tetap kosong untuk bertahun-tahun. Bagaimana kalau semua tanah kosong itu dijadikan taman sementara?

Setiap tanah kosong dengan ukuran di atas X m2 bisa diubah menjadi taman.

Pemda bisa berhenti sementara dari membuat koridor Busway di mana-mana, dan salurkan dananya untuk beli rumput, pohon, semak, ayunan dan mainan lain buat anak. Semua fasilitas akan tetap milik Pemda, tetapi pemilik tanah tetap dianggap pemilik mutlak dari tanahnya. Kalau pemilik tanah ingin menggunakan tanah untuk membangung gedung, semua fasilitas bisa diambil kembali oleh Pemda.

Dengan melihat tanah kosong yang tetap kosong sampai puluhan tahun, hasil dari rencana ini akan membentuk banyak taman kota untuk puluhan tahun yang bisa dinikmati oleh warga sebelum ada rencana pembangunan bagi tanah tersebut.

Orang perkantoran mendapat tempat menarik untuk duduk dan istirahat pada waktu makan siang, dan Ibu rumah tangga bisa ajak anaknya bermain di taman dekat rumah.

Ini sebuah solusi yang sederhana, tidak begitu mahal (dibandingkan Busway) dan akan membuat ibukota lebih indah dan menarik untuk puluhan tahun mendatang.

35 JUTA warga AS kekurangan makanan

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Ini sangat menarik. Ternyata orang miskin yang hidup dalam kelaparan tidak di Indonesia saja. Di Amerika pun ada.

Pada tahun 2006, 35 JUTA warga AS kekurangan makanan, yang mereka sebut “food insecure” dengan arti makanan tidak cukup dari hari ke hari (mirip orang miskin di Indonesia).

Menurut saya, sangat aneh bahwa negara besar ini bisa menghabiskan ratusan milyar dolar untuk membunuh orang Islam di Afghanistan dan Iraq, padahal uang itu lebih bermanfaat bila digunakan untuk kepentingan warga sendiri. (Perkiraan terbaru menyatakan jumlah uang yang perlu dihabiskan untuk perang George Bush ini akan lebih dari 1 TRILLION dolar, karena juga memperhitungkan biaya perawatan bagi prajurit yang luka-luka, pensiun seumur hidup bagi mereka, dana untuk menggantikan semua bom dan senjata yang sudah digunakan atau rusak, dsb.)

Di AS, orang miskin dibiarkan dalam kemiskinan, anak yang lapar dibiarkan lapar terus, dan ratusan milyar dolar dihabiskan dengan sia-sia untuk membunuh anak orang lain di Iraq. (Tapi minyaknya dapat kali ya, jadi ada untung sedikit).

Hiduplah demokrasi versi AS! Kapan dunia akan diselamatkan dari kegilaan Bush dan Kongres AS yang tidak bisa utamakan anak yang lapar di dalam negaranya sendiri? Apa bedanya dengan pejabat Indonesia yang juga tidak peduli pada anak yang lapar karena begitu sibuk dengan korupsinya? Barangkali lebih baik korupsi daripada demam perang kaya AS. Kalau pejabat Indonesia korup dan tidak peduli pada anak bangsa yang lapar, minimal mereka tidak sibuk membunuh anak orang lain di bangsa lain.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Over 35 Million Americans Faced Hunger in 2006: USDA
By Christopher Doering
Reuters

Wednesday 14 November 2007

Washington - The U.S. government said the number of Americans who went hungry in 2006 was held in check at 35 million people from the prior year, but food advocacy groups said on Wednesday more needs to be done.

The U.S. Agriculture Department said a total of 12.65 million households were "food insecure," or 10.9 percent of U.S. homes, up from 12.59 million a year ago.

The USDA defines food insecurity - its metric for measuring hunger - as having difficulty acquiring enough food for the household throughout the year.

"It looks very stable from this year to last year," said Mark Nord, who co-authored the annual report for USDA's Economic Research Service.

Overall, 35.52 million people, including 12.63 million children, went hungry compared with 35.13 million in 2005. The survey was conducted in December 2006 and represented 294 million people, an increase of 2.5 million from 2005.

Food advocacy groups said the figures showed the United States was not doing enough to combat hunger, and feared conditions could worsen.

"As costs for food, energy, and housing continue to rise and wages stagnate or decline, households are finding themselves increasingly strapped," said Jim Weill, president of the Food Research and Action Center. "This may mean even worse numbers in 2007."

Very low food security was most prevalent in households with children headed by a single woman - 10.3 percent in 2006, USDA said.

Food stamps and other public nutrition programs account for about 60 percent of the USDA's spending. Funding for the department's 15 nutrition assistance programs has risen 70 percent since 2001 to $59 billion in 2006, and 20 percent of all Americans are impacted by the programs each year.

Some 27 million people are enrolled in the food stamp program alone, which helps poor Americans buy food. USDA has estimated 65 percent of eligible people participate in the program, up from 54 percent in 2001.

"We have more work to do," said Kate Houston, USDA's deputy undersecretary for Food, Nutrition and Consumer Services. "We can't say that everybody that is eligible for our programs is participating."

Truthout


06 November, 2007

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un




Assalamu’alaikum wr.wb.,

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Guruku, dan ayahku, Kyai Haji Masyhuri Syahid telah meninggal dunia, jam 21.15 WIB pada Minggu malam, tgl 4 November. Wafatnya secara mendadak, padahal sepanjang hari sebelumnya tidak ada gejala sakit. Setelah sholat jenazah di Masjid I’tihad Tebet pada hari Senin, pada waktu dzuhur, kami membawa jenazahnya ke Cirebon. Ayah minta dimakamkan di Cirebon karena berasal dari sana. Mohon ayah dimaafkan bila ada dosa. Semoga semua dosanya diampuni dan amal ibadah diterima di sisi Allah SWT. Amin, amin, yaa robbal'alamin.

Hari ini, Selasa 6 November, kami baru kembali dari Cirebon, dan melanjutkan tahlilan di rumah ayah.

Mohon ayah didoakan.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene + Lukman

30 October, 2007

Rencana Pendidikan Bagi Kota/Propinsi


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Ini adalah beberapa ide saya untuk menyusun sebuah Rencana Pendidikan Baru bagi setiap propinsi. Ide-ide seperti ini perlu disampaikan kepada para gubenur, bupati, walikota atau kepala sekolah, dan juga kepada pengurus partai politik yang ingin menunjukkan sikap serius untuk memperbaiki pendidikan di sebuah kota, propinsinya atau di seluruh negara ini. Tentu saja semua ide ini akan perlu dikaji lebih dalam, diperbaiki dan ditambah oleh orang lain yang mempunyai ilmu lebih tinggi, dan lebih mengerti keadaan nyata di lapangan. Ini permulaaan saja. Kalau anda punya jalur untuk menyampaikan usul seperti ini kepada pihak yang berwenang, coba saja ajak mereka diskusi tentang cara memperbaiki sisitem pendidikan dengan tindakan yang konkret.
Sebagai contoh, saya akan membahas DKI saja, dengan catatan bahwa hal-hal ini bisa dilakukan di dalam semua propinsi dan kota oleh gubenur, bupati, atau walikota, dengan dukungan dari partai mana saja. Sebagian dari usul ini juga bisa dipraktekkan langsung oleh seorang kepala sekolah, misalnya nomor 9: Piagam sekolah diganti dengan buku.
Semoga bermanfaat.
1. Direktur Pendidikan

Gubenur perlu membentuk sebuah posisi baru di kantor Gubenur: Direktur Pendidikan (DP) untuk mengurus Pendidikan (sudah ada kantor Dinas Pendidikan Dasar DKI dan juga Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI). Tugas DP adalah memperbaiki semua SD se-DKI dengan cara apapun (asal halal). Orang tersebut akan diberikan autonomi untuk bertindak sendiri dan membuat rencana baru untuk memperbaiki jaringan SD. (SMP dan SMA bisa menyusul nanti atau juga boleh dikerjakan pada saat yang sama). Akan disediakan budget sendiri dan lapor langsung kepada Gubenur. Dana itu akan diaudit setiap sekian bulan oleh Public Accountant dan hasil audit akan disediakan kepada wartawan dan publik. Sepertinya juga bagus kalau Direktur Pendidikan ini adalah orang di luar pemerintahan, atau non-PNS dengan latar belakang managemen atau pendidikan, supaya dia bebas dari masalah2 yang telah menghalangi kemajuan di dalam Departemen Pendidikan selama ini.

Sudah ada Dinas ini di DKI, tetapi barangkali perlu dikembangkan, disemangatkan, dan diberi seorang pemimpin baru, seorang ahli baru (yang bukan “asal PNS senior”) yang bisa mengatur banyak orang untuk mencapai hasil yang optimal. Ada banyak ahli pendidikan di sini (orang Indonesia) yang berpengalaman dan kompeten untuk melakukan tugas ini.

Dinas Pendidikan Dasar DKI


Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI


2. Izin Pembangunan

Setiap proyek yang memajukan izin untuk membangun mal, kompleks perumahan, dsb. akan mendapat satu syarat baru, yaitu wajib membayar sekian persen dari harga proyek untuk memperbaiki sekolah (semacam pajak pendidikan). Misalnya, proyek 1-5 milyar, wajib membayar 0,1% dari harga proyek ke Dinas Pendidikan untuk memperbaiki SD. Proyek 5-10 milyar akan wajib membayar 0,3% dari harga proyek ke Dinas Pendidikan. Proyek 10-30 milyar wajib bayar 0,7%. Dan seterusnya. Bayaran ini dianggap sebuah “pajak” yang harus dibayar oleh pengusaha demi kepentingan masa depan bangsa.

Dana untuk membangun mal tidak merupakan dana pribadi pengusaha, melainkan pinjaman bank, dan sebagian dari biaya tersebut juga dibebankan kepada para penyewa ruang dalam mal, dan juga kepada konsumen. Dengan demikian, orang kaya yang suka belanja di mal secara tidak langsung akan membantu memperbaiki sekolah buat semua anak, bukan saja untuk anak mereka di sekolah swasta. Penyaluran dana ini akan diaudit oleh Public Accountant yang terpisah dari Pemda.

3. Penghargaan Gubenur untuk Pendidikan

Akan ditentukan proses untuk memilih orang atau organisasi yang telah membantu dunia pendidikan dan kelompok tersebut akan masuk seleksi untuk menerima penghargaan. Hal ini akan dikaitkan dengan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan besar. Misalnya kalau Coca Cola menyumbang puluhan ribu buku cerita pada beberapa SD, maka Coca Cola akan masuk seleksi untuk menerima penghargaan tersebut.

4. Kompetisi Sekolah Terbaik

Semua SD se-DKI (dan mungkin juga SMP dan SMA) akan masuk seleksi untuk menerima penghargaan (berupa uang, buku, komputer atau alat lain). Akan ditentukan kategori misalnya:

· Sekolah Bersih

· Sekolah Indah. Bisa dihias dengan mural – lukisan anak di tembok, bunga, pagar yang berwana, dll.

· Sekolah Membantu Masyarakat. Anak sering membantu orang lain di lingkungan itu

· Sekolah Peduli. Anak sekolah diajak ke sebuah panti asuhan untuk bermain dan bergaul dengan anak panti. Bisa dibatasi pada anak Kelas 5-6 saja, bisa untuk anak SMP-SMA daripada SD.

· Lain-lain

5. Program Sekolah Dermawan

Anak sekolah diajar untuk membantu masyarakat. Pemda akan mengumumkan suatu bulan lewat radio dan televisi, RT/RW, masjid, dsb. bahwa pada bulan ini, semua anak SD yang sukarelawan akan digerakkan (di bawah pengawasan guru dan orang tua) untuk mengumpulkan barang yang bermanfaat untuk masyarakat miskin. Misalnya bulan April, kumpulkan baju bekas. Bulan Augustus kumpulkan sembako, dsb. Yang dikumpulkan akan disortir di sekolah masing2 dan dilaporkan ke Pemda. Jalur untuk menyumbang barang tersebut sudah ditentukan Pemda sebelumnya. Bisa dibagi langsung lewat sekolah, atau dikumpulkan di kantor Pemda dulu.

6. Kompetisi menulis buku cerita untuk anak.

Gubenur akan sediakan 10 x 50 juta (misalnya) sebagai penghargaan untuk penulis cerita anak terbaik. Kerja sama dengan Gramedia (atau yang lain). Kerja sama dengan Aqua (atau yang lain) yang punya program CSR, dan sudah menunjukkan kepedulian pada anak dan pendidikan. Tujuan adalah meningkatkan jumlah penulis buku untuk anak di DKI. Buku terbaik akan dibeli 5,000 – 10,000 eksemplar (atau lebih) dan disumbangkan ke sekolah2. Harapan adalah kompetisi ini akan memberikan semangat kepada para penulis untuk menambahkan jumlah buku anak lokal, yang sangat minum pada saat ini.

7. Program training baru yang diadakan Pusdiklat DKI di bawah DP.

Semua guru se-DKI, secara bertahap, akan diberikan training untuk meningkatkan skilnya. Hal ini dimulai dengan guru SD, dan setiap sekolah wajib mengirim semua guru ke lokasi training. Bisa dilakukan di tempat pusat atau di sekolah sendiri selama satu minggu. Selama guru sedang training, sekolah bisa diliburkan untuk 1 minggu. Atau, guru bisa dikirim secara bergiliran supaya hanya 2 guru dikirim dari setiap sekolah pada saat yang sama. Guru pengganti bisa disediakan untuk masuk sementara, dan menggantikan guru yang sedang training. Training bisa terdiri dari berbagai macam hal yang dibutuhkan para guru, misalnya:

· “Classroom management” (pengaturan kelas)

· “Inquiry Method” (metode bertanya-tanya)

· Membuat pelajaran yang menarik dari bahan yang membosankan

· Skil bernegosiasi dengan murid

· Memahami bedanya PR yang bermanfaat dan tidak bermanfaat

· Psikologi pendidikan

· Motivasi untuk guru

· Cara memberikan motivasi kepada siswa

· Lain-lain

Guru SMP dan SMA akan dilatihkan sesuai dengan spesialisasinya dan juga secara umum dalam satu kelompok.

8. Kumpulkan buku dari orang tua, perusahaan untuk membentuk perpustakaan

Program ini bisa dilakukan bersama dengan LSM 1001 buku (www.1001buku.org) atau dijalankan sendiri. Orang tua dan perusahaan akan diajak untuk menyumbang buku, terutama buku cerita untuk mengembangkan perpustakaan di setiap sekolah. Sekolah yang belum punya perpustakaan akan diutamakan untuk pembangunan ruangan khusus untuk menjadi perpustakaan. Bila lokasi sekolah tidak memadai, akan dicari caranya untuk membangun ruangan di atas gedung atau dengan sewa sebuah rumah kecil di dekat sekolah. Barangkali bisa dibangun ruangan baru dengan harga yang murah (bertanya pada insinyur gedung).

9. Piagam dalam lomba sekolah diganti dengan buku penghargaan (dengan nama pemenang di dalamnya) yang disumbangkan ke perpustakaan sekolah

Setiap sekolah akan dianjurkan untuk menggantikan piagam, yang sering dibagai kepada siswa, dengan buku. Setelah sebuah lomba, anak akan terima sebuah buku cerita. Di dalam setiap buku, ada stiker dengan nama anak dan prestasi yang telah ia capai. Anak boleh bawa pulang buku itu untuk 1 minggu dan sesudahnya akan diminta untuk menyumbang buku itu pada sekolah untuk kepentingan masa depan adik kelas. Anak tidak anak dipaksakan untuk menyumbangkan bukunya, tetapi guru bisa menggunakan trik2 psikologi dan “peer pressure” (pembujukan dari teman sekelas) untuk membujuk anak yang tidak mau bantu. Semua buku akan dikumpulkan dalam perpustakaan sekolah untuk kepentingan bersama, dan ini lebih bermanfaat daripada sekotak piagam yang di simpan di lemari bertahun-tahun sebelum akhirnya dibuang. Secara psikologis, lebih bermanfaat kalau teman sekolah ingat terus pada prestasi seorang anak (setiap pinjam buku tersebut) daripada ada piagam di rumah yang tidak dilihat oleh siapa-siapa.

10. Lampu warna-warni di sekitar DKI adalah pemborosan dan akan dihilangkan.

Uang yang disediakan untuk pemeliharaan lampu warna-warni, perbaikan lampu itu dan juga tagihan listrik akan disalurkan ke Dinas Pendidikan. Tujuan dari ini sudah jelas. Pemda akan mencari semua jalur yang halal untuk menyediakan dana yang lebih besar untuk Dinas Pendidikan. Lampu ini adalah salah satu sumber uang. Lampu yang sudah ada bisa dijual ke kota yang lain, atau ke perusahaan swasta.

11. Semua proyek besar yang dianggap tidak menguntungkan mayoritas dari rakyat (seperti busway, monorail, air mancur, dsb.) akan ditunda dan dananya akan disalurkan ke DP.

Kalau ada program untuk membangun sebuah air mancur atau mengecet batu terotoar, program itu akan ditunda dulu untuk membuat penilaian baru. Apakah benar-benar dibutuhkan dan menguntungkan rakyat? Kalau tidak, dananya akan disalurkan ke Direktur Pendidikan.

12. Program berantas banjir akan dimulai dari SD.

Anak diajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan (terutama ke got dan kali) dan harus berani menegor orang dewasa yang melakukannya. Anak yang kelihatan mengambil dan membuang sampah ke tempat sampah di dalam lingkungan sekolah akan menerima penghargaan di sekolah, misalnya dengan menulis namanya di sebuah papan yang kelihatan semua anak. Ini membentuk pikiran bahwa membuang sampah ke tempat yang benar adalah hal yang baik. Ini suatu ajaran kecil, tetapi dampaknya jangka panjang.

13. Program kesejahteraan guru akan dibentuk.

Dana dari asuransi guru akan menjadi Investment Fund (seperti banyak program asuransi yang ada sekarang). Seorang guru yang isteri/suami/anak membutuhkan dana untuk kepentingan kesehatan akan bisa memajukan permintaan ke Dinas Kesejahteraan Guru dan akan dibayar dari hasil Investment Fund tersebut. Ini bisa diuji coba dengan skala kecil dulu, misalnya untuk satu kecamatan, lalu bisa diperluas kalau sudah terbukti berhasil. Dana dikelolah oleh perusahaan professional di luar Pemda, akan dibuka untuk investasi dari rakyat, dan akan diaudit oleh Public Accountant.

14. Apa Lagi?

Ini hanya sebatas saran-saran yang barangkali bermanfaat bagi seorang gubenur, bupati atau walikota yang ingin melakukan perubahan di dalam bidang pendidikan. Belum tentu semuanya baik dan bermanfaat, dan hanya ide saja, yang perlu dikaji lebih dalam oleh orang lain.

Semoga bermanfaat untuk permulaan.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...