Berita seperti ini makin sering muncul. Kita hanya tahu sebagian kecil dari kasus bullying yang terjadi di pesantren dan sekolah setelah menjadi berita. Yang tidak menjadi berita, berapa ribu kasus per bulan? Berapa banyak anak menderita tanpa sepengetahuan orang tuanya, tanpa kepedulian ustadz dan gurunya?
Yang perlu diperhatikan adalah beberapa hal yang penting:
1. Banyak anak tidak berani ceritakan kejadian kepada orang tua dan guru karena sudah diancam duluan. Kalau bicara, akan kena hukuman yang lebih keras.
2. Ada pesantren yang berpesan ke anak agar selalu "ceritakan yang baik" kepada orang tua, dan sembunyikan pengalaman buruk. Jadi pendidikan dari para ustadz itu membuat banyak santri makin menderita.
3. Dalam kebanyakan kasus, ada pelaku utama (bisa 1 anak atau beberapa) lalu ada anak-anak yang lain yang NONTON dan tidak bergerak untuk melindungi korban. Artinya, mereka tidak pernah diajarkan oleh ustadz dan guru untuk memiliki rasa kasih sayang terhadap manusia yang berada dalam kondisi lemah. Melihat korban disiksa, mereka tonton saja. Tidak berusaha menolong korban, tidak panggil ustadz, hanya diam saja. Anak-anak itu akan menjadi dewasa dan anggota masyarakat dan pemimpin di masa depan. Kualitas HATI NURANINYA bagaimana? Kenapa hanya "hafalan" dan "nilai ujian" yang penting, dan bukan akhlak yang mulia?
4. Terlalu banyak pesantren dan sekolah punya misi utama yang salah: Melindungi nama baik pesantren/sekolah. BUKAN mengutamakan kesejahteraan, keselamatan, kesehatan jasmani dan rohani, dan pendidikan akhlak yang mulia bagi para santri dan siswa. Nama baik dan kehormatan yang menjadi prioritas tertinggi.
Pesantren, sekolah, ustadz dan guru seperti itu boleh saja dicap "Gila Hormat". Para ustadz dan guru memaksa agar anak harus dihormati mereka. Apapun yang terjadi, seburuk apapun perilakunya, ustadz dan guru tetap wajib dihormati. Jadi pesantren dan sekolah juga wajib dihormati, karena nama baik ustadz dan guru berasal dari pekerjaan mereka di sana. Keselamatan anak? Tidak penting amat. Kalau anak alami bullying atau bahkan disiksa, cukup bilang takdir saja, minta maaf, dan minta perkara itu diselesaikan secara kekeluargaan, demi nama baik pesantren/sekolah! Demi kehormatan ustadz dan pesantren. Tidak perlu memikirkan penderitaan anak. Sudah menjadi "takdir" mereka.
Banyak pesantren dan sekolah sibuk menunjuk pada anak yang "berhasil" dan "sukses" dan menjadi orang besar. Kenapa? Karena mengangkat nama baik pesantren/sekolah yang merupakan tujuan utama para ustadz/guru (walaupun tidak diakui). Mereka tidak pernah mau tunjuk kepada anak yang "gagal" atau DO disebabkan mereka tidak tahan bullying yang terjadi di lingkungan itu. Kalau ada sebagian dari santri dan siswa yang gugur, cuek saja. Nama baik pesantren, ustadz, sekolah, dan guru yang merupakan prioritas tertinggi. Bukan keselamatan dan perlindungan bagi semua anak. Bukan masa depan yang baik dan mulai bagi semua anak. Cukup utamakan yang "berhasil" saja, dan abaikan yang menderita dan tidak berhasil. Sistem pendidikan ini tidak akan berubah kalau 100 juta orang tua diam terus. Harus ada persatuan dan kepedulian terhadap semua anak di pesantren dan sekolah.
Semoga bermanfaat bagi orang tua yang siap merenung.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Santri di Jambi Disiksa Senior: Dipegangi, Dibekap, Perut-Kemaluan Diinjak
https://kumparan.com
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(97)
anak
(308)
anak yatim
(116)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(62)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(51)
indonesia
(576)
islam
(557)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(364)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(11)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(13)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(53)
my books
(2)
orang tua
(10)
palestina
(34)
pemerintah
(137)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(509)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(40)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(37)
renungan
(181)
Sejarah
(5)
sekolah
(83)
shalat
(10)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Popular Posts
-
[Pertanyaan]: 1) Saya mau nanya nih, saya pernah melakukan onani setelah berbuka puasa. Apakah puasa saya pd hari itu di terima? 2) Saya per...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada orang yang mengatakan dia capek dan kesiangan, jadi baru bangun jam 8 pagi, dan tidak bisa shalat subuh. Saya b...
-
Assalamu'alaikum wr.wb. Kemarin saya sibuk ketemu orang bule yang masuk Islam karena mau menikah dengan wanita Indonesia. Saya diberi...
-
Selasa, 8 Jul 08 07:26 WIB Assalamu'alaikum wr wb. Ustadz yang dirahmati ALLOH SWT, Saya pernah terlewat sholat isya hingga tertid...
-
Ceramah Maulid Nabi SAW 2010 di Masjid Istiqlal Oleh Gene Netto Ceramah di Masjid Istiqlal Untuk Maulid Nabi Acara: ...
-
Walaupun Bermaksiat, Shalat Masih Wajib Ada orang yang mengaku sering melakukan maksiat dan tidak bisa tinggalkan. Temannya me...
-
Assalamu’alaikum wr.wb., Ada seorang isteri yang bertanya apa benar bahwa dia mesti “taat pada suami” walaupun suaminya ketahuan ber...
-
Assalamu’alaikum wr.wb.,Bismillah hirrahman nirrahim. Di sering menyatakan bahwa saya belum menemukan sekolah Islam yang bagus di...
-
Assalamu’alaikum wr.wb., Email yang menyatakan Sunita Williams menjadi Muslim adalah rekayasa dan sudah ada lebih dari satu versi...
19 December, 2023
Santri di Jambi Disiksa Senior: Dipegangi, Dibekap, Perut-Kemaluan Diinjak Sampai Bengkak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment