Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (562) islam (543) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (10) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (37) renungan (169) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (6) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

07 April, 2006

Alasan Logis Kenapa Kita Tidak Bisa Melihat Tuhan

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Ini satu bab dari buku saya "Mencari Tuhan, Menemukan Allah" (Searching for God and Finding Allah). Awalnya bab dua, tapi dipindah menjadi bab sembilan. Saya berusaha jelaskan sebuah alasan logis kenapa manusia tidak bisa melihat Tuhan di dunia ini. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

MENCARI TUHAN, MENEMUKAN ALLAH

[Perjalanan Spiritual Seorang Mualaf yang Membandingkan Agama Kristen dan Islam Dalam Mencari Kebenaran]

DAFTAR ISI

1. TENTANG SAYA: BAGAIMANA SAYA BISA MENJADI MUSLIM
2. RANGKAIAN PENGUTUSAN PARA NABI
3. TANDA DARI TUHAN
4. PARA PENGIKUT YESUS
5. PENGIKUT YESUS DAN PENGIKUT MUHAMMAD
6. KEBENARAN ISLAM
7. INILAH YANG ALLAH KATAKAN TENTANG AL-QUR’AN
8. SEBUAH AGAMA YANG LOGIS
9. ALASAN LOGIS KENAPA KITA TIDAK BISA MELIHAT TUHAN
10. KEBUTUHAN SPIRITUAL KITA DAN SOLUSI DARI ALLAH
11. INI PILIHAN ANDA

********

9. ALASAN LOGIS KENAPA KITA TIDAK BISA MELIHAT TUHAN

Ketika saya kecil, saya dibuat bingung oleh kenyataan bahwa kita tidak bisa melihat Tuhan. Jika Dia ada, maka dalam pikiran logis saya, seharusnya kita bisa melihat-Nya dan fakta bahwa Dia tidak terlihat membuat saya lebih mudah menjadi seorang ateis. Namun, pada saat yang sama, saya juga tidak ingin benar-benar menolak kemungkinan adanya Tuhan, dan saya juga merasa bahwa saya harus tetap berpikiran terbuka kalau seandainya nanti ada orang yang bisa menunjukkan bukti Tuhan itu memang ada.

Sebagai usaha untuk memahami Tuhan, agama, alam semesta, dan arti dari kehidupan, saya banyak bertanya tentang agama Kristen karena saat itu satu-satunya agama yang saya ketahui adalah agama Kristen. Sayangnya pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah terjawab dengan baik dan justru membuat saya lebih bingung daripada sebelumnya. Karena tidak ada bukti yang memuaskan, maka saya merasa terpaksa tidak percaya kepada Tuhan.

Saya sering memperhatikan bagaimana orang-orang dewasa menghadapi suatu kejadian yang menyedihkan, misalnya saja saat seorang anak meninggal atau saat seseorang divonis menderita kanker. Orang dewasa seringkali menyatakan bahwa semua itu harus diterima dengan pasrah. Caranya dengan mengucapkan “God works in mysterious ways” (Tuhan bertindak dengan cara yang misterius), yang artinya kita tidak mungkin bisa memahami apa yang dilakukan oleh Tuhan, dan bertanya-tanya tentang hal itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Tuhan itu misterius dan kita tidak dapat memahami-Nya.

Tapi kalau Tuhan memang misterius, kenapa Dia memberikan akal pikiran kepada kita? Dengan kecerdasan dan kemampuan untuk berpikir logis, tentunya akan sangat masuk akal jika kita menggunakan kelebihan itu untuk memikirkan Tuhan. Fakta bahwa kita pasti mampu menggunakan logika untuk berpikir tentang Tuhan pastinya karena Tuhan (jika Dia memang ada) telah menciptakan kita dengan kemampuan ini, dan karena itu Dia juga tahu bahwa cepat atau lambat kita akan menggunakan otak kita yang kompleks untuk berusaha memahami-Nya dengan sikap yang logis dan cerdas. Jadi, di dalam agama, seharusnya ada ajaran-ajaran dasar yang bisa ditelaah dan masuk akal dalam agama mana saja yang dibenarkan oleh Tuhan. Kalau Tuhan memang ada, mengapa Dia memberi ajaran-ajaran agama kepada manusia tapi membuat agama tersebut membingungkan bagi banyak orang?

Hal itu membuat saya memikirkan sebuah pertanyaan baru: Apakah Tuhan harus “misterius” jika Dia tidak menghendaki demikian? Dalam hal agama, bukankah Tuhan seharusnya mampu menerima dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh ciptaaan-Nya sendiri jika Dia berkehendak? Bagaimana jika sebenarnya Tuhan ingin agar kita mengenal-Nya (dalam batasan pemahaman kita tentunya) sehingga kita dapat menjadi lebih dekat dengan-Nya? Bagaimana jika ternyata Dia tidak menginginkan kita menganggap-Nya “misterius”?

Setelah menjadi seorang Muslim, saya merenungkan kembali keinginan di masa kecil, yaitu ingin melihat Tuhan dengan mata saya sendiri. Saya mulai berpikir apakah mungkin ada alasan logis mengapa Tuhan tidak ingin menampakkan Diri di depan kita pada saat ini? Apakah mungkin semata-mata karena Dia ingin menjadi “misterius”? Saya kemudian berusaha mempertimbangkan kemungkinan lain bahwa memang ada sebuah alasan logis untuk perkara ini. Jika alasan itu memang ada dan kita mampu menerimanya, maka mungkin kita juga akan mampu memahami bahwa semua itu adalah untuk kebaikan kita sendiri dan bukan karena alasan-alasan “misterius”.

Dalam bab ini, saya ingin memberikan satu penjelasan yang logis mengapa Tuhan tidak ingin terlihat oleh kita, dan bagaimana hal itu merupakan rahmat bagi kita. Untuk membahas ini, kita harus mencermati kisah Nabi Adam, manusia pertama yang diciptakan Allah, dan juga kisah Iblis. Lalu dibandingkan dengan kisah seorang pembunuh yang membunuh 100 orang. Tapi sebelumnya, ada baiknya kita terlebih dahulu membaca kisah Nabi Musa yang juga ingin melihat Allah.


9.1.Nabi Musa Juga Ingin Melihat Tuhan

Saya sering mendengarkan penceramah Muslim di Indonesia bercerita tentang Nabi Musa yang memohon untuk dapat melihat Allah. Telah dijelaskan oleh Allah kepada Nabi Musa bahwa dia tidak akan sanggup melihat Tuhannya. Tentu saja, Allah dapat berhenti sampai pada pernyataan itu, namun ternyata Allah berkehendak lain dan Dia memilih untuk memberikan “bukti” nyata kepada Nabi Musa bahwa dia tidak bisa melihat Tuhannya. Allah kemudian menampakkan Diri di belakang sebuah gunung. Saat cahaya Allah mulai terlihat, gunung itu hancur luluh karena tidak sanggup menahan cahaya-Nya. Begitupun halnya dengan Nabi Musa yang jatuh pingsan karena tidak sanggup melihat cahaya-Nya, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an:

143. Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.
(QS. Al-A’raf 7:143)


Ayat ini memberikan kita suatu pemahaman bahwa manusia, termasuk para Nabi, tidak sanggup (atau tidak boleh) melihat Tuhan ketika kita masih berada di bumi ini. Jika seorang Nabi Allah seperti Nabi Musa tidak sanggup melihat Allah, maka manusia biasa seperti kita lebih tidak mungkin lagi berharap dapat melihat-Nya. Terlepas dari ketidaksanggupan Nabi Musa melihat Allah, kita mengetahui bahwa dia sanggup berdialog dengan-Nya. Selain Nabi Musa, makhluk lain yang juga pernah berdialog dengan Allah adalah Iblis.


9.2.Kutukan Allah Atas Iblis (Setan)

11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka merekapun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
12. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab Iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.
13. Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”.
(QS. Al-A’raf 7:11-13)


Dalam ayat-ayat ini kita diperkenalkan dengan suatu makhluk yang menolak untuk bersujud dan menunjukkan rasa hormat kepada Nabi Adam. Makhluk ini dinamakan Iblis atau Shaitan di dalam Al-Qur’an. Dalam Bahasa Inggris, makhluk ini dikenal dengan sebutan Satan, the Devil, Lucifer, dan lain-lain. Dalam ayat-ayat di atas, kita dapat melihat sebuah situasi bagaimana Iblis membantah Allah dan menolak Perintah Langsung-Nya untuk bersujud kepada Nabi Adam. Penolakan atas perintah Tuhan yang dilakukan Iblis merupakan tindakan kesombongan yang sangat terhadap Allah SWT, dan inilah alasannya mengapa Iblis mendapat hukuman.

34. Allah berfirman: “Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk,
35. dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat”.
(QS. Al-Hijr 15:34-35)


Dengan menolak perintah-Nya, maka Iblis menjadi makhluk pertama yang dikutuk oleh Allah sampai Hari Pengadilan. Kejadian ini sangat istimewa karena ini merupakan pertama dan terakhir kalinya (sepanjang pengetahuan kita) ada makhluk yang dikutuk untuk selama-lamanya. Al-Qur’an tidak menyebutkan bahwa ada makluk selain Iblis yang dikutuk oleh Allah untuk selama-lamanya. Pertanyaan yang relevan adalah: kenapa Iblis langsung mendapatkan kutukan yang begitu keras dari Allah. Adalah sesuatu yang menarik, bahwa pada saat dinyatakan sebagai makhluk yang terkutuk, Iblis tidak protes. Dia tidak menuduh Tuhan tidak adil. Iblis tidak membantah dengan mengatakan bahwa dia tidak bersalah dan tidak pantas mendapat hukuman yang begitu berat. Kalau saja seorang manusia mendapat hukuman yang sama, saya pikir siapapun pasti akan protes dan mencari jalan keluar dan mohon ampunan dari hukuman tersebut. Sebaliknya, Iblis ternyata langsung menerima hukumannya, tetapi dengan meminta agar hukuman itu ditangguhkan sampai hari kiamat supaya ada waktu baginya untuk menyesatkan manusia dan membuktikan bahwa ia lebih baik daripada manusia.

14. Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”.
15. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”
16. Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).
18. Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya”.
(QS. Al-A’raf 7:14-18)


Yang jelas, sekarang Iblis mempunyai keinginan untuk berusaha dengan cara apapun agar bani Adam mengikutinya ke dalam neraka, supaya dia bisa membuktikan kepada Allah SWT bahwa dia memang lebih baik daripada Adam. Sekarang, ada suatu keadaan yang menarik. Allah telah mengutuk Iblis, tetapi daripada langsung melemparkannya ke dalam neraka, Allah malah memberikan waktu kepadanya untuk menyesatkan semua manusia yang mau mengikutinya.

Jika kita meyakini bahwa Allah selalu mengetahui semua hal yang akan terjadi, berarti Allah juga pasti mengetahui bahwa Iblis akan menunjukkan kesombongannya, menjadi makhluk terkutuk, dan kemudian akan diberi waktu untuk menyesatkan manusia yang mau mengikutinya. Jika hal itu memang benar, berarti kita harus menerima kenyataan bahwa keberadaan Iblis beserta para pengikutnya, dan pengaruh mereka terhadap manusia, adalah suatu hal yang telah diketahui Allah sebelumnya, dan Allah membiarkan hal itu terjadi atas kehendak-Nya. (Allah tidak menyebabkan Iblis membangkang, tetapi hanya membiarkan hal itu terjadi). Kita harus meyakini bahwa semua kejadian hanya dapat berlangsung sesuai dengan Izin Allah. Jika Allah tidak berkehendak, maka bagaimana mungkin suatu hal dapat terjadi? Jika sesuatu bisa terjadi tanpa Izin Allah, berarti Allah bukan Yang Maha Kuasa.

29. Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui.” Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(QS. Ali Imran 3:29)


Jadi, di dalam surga ada Nabi Adam bersama Hawa, dan juga Iblis! Iblis (yang setelah dikutuk disebut sebagai Shaitan dalam Al-Qur’an) tidak memiliki tujuan hidup kecuali menyesatkan sebanyak mungkin keturunan bani Adam agar menemaninya masuk neraka. Dengan Izin Allah (karena tidak mungkin terjadi tanpa Izin Allah) Iblis bisa masuk surga untuk mengganggu Adam dan Hawa, dan dia berhasil. Dia meyakinkan mereka untuk makan buah yang terlarang, yang menyebabkan mereka dikeluarkan dari surga dan ditempatkan di bumi.

35. Dan Kami berfirman:”Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:”Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.
(QS. Al-Baqarah 2:35-36)


Dalam kasus ini, Iblis hanya melakukan satu kesalahan saja dan sebagai akibatnya, dia dikutuk sepanjang masa. Kesalahan Nabi Adam dan isterinya Hawa (disebut “Eve” dalam bahasa Inggris) juga hanya satu, dan sebagai akibatnya mereka dikeluarkan dari surga tapi tidak dikutuk sepanjang masa. Kenapa ada perbedaan seperti itu di dalam kedua kasus ini?

Mungkin satu hal yang mempengaruhi perbedaan hukuman dari Allah ini adalah kenyataan bahwa hanya Iblis yang membantah Allah. Pada saat Adam dan Hawa diberitahu kalau mereka telah berbuat salah, mereka langsung bertaubat dan mohon ampunan. Sebaliknya, Iblis tidak mau bertaubat dan tidak juga meminta ampunan.

37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Baqarah 2:37)


Maka sekarang kita dapat melihat dua kasus di mana Adam dan Iblis masing-masing membuat satu kesalahan dan mereka dihukum karena kesalahan itu; tapi Iblis dihukum lebih berat. Untuk dapat memahami bagaimana hal ini berkaitan dengan topik yang tengah dibahas, yaitu mengapa Tuhan tidak nampak bagi kita untuk suatu alasan logis, maka kita juga perlu menguji satu kasus lagi; kasus pembunuh 100 orang yang mendapatkan ampunan atas segala dosa-dosanya.


9.3.Iblis, Nabi Adam, dan Pembunuh 100 Orang

Ada sebuah hadits (riwayat) yang menceritakan riwayat seorang pembunuh dari Bani Israel yang telah membunuh 100 orang, akan tetapi pada saat dia meninggal, dia sudah terlebih dahulu berniat untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Oleh karena itu, dosanya diampuni.

Diriwayatkan Abu Said Al-Khudri: Nabi bersabda, “Di antara kaum lelaki Bani Israel ada seorang pria yang telah membunuh 99 orang. Lalu dia berjalan dan bertanya kepada orang yang dijumpai (apakah taubatnya bisa diterima atau tidak). Dia menemukan seorang biarawan dan bertanya kepadanya apakah taubatnya bisa diterima. Si biarawan memberikan jawaban yang negatif, jadi pria itu membunuhnya. Dia bertanya terus sampai ada seseorang yang menasehatinya untuk pergi ke sebuah desa. (Lalu dia berangkat ke arah desa tersebut) tetapi kematian menjumpainya dalam perjalanan itu. Pada saat akan meninggal dunia, dia menghadapkan dadanya ke arah desa tersebut (di mana dia berharap taubatnya akan diterima), maka malaikat pencatat kebaikan dan malaikat pencatat keburukan bertengkar tentang si pembunuh. Allah kemudian memerintahkan desa (yang dia tuju itu) untuk mendekatkan diri kepadanya, dan memerintahkan desa (yang dia tinggalkan) untuk menjauhinya. Lalu Allah memerintahkan para malaikat untuk mengukur jarak antara badan orang itu dan kedua desa tersebut. Apakah lebih dekat ke desa pertama ataukah lebih dekat ke desa kedua. Diketahui bahwa dia sedikit lebih dekat ke desa (yang dia tuju). Jadi dia diampuni. (HR. Bukhari)

Sebuah pertanyaan penting yang perlu diajukan adalah mengapa seorang pembunuh yang telah membunuh 100 orang dapat memperoleh pengampunan atas dosa-dosanya dengan cara yang begitu mudah? Diampuni oleh Tuhan berarti bahwa pertaubatan seseorang telah diterima dan bahwa ia tidak akan dihukum karena dosa-dosanya. Jelas bahwa si pembunuh ini belum bertaubat secara resmi (dengan berdoa atau melakukan tindakan ibadah lainnya). Ia tampaknya masih dalam proses mencari tempat di mana ia akan belajar bagaimana bisa bertaubat secara formal dan menjadi orang beriman yang akan beribadah dan menyembah Tuhan dengan cara yang benar. Namun demikian, ia masih menerima pengampunan dari Tuhan sehingga tidak akan dihukum atas semua dosanya yang sangat serius.

Di sisi lain, Nabi Adam yang “hanya makan sepotong buah” memang bertaubat secara resmi (dengan mengucapkan doa yang diajarkan kepadanya oleh Tuhan) dan taubatnya diterima, sehingga ia diampuni, tapi dia masih dihukum dengan dikeluarkan dari surga. Dan kemudian Iblis, yang “hanya berdebat dengan Allah”, tidak bertaubat dan tidak mau bertaubat, dan tidak diampuni sama sekali. Iblis menerima hukuman paling keras dari ketiga kasus yang disebutkan karena dia menjadi yang pertama dan satu-satunya makhluk yang dikutuk oleh Allah untuk selama-lamanya.

Ketiga kasus terpisah ini, sekarang dibagi menjadi dua kategori yang berbeda. Di satu sisi, ada seorang pembunuh yang dosa-dosanya diampuni dan tidak menerima hukuman apa pun. Di sisi yang lain, ada Nabi Adam dan Iblis yang masing-masing menerima hukuman atas satu perbuatan dosa yang mereka lakukan, meskipun dosa mereka itu sepertinya tidak seberat dosa membunuh manusia yang lain.

Jika kita ingin mencari satu alasan logis mengapa kita tidak bisa melihat Allah di bumi ini, maka saya pikir alasan itu dapat ditemukan dengan membandingkan kedua kategori ini. Kita perlu menemukan satu alasan mengapa seorang pembunuh dapat terbebas dari hukuman setelah membunuh 100 orang, sementara Nabi Adam dan Iblis yang masing-masing hanya melakukan satu perbuatan dosa tetap mendapatkan hukuman dari Allah.


9.4.Hikmah Bagi Kita Bila Tuhan Tidak Nampak

Saya ingin bertanya: kenapa Nabi Adam dihukum, Iblis dihukum, tetapi seorang pembunuh yang telah membunuh 100 orang tidak dihukum? Perbedaannya hanya satu; si pembunuh itu tidak memiliki bukti bahwa Tuhan benar-benar ada! Dia tidak pernah melihat Allah atau berbicara dengan-Nya. Sebaliknya, Nabi Adam dan Iblis memang berbicara dengan Allah. Pembunuh itu percaya kepada Tuhan hanya berdasarkan pada keimanan, yang berarti dia percaya ada Tuhan Yang Maha Esa yang mau mengampuni semua dosanya, walaupun tidak melihat (dan tentu saja tidak bicara dengan Tuhan).

Apakah Adam dan Iblis percaya kepada Allah karena mereka melihatnya? Secara teoritis, kita bisa berargumentasi bahwa ada kemungkinan Adam dan Iblis melihat Allah dengan matanya dan oleh karena itu mereka tahu Tuhan itu ada. Tapi kita tidak menemukan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang secara jelas menyatakan bahwa Adam atau Iblis bisa melihat Allah. Mungkin mereka bisa melihat-Nya, mungkin juga tidak. Kita tidak tahu. Tapi yang kita tahu secara pasti adalah bahwa mereka berbicara dengan Tuhan, sehingga mereka tahu bahwa Dia benar-benar ada dan memiliki kekuasaan mutlak atas mereka.

Seperti Musa, Nabi Muhammad S.A.W. tidak melihat Allah dengan matanya (di dunia ini) karena ada hadits (riwayat) yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad S.A.W. juga tidak pernah melihat Allah:

Diriwayatkan oleh Abu Dhar: Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., “Apakah engkau melihat Rabb-mu?” Beliau S.A.W. menjawab, “Cahaya, bagaimana aku melihatnya?” (HR. Muslim)

Diriwayatkan oleh Masruq: Saya sedang istirahat di rumah A’ishah ketika dia mengatakan: “Wahai Abu A’ishah [nama kehormatan untuk Masruq], ada tiga perkara yang, bilamana ada seseorang yang membenarkannya, maka dia telah berbuat kebohongan terbesar terhadap Allah.” Saya bertanya apakah tiga perkara itu. Dia menyatakan: “Dia yang menganggap bahwa Muhammad S.A.W. melihat Tuhannya (dengan penglihatan matanya) telah berbuat kebohongan terbesar terhadap Allah…” (HR. Muslim)


Jika Nabi Musa dan Nabi Muhammad S.A.W. tidak pernah melihat Tuhan di bumi ini, maka mungkin Adam dan Iblis juga tidak mampu atau tidak diizinkan untuk melihat Allah pada saat mereka berada di surga dulu. Namun sangat jelas bahwa Adam dan Iblis (serta Musa dan Muhammad S.A.W.) melakukan dialog langsung dengan Tuhan. Dalam QS. Al-A’raf 7:22-23, Nabi Adam berbicara langsung dengan Allah untuk mohon ampun kepada-Nya atas kesalahannya memakan buah terlarang. Di dalam QS. Al-A’raf 7:11-16 juga terdapat dialog antara Allah SWT dan Iblis.

Oleh karena Nabi Adam dan Iblis pernah berdialog secara langsung dengan Allah, maka jelaslah bahwa mereka tidak ragu Tuhan itu ada. Mereka percaya kepada Allah bukan berdasarkan keyakinan atau keimanan saja; mereka percaya kepada Allah karena mereka telah mendapatkan bukti bahwa Allah Yang Maha Esa memang ada. Pengetahuan ini menempatkan mereka pada posisi yang sangat istimewa dan mungkin bisa membuat kita iri. Tetapi, kita juga harus melihat konsekuensi yang timbul dari keistimewaan ini. Nabi Adam dan Iblis menyadari Allah memang adalah Pencipta mereka karena mereka berdialog dengan Dia, dan tetap saja keduanya tidak patuh pada-Nya. Nabi Adam mengakui kesalahannya dan dikeluarkan dari surga sebagai hukumannya. Sementara Iblis memilih untuk tidak mengakui kesalahannya dan tidak meminta ampun sehingga ia dikutuk sampai akhir zaman.

Sebagai perbandingan, si pembunuh 100 orang berada dalam posisi yang lebih baik dalam hal ampunan. Dia percaya kepada ampunan Allah berdasarkan keimanan semata, bukan karena ada bukti nyata di depan mata bahwa Allah memang ada. Hal ini membuka kemungkinan dan kesempatan yang lebih besar bagi dia untuk mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang diperbuatnya. Sepanjang hidupnya, si pembunuh tidak mengenal Tuhan dan juga mungkin dia tidak percaya pada Tuhan. Dia melakukan kejahatan karena dia tidak menyadari keberadaan Tuhan atau tidak tahu apa yang Sang Pencipta inginkan darinya. Ketika akhirnya dia menjadi percaya (semata-mata berdasarkan keimanannya) dia meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa akan menerima taubatnya dan mengampuni segala dosanya. Dia tidak melihat Tuhan atau pun berbicara dengan-Nya. Mungkin sebagai hasil dari “keimanannya” itu, dia menemukan Allah sebagai Sang Maha Pengampun.

Tidak ada jaminan bila kita dapat melihat Allah, maka kita akan setuju untuk menyembah-Nya. Belum tentu kita akan serta-merta setia pada-Nya hanya karena melihat-Nya dan mengetahui bahwa Tuhan memang ada. Sebagai contoh, Iblis juga mengetahui bahwa Allah ada, tetapi dia tidak setia dan tidak mau beribadah kepada-Nya. Jika kita bisa melihat Allah, ada kemungkinan kita akan seperti Iblis (membantah Allah), dan akibatnya, kesempatan untuk mendapat pengampunan atas dosa-dosa kita akan menjadi kecil sekali.

Jika analisis ini benar, maka melihat Allah dengan mata kita, atau bahkan hanya berbicara dengan-Nya, nampaknya menjadi sesuatu yang terlalu sulit untuk dihadapi oleh manusia biasa di dunia ini. Jika seandainya kita bisa melihat-Nya, mungkin kita akan menghadapi masalah yang sangat besar sebagai akibat dari satu dosa saja, atau hanya satu kali berdebat dengan Tuhan, dan mungkin kita akan berharap tidak pernah bisa melihat Allah dari awalnya.

Saat masih kecil, saya ingin sekali melihat Tuhan sebagai bukti bahwa Tuhan itu nyata, dan tampaknya saya bukanlah satu-satunya orang yang ingin melihat Tuhan secara langsung. Orang-orang yang tidak beriman yang menolak Nabi Muhammad S.A.W. juga menuntut hal yang sama:

90. Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dan bumi untuk kami,
91. atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya,
92. atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami.
93. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca.” Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
(QS. Al-Isra 17:90-93)


Seandainya keinginan saya sewaktu kecil terwujud, dan saya sudah pernah melihat Allah (setelah Dia menampakkan Diri), atau setidaknya saya telah mendengar Suara-Nya, maka barangkali saya sudah menjadi seorang manusia yang masuk ke dalam kategori yang sama dengan Nabi Adam dan Iblis. Masuk ke dalam kategori itu mengandung konsekuensi yang sangat jelas: sekali berbuat salah, langsung kena hukuman berat. Sebagai seorang manusia biasa, saya melakukan dosa terus-menerus, dan dosa saya bertambah setiap saat, tanpa terasa. Kalau saya masuk kategori Nabi Adam, tampaknya belum tentu saya masih bisa hidup sampai sekarang ini tanpa menghadapi masalah besar; sudah pasti saya telah dijatuhi hukuman berat disebabkan dosa-dosa yang telah saya perbuat.

Masalah lainnya adalah jika saya masuk ke dalam kategori Nabi Adam dan Iblis, lalu Allah menjadi marah kepada saya disebabkan dosa pertama saya (atau pada pertama kali saya tidak menuruti perintah-Nya), apakah saya akan berbuat sama seperti Nabi Adam yang langsung bertaubat dan mohon ampunan? Atau apakah saya akan lebih mirip dengan Iblis dan melakukan protes? Kalau saya mengikuti sikap sombong Iblis, akankah hukuman yang saya terima sama dengan hukuman yang dijatuhkan kepada Iblis? Dilaknat sampai hari kiamat?

Kita semua sibuk mengumpulkan dosa setiap hari, tetapi berapa banyak dari kita yang bertaubat setiap hari? Bayangkan: sekali berbohong, sekali mengingkari janji, sekali mengambil sesuatu tanpa hak, sekali memfitnah orang, atau sekali melakukan sesuatu yang tidak diridhoi Allah. Bukankah itu sudah cukup untuk membuat kita terkena masalah? Jika kita bisa melihat Allah dan mendengar Suara-Nya setiap waktu, kita tidak bisa berpura-pura tidak tahu bahwa Allah memang ada. Apakah kita masih ingin melihat Allah di muka bumi ini (pada waktu keimanan kita masih diuji) jika hal itu berarti kita akan segera mendapatkan hukuman yang keras atas satu dosa saja yang kita perbuat?

Kalau kita membandingkan kasus Nabi Adam, Iblis, dan si pembunuh, nampaknya jika kita tidak bisa melihat Allah dan tidak dapat berbicara secara langsung dengan-Nya, maka kita ada di posisi yang lebih baik dibandingkan mereka yang diizinkan berbicara dengan-Nya. Sepertinya, Allah lebih mengampuni orang yang hanya sebatas percaya kepada-Nya daripada orang yang mengetahui bahwa Allah benar-benar ada (karena pernah mendapatkan bukti nyata). Kalau ada seseorang yang pernah berbicara dengan Allah, berarti orang itu sudah mengetahui Kebesaran dan Keesaan Allah. Orang itu sudah tidak punya alasan lagi untuk tidak menuruti Perintah Allah. Dan selanjutnya, orang itu juga akan mendapatkan kemurkaan yang lebih besar ketika melakukan satu dosa, dibanding mereka yang hanya percaya pada Allah karena keimanannya.

Jika kita beriman walaupun belum pernah melihat Allah atau mendengarkan suara-Nya, maka kita masih bisa membuat alasan atas perbuatan-perbuatan kita yang kurang baik: saya lupa, saya sibuk, saya bingung, terlalu sulit bagi saya, sedang hujan, nanti saja, dan seterusnya. Dan kita tetap mendapatkan pengampunan yang tidak terbatas di sisi Tuhan kita, Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, asalkan kita percaya hanya kepada-Nya.

53. Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Az-Zumar 39:53)


Tapi meskipun kita tidak diizinkan melihat Allah di saat kita berada di bumi, tidak ada keraguan bahwa kita akan diizinkan untuk melihat-Nya nanti di Hari Kebangkitan. Bagi orang-orang yang telah menghabiskan hidup mereka dengan percaya kepada-Nya, ini akan menjadi pertemuan yang indah. Ketika kita melihat Allah SWT, kita akan melihat Tuhan Yang Maha Esa yang telah kita imani sepanjang hidup kita. Tetapi bagi mereka yang telah menghabiskan kehidupan mereka sebagai orang-orang yang tidak beriman, ini akan menjadi awal dari waktu penyesalan yang sangat panjang, yang akan berlangsung selama-lamanya.

Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri: Pada masa Rasulullah, beberapa orang berkata: “Wahai Rasulullah (Muhammad S.A.W.)! Apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?” “Nabi berkata, “Ya; apakah kamu memiliki kesulitan dalam melihat matahari di tengah hari yang cerah dan tidak ada awan di langit?” Mereka menjawab, “Tidak.” Rasululah berkata, “Apakah kamu memiliki kesulitan dalam melihat bulan pada malam bulan purnama ketika cerah dan tidak ada awan di langit?” Mereka menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda, “(Begitu juga) kamu tidak akan memiliki kesulitan dalam melihat Allah pada Hari Kebangkitan seperti halnya kamu tidak memiliki kesulitan dalam melihat keduanya [matahari dan bulan]. [...]” (HR. Bukhari)

Setelah membandingkan kasus Nabi Adam, Iblis dan manusia yang membunuh 100 orang, menjadi jelas sekali bahwa kenyataan kita tidak bisa melihat Allah merupakan suatu nikmat dan rahmat besar bagi kita sebagai manusia biasa yang banyak berbuat dosa setiap hari. Sebab, kalau kita bisa melihat Allah, ada kemungkinan bahwa sanksinya akan sangat berat. Barangkali kesempatan kita untuk berbuat dosa hanya satu kali saja, dan setelah itu kita akan dihukum dengan hukuman yang terasa sangat berat bagi kita. Justru karena Allah menyayangi kita, maka Dia tidak menampakkan Diri kepada kita dan tidak pernah berbicara langsung kepada kita. Ini adalah tempat di mana iman kita kepada-Nya sedang diuji, dan untuk membuatnya lebih mudah bagi kita untuk lulus tes ini, maka Dia tidak akan menunjukkan diri-Nya kepada kita untuk saat ini. Dan karena kita tidak dapat melihat-Nya atau mendengar suara-Nya, maka kita tidak punya pilihan selain untuk percaya kepada-Nya berdasarkan keimanan kita. Dengan demikian, dosa kita yang sungguh banyak bisa terus diampuni dan Dia selalu memberikan kita sebuah kesempatan baru untuk memperbaiki diri. Selama kita masih percaya kepada-Nya!

21. Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan (nya) dengan Kami: “Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?” Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman.
(QS. Al-Furqan 25:21)


***************


Dua Bab Dari Buku Saya

Dua bab dari buku saya ada di Blog dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Insya Allah buku pertama ini akan disebarkan ke seluruh dunia dalam berbagai bahasa. Semoga bermanfaat.

Mencari Tuhan, Menemukan Allah

Bab 1: Tentang Saya
http://genenetto.blogspot.com/2006/04/saya.html

Bab 2: Ingin Melihat Tuhan
http://genenetto.blogspot.com/2006/04/ingin-melihat-tuhan.html

Searching For God and Finding Allah
 

Chapter 1: About Me
http://genenetto.blogspot.com/2007/07/about-me.html

Chapter 2: Wanting To See God
http://genenetto.blogspot.com/2007/07/wanting-to-see-god.html

28 comments:

  1. syaloom...
    Hei...you are confius men....
    Imanmu dalam kristus tidak ada, sehingga mudah diombangambingkan dengan ajaran-ajaran yang lain.But....nanti akan tiba waktunya,ketika hari penghakiman akan tiba...Yesus akan datang sebagai Raja untuk menghakimi yg hidup & yg mati.dan You'll see....but it's to late kalau you tidak kembali pada kasih Kristus.HE (LORD Jesus) still LOVES YOU and Waiting for you....Peace

    ReplyDelete
    Replies
    1. biasa aja keles, mas/bro...xixixixixixxi

      Delete
    2. Yaaa saya setuju dengan anda...YESUS akan datang pada waktu nya tetapi bukan sebagai Raja untuk menghakimi yang hidup & yang mati tetapi memberitahukan kepada kalian semua (penganut selain Islam) bahwa Islam lah agama yang benar, dan Isa A.S hanya semata2 utusan (Nabi) Allah SWT. Semoga laknat Allah selalu bersama kalian orang2 yang ingkar..wallauahalm bi shawab

      Delete
  2. to Anonymous no 1

    show me in your bible which jesus said that he is God?

    and would such god cry lodly and shout

    " elli elli Lamachsabach tani"
    O God , o God Why has Thou forsaken me?

    To whom jesus cry if he is god?
    if he cannot have power to bear such terror, why should he have powe to judge the rest of living and the dead.

    THINK MAN.. THINK

    ReplyDelete
  3. Subhanallah, Gene bersyukurlah karena Allah SWT telah memberikan petunjuk & hidayah kepadamu. Semoga anda selalu di dalam lindungan dan Rahmat Allah SWT dan selalu dikuatkan iman islam-mu. Amin -- Anny

    ReplyDelete
  4. Subhanallah Gene.. Subhanallah.. :D
    May Allah blesses your life..

    ReplyDelete
  5. Subhanallah Gene, thanks for sharing your tadabbur, ayat-ayat ALLAH betebaran di langit dan bumi, dan mudah2an engkau salah satu diantara sedikit orang yang mampu memahaminya... may ALLAH always bless you , my brother...

    ReplyDelete
  6. Assalamua'laikum

    Saya patut belajar dengan anda Mr. Gene.Walaupun saya terlahir dari keluarga muslim, pengetahuan saya mengenai islam tidak sehebat anda. Teruskan perjuangan anda. ALLAH bersama anda.

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam..
    Semoga Allah Sang Maha Pengatur selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya bagi anda.. Semoga Allah Sang Maha Tahu menjadikan anda sebagai salah satu pejuang Islam yang bertauhid murni lillaahi ta'ala dan istiqomah.. aamiin ya Robbal aalamiin..

    ReplyDelete
  8. Assalaamu'alaykum,
    Saya minta izin utk jadikan blog ini sebagai salah satu sumber di blog saya ya.. :d

    ReplyDelete
  9. Assalamu alaikum,

    Subhanallah. Sungguh bening hati dan pemikiran Anda Mr Gene Netto. Para mualaf adalah para pejuang pencari kebenaran yang sejati. Semoga Allah melimpahkan Rahmat-Nya kepadamu. Amin

    ReplyDelete
  10. Assalamu'alaikum wr wb

    Terima kasih untuk tulisannya. Semoga Bang Gene senantiasa berada dalam perlindungan dan pemeliharaan-Nya...amin!
    ...hidayah...benar2 hadiah yang begitu indah bukan? :)
    Selamat karena telah memilih untuk tetap mencarinya...

    Wassalam wr wb

    ReplyDelete
  11. Assalamu'alaikum Wr.Wb. Saudaraku seiman, Gene.. :)

    Semoga Rahmat dan Hidayah Allah SWT selalu tercurah padamu...

    Teruslah menorehkan tinta emasmu untuk menguak kebenaran Islam

    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

    ReplyDelete
  12. Hal yang paling menarik dari kisah pengakuan dan pemikiran mualaf adalah munculnya pencerahan baru tentang akidah Islam yang tak disangka-sangka. Mereka selalu membawa Islam insight baru yang membuat kita-kita yang terlahir muslim jadi iri sekaligus kagum. Bagusnya, semua itu menjadi inspirasi dan pendorong kita untuk kembali merenungkan keislaman kita dan kekerdilan kita di hadapan Allah dan hamba-hambanya yang telah dianugerahi iman yang indah...
    Salam dan semoga Allah selalu meridhoi dan menyayangi Saudaraku Gene! -bams-

    ReplyDelete
  13. great article Gene! Subhanalloh! Semoga Alloh selalu menguatkan jiwa dan raga kamu untuk selalu berjuang di jalan-Nya dan memegang teguh Islam.

    ReplyDelete
  14. halo, bolehkah sy post artikel yg Anda tulis ini di sebuah forum di internet? mudah2 semakin byk yg baca semakin byk yg paham..

    ReplyDelete
  15. Assalamualaikum wr.wb.

    Buat saya Bab 1 lebih bagus drpd bab 2.
    Bab 1 suka sekali mbacanya, apalagi itu pengalaman pribadi, wah kagum euy dan "nonjok" banget rasanya.
    Tapi di bab 2 ada hal baru yg saya dapat. Suatu argumen logis dan sangat sensitive ato kalo boleh dbilang "berbahaya" bila anda tidak paham betul maksudnya. Bs jadi malah membingungkan.
    Dan Gene kamu membuktikannya! inshaa Allah.

    Betul yg dibilang saudara kita tgl 3 Oct07. Sama spt temen mualaf pilipino sy di Islamic Center, pemikiran mereka & pemahaman mereka tentang islam dalam sekali terutama saat berdiskusi. Saya surprised banget & malah ngerasa belajar islam lagi dr mereka.
    Walopun ada rasa syukur, kalo boleh dibilang "bangga" banget udah muslim dr lahir saat kenalan namun jadi malu hati sendiri dg argumen2 & pemikiran2 mrk yg tajam & sangat cerdas ttg islam. Udah kayak lulusan santri tebu ireng, jombang. Subahanallah, mereka jd muslim bener2 "jadi". Gak kayak kita2 yg bangga tlahir muslim tp msh "stengah jadi". Mashaa Allah!

    Nama anda Gene Netto, artinya apa sih? Knapa anda gak ganti nama muslim sperti mualaf lainnya Muhammad Ali, Yusuf Islam ato spt temen2 muslim Phiplipino saya disini...ada Bilal, Jihad, dll. Ato sekalian aja cari nama muslim indonesia: Ujang, Topik, Udin, Mamat ato apa kek...(hehehe becanda boss. Apalah arti sebuah nama kan gitu katanya).

    Allah Kareem!
    Glad to have your blog, Gene.

    Bro Gene, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan perlindungan Nya kpd anda, keluarga & teman2 anda...
    (semoga ogut jg salah satu temen ente). Ameen.

    Wassalam,
    RF
    in Middle East
    Sorry kepanjangan commentnya Jin!

    ReplyDelete
  16. Saya harus berterima kasih kepada Anda, Pak Gene. Anda telah memberi saya pencerahan, dan menyadarkan saya dari kekeliruan yang juga seperti yang Anda alami dulu; hasrat untuk tahu dan ingin melihat Tuhan. Dan Anda memposting tulisan ini 2 tahun lalu? Luar biasa.

    Saya harus membaca lebih banyak lagi tulisan Anda yang lainnya.

    Salam,

    ReplyDelete
  17. Hai Aris. Terima kasih. Ilmu saya masih terbatas sekali, dan masih harus belajar banyak lagi tentang Islam. Tetapi saya senang kalau ada teman yang merasa mendapat pencerahan, walaupun dari orang yang belum punya ilmu yang luas. Memang tujuan saya bikin buku dan juga blog adalah untuk menyebarkan informasi yang insya Allah bermanfaat.

    Wassalam,
    Gene

    ReplyDelete
  18. Subhanalloh....

    Ya Rabb, limpahkan rahmat-Mu kepada kami dan Saudaraku ini (bro Gene) atas pencerahannya yg semata2 atas tuntunan-Mu.....


    thanks my bro for enlightenment-nya

    ReplyDelete
  19. Subhanalloh....

    Ya Rabb, limpahkan rahmat-Mu kepada kami dan Saudaraku ini (bro Gene) atas pencerahannya yg semata2 atas tuntunan-Mu.....

    btw, minta ijin bro Gene utk share dgn teman2 di kantor ku

    thanks my bro for enlightenment-nya

    ups... sorry repost

    -bongsor-

    ReplyDelete
  20. Monggo. Semua yang di sini bebas untuk dibagikan kepada orang lain.

    Wassalam,

    ReplyDelete
  21. Selamat buat anda Gene. Anda telah berhasil mendapatkan apa yang anda inginkan dan anda cari dalam hidup ini. Anda telah menemukan Allah yang sebenarnya Gene. Seseorang tidak akan menemukan Allah jika dia sendiri tidak ingin mendapatkanNYA. Ketahuiah Gene bahwa metode menemukan dan meyakini Allah yang telah anda tempuh , sama dengan yang ditempuh oleh para Nabi dan Rasul ; Ibrahim menemukan Allah dengan metode ilmiahnya terhadap fenomena alam, Muhammad menemukan Allah setelah berpuasa dan mendekatkan diri pada Allah di gua hira' salama 40 hari, beritu juga dengan Isa yang menyendiri di suatu bukit dalam 40 Hari. Menemukan Allah bukan dengan cara melihat dengan mata, tetapi menemukannya dengan Hati,perasaan, pikiran ,keimanan dan keyakinan, karena tidak satupun makluk sanggup bertatap mata dengan penciptanya yaitu Allah. Allah tidak akan datang kalau seseorang tidak menginginkannya. Allah akan lupa pada seseorang jika orang itu melupakanNYA. Sebagai saudara seaqidah, saya mempersembahkan sebuah buku untuk anda Gen, sekedar untuk dibaca-baca dan menambah referensi anda. Buku ini tentang bagaimana menjelaskan kebenaran ayat-ayat Allah kepada orang-orang yang selalu mendustakan dan memperolok-olokan Al Qur'an , kerena mungkin mereka tidak mengerti atau karena kedengkian semata. silahkan download di ;
    http://www.scribd.com/doc/30236253/KONTRADIKSI-AL-QUR-AN-lagi

    ReplyDelete
  22. Allahhu Akbar....

    Sungguh besar karuniamu ya Allah kepada saudaraku Gene....
    wahai saudaraku teruslah berjuang dijalan Allah...
    dan mudah2an dengan membaca artikel ini calon suami saya yg berniat masuk islam dapat pencerahan dari Allah SWT...
    Amiiiiimm Yaa Robbal Allamin... Allah Bless U saudaraku...

    ReplyDelete
  23. Subhanallahh..

    I can't wait for the next chapter !!
    Let me know please. okay?

    Subhanallah Allah..

    ReplyDelete
  24. Subhanallah, memang hidayah itu kehendaknya Allah, betul2 prerogativenya Sang Maha Pencipta. ada yg sudah mempelajari Islam, namun tak kunjung mendapat hidayah, bahkan sampai akhir hayatnya, ada yg sebelumnya begitu memusuhi Islam, akhirnya masuk islam secara kaffah, ada yg islam dr lahir, karena notabene orang tuanya islam, namun menjadi kafir, ada yg sebelumnya begitu sholih namun karena hanya ritual belaka, tanpa ilmu tauhid sebagai pondasi yg kuat, akhirnya kafir, dan Allah yg maha mengetahui segala isi hati. barakallahu fiik, bang Gene, semoga keberkahan melimpah kepadamu dan orang2 yg senantiasa memperbaiki diri, d semoga saya termasuk ke dalamnya, aamiin..

    ReplyDelete
  25. Subhanallah....
    Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yg berkenan memberikan petujuknya kepada hamba-hamba-Nya.
    Air mata sy tidak berhenti mengalir membaca tulisan anda ini, gene. Serasa sperti mendapatkan petunjuk dari Allah. Walaupun anda bilang bahwa ilmu anda belum seberapa tapi sy yakin bahwa petunjuk Allah datang dr mana saja, bisa jd dr anda kami2 yang beragama Islam sejak lahir ini mendapatkan pencerahan dlm beragama. Semoga Allah senantiasa memberkahimu saudaraku dan memudahkan segala urusanmu. Sy tunggu tulisan ini menjadi buku dan insyaAllah sy orang pertama yang membelinya :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...