Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

16 April, 2024

Baca, Berpikir, Bersabar!

[Komentar]: Thanks Mr Netto. Alhamdulillah dpt pencerahan. Saya pernah berdebat dengan anda. Tapi waktu itu argumen anda gak bisa diterima oleh "pikiran" saya. Tapi kadang, pendapat anda bisa langsung diterima. Kenapa gak selalu berikan penjelasan sederhana, biar saya gak perlu capek2 mendebat anda?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Saya sudah mengajar 10 ribu siswa, dan melakukan pelatihan bagi ribuan guru, dan membina ribuan orang dewasa dan anak yang punya berbagai macam masalah. Tidak bisa seluruh ilmu dan pengalaman itu saya sampaikan dalam 1 kalimat, setiap kali ada perkara baru. Kalau saya bicara, insya Allah ada landasan ilmu dan pengalaman di belakangnya. Saya berkomentar kalau merasa paham, dan ingin bagikan ilmu. Kalau tidak paham, saya akan diam, atau bertanya. 

Kalau anda mau berbeda pendapat, silahkan, dan coba buktikan pendapat anda dengan argumen yang kuat. Tapi mohon maaf, banyak orang Indonesia ketika pendapatnya dilawan, bukannya introspeksi dan berpikir, tapi naik darah dan menyerang. Ini hasil dari pendidikan sekolah dan rumah selama ini. Makanya saya bersabar, karena menanti hasilnya di mana orang lain akhirnya bisa setuju dengan analisis saya atau bisa buktikan saya salah.

Jadi saya harus menunggu sampai otaknya orang lain bisa mulai terbuka, menggunakan logika, berwawasan luas, berilmu, dan siap terima kemungkinan bahwa mereka belum benar. Bukan karena saya dijamin benar, tetapi karena ada ilmu, bukti, pengalaman, dan analisis yang saya sampaikan, dan insya Allah semua itu yang benar. Tapi yang sering terjadi di sini, orang yang paling marah merasa paling benar. Bukti tidak penting, logika tidak penting. Sebagai guru, saya harus bersabar dan menunggu orang lain sadari bahwa saya punya keinginan untuk mencerdaskan orang dengan ilmu. Dan kadang butuh waktu lama untuk mencapai hasil itu.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun." (HR. Ibnu Majah)

Ketika anak disuruh makan sayuran, tidur siang, dsb. banyak yang melawan. Tapi ketika di usia 20 tahun, badannya besar, kuat, sehat, otak dan akalnya bagus, dan dia melihat HASIL dari pendapat orang tuanya dulu, baru dia SADAR bahwa ilmu dan pendapat orang tuanya dulu benar, setelah dia didorong untuk mencapai hasil yang terbaik walaupun dia tidak suka. Jadi orang tua harus bersabar dan menunggu 15 tahun untuk melihat anaknya berubah. Dan insya Allah saya juga bisa begitu dengan 200 juta orang Muslim di Indonesia.

Kalau anda tidak setuju dengan pendapat saya, silahkan. Saya hanya ingin sampaikan "ilmu, bukti, pengalaman, dan analisis", tetapi biasanya dilawan oleh "emosi dan hinaan" dan saya disuruh "jangan berbeda pendapat" dengan kebanyakan orang. Jadi saya bersabar dan menunggu orang lain bangun dari dunia mimpi dan menjadi sadar secara bertahap. Hasil yang saya harapkan adalah umat Islam di Indonesia bangkit, bersatu, menjadi pemimpin dunia, dan menciptakan negara yang maju, kuat dan sejahtera.

Hasil itu tidak bisa dicapai tanpa proses pendidikan yang pahit, di mana banyak orang akan berontak, emosi, dan melawan. Dan juga tidak bisa terjadi tanpa umat Islam bangun dari dunia mimpi yang membuatnya merasa nyaman selama ini. Jadi saya bersabar, karena harapan saya besar. Kalau baca tulisan saya, coba tahan emosi, berpikir dulu, diskusi dengan yang lain, dan bersabar. Insya Allah tulisan saya akan bermanfaat untuk kemajuan umat Islam di Indonesia, walaupun mungkin banyak orang tidak selalu suka pada awalnya.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.   
-Gene Netto

09 April, 2024

Bagaimana Caranya Hadapi Orang Tua Yang Kurang Cerdas?

[Pertanyaan]: Mr Gene saya mau bertanya, bagaimana cara menghadapi orang tua, terutama ibu, yg tidak berpendidikan, jadi dia hanya mengandalkan pengalaman hidup saja, blm lagi tdk tersentu ilmu literasi, jarang membaca, dia hanya mengatakan apa yg benar menurut dia.

[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Zaman dulu, ada orang yang bernama Muhammad SAW. Orang tuanya tidak bersekolah, dan dia juga buta huruf. Ada yang bernama Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Ada ribuan sahabat Nabi yang lain dalam kondisi yang sama. Orang tuanya tidak bersekolah, tidak membaca. Lalu, apa mereka semua boleh menjadi "kesal" sama orang tuanya?

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(QS. Luqman 31:14)

Ada ribuan sahabat Nabi SAW yang menjadi hafiz Quran. Tapi mereka dan orang tuanya tidak bersekolah, bahkan bisa menjadi hafiz tetapi juga buta huruf. Mereka menghafal dari mendengar dan mengulangi ayat-ayatnya, bukan dari "membaca". Apa kondisi hidup mereka semua mereka sulit, dan mereka merasa pusing, disebabkan para ibunya tidak bersekolah dan tidak membaca?

153. Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(QS. Al Baqarah 2:153)

Yang anda alami sebenarnya bukan suatu "masalah dengan ibu" yang perlu dikoreksi, tapi yang anda alami adalah suatu "masalah dengan tingkat kesabaran anda" dan itu yang sebaiknya dikoreksi. Yang ditanyakan kepada ibu (dan kita semua) di akhirat adalah amal ibadahnya, akhlaknya, dan perbuatannya! Tidak ditanyakan apakah sering baca buku dan punya pendapat yang paling benar. Tidak ditanyakan apakah bersekolah. Tidak ditanyakan apakah sudah cerdas. Yang ditanyakan adalah keimanan dan ibadah.

Selama ibu anda beriman dan bertaqwa, bukan "orang jahat", tidak menciptakan masalah serius (misalnya, sering memfitnah tetangga), dan sebagainya, maka insya Allah tidak ada masalah yang besar. Bersabar saja. Nasihati secara baik, lalu membiarkan ibu ambil keputusan sendiri. Ibu sudah membesarkan anda, betul? Apakah anda menjadi orang yang baik atau bejat? Kalau anda baik, dan anda merupakan hasil dari pembinaan ibu, maka ibu anda tidak sepenuhnya "bermasalah" dan terbukti ada hasil baik, berdasarkan pengalaman hidup, tanpa buku. Betul?

Akhlak, wawasan, akal, dan hati yang bijaksana tidak berasal dari sekolah dan bacaan saja. Banyak orang justru dapat dari pengalaman hidup. (Dan ada yang tidak.) Jadi bersabar saja. Berusaha memberikan pengarahan, dan kalau ibu tidak terima, biarkan saja. Semua orang berhak mengatur kehidupannya sendiri dan harus bertanggung jawab sendiri. Mau untung atau rugi, urusan mereka. Tidak bisa dipaksa.

Coba juga memikirkan begitu banyak orang yang tidak punya ibu, menjadi yatim piatu, atau ibunya baru wafat. Mereka akan siap tukar seluruh hartanya kalau bisa dapat pelukan ibu sekali saja. Jadi sebaiknya anda bersyukur, dan bersabar, dan tidak ingin memaksa ibu menjadi "sempurna". Tidak ada manusia yang sempurna. Jadi kenapa mau "memperbaiki" ibu padahal belum tentu anda sendiri sudah baik? Mungkin banyak orang juga komplain tentang anda, dan inginkan anda berhenti melakukan ABCD yang mereka menilai buruk, tapi anda tidak peduli. Betul?

Nasihati. Bersabar. Bersyukur. Lalu biarkan ibu. Dunia ini singkat. Jangan habiskan waktu anda dengan komplain tentang Ibu. Bersyukur punya ibu, dan nikmati semua kebaikan darinya daripada sibuk mencari kekurangannya.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...