Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (562) islam (543) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (10) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (37) renungan (169) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (6) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)
Showing posts with label orang tua. Show all posts
Showing posts with label orang tua. Show all posts

21 December, 2023

Anak SD-SMP Yang Diizinkan Main Medsos Bisa Alami Bahaya Besar

Berapa banyak orang tua belum sadar? Media sosial dan HP sangat BERBAHAYA bagi anak SD. Dalam kasus baru di Bandung, seorang anak perempuan berusia 12 tahun terbiasa pakai HP dan medsos. Ketika ada keributan di rumah, dia pergi bersama seorang "kenalan medsos" yang ternyata seorang pemuda laki-laki berusia 18 tahun. Lalu anak itu menghilang. Ternyata, dibawa pergi oleh pemuda itu, diperkosa, lalu diperkosa temannya, lalu kedua pemuda itu MENJUAL anak perempuan tersebut kepada 20 pria dewasa yang lain, lewat medsos juga.

Anak yang dilaporkan "hilang" oleh orang tuanya ternyata sudah diperkosa 22 pria sebelum ditemukan polisi di dalam sebuah apartemen. Tetapi ini bisa dikatakan "akhir yang baik". Seringkali dalam kasus serupa, anak SD dan SMP dilaporkan hilang, setelah pergi dan bertemu "kenalan medsos", tetapi ternyata anak itu diperkosa dan juga dibunuh. Jadi orang tua terima mayatnya saja.

Kalau anda punya anak SD dan SMP, jangan izinkan mereka bermain medsos. Kalau mereka mengatakan "semua teman mereka pakai", minta mereka melakukan kajian sendiri di internet, dan berikan kepada orang tua artikel yang membuktikan manfaat yang besar dan sisi positif dari media sosial bagi anak. Biarkan mereka mencari dan membaca sendiri, lalu jelaskan hasilnya. Yang akan ditemukan adalah ribuan artikel yang buktikan bahayanya medsos dan HP bagi anak. Kalau anak perlu HP agar bisa dihubungi, kasih Nokia lama yang hanya bisa terima telfon dan SMS saja.

Kalau anak sudah di SMA, boleh diajarkan menggunakan HP dan medsos, tetapi masih perlu pengawasan agar pergaulan mereka tidak masuk kategori buruk. Orang tua harus selalu waspada dan memantau. Jangan berikan HP dan kebebasan menggunakan medsos dan internet kepada anak SD dan SMP. Memberikan HP kepada anak SD setara dengan membawa anak ke pasar, dan minta para pria yang duduk di situ untuk "berkenalan" dengan anak tersebut, lalu ditinggalkan bersama mereka. Tentu saja orang tua tidak mau melakukan itu. Tapi anak yang bisa akses medsos lewat HP melakukan hal serupa, hanya saja semuanya online daripada datang ke pasar sendiri. Pria yang tidak dikenal itu berbahaya bagi anak SD. Tidak penting ketemu langsung di pasar atau lewat medsos. Orang tua harus waspada. Semoga bermanfaat.
-Gene Netto

Hilang 3 Pekan, Siswi Kelas 6 SD di Bandung Ternyata Dijual 2 Pelaku ke 20 Pria Hidung Belang
https://www.beritasatu.com

18 December, 2023

Kenapa Banyak Guru Mau Atur Ukuran Rambut Anak Laki-laki?

Assalamu’alaikum wr.wb. Saya pernah diskusi dengan banyak guru tentang persoalan memotong rambut anak laki-laki secara paksa dengan cara jelek agar menimbulkan efek jera. Saya bertanya kenapa rambut anak laki-laki perlu dipotong oleh gurunya (tapi rambut perempuan tidak), lalu mereka menjawab. Setelah jawaban pertama itu dibuktikan salah, jawaban mereka berubah. Jawaban itu juga saya buktikan salah, jadi jawaban mereka berubah lagi. Dan hal yang sama terulang berkali-kali sampai saya mencatat semua jawaban mereka. Ini sebagian dari contohnya.

Rambut anak laki-laki harus dipotong secara paksa oleh gurunya, karena rambutnya harus pendek sejak usia 7 tahun dengan alasan:

•    Tidak sopan kalau panjang
•    Diminta oleh masyarakat
•    Diminta oleh orang tua
•    Ini masalah pendidikan (hanya untuk laki-laki)
•    Ini masalah kerapian (hanya untuk laki-laki)
•    Ini masalah kesehatan (hanya untuk laki-laki)
•    Rambut panjang akan membuat kepala terasa berat dan panas (hanya untuk laki-laki)
•    Harus mematuhi norma hukum masyarakat
•    Ada aturan tidak tertulis di masyarakat
•    Ada aturan tertulis di sekolah
•    Harus belajar mematuhi aturan
•    Guru terpaksa mengikuti aturan sekolah
•    Aturan sekolah tidak boleh diubah atau dihapus
•    Harus membentuk sikap dan perilaku
•    Harus menjadi suatu pembiasaan
•    Tidak bisa dapat pekerjaan kalau rambutnya panjang
•    Mulai potong rambut di usia 18 tahun tidak bisa (harus sejak dini)
•    Bahaya kalau bekerja di pabrik nanti
•    Harus disiapkan kerja di pabrik atau perusahaan sejak usia 7 tahun
•    Masyarakat menilai kompetensi seseorang dari ukuran rambutnya
•    Dan seterusnya

Memaksa anak patuh pada "aturan" rambut tersebut memberikan rasa "berkuasa" kepada banyak guru, dan membuat mereka merasa "ditakuti dan dihormati" walaupun didapatkan secara terpaksa. Jadi mereka teruskan sistem itu karena inginkan siswa takut dan patuh terhadap guru dalam segala hal. Ini hanya salah satu caranya guru memaksakan kehendaknya terhadap anak, agar guru-guru itu merasa puas secara batin. Banyak sekali guru Indonesia "gila hormat". Kalau mengajar anak dengan sikap baik hati dan ramah, dan menjadi sahabat dan mitra bagi semua anak, sangat jelas para guru itu akan dihormati oleh hampir semua muridnya, tanpa perlu dipaksa. Tapi bagi banyak guru, "kemungkinan besar akan dihormati" nanti tidak cukup. Harus dipaksakan sejak awal!

Tidak ada hubungan antara ukuran rambut dan pendidikan. Kalau ada, perempuan akan bodoh semua (karena rambutnya panjang). Ini hanya kebiasaan nasional yang dilestarikan sejak keadaan Petrus (Pembunuhan Misterius) pada tahun 80-90an. (Sebelumnya, banyak siswa laki-laki punya rambut panjang, dan ada bukti dari foto-foto lama.) Tetapi banyak guru merasa urusan rambut siswa itu berikan mereka kesempatan untuk menunjukkan kekuasaannya, dan memaksa semua siswa taati dan hormati mereka.

Fungsi seorang guru BUKAN untuk abaikan pendapat orang tua dan anak, dan memaksa semua anak siap kerja di pabrik setelah usia SD. Kalau ada guru yang berpikir begitu, maka mereka sudah gagal memahami fungsinya menjadi guru. Para guru tidak tahu setiap anak akan kerja di mana pada masa depan. Saya sudah bicara langsung dengan banyak manajer, direktur, pemilik perusahaan, orang HRD, anggota DPR, Menteri, ribuan orang tua, dll. Ketika mereka komplain tentang kualitas SDM di Indonesia, tidak ada satupun yang menyatakan "banyak anak punya ukuran rambut 6cm jadi mustahil dapat pekerjaan." Tidak ada yang mengeluh bahwa rambut anak perlu dipotong secara paksa agar anak itu bisa menjadi karyawan berkualitas di kemudian hari.  

Tetapi yang dijelaskan adalah begitu banyak anak yang tidak bisa menulis dengan baik, tidak bisa baca, tidak bisa memahami perintah dan petunjuk, tidak bisa kerja secara mandiri, malas, curang, tidak jujur, mencuri, dll. Sama sekali tidak ada yang membahas kesulitan mengatur ukuran rambut karyawan. Jadi kenapa begitu banyak guru sekolah merasa ada kewajiban besar memotong rambut anak secara paksa dengan cara jelek agar anak "siap kerja" dan menjadi bagian dari masyarakat? Para orang tua dan pemimpin di bidang pendidikan perlu bersatu untuk mengakhiri kebiasaan buruk ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto


02 August, 2023

Kenapa Anak Harus Patuh?

[Pertanyaan]: Assalamu’alaikum. Anak zaman dulu selalu patuh, sehingga enak diajar dan mudah diatur. Sekarang banyak anak tidak patuh, jadi banyak orang tua dan guru komplain. Bukannya anak yang patuh lebih baik?

[Gene]: Wa alaikum salam wr.wb. Dulu, kebanyakan anak memang patuh pada orang tua, guru, dan kepala sekolah. Ketika dewasa, patuh pada bupati, walikota dan pemerintah. Patuh pada perintah pilih Golkar. Patuh pada atasan yang suruh korupsi berjemaah. Patuh pada bos yang suruh kerja berjam-jam dengan gaji yang buruk. Anak zaman dulu patuh terus, dan ketika menjadi dewasa, berharap anaknya patuh juga.

Dan oleh karena itu, ketika negara lain sudah maju dan bisa kirim robot penjelajah ke planet Mars, rakyat Indonesia masih diajarkan untuk patuh. Ada pilihan ABCD dalam ujian daripada boleh menulis jawaban sendiri. "Jawaban yang benar" sudah dimiliki guru! Ditanya, "Ikan tinggal di mana?" lalu hanya jawaban "laut" yang diterima (sungai dan kolam dinilai salah). Patuh saja. Tetapi mungkin sikap itu yang perlu dipikirkan kembali, kalau mau maju.

Hampir semua perubahan besar di dunia berasal dari orang yang tidak patuh. Semua Nabi Allah tidak patuh pada kemauan masyarakatnya. Sukarno tidak patuh pada Belanda. Nelson Mandela di Afrika Selatan tidak patuh pada sistem Apartheid dan masuk penjara 27 tahun. Martin Luther King di Amerika tidak patuh pada aturan diskriminasi dan berjuang untuk dapat hak sipil.

Ilmuwan Alan Turing tidak patuh ketika dikatakan mesin Enigma yang dipakai Nazi untuk ciptakan kode rahasia tidak bisa dipecahkan. Turing menciptakan komputer pertama di dunia, pecahkan kode rahasia Jerman, dan akhiri Perang Dunia II lebih cepat. Bill Gates tidak patuh ketika dikatakan hanya sedikit orang yang mau pakai komputer, karena sulit dipahami, sulit dipakai, dan tidak bisa jual. Gates menciptakan Operating System (OS) dan mengubah dunia dengan Microsoft.

Steve Jobs tidak patuh ketika dikatakan rakyat tidak mau pakai "komputer pribadi" di rumah. Dia mengubah dunia dengan menciptakan komputer Apple, iPhone dan iPad. Sekarang kita pakai komputer di luar kantor terus, bahkan bawa komputer kecil (yaitu HP) sepanjang hari.  Dan ada banyak contoh yang lain.

Kadang, anak harus "patuh". Disuruh makan, mandi, shalat, jangan pukul adik, jangan main korek api, dsb. Tapi itu "patuh" di mana orang tua punya tugas "mendidik, mengawasi, dan meluruskan". Harus patuh karena orang tua lebih tahu. Tetapi patuh karena disuruh orang tua berbuat yang benar, dan patuh karena orang tua, guru, atau pemerintah tidak mau terima pendapat yang lain adalah perkara yang berbeda.

Dalam seratus tahun terakhir, ada ribuan manusia yang tidak mau patuh karena mereka ingin memperbaiki dunia. Di Indonesia, banyak orang tua dan guru malah berharap anak selalu patuh, tidak banyak bertanya, dan tidak berani berbeda pendapat, hanya supaya lebih mudah diatur. Hasilnya, anak dikasih ujian ABCD karena hanya guru yang boleh tahu jawaban yang "benar", dan anak harus PATUH.

100. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang YANG TIDAK MEMPERGUNAKAN AKALNYA.
(QS. Yunus 10:100)

Allah wajibkan kita pakai akal untuk mencari ilmu. Tapi banyak guru dan orang tua tidak suka kalau anak pakai akalnya. Jadi untuk apa Allah kasih akal? Kita harus menunggu berapa lama sampai orang tua dan guru siap berubah, dan penemuan dan kemajuan terbaik di dunia bisa berasal dari Indonesia? Atau apakah anda lebih mau dapat anak yang "patuh" saja selama seratus tahun lagi? Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

21 December, 2022

Sebuah Studi Menunjukkan Bahwa Anak Tidur Lebih Nyenyak Ketika Mereka Memiliki Rutinitas Tidur Setiap Malam

Sebuah studi yang libatkan 10 ribu ibu dari 14 negara menunjukkan manfaat yang besar bagi anak yang punya rutinitas tidur yang sama setiap malam, pada waktu yang sama. Anak yang diwajibkan tidur jam 9 malam dengan rutinitas yang sama, tidur lebih cepat, lebih jarang bangun di tengah malam, dan tidur untuk durasi yang lebih lama. Secara rata-rata, anak seperti itu tidur 1 jam lebih lama dibandingkan anak yang jam tidurnya acak dan tidak pakai rutinitas. Anak yang pakai rutinitas juga alami lebih sedikit gangguan terkait tidurnya, dan perilakunya di siang hari menjadi lebih baik.

Pemimpin studi itu, Jodi Mindell PhD, profesor psikologi di Saint Joseph's University, menyatakan bahwa rutinitas jam tidur itu sangat menolong orang tua yang ingin cepat tidurkan anak, dan juga dapat hasil kualitas tidur anak sepanjang malam menjadi lebih baik. Rutinitas tidur yang positif juga bisa manfaatkan beberapa kegiatan yang menyenangkan bagi anak, seperti mandi dengan air panas, gosok gigi, pakai piyama (baju tidur), diajak diskusi, dan dibacakan buku oleh orang tuanya. Satu hal lagi yang ditemukan dalam studi ini adalah efek dari rutinitas tidur adalah universal. Di semua negara, dengan budaya yang berbeda, rutinitas tidur membawa hasil positif yang sama bagi anak.

Study Shows That Children Sleep Better When They Have A Nightly Bedtime Routine
Study is the first to show dose-dependent relationship between bedtime routines and better sleep outcomes. American Academy of Sleep Medicine
https://www.eurekalert.org/news-releases/796007

Baca juga:
The 7 Reasons Your Kid Needs Sleep
https://www.parents.com

01 August, 2021

Bapak Membuat Robot Yang Membantu Anaknya Yang Lumpuh Jalan Kaki

Seorang anak di Perancis lahir dalam kondisi lumpuh dan harus pakai kursi roda. Bapaknya seorang insinyur robotika. Anak itu bertanya kepada bapaknya, "Kenapa tidak membuat robot yang bisa bantu saya jalan kaki?!" Bapaknya merenung, lalu mendirikan PT baru dan mulai membuat desain robot khusus untuk orang lumpuh, yang bantu mereka jalan kaki. Di saat ini, masih dalam tahap perkembangan, jadi bentuknya masih besar dan mahal. Tapi prinsipnya sudah terbukti berhasil, dan beberapa rumah sakit sudah beli.

Kasih sayang dari seorang bapak terhadap anaknya bisa luar biasa. Tetapi banyak orang tua malah sibuk menjadi pemarah dan sering menegur anaknya. Mereka lupa bahwa anak adalah rahmat dan amanah dari Allah, sehingga mereka lupa untuk banyak bersyukur. Setiap hari ada kewajiban menyayangi anak, mendidik dan membinanya, dan juga perlu bersyukur kepada Allah SWT kalau anaknya SEHAT, cerdas, mulia dan beriman kepada Allah. Jangan hanya menegur dan marahi terus, hanya karena PR-nya belum dikerjakan! Bersyukur kalau punya anak yang mampu bersekolah dan bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi umat manusia. Tidak ada anak yang terancam masuk neraka karena PR-nya belum selesai, atau kamarnya belum dirapikan. Utamakan kasih sayang, dan insya Allah anak anda akan menjadi baik sendiri. Hanya perlu bersabar saja.
-Gene Netto

Video: Dad Builds Robotic Exoskeleton To Help Son Walk
https://www.bbc.com

24 March, 2020

Diskusi Dengan Pemuda Yang Murtad Karena Tidak Merasakan Kasih Sayang Orang Tua

Assalamu’alaikum wr.wb. Saya pernah diskusi dengan seorang pemuda yang murtad dan menjadi Kristen sejak SMP. Seperti biasa, masalahnya mulai dari hatinya sendiri karena dia tidak merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Diajarkan shalat dan ngaji, tapi tidak dipeluk atau dicium. Dalam hampir semua kasus anak murtad yang saya tahu, ada masalah emosional atau masalah keluarga.

Lalu juga ada mimpi aneh terkait agama Kristen, jadi dia makin utamakan perasaan hati di atas akal yang sehat. Untuk membuat dia berpikir, saya bahas contoh Iblis. Diperintahkan sujud kepada Nabi Adam, tapi Iblis menolak. Secara logis, apa ruginya sujud sejenak? Tapi Iblis lebih mau ikuti perasaan hatinya daripada gunakan akal yang sehat. Hasilnya, dia dilaknat sepanjang zaman.

Dari kisah itu ada pelajaran. Kalau seseorang meragukan Islam disebabkan perasaan hati atau mimpi, dia perlu berpikir dengan akal yang sehat dan diskusi dengan orang tua atau guru agama, dan belajar Islam lebih dalam untuk mencari penjelasan. Tapi pemuda ini malah merenung sendiri, diajak ke gereja oleh teman, dirangkul sama misionaris yang limpahkan perhatian, jadi dia murtad karena akhirnya dapatkan kasih sayang yang dia butuhkan di dalam pelukan misionaris.

Anehnya, ketika dia diajak ketemu saya setelah menjadi Kristen 10 tahun secara rahasia, dia masih mau. Berarti masih ada keraguan di dalam hatinya. Saya tekankan bahwa dia harus mulai menggunakan akal yang sehat lagi. Kami bahas perbedaan antara ajaran Islam dan Kristen selama beberapa jam. Ketika saya mau pergi shalat dzuhur, tiba-tiba dia mau ikut, jadi dia shalat bersama saya. Lalu saya ajarkan dia untuk berdoa dan mohon petunjuk dari Allah terhadap agama mana yang benar menurut Allah. Kalau dia mau berpikir dengan akal yang sehat, insya Allah dia akan menjadi yakin pada Islam lagi.

Semoga pengalaman ini bisa menjadi pelajaran bagi para orang tua. Anak yang dianggap "bermasalah" hampir selalu ada hubungan dengan keluarganya! Pelajaran dasar agama Islam diberikan (shalat dan ngaji), tapi kasih sayang belum tentu! Jadi solusinya adalah orang tua Muslim perlu belajar caranya menjaga kesehatan emosional anak, dengan banyak peluk, mencium, dan bercanda dengan anak, dan selalu tanya tentang pemikiran mereka. Orang tua harus berusaha menjadi sahabat anak, dan menjadi tempat mereka bertanya, tanpa rasa takut akan dimarahi. Dan kalau dilakukan, insya Allah semua anak Muslim akan dapat keimanan yang kuat karena hal itu terikat dengan kasih sayang orang tuanya.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...