Assalamu’alaikum wr.wb. Saya baru selesai ketik jawaban untuk puluhan pertanyaan dari muallaf asing. Kadang saya bingung dengan banyak "muallaf". Mereka (kebanyakan) masuk Islam untuk menikah, tetapi sesudahnya, menunjukkan sikap malas belajar, banyak protes, dan tidak punya waktu untuk mencari informasi di Google saja. Niat belajarnya kecil, semangatnya rendah. Sudah dapat istri yang diinginkan, jadi cuek saja terhadap Allah Rasulullah SAW, Al Quran, dan Islam. Lalu berharap orang lain akan kasih jawaban yang mudah kepadanya terus, agar tidak perlu capek mencari info sendiri. Dan setelah dikasih jawaban, tetap saja berprotes terus, dan inginkan Islam yang "berbeda" yang mereka menilai "lebih mudah". Sudah dikasih nikmat dalam kesempatan menjadi Muslim, dapat keselamatan di dunia dan akhirat, dan diampuni seluruh dosanya, tetap saja malas belajar. Tidak ada rasa bersyukur kepada Allah.
Saya jadi ingat sebuah kisah dari salah satu guru saya ketika dirinya masih remaja. Dia sering pergi ke kampung di daerah, jalan kaki naik gunung, di tengah malam, tanpa senter, dan hanya ada sekotak korek api saja untuk berikan cahaya, hanya untuk mencapai pesantren kecil dan gurunya yang tinggal di situ. Lalu belajar semalaman, tidur di lantai, makan telur dan sedikit nasi, turun gunung, kembali ke kota, dan Senin pagi masuk sekolah seperti biasa. Sangat berbeda pengalamannya antara orang yang ingin menuntut ilmu jadi mereka semangat dan berusaha terus, dan orang lain yang inginkan ilmu disajikan kepadanya, dengan cara yang mereka tentukan sendiri, sambil diprotes, sampai merasa puas. Lalu mereka bertanya dan protes lagi tentang topik yang berbeda. Selama beberapa tahun. Tetapi di depan umum, mengaku "Muslim".
Saya juga bingung dengan para bapak yang izinkan anak perempuannya menikah dengan pria seperti itu. Dan lebih bingung lagi dengan para perempuan yang siap terima suami seperti itu, dan YAKIN bahwa suami akan berubah setelah menikah, dan menjadi serius belajar tentang Islam. Rata-rata, para suami itu tidak pernah menjadi serius, dan setelah 3-5 tahun, sang istri menyesal dan mulai memikirkan perceraian. Lalu masih bertahan untuk 10 tahun lagi, dan tetap berharap suaminya akan berubah... Lalu ketemu saya, dan minta saya jelaskan Islam kepada suaminya (setelah sudah menikah 10-15 tahun) dan saya diminta "memperbaiki" pria itu dan membujuk dia menjadi serius terhadap Islam, karena istri baru sadar merupakan masalah besar di dunia dan akhirat. Banyak anak menolak shalat karena bapaknya sendiri tidak shalat. Ibunya yang menjadi pusing.
Dunia ini penuh dengan Muslim yang baik dan beriman, tetapi ada golongan perempuan yang mencari dan menerima muallaf, dan tidak peduli kalau agamanya sangat lemah pada saat menikah. Daripada menunggu agar pria itu dikasih waktu belajar dan memperbaiki diri sebelum menikah, selalu "sangat yakin" orang itu akan berubah setelah menikah jadi tidak perlu menunggu. Dan hampir tidak pernah terjadi. Makanya saya dapat kasus terus, karena jumlah perempuan seperti itu cukup besar. Sayangnya. Dan jumlah bapak yang siap izinkan anaknya menikah dengan pria yang agamanya lemah juga banyak. Sayangnya.
Kalau ada teman atau saudara yang hendak melakukan itu, suruh mereka konsultasi kepada saya SEBELUM menikah. Kalau sudah menikah 15 tahun, dan anaknya murtad, belum tentu saya bisa bantu. Lebih mudah mencegah kebakaran daripada minta rumah "diperbaiki" setelah terbakar habis.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Search This Blog
Labels
21 May, 2024
Bingung Dengan Muallaf Yang Tidak Serius Belajar Agama Islam
25 November, 2022
Istri Belum Setrika Baju Suami, Dilarang Pergi Ke Rumah Orang Tua?
[Pertanyaan]: Assamualaikum pak ustadz Gene Netto, Apakah saya berdosa jika saya melarang istri saya main ke rumah ortunya jika urusan rumah tangga seperti menyetrika dan memasak dalam satu hari belum tuntaskan. Kalau dituntaskan dahulu saya tidak melarang istri saya main ke rumah ortunya.
[Jawaban]: Wa alaikum salam wr.wb. Cukup kita bahas kalimat ini saja: "…jika urusan rumah tangga seperti menyetrika dan memasak belum dituntaskan." Apakah di dalam Akad Nikah dulu, ada janji bahwa istri wajib masak dan menyetrika baju? Apakah bapaknya mengatakan: "Saya nikahkan anak saya, dengan mas kawin 10gm emas, dan jaminan anak saya akan masak, cuci baju, setrika, buang sampah, menyapu, mengepel, bersihkan sepatu, dan siap layani semua urusan rumah tangga dari A-Z agar suami bisa duduk manis dan nonton bola sepuasnya, tanpa perlu kerja sedikitpun!"
Ada jaminan seperti itu dalam akad nikah? Tidak? Kenapa anda anggap semua itu "tugas istri dalam pernikahan"? Apa ada ayat Al-Qur'an yang menyatakan "Masak adalah tugas istri"? Tidak? Kenapa anda anggap itu "tugas istri"? Koki-koki terkemuka di dunia adalah laki-laki semua! Di banyak negara, ada suami yang pulang dan masak bagi keluarganya karena istrinya capek setelah menjaga 3 anak balita. Banyak suami dan istri melakukan tugas rumah tangga secara bergantian atau dikerjakan berdua.
Mungkin ketika menikah, anda merasa sudah menikah dengan "pembantu rumah tangga". Segitu rendah pandangan anda terhadap istri? Anda melihat istri yang mencintai anda, dan menjadi ibu dari anak anda, lalu anda berpikir, "Pembantu rumah tangga saya mau ke rumah orang tuanya tapi belum setrika baju! Kurang ajar!" Coba baca hadits di bawah ini tentang pembantu dan merenung. Ini sikap seorang Muslim terhadap pembantunya! Pembantu saja harus dibantu ketika kerjakan tugas rumah tangga. Apalagi istri!!
Rasulullah SAW bersabda, "Pelayan-pelayanmu adalah saudara-saudaramu. Allah menjadikan mereka bernaung di bawah kekuasaanmu. Barangsiapa saudaranya yang berada di bawah naungan kekuasaannya hendaklah mereka diberi makan serupa dengan yang dia makan dan diberi pakaian serupa dengan yang dia pakai. Janganlah membebani mereka dengan pekerjaan yang tidak dapat mereka tunaikan. Jika kamu memaksakan suatu pekerjaan hendaklah kamu ikut membantu mereka." (HR. Bukhari)
Mohon maaf, tapi pola pikir anda yang samakan istri dan pembantu rumah tangga (karyawan yang dibayar) sangat keliru dan jauh dari contoh mulia Rasulullah SAW. Apakah istri anda tidak lebih dari itu dalam hati anda? Coba membangun komunikasi berkualitas dengan istri. Minta tolong kepadanya untuk masak dulu (kalau anda capek), dan jangan menuntut! Dan anda juga bisa belajar masak! Mungkin istri anda akan tambah sayang kepada anda, kalau anda juga masak, cuci piring, cuci baju, setrika, sapu lantai, dan kerjakan tugas rumah tangga yang lain.
Kalau berhenti melihat istri anda sebagai "karyawan" (pembantu), tetapi melihatnya sebagai pasangan idaman bagi anda, mungkin hubungan anda akan tambah baik. Dan melarang istri bertemu orang tuanya merupakan tindakan yang tidak mulia dan tidak ada landasan agamanya. Coba sebaliknya, dan malah suruh dia sering ketemu orang tuanya. Insya Allah dari kemuliaan itu, pernikahan anda akan dilimpahkan rahmat Allah yang sangat luas. Tolong pikir kembali. Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
-Gene Netto
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Kaum mukmin yang paling sempurna keimanannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian ialah yang terbaik kepada istri-istrinya." (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)
Dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian kepada keluargaku." (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dari al-Aswad, ia mengatakan, "Aku bertanya kepada 'Aisyah ra., 'Apa yang diperbuat Nabi SAW dalam keluarganya?' Ia menjawab, 'Beliau membantu istrinya lalu ketika waktu shalat telah tiba, maka beliau beranjak untuk menunaikan shalat.'" (HR. Bukhari At-Tirmidzi, dan Ahmad)
Dari 'Urwah, ia menuturkan: "Seseorang bertanya kepada 'Aisyah, 'Apakah Rasulullah SAW mengerjakan sesuatu di rumahnya?' Ia menjawab, 'Ya, beliau menambal sandalnya, menjahit bajunya, dan bekerja di rumahnya sebagaimana salah seorang dari kalian berbuat di rumahnya.'" (HR. Al-Bukhari, At-Tirmidzi, dan Ahmad)
13 February, 2021
Istri Bantu Suami Perkosa Rekan Kerja, Diancam Diceraikan jika Tak Menurut
Salah satu hal yang paling ditakuti para istri Indonesia adalah ancaman "diceraikan oleh suami". Termasuk nasib yang paling buruk dan memalukan. Hampir dijamin akan menjadi bahan gosip dan sindiran semua saudara, teman, dan tetangga. Kenapa tidak menjadi istri yang baik? Kenapa tidak layani suami terus sampai suami puas? Kalau sudah jadi istri yang benar, tidak mungkin suaminya mau berdosa dengan perempuan lain, apalagi ceraikan istri. Pasti si istri yang salah.
Jadi di dalam konteks kehidupan "normal" itu yang penuh dengan penekanan sosial, ada sebagian istri yang sampai menjadi "gila" dan siap taat dengan apapun yang dinginkan suaminya, setelah diancam akan diceraikan kalau tidak nurut. Mau perkosa anak kandung sendiri atau anak tiri? Mau perkosa rekan kerja? Mau cabuli beberapa anak tetangga? Istri siap diam, bahkan siap membantu, asal tidak diceraikan.
Kondisi ini muncul terus karena nyaris tidak ada dukungan bagi para istri yang merasa perlu berpisah dengan suaminya. Jangankan bantuan dana, nafkah hidup untuk anak, atau tempat tinggal, dukungan moral secara lisan saja seringkali tidak ada. Malah dikecam dan disalahkan terus, dan disuruh "memperbaiki diri" agar bisa diterima kembali oleh suami. Hasilnya adalah banyak sekali orang dirugikan. Dan dalam kondisi paling parah seperti di berita ini, seorang istri bisa sampai "gila" dan tidak wajar dalam "mendukung" kejahatan suaminya terhadap orang lain, hanya karena takut diceraikan. Kasus buruk seperti ini akan muncul terus selama rakyat Indonesia, khususnya umat Islam, selalu sibuk menyalahkan perempuan.
-Gene Netto
Istri Bantu Suami Perkosa Rekan Kerja, Diancam Diceraikan jika Tak Menurut
PADANG, KOMPAS.com - Seorang perempuan berinisial N di Bukittinggi Sumatera Barat membantu suaminya yang berinisial AF melakukan pemerkosaan terhadap S. pelaku AF dan korban merupakan rekan kerja di salah satu toko di Bukittinggi.
https://regional.kompas.com
Ini Penampakan Suami-Istri Tersangka Pemerkosa Wanita di Sumbar
https://news.detik.com
26 March, 2020
Pernikahan Menjadi Sederhana Dan Murah? Alhamdulillah. Terima Kasih Corona!
Biaya pernikahan cukup 500 ribu sampai 3 juta. Dana yang dihemat sebanyak 200-500 juta bisa dipakai untuk menyantuni anak yatim, dan untuk kepentingan masa depan suami-isteri itu. Proses pernikahan menjadi penuh rahmat Allah, karena hemat biaya, penuh sedekah bagi yatim dan dhuafa, dan jauh dari sifat gensi dan pamer. Hiduplah pernikahan versi Corona! Semoga umat Islam bisa berubah dan tidak lagi bersaing untuk habiskan uang sebanyak mungkin dalam 1 pesta. Kalau punya ratusan juta rupiah dan benar2 mau dihabiskan dalam 1 hari, kasih kepada untuk anak yatim saja. Cari pujian dari Allah SWT dan para malaikat, dan bukan dari manusia.
-Gene Netto
Begini Cara Petugas KUA Menikahkan Calon Pengantin Saat Corona Mewabah
https://news.detik.com
10 February, 2020
Jarak Sekolah yang Jauh Ternyata Pengaruhi Angka Perkawinan Anak
Kalau pemerintah mau atasi masalah kependudukan dan pernikahan anak, maka ada solusi yang jelas: jaminan pendidikan gratis dan pembangunan sekolah baru untuk memastikan semua anak perempuan bisa lulus SMA. Di semua negara di mana anak perempuan bisa lulus SMA, dan banyak yang bisa kuliah, pernikahan dini tidak menjadi masalah dan juga tidak ada masalah kependudukan. Ini terjadi karena perempuan belajar dulu, menikah di usia lebih tua, dan punya sedikit anak, dan anaknya juga diberikan kualitas hidup yang lebih tinggi.
-Gene Netoo
Duh, Jarak Sekolah yang Jauh Ternyata Pengaruhi Angka Perkawinan Anak
https://www.suara.com
22 July, 2019
Menjadi Muallaf Utk Menikah, Tapi Simbol Agama Lama Tetap Ada
[Gene]: Wa‘alaikumsalam wr.wb., Kebanyakan muallaf yang masuk Islam utk menikah, tidak menjadi serius di kemudian hari. Mungkin 90-95% begitu. Setelah 5-10 tahun, para isteri komplain ke orang seperti saya, dan minta saya mengajar Islam kepada suaminya, tapi suaminya tidak mau belajar. Sudah dapat isteri, jadi Islam tidak penting bagi dia.
Ibaratnya begini: Anda mau belajar bahasa Inggris selama 2 tahun, utk kerja di luar negeri 5 tahun, utk dapat uang, utk buka usaha di sini. Anda semangat belajar bahasa Inggris karena tujuan buka usaha itu. Tiba2 saudara kaya berikan uang utk buka usaha. Masih mau belajar bahasa Inggris dan kerja di luar negeri dulu? Padahal sudah menjadi pemilik bisnis dan sudah kaya!
Cita2 sudah tercapai, jadi tidak perlu peduli lagi pada pelajaran bahasa Inggris. Bisa ditinggalkan. Begitu juga kebanyakan orang yang masuk Islam hanya utk menikah. Mereka bersyahadat, akad nikah, lalu sudah dapat isteri. Buat apa belajar Islam lagi? Cita2 sudah tercapai. Agama Islam dan baju adat hanya dibutuhkan utk satu hari saja.
Apa isteri akan ceraikan? Tentu saja tidak (walaupun mungkin mengancam). Isteri hanya akan komplain terus. Kalau sudah punya anak, isteri tidak akan berani bercerai dan hidup tanpa uang, hanya karena suami tidak shalat dan tidak peduli pada Islam. Jadi suami bisa cuek pada Islam. Aman! Jadi, hati-hati kl mau menikah dgn orang yang masuk Islam hanya utk menikah. Kebanyakan kasus tidak berakhir dgn baik. Biasanya, suami cuek pada Islam, anak2 tidak mau shalat karena bapaknya tidak shalat, dan isteri komplain terus.
Sebaiknya anda tinggalkan pria itu kalau dia tidak mau tinggalkan agama lamanya. Kenapa memaksakan diri harus menikah dgn dia? Apakah Allah dinilai "tidak sanggup" memberikan anda jodoh yang lebih cocok? Apa Allah Maha Lemah dan tidak mengerti ttg jodoh, pernikahan dan keluarga, sehingga anda terpaksa terima pria itu? Jangan bersikap begitu. Allah Maha Kuasa. Insya Allah ada jodoh yang lebih cocok bagi anda. Berserah diri kepada Allah, dan mohon yang terbaik dari Allah. Jangan berharap calon suami non-Muslim akan berubah, ketika dia jelas tidak mau.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto
09 June, 2019
Satu Dari Sepuluh Orang Di Inggris Punya Bapak Yang Bukan Bapak Sebenarnya
Menjadi perkara privasi bagi dokter sekarang, karena di satu sisi ada UU hak privasi yang mengatakan dokter tidak boleh berikan informasi medis kepada pihak lain. Tapi di sisi lain, kalau kita punya bapak yang "berbeda" dan mungkin punya saudara yang gennya sama dgn kita (dari bapak itu) tapi kita belum pernah kenal, apakah dokter harus memberi tahu?
Di dalam kasus2 ini, ada ibu yang tahu suaminya bukan bapak dari si anak itu (karena dia selingkuh), dan dalam kasus lain, ibu juga tidak tahu karena dia berhubungan dgn beberapa pria di waktu yg sama, lalu anggap si A adalah yang membuatnya hamil, padahal si B. Ini hasil dari perzinaan di negara2 barat, yang dianggap "bukan masalah" oleh mereka, karena tidak ada lagi pendirian agama yang kuat untuk menolak kebiasaan itu.
Semoga umat Islam terjaga terus agar tidak mengalami kondisi seperti ini.
-Gene Netto
Up To One In TEN Britons "Don't Know Who Their Real Father Is"
Health boss reveals shocking statistic from DNA tests for hereditary illness- and doctors DON'T reveal truth to patients.
Genetic tests are revealing one-in-10 people in the UK have a different father
Ian Cumming, chief executive of Health Education England, exposed the finding
Families currently are not told if a child has a different father
https://www.dailymail.co.uk
Mahasiswa Hamili Gadis di Bawah Umur, ternyata Adik Kandungnya
Seorang bapak menikah, punya anak, lalu tinggalkan keluarga pertama, menikah lagi, dan punya anak lagi. Lewat sekian tahun, anak dari pernikahan pertama kenal seorang perempuan lewat facebook. Dipaksa berhubungan, dan perempuan itu menjadi hamil. Setelah menjadi perkara polisi, baru ketahuan bapak perempuan itu juga bapak anak laki itu (beda ibu). Di Indonesia, isteri yang pertama bisa ditinggalkan begitu saja, dan seorang bapak tidak punya tanggung jawab utk membiaya kehidupan bagi anaknya sendiri, dan boleh putus hubungan secara mutlak kalau mau. Padahal setiap anak punya hak untuk mengenal anggota keluarganya, kakek neneknya, sepupunya, dsb.
Ketika ajaran Islam diabaikan, kerusakan muncul di tengah masyarakat.
-Gene Netto
Mahasiswa Hamili Gadis di Bawah Umur, ternyata Adik Kandungnya, Kenalan via Facebook
Kamis, 30 Mei 2019 17:37 TRIBUN-MEDAN.com - IN (21), seorang mahasiswa asal Maleber, Ciamis terpaksa harus mendekam di penjara karena dilaporkan ke polisi telah menghamili anak di bawah umur. “Selama ini mereka tidak pernah bertemu dan tidak pernah tahu kalau tersangka dan korban tersebut adik kakak, saudara kandung beda ibu," ujar AKBP Bismo Teguh Prakoso.
http://medan.tribunnews.com
05 February, 2019
Konsultasi: Bagaimana Hukum Menikahi Sepupu dalam Islam?
Pertanyaan : Ustadz, tetangga saya mau menikahi sepupunya (misan) tetapi setelah menjelang aqad nikah ternyata digagalkan karena katanya tidak boleh menikah dengan saudara sepupu yang ayahnya saudara dengan ayah calon istrinya karena jika tidak ada wali dia masih termasuk urutan yang bisa menjadi walinya. Bagaimana sebenarnya menurut islam ? - Ali,
Jawaban : Mas Ali yang budiman, wanita yang boleh dinikahi dan yang tidak boleh dinikahi dijelaskan dengan rinci di dalam Al- Qur,an surat al-Nisa’ ayat : 22 – 23, yang kalau kita klasifikasi ada yang haram untuk selamanya dan ada yang haramnya terbatas waktu.
Wanita yang haram dinikahi selamanya ada tiga :
1. Karena nasab, yang meliputi :
2. Ibu kandung, nenek sampai ke atas.
3. Anak puteri, cucu puteri sampai ke bawah.
4. Saudara perempuan kandung seayah atau seibu.
5. Bibik dari ayah atau dari ibu.
6. Keponakan dari saudara laki – laki atau perempuan.
Karena mushoharoh (besan), meliputi :
1. Ibu mertua, nenek mertua sampai ke atas.
2. Anak tiri, cucu tiri sampai ke bawah.
3. Menantu perempuan.
4. Ibu tiri.
Karena sesusuan (Rodlo’), meliputi :
1. Ibu yang menyusui, saudaranya, putrinya, dll.
2. Adapun wanita yang haram sementara karena suatu sebab, jika sebabnya itu sudah tidak ada maka wanita itu boleh dinikahi :
3. mengumpulkan dua wanita yang semahram ( dua bersaudara, keponakan, dan bibinya).
4. istri orang lain atau yang sedang dalam keadaan iddah.
5. mantan istrinya yang sudah dicerai tiga kali sehingga menikah dengan lelaki lain.
6. sedang dalam kedaan ihram haji atau umrah.
7. menikahi budak sedangkan dia mampu menikahi wanita merdeka.
8. wanita yang pernah berzina sehingga dia bertaubat.
9. wanita musyrikah sampai dia masuk islam.
(Fiqh al-Sunnah, Sayyid Sabiq: 2/85-96)
Mas Ali, dari penjelasan di atas sepupu tidak termasuk yang haram dinikahi baik haram sementara atau selamanya karena sepupu bukan termasuk mahram. Lebih tegas Syeikh Muhammad Khothib al-Syarbini menegaskan “ Haram menikahi wanita yang sekerabat kecuali yang termasuk anaknya paman atau anaknya bibi (sepupu) (al Iqna’: 2/109)
Kesimpulannya, wanita yang haram dinikahi dan yang boleh dinikahi dijelaskan rinci di dalam Al- Qur’an dan hadits, sepupu termasuk wanita yang boleh dinikahi. Maka tetangga Mas Ali seharusnya jangan digagalkan pernikahannya karena tidak ada unsur penghalang. Seharusnya sebelum bertindak merujuk terlebih dahulu ke syari’at Islam. Wallohu A’lam.
https://cholilnafis.com
23 November, 2018
Banyak Suami dan Isteri Kurang Berkualitas, Tapi Bisa Belajar di Mana?
Yang membuat saya heran adalah gambaran ttg suami dan isteri yang kurang berkualitas, yang tidak bisa diajak berkompromi, keras kepala, merasa selalu benar, merasa keluarganya lebih terhormat, atau lebih kaya, dan tidak mau buang2 waktu untuk pedulikan kondisi mertua. Baik suami maupun isteri ada yang bicara seperti itu. Sama2 dapat pasangan yang agungkan orang tua dan keluarga sendiri, dan menganggap rendah dan kurang bergengsi keluarga pasangan, padahal sama-sama Muslim. Kadang harta disebut2, kadang suku, kadang jabatan saudara, tapi polanya sama. Merasa diri lebih berharga. Apalagi ditambahkan komentar2 kasar ttg keluarga pasangan. Jadi walaupun belum lama menikah, satu pihak yg merasa kurang dihormati sudah memikirkan perceraian.
Saya ingin bertanya, “Kenapa menikah dgn orang yang kualitasnya rendah?” Tapi komentar begitu tidak bermanfaat, dan seringkali orang itu pernah berubah. Sebelum nikah super manis, setelah nikah tanduknya baru keluar. Jadi saya berpikir ttg kenapa ini terjadi terus dalam sekian banyak pernikahan? Sepertinya hanya ada satu masalah: Tidak ada tempat belajar menjadi suami-isteri!
Kalau mau bawa mobil, wajib belajar dan punya SIM karena mobil berbahaya dan bisa merusak kehidupan orang kalau ditabrak. Tetapi kalau mau menikah, dengan risiko bisa merusak kehidupan suami, isteri atau anak lewat pernikahan yg rusak, disuruh nikah saja dulu dan dianggap semua urusan akan beres sendiri nanti. Ternyata tidak. Banyak urusan muncul, dan suami-isteri itu sangat awam dan tidak pahami cara mengatasinya. Ini kegagalan pendidikan. Ada banyak ahli pendidikan dan guru agama di sini, tetapi tidak ada pendidikan sekolah ataupun progam nasional untuk BELAJAR menjadi orang tua berkualitas. Mungkin sudah waktunya kita memikirkan kualitas rumah tangga, dan program pendidikan parenting, sebelum tingkat perceraian tinggi menjadi hal yang sangat umum di Indonesia.
- Gene Netto
28 February, 2018
Tidak Tega Ceraikan Suami yang Berzina?
[Jawaban]: Wa alaikum salam wr.wb., Pertama, Ibu harus melakukan shalat istiqharah karena ini yang paling dibutuhkan dalam memutuskan perkara yang berat. Mohon petunjuk dari Allah, lebih baik cerai secepatnya, atau bertahan. Shalat berkali2 minggu ini, lalu berpikir sendiri, diskusi dengan keluarga, dan ambil keputusan setelah yakin terhadap keputusan itu. Dari pengalaman saya melakukan shalat istiqharah, dalam 1-2 hari sudah menjadi sangat yakin atas suatu keputusan.
Kedua, menurut pendapat saya, ibu sebaiknya segera bercerai. Dalam hukum Islam, seorang suami yang berzina dihukum mati dan ini dilaksanakan di zaman Rasulullah SAW. Jadi ini bukan perkara ringan spt bohongi tetangga dalam bisnis. Ini perkara besar, dosa besar, sampai dalam Islam dikenakan hukum mati.