Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)
Showing posts with label anak. Show all posts
Showing posts with label anak. Show all posts

07 September, 2024

Empat Anak Berusia 12, 12, 13, Dan 16 Tahun Menjadi Pemerkosa, Dan Bangga?

Assalamu’alaikum wr.wb. Seorang anak perempuan berusia 13 tahun ketemu teman laki-laki di jalan dan diajak pergi. Ada 3 anak laki-laki lain yang ikut. Anak perempuan itu dipegang oleh keempat anak remaja itu, dan mulutnya dibekap sampai dia tewas, lalu mayatnya diperkosa secara bergilir (disangka pingsan). Mayatnya dipindah ke lokasi lain, dan diperkosa lagi oleh semuanya. Sudah ditangkap setelah mereka bercerita dengan bangga kepada teman-temannya bahwa mereka menjadi pemerkosa.

Apa ini kejadian luar biasa? Tidak. Pemerkosaan dan pemerkosaan bergilir terhadap anak perempuan sudah sangat normal dan pelaku yang remaja laki-laki juga sangat normal. Dan dalam sebagian dari kasusnya, korbannya dibunuh. Dan dalam sebagian dari kasus itu, mayat korban juga diperkosa lagi. Ada berapa banyak kejadian setiap tahun? Saya tidak bisa jawab karena tidak ada pihak yang cukup peduli pada 40 juta anak perempuan di Indonesia sehingga mendata berapa banyak yang diperkosa. Saya hanya bisa dapat info dari berita saja. Dan mungkin ada ribuan kasus lain yang tidak pernah dilaporkan karena korban malu, dan kebetulan tidak dibunuh, jadi tidak ada mayat untuk memicu investigasi.

Saya pernah bertanya kepada beberapa lembaga dan pejabat, tetapi mereka mengaku tidak punya data lengkap juga. Lalu setelah seorang anak perempuan diperkosa oleh anak berusia 12-18 tahun, atau diperkosa bergilir, atau diperkosa dan dibunuh, atau dibunuh dan mayatnya diperkosa, 100% dari orang dewasa mengucapkan Mantra Nasional: “Kami tidak menyangka!” Pertanyaan serius dari saya, “Anak siapa yang perlu diperkosa dan dibunuh sebelum 100 juta orang tua bisa mulai berpikir?”

Ada 80 juta anak di Indonesia. Lebih dari 40 juta anak laki-laki. Dan dari pengamatan saya terhadap berita, dari ribuan kasus per tahun, 100% dari anak laki-laki yang dapat KESEMPATAN ikut dalam kegiatan pemerkosaan bergilir bersama teman-teman, selalu setuju. Ini tanggung jawab siapa? Dan kapan bisa terjadi perubahan? Kalau umpamanya ada sirene tsunami yang bunyi, tetapi kebanyakan orang bersikap “tenang”, kita mesti teriak apa? Sudah jelas ada bahaya, tetapi banyak orang anggap bukan urusan mereka. Menunggu anak yang mereka kenal menjadi korban dulu, baru perlu berpikir.

Semoga para orang tua akan lebih waspada. Jangan menganggap anak anda aman, di mana pun, dengan siapa pun. Dan semoga semua anak kita selalu di dalam perlindungan Allah SWT. Aamiin, Aamiin, ya Rabbal ‘Aalamiin  
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

4 Remaja Merasa Bangga Usai Bunuh dan Perkosa Siswi SMP Penjual Balon di Palembang
https://regional.kompas.com

14 August, 2024

Apakah 80 Juta Anak Indonesia Sudah Merdeka?

Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 17 Agustus, Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan. Secara fisik, memang merdeka. Bagaimana dengan kondisi mentalnya? Apa benar bahwa rakyat, khususnya 80 juta anak Indonesia, sudah merdeka? Di sekolah dan rumah, banyak anak diberikan pelajaran penting: "Diam dan Taat" pada pihak yang berkuasa, walaupun mereka dzhalim. Keadilan, kebenaran, kejujuran, dan banyak konsep lain tidak penting. Semuanya boleh ditukar dengan harga yang sedikit.

Kalau seorang guru memukul siswanya lalu dilaporkan, banyak guru marah. Katanya, memukul siswa wajar. Tetapi kalau siswa memukul guru, banyak guru menjadi lebih marah dan menuntut anak itu dihukum dengan keras! Kalau guru telat, bukan masalah. Siswa telat 30 detik, dihukum. Kalau guru tidak periksa PR, bukan masalah. Siswa yang tidak kerjakan PR, dihukum. Apakah sekolah merupakan tempat adil yang mengajarkan anak untuk menegakkan keadilan dan membela kebenaran? Atau mengajarkan anak untuk siap tukar benar dan salah karena takut pada pihak yang berkuasa?

Ada ujian anak SD. Banyak pertanyaan salah, 4 jawaban dari guru juga salah. Seorang siswa jelaskan dengan sopan bahwa gurunya salah. Siswa itu dimarahi, dan dihukum. Nilainya dikurangi agar ada "efek jera", agar semua siswa belajar untuk tidak berani melawan pendapat guru yang berkuasa. Yang penting Diam dan Taat.

Seorang anak SD disuruh potong rambutnya karena "gondrong". Kata guru lain, tidak perlu. Besok siang, rambutnya anak dipotong secara paksa, agar ada efek jera. Siswa jangan berani melawan pendapat guru. Benar dan salah tidak penting. Siswa dilarang berbeda pendapat. Dilarang "melawan". Dilarang menjadi lebih benar dari gurunya. Dilarang berbeda. Dilarang berpikir secara mandiri. Dilarang kreatif. Guru selalu benar. Yang penting Diam dan Taat.

Apakah ini artinya "kemerdekaan"? Rakyat yang Diam dan Taat paling disenangi oleh penjajah dan diktator. Belanda sudah hilang, tetapi masih ada "penjajahan mental" di banyak sekolah, lembaga, rumah, dan kantor. Anak, orang tua, guru, karyawan, PNS, dan seterusnya diajarkan terus untuk selalu takut membela kebenaran. Yang penting hanyalah pendapat dari pihak yang berkuasa.

Tiga juta guru dan 100 juta orang tua bisa berubah. Ada 80 juta anak yang merupakan masa depan negara ini. Mereka harus diberikan izin untuk hidup dengan pemikiran merdeka. Harus ada izin berbeda pendapat dengan guru dan orang tua, izin menjadi mandiri, izin hidup secara bahagia di dalam dan luar sekolah, dan seterusnya. Guru harus mengajarkan semua anak untuk menegakkan keadilan, membela kebenaran, dan jangan tukar benar dan salah dengan harga yang sedikit.

Negara lain bisa kirim robot ke planet Mars, tetapi di Indonesia, anak SD malah sering dijadikan "robot" (semua anak harus sama). Lalu kepalanya para “robot” itu diisi dengan “program” yang salah agar siap Diam dan Taat pada pihak yang berkuasa. Sistem pendidikan berdasarkan “penjajahan mental” seperti ini perlu diperbaiki.

Kita harus berikan kemerdekaan berpikir kepada semua anak Indonesia dan siapkan mereka untuk menjadi generasi emas dan pemimpin dunia. Indonesia bisa segera menjadi negara yang maju dan sejahtera kalau 3 juta guru dan 100 juta orang tua mengajarkan anak untuk menjadi pemimpin, pelopor, dan penemu. Masa depan 80 juta anak tergantung apa yang kita pilih sekarang!
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
-Gene Netto

01 August, 2024

Kenapa Begitu Banyak Anak Laki-laki Menjadi Pemerkosa Di Sini?

[Pertanyaan]: Latar belakang apa yang mendorong laki-laki melakukan hal seperti pemerkosaan bergilir?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Yang paling utama, mungkin ini hasil dari sistem pendidikan. Anak di sekolah tidak diajarkan untuk bertanggung jawab sendiri dan menjadi mandiri dalam berpikir dan berbuat. Mereka diajarkan untuk “diam dan taat” pada guru dan selalu takut dihukum kalau guru hadir. Di rumah, mungkin orang tuanya juga sama. Jadi terus-terusan, dari semua pihak, anak laki-laki dididik untuk diam dan taat, dan takut dihukum kalau "ketahuan" berbuat salah. Mereka TIDAK diajarkan untuk merasa bersalah di dalam hati nuraninya kalau berbuat salah walaupun tidak ada orang lain yang tahu. Tetapi cukup waswas dan takut akan dihukum kalau KETAHUAN. (Ketika dewasa, banyak orang melakukan korupsi dsb. dengan pola pikir yang sama.)

Ketika guru dan orang tua tidak hadir di tempat untuk mengancam anak terus, banyak anak menjadi liar. (Contohnya, tawuran antar pelajar, di seluruh negara, selama puluhan tahun. Kenapa di negara-negara tetangga tidak ada?) Anak tidak diajarkan untuk memikirkan konsekuensi dari perbuatan mereka. Kalau telat masuk sekolah, dihukum oleh guru. Kalau seragam salah, dihukum oleh guru. Kalau ribut di kelas, dihukum oleh guru. Semua bentuk hukuman selalu dari atas ke bawah, dan mereka tidak perlu bertanggung jawab untuk atur perbuatannya dan pikirannya sendiri. Hanya perlu berpikir untuk "hindari hukuman" kalau ketahuan salah. (Dulu, ketika saya datang telat ke sekolah, guru tanya kenapa, lalu suruh saya duduk dan belajar. Tidak ada hukuman. Saya dididik untuk menjadi dewasa dan bertanggung jawab sendiri.)

Ketika di luar sekolah, banyak anak terbukti tidak sanggup mengendalikan diri karena di dalam sekolah tidak pernah belajar untuk mengendalikan diri. Kalau mau menyontek, takut dihukum kalau ketahuan. Tidak takut karena anggap itu perbuatan salah. Banyak guru tidak mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab sendiri agar "tidak mau menyontek", dan berikan kepercayaan kepada anak untuk tidak menyontek ketika ujian. Guru harus hadir untuk mengancam mereka terus.

Lalu, ditambah dengan akses ke pornografi lewat HP. (Waktu pandemi, 80 juta anak Indonesia diwajibkan memiliki HP. Sekarang, dipakai untuk apa?) Anehnya, di banyak negara tetangga, pornografi lebih mudah diakses (Malaysia, Singapura, Australia, dll.) Tapi kasus 8 anak SMA perkosa seorang anak SMP atau anak SD tidak ada di sana. Di sini, hampir setiap hari ada beritanya (saya cari beritanya, jadi tahu). Jadi pendidikan yang salah selama 12-16 tahun, ditambah dengan kemudahan mengakses pornografi, ditambah dengan tidak ada banyak kegiatan positif atau tempat bermain untuk anak muda yang miskin, dan hasilnya adalah pemerkosaan, tawuran, kemabukan, dll.

Yang perlu diperbaiki adalah sistem pendidikan, dan juga pendidikan agama Islam agar fokusnya pada akhlak yang mulia dan bukan pada ritual dan hukum fiqih. Sekaligus perlu diciptakan banyak program positif untuk anak remaja (terutama anak laki-laki), dan disediakan fasilitas olahraga dan bermain di mana mereka bisa salurkan tenaganya dengan kegiatan yang baik.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

23 July, 2024

Kenapa Pelantikan OSIS Dilakukan Dengan Gaya Upacara Militer?

Assalamu’alaikum wr.wb. Minggu lalu ada berita tentang seorang anak yang Ketua OSIS, yang tewas di sekolahnya. Pada saat mencari beritanya, saya buka beberapa video tentang “OSIS” di YouTube, lalu menjadi kaget. Ada banyak video yang menunjukkan pelantikan OSIS di sekolah. Saya baru tahu karena tidak pernah alami sendiri. Yang membuat saya kaget adalah nuansa “upacara militer” di dalam proses itu.

Militer dan sekolah berbeda. Militer harus punya disiplin ketat sehingga ketika diperintah membunuh manusia lain, prajurit tidak berani bertanya kenapa, dan langsung taat saja dan membunuh. Sekolah tidak begitu. Sekolah perlu “disiplin” juga, tapi dalam arti tidak merusak, bisa belajar tanpa mengganggu, dan sebagainya. Tidak perlu ketaatan tinggi sehingga siap membunuh manusia lain (kecuali mau ikut tawuran juga). Jadi kalau mau siapkan anak untuk menjadi pemimpin di keluarga dan masyarakat, hendaknya kita tidak mendidik mereka dengan pola pikir dan kebiasaan militer, karena tidak cocok dalam proses pendidikan anak.

Di sekolah, yang terbaik adalah anak diajarkan untuk BERPIKIR SENDIRI dan berani berprotes apabila dianggap gurunya salah, atau infonya salah. Lalu diberikan kesempatan oleh gurunya untuk menyampaikan pandangan berbeda. Kenapa ini penting? Karena semua kemajuan umat manusia di dunia berasal dari orang yang punya “pemikiran berbeda”. Listrik, telfon, mobil, pesawat, komputer, internet, dll. berasal dari orang yang melihat “keadaan sekarang” dan berusaha memperbaikinya, dan seringkali ditolak oleh masyarakat. Jadi mereka harus “melawan pendapat umum” untuk menciptakan kemajuan. Itu skil penting yang perlu didapatkan di sekolah, di bawah pembinaan seorang guru yang baik. Yang tidak dibutuhkan adalah kebiasaan diam dan taat, takut pada atasan, dan melakukan segala sesuatu dengan gaya militer.

Kalau belum tahu, di banyak negara tidak ada organisasi setara OSIS. Dan kalau ada, maka pada saat pelantikannya, anak itu dipanggil untuk maju ke depan saat rapat sekolah, lalu dikasih sertifikat dsb. Selesai. Tidak ada upacara gaya militer di halaman sekolah selama 1 jam. Dan kebiasaan itu di Indonesia tidak membina pola pikir menjadi orang mandiri yang berani berpikir sendiri untuk menenggakkan kebenaran dan melawan kesalahan. Jadi kenapa mau dilestarikan dalam 400.000 sekolah?
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Contoh perbedaan antara Pelantikan Ketua OSIS di Inggris dan di Indonesia:

Head Girl and Boy Election Results Live - 18th Jan 2019
https://www.youtube.com/watch?v=koX-twUEYbI

INAUGURAL OSIS OF SMP NEGERI 2 KRAMAT 28 October 2016
https://www.youtube.com/watch?v=iXYLremHccM


11 July, 2024

Pelajar SMA di Klaten Tewas Tersetrum usai Dilempar ke Kolam karena Ulang Tahun

"Usai rapat, teman-temannya memberikan kejutan ulang tahun dengan menaburkan tepung dan menjatuhkannya ke dalam kolam sekolah yang memiliki kedalaman 1,75 meter."

Pertanyaan yang logis:

1.    Kenapa harus ada kolam di dalam sebuah sekolah?
2.    Kenapa kolam (kalau ada) harus begitu dalam (1,75m) sehingga seorang anak tidak bisa berdiri saja tanpa kesulitan?
3.    Kenapa tidak ada jalur keluar yang jelas (seperti tangga)?
4.    Kenapa kolam (kalau ada) terletak di dekat gedung sekolah, dan bukan di tempat yang jauh dari murid, dengan pagar tinggi yang terkunci di sekitarnya?
5.    Kenapa harus ada kabel listrik di dekat kolam, sehingga ada risiko bisa jatuh ke dalam?
6.    Kenapa ketika seorang anak ulang tahun, daripada dihargai dan dihormati, malah ditabur tepung dan dilempar ke kolam? (Dikasih kado dan diajak makan bersama tidak mau?)

Dan seperti semua kasus lain (ketika ada anak yang tenggelam), korban yang mungkin dalam keadaan sesak nafas dan setengah sadar setelah disetrum, yang seharusnya langsung ditolong di tempat dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR), malah ditaruh di mobil dan dibawa jalan-jalan keliling kota. Lalu ketika anak yang tidak bernafas selama 20 menit akhirnya sampai ke tangan dokter, secara ajaib dan di luar dugaan, dokter menyatakan bahwa anak yang sebelumnya tidak bernafas itu tetap saja tidak bernafas dan sudah tewas. Disebabkan kebodohan orang di sekitarnya, terutama para guru.

Kalau ketemu anak yang tenggelam atau disetrum, langsung periksa apakah masih bernafas dan jantungnya berdetak. Kalau iya, anak itu ditenangkan dulu, berbaring miring, dijaga terus selama beberapa menit, sehingga terlihat stabil dan tenang, baru dibawa ke dokter. Kalau tidak bernafas, dan jantung tidak berdenyut, langsung mulai Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR). Korban dibawa jalan-jalan selama 20 menit dalam kondisi tidak bernafas = JAMINAN akan mati secara permanen.

Dan kalau di sekolah anak anda ada kolam yang lebih dalam dari ketinggian kepala anak, dan tidak ada pagar yang terkunci di sekitarnya sehingga sangat sulit diakses, maka tolong PROTES dengan keras, dan minta sekolah hilangkan kolam itu secepatnya. Sekaligus, silahkan periksa sekolah anak anda untuk puluhan hal lain yang berbahaya, seperti barang berat yang bisa jatuh, barang yang tajam, tangga yang licin, racun, dan sebagainya, dan minta semuanya diperbaiki. Sebelum anak yang anda kenal juga menjadi korban disebabkan kebodohan orang lain, yang tidak menyadari bahwa barang dan tempat tertentu bisa menjadi berbahaya bagi anak sekolah.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Pelajar SMA di Klaten Tewas Tersetrum usai Perayaan Ulang Tahun
https://daerah.sindonews.com

Pelajar SMA di Klaten Tewas Diduga Tersetrum usai Dilempar ke Kolam karena Ulang Tahun
https://www.kompas.tv

24 June, 2024

Boleh Memukul Siswa Kalau Sudah Frustrasi?

[Komentar Guru No.1 ]: "Saya berasumsi bahwa guru yang "main tangan" itu sudah kehabisan akal dan kesabaran sehingga ia melakukan pemukulan kepada siswa."

[Komentar Guru No.2 ]: "Jangan terlalu mudah menilai kesalahan seorang guru. Kita punya permasalahan yang berbeda-beda. Jangan dianggap bahwa jika guru sudah main tangan, guru yang salah, tanpa melihat penyebabnya, kelakuan anak seperti apa. Kita harus memikirkan murid lain yang mungkin terganggu satu anak nakal itu."

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Mari kita menguji pemikiran seperti itu, dengan membawa konsepnya ke ranah yang lain.

Polisi – Kalau Polisi tangkap anak muda, interogasi berjam-jam, suruh mengaku, tapi dia menolak untuk patuh dengan polisi, maka polisi tidak salah kalau memukul anak tersebut. Yang penting tujuan tercapai secara cepat dan instan. Harus ada orang yang mengaku, masuk penjara, selesai. Kita harus memikirkan rakyat lain yang rugi kalau pemerkosa, perampok, dll. tidak segera dipenjarakan. Jadi Polisi yang frustrasi boleh memukul agar tersangka mengaku. Betul?

Pejabat – Kalau pejabat mau ambil tanah untuk bantu temannya buka perkebunan kelapa sawit, mungkin ada rakyat yang menolak jual tanah dan tidak patuh. Jadi pejabat tidak salah kalau kirim pasukan untuk memukul rakyat nakal itu. Yang penting tujuan tercapai secara cepat dan instan. Tanah dijual, dan PT kelapa sawit dibangun. Kita harus memikirkan rakyat lain yang rugi kalau tidak dibuka lapangan kerja. Penjualan tanah harus cepat selesai, jadi pejabat yang frustrasi boleh kirim pasukan untuk memukul rakyat. Betul?

Contoh-contoh lain seperti itu mudah sekali dibuat. Ada guru yang mau "main tangan" dengan alasan "sudah frustrasi". Sedangkan orang-orang lain hanya boleh "mengikuti hukum yang berlaku" ketika frustrasi, dan tidak boleh memukul karena mereka akan disalahkan oleh rakyat dan media, dan bisa menjadi kasus hukum di pengadilan. Jadi kenapa sebagian guru merasa harus ada izin khusus bagi mereka untuk memukul anak kecil yang tidak sanggup membela diri?

Semoga para guru (dan orang tua) yang suka memukul anak kecil bersedia merenung.
Kalau ada niat mendidik anak, maka mendidik mereka dengan baik. Dengan menggunakan KATA. Dengan psikologi anak. Dengan ilmu pendidikan. Bukan dengan kekerasan. Bagi orang dewasa, tidak ada hak menggunakan kekerasan kalau tidak merasa terganggu. Secara logis, harus lebih dilarang menggunakan kekerasan terhadap anak!
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

05 June, 2024

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Assalamu’alaikum wr.wb. Awalnya, saya kurang percaya pada berita ini. Heatstroke adalah kondisi di mana manusia jatuh sakit karena tubuhnya kepanasan. Tetapi setiap hari, banyak anak main berjam-jam di bawah matahari dan tidak jatuh sakit. Banyak anak juga dipaksa berjemur di sekolah, di pesantren, sejak zaman dulu, dan jarang jatuh sakit. Lalu saya tanya ke dokter dan cari info online. Saya tahu Heatstroke berbahaya bagi anak dan dewasa, tapi saya kira paling jatuh pingsan saja. Ternyata, lebih berbahaya dari itu. Kita “beruntung” saja tidak terlalu sering menjadi masalah besar, atau berakibat fatal.

Ada beberapa faktor yang terkait. Antara lain: 1) Kondisi kesehatan anak sebelumnya. 2) Suhu udara hari itu. 3) Jam berjemurnya. 4) Pakaiannya banyak (dipaksa pakai jaket) atau tidak. 5) Boleh minum air atau tidak. 6) Boleh bergerak atau tidak. Dan sebagainya.

Ketika seorang anak dipaksa berjemur selama beberapa jam di siang hari, ketika suhu udara sangat panas, dan anak itu mungkin saja kurang sehat sebelumnya, maka selain pingsan (yang paling umum terjadi), sel otak dan organ tubuh bisa mengalami kerusakan ketika tubuhnya mencapai suhu 40 derajat Celsius. Kalau anak itu tidak pingsan dan masih tahan berdiri, maka kerusakan sel otak sangat bisa terjadi dan hasilnya adalah cacat otak secara permanen. Heatstroke juga berbahaya bagi dewasa, tapi lebih berbahaya bagi anak.

Kalau ada sekolah atau pesantren yang menghukum anak dengan cara berjemur di siang hari, tolong bagikan info ini kepadanya, dan sarankan mereka berubah sekarang juga, sebelum ada korban yang otaknya rusak dan tidak bisa diobati. Intinya adalah ini suatu hukuman yang berbahaya dan tidak pantas dilakukan dengan sengaja terhadap anak kecil.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah
https://www.kompas.com

04 March, 2024

Banyak Orang Keracunan Makanan, Apa Program Makan Siang Nasional Bijaksana?

Ada berita tentang rencana program makan siang gratis bagi anak di seluruh negara. Pertanyaan saya, apakah itu bijaksana ketika hampir setiap hari ada berita tentang puluhan orang yang keracunan makanan, dan sering terjadi di sekolah dan pesantren? Dan ini hanya kasus-kasus yang ketahuan karena masuk berita. Yang tidak masuk berita berapa banyak lagi? Siapa yang mau bertanggung jawab terhadap puluhan ribu anak yang keracunan makanan setiap bulan nanti? Sekarang saja, ketika dibayar oleh konsumen (swasta), ada banyak penjual yang tidak mau jaga kebersihan. Yang penting asal jual saja. Bagaimana kalau sudah ada program nasional?
Ini beberapa contoh judul berita tentang keracunan makanan yang berhasil ditemukan dari beberapa minggu terakhir.
-Gene Netto


1 Maret, Banjar - 51 Siswa di 6 SD Kota Banjar Keracunan Jajanan Sekolah Keliling

1 Maret, Bogor - Siswa SD di Cileungsi Bogor Diduga Keracunan Jajanan

1 Maret, Magetan - 20 Warga di Magetan Keracunan Makanan Usai Hadiri Hajatan Selamatan Bayi

27 Feb, Bandung Barat - Keracunan Massal Murid SD di Bandung Barat

26 Feb, Sukabumi - Puluhan Pelajar di 2 Sekolah Sukabumi Diduga Keracunan Jajanan

23 Feb, Sukoharjo - 28 Warga Sukoharjo Mual-Diare Usai Hadiri Acara Ruwahan

23 Feb, Purwakarta - 5 Pelajar SD di Purwakarta Mual dan Diare, Diduga Keracunan Makanan Jajanan

22 Feb, Pagar Alam, Sumatera Selatan - Belasan Warga di Pagar Alam Keracunan, Diduga Usai Makan Ikan Tongkol

22 Feb, Samarinda - Diduga Keracunan Makanan, 23 Anak Panti Sosial di Samarinda Dilarikan ke Rumah Sakit

21 Feb, Klaten - Korban Keracunan Pecel di Klaten Bertambah, Jadi 30 Orang dari 3 Kecamatan

20 Feb, Labuhanbatu, Sumatra Utara - Puluhan Warga di Labuhanbatu Diduga Keracunan usai Santap Nasi Bungkus

13 Feb, Grobogan - 56 Pengawas TPS di Grobogan Keracunan Usai Santap Nasi Kotak Bimtek

12 Feb, Sragen - 59 Siswa SMK Muhammadiyah di Sragen Keracunan Makanan, Diduga Akibat Snack

12 Feb, Garut - Santap Masakan Catering, Puluhan Siswa SDIT di Garut Keracunan

08 Feb, Gayo Lues, Aceh - 25 Anak di Gayo Lues Diduga Keracunan Usai Makan Bakso

04 Feb, Jambi - Puluhan Warga Merangin Diduga Keracunan Usai Konsumsi Ikan Tongkol

31 Jan, Cilacap - Polisi Dalami Penyebab Puluhan Anggota KPPS Cilacap yang Keracunan Makanan

31 Jan, Purbalingga - Puluhan Siswa SD di Purbalingga Keracunan Usai Jajan Bola Susu di Kantin Sekolah

25 Jan, Samarinda - Jumlah Petugas KPPS Samarinda Keracunan Nasi Kotak Capai 70 Orang

12 Jan, Bogor - 20 Warga Ciomas Bogor Keracunan Ikan Tongkol

20 Des, Bogor -121 Warga Bogor Alami Keracunan Massal Setelah Santap Makanan Tahlilan

18 Nov, Purwakarta - Ratusan Warga Purwakarta Keracunan Usai Makan Nasi Kotak

[AKHIR]

25 February, 2024

Satu Lagi Anak Indonesia Tewas Secara Sia-Sia Dalam Latihan Silat

Sekali lagi, seorang anak tewas dalam latihan silat. Anak yang ikut Taekwondo? Aman. Karate? Aman. Kungfu? Aman. Brazilian Jujitsu (BJJ)? Aman. Aikido? Aman. Judo? Aman. Kendo? Aman. Taichi? Aman. Mixed Martial Arts (MMA)? Aman. Muai Thai (Kickboxing)? Aman. Hanya anak yang ikut SILAT yang mati terus secara sia-sia.

Pelatihnya berusia 17 tahun. Niatnya mau "menghukum" murid, jadi seorang perempuan berusia 15 tahun ditendang di ulu hati. Syarat-syarat untuk menjadi pelatih? Tidak ada (mungkin hanya ada kewajiban hafal jurus). Pendidikan perlindungan anak sebelum boleh menjadi pelatih? Tidak ada. Pendidikan P3K? Tidak ada. Pendidikan tata cara "menghukum" murid secara aman? Tidak ada. Siapa saja, pada usia berapa saja, dengan pengalaman apa saja, bisa menjadi pelatih begitu saja. Cukup hafal jurus, simsalabim, menjadi pelatih.

Tetapi korbannya bukan anak presiden, anak gubernur, anak menteri, anak jenderal, atau anaknya orang kaya. Jadi dia tidak penting. Jadi jangan berharap akan terjadi perubahan. Nyawanya anak miskin di Indonesia begitu murah. Boleh dibunuh kapan saja, tanpa perlu khawatir para pemimpin akan peduli terlalu banyak. (Kalaupun mereka berkomentar di media, hanya akan mengatakan, "Memprihatinkan ya!") Jangan berharap terjadi perubahan. Kita harus menunggu anaknya "orang penting" yang mati secara sia-sia, baru mungkin akan muncul kepedulian terhadap sistem rusak yang menewaskan anak Indonesia terus.
-Gene Netto

Pelajar SMP di Jember Tewas Usai Ditendang Pelatih Saat Latihan Silat
https://surabaya.kompas.com

20 February, 2024

Kenapa Murid TK Bisa Tewas Setalah Tertimpa Rak Penyimpanan Tas?

Menyedihkan sekali. Seorang anak TK tewas di dalam kelas, setelah tertimpa oleh rak penyimpanan tas. Kenapa bisa terjadi? Karena banyak sekolah dan pesantren kurang aman, dan banyak guru dan ustadz kurang memikirkan keselamatan siswa. Kenapa tidak? Karena ketika belajar menjadi pendidik, mereka tidak dilatih untuk utamakan keselamatan anak sebagai prioritas tertinggi.

Saya pernah periksa berbagai sekolah dan pesantren. Di setiap lokasi ada hal-hal yang berbahaya. Ada tembok atau atap yang siap runtuh. Ada barang yang siap jatuh dari atas. Ada tangga dan lantai yang sangat licin. Ada potongan besi atau pagar yang tajam. Dan seterusnya. Di sebuah sekolah, saya lihat papan pengumuman besar, yang berdiri secara bebas. Beratnya mungkin 100kg, tetapi tidak stabil. Dengan 1 jari tangan, saya mulai dorong secara pelan. Bagian atas langsung miring. Teman saya maju cepat dan tangkap. Katanya, saya bisa dimarahi kalau jatuh dan pecah. Saya tanya, "Apa lebih baik dibiarkan, menunggu kepala anak yang pecah??" Dia sarankan saya laporkan saja. Dilaporkan. Tidak ada yang berubah…

Pernah saya lihat tembok miring yang sudah mau runtuh di sebuah SD. Saya taruh 1 tangan di belakang dan mulai dorong pelan, dan tembok itu mulai bergeser. Teman saya tegur dan suruh saya jangan merusak tembok sekolah. Kalau jatuh, saya akan dimarahi. Saya tanya, "Apa lebih baik dibiarkan, menunggu 5 anak menjadi korban?"

Saya lupa berapa kali saya pernah lihat hal-hal yang berbahaya di sekolah, lalu saya memberi tahu teman, guru, ustadz, kepala sekolah, yayasan dan tidak ada yang berubah. Sayalah yang dianggap aneh. Tembok belum jatuh, belum ada anak yang mati, jadi kenapa perlu dibahas? Tunggu anak mati dulu, lalu dikatakan "takdir", dan baru ada keperluan memperbaiki tembok! (Yang penting, bukan anak kandung sendiri yang mati ya!)

Ketika saya kuliah di Australia dulu, dosen jelaskan secara tegas: "Murid harus selamat!" Tidak ada prioritas lebih tinggi. Percuma guru kembalikan mayat murid kepada orang tuanya, sambil jelaskan, "Tapi nilai bahasa Inggrisnya tinggi ya Bu!!" Tugas guru adalah bertindak sebagai wakil dari orang tua. Dalam bahasa Latin disebut "in loco parentis". Guru diwajibkan bertanggung jawab secara hukum. Dan sebagai wakilnya orang tua, semua murid ibaratnya anak kandung guru, jadi tentu saja nilai pelajaran tidak penting dibandingkan kewajiban untuk selamatkan semua anak, setiap saat, setiap hari.

Guru yang profesional akan mencari, melaporkan, dan memperbaiki apa saja yang berbahaya bagi anak di dalam sekolah dan pesantren. Tapi hal itu tidak selalu terjadi. Jadi orang tua perlu memikirkan: Berapa persen dari guru dan ustadz mengerti tugasnya sebagai pendidik, dan mengerti bahwa keselamatan anak lebih tinggi prioritasnya daripada nilai pelajaran?
-Gene Netto

Murid TK di Bangka Tewas Usai Tertimpa Rak Penyimpanan Tas
https://www.detik.com

18 February, 2024

3 Siswi SD Tenggelam Dalam Acara Pramuka, Kenapa "Kegiatan Sekolah" Bisa Begitu Berbahaya?

Di Indramayu, 3 anak SD tenggelam dalam kegiatan Pramuka di sungai. Kadang saya ingin teriak. Tetapi tidak tahu apakah seharusnya teriak pada guru yang bodoh, atau pada orang tua yang bodoh. Hal yang sama terulang terus, tetapi tidak ada yang berubah. Coba pantau berita dari Australia, Selandia Baru, Singapura, dll. Negara maju, dengan lebih banyak kegiatan sekolah dibandingkan Indonesia, tetapi nyaris tidak pernah ada berita "anak tewas saat ikuti kegiatan sekolah". Di sini, berita itu begitu umum, sampai kebanyakan orang dewasa tidak terlalu peduli kalau melihat judul itu. Yang penting bukan anak kandung sendiri. Dan selama masih anaknya orang lain, cukup ucapkan Mantra Nasional, "Kami tidak menyangka", dan boleh dilupakan sampai terjadi lagi nanti.

Coba berpikir, berapa banyak anak Indonesia masih hidup kalau Pramuka dilarang, camping dilarang, liburan ke pantai dilarang, dan acara berenang dari sekolah dilarang? Mungkin sudah ribuan anak. Tetapi saya tidak bisa sebutkan angka yang pas, karena tidak ada yang cukup peduli pada anak Indonesia sampai mau direpotkan mencatat berapa banyak yang MATI dalam kegiatan sekolah. Jadi tidak ada data. Mungkin kita harus menunggu kematian anak dari orang yang punya jabatan tinggi, baru bisa terjadi perubahan. Dan baru ada kemungkinan anak Indonesia yang lain bisa diselamatkan dari bahayanya "kegiatan sekolah".

Anehnya, orang tua tetap izinkan anaknya ikut terus, tanpa tanyakan "kondisi" dari kegiatan tersebut. Dan perlindungan bagi setiap anak sebatas "harapan" anaknya kembali dalam kondisi hidup. Ketika beberapa orang tua dikasih jenazah, bukan kebodohan dari sistem itu yang dibahas, malah dicap "takdir" saja dan dibiarkan berlalu begitu saja. Sampai terjadi lagi... Siapa yang bisa bertindak untuk akhiri kebodohan dari sistem yang menewaskan anak Indonesia terus, tanpa pernah ada orang dewasa yang harus bertanggung jawab?
-Gene Netto

3 Siswi SD Tenggelam di Sungai Panarikan Indramayu, 2 Ditemukan Meninggal dan 1 Lagi Hilang
https://news.okezone.com

09 January, 2024

Saran Untuk Mengatasi Masalah Pencabulan Terhadap Anak

Assalamu’alaikum wr.wb. Walaupun para orang tua dikasih tahu berkali-kali, hasilnya percuma. Info dari saya, dan sewaktu-waktu lihat berita, tidak membuat kebanyakan orang tua takut atau waspada. Selalu berprasangka baik, dan yakin anak mereka tidak mungkin menjadi korban. Tidak mungkin suami mereka, ipar mereka, bapak mereka, tetangga mereka, guru sekolah anak, guru ngaji anak, dll. akan melakukan kejahatan terhadap anak. Lalu ketika terjadi, semua orang tua mengatakan, "Kami tidak menyangka!"

Perlu dipahami juga, dari pengamatan saya terhadap puluhan ribu kasus pencabulan terhadap anak (saya ada link ke semua artikel beritanya), ketika seorang remaja atau pemuda laki-laki diajak ikut melakukan pemerkosaan bergilir terhadap seorang anak SMP atau SMA, jawaban mereka selalu IYA. Nol persen dari pelaku menolak dan berusaha selamatkan korban atau telfon polisi. Pelaku yang berusia 12-25 tahun menjadi mayoritas. Selalu setuju, dan menunggu kesempatan perkosa anak itu, setelah 5-8 teman mereka sudah selesai.

Jadi ini jelas sebuah masalah pendidikan dan budaya. Tetapi ketika saya berusaha bahas topik ini dalam sebuah grup guru online dengan 150 ribu anggota, saya dimarahi dan disuruh diam. Mereka tidak mau tahu, dan tidak mau cari korban di kelas masing-masing. Ketika saya bertemu Ketua KPAI untuk diskusi, dia mengaku kaget karena data saya (yang dikumpulkan dari berita saja) lebih lengkap dari berita mereka. Lalu dia jelaskan, semua polsek di seluruh Indonesia tidak wajib laporkan data kasus pencabulan ke pusat atau ke KPAI atau ke tempat lain. Jadi tidak ada yang punya data akurat dari seluruh negara, karena tidak ada UU yang wajibkan. Data saya pernah dipakai oleh Mendikbud dalam sebuah presentasi kepada kepala dinas pendidikan se-Indonesia. Hasilnya juga nol. Hanya diberitahu ada masalah. Tanpa ada tindakan nyata yang bisa menjadi solusi.

Menurut pendapat saya, perkara ini bisa mulai diatasi dari 4 tindakan saja.

1)    Pelatihan dan pendidikan anti-pencabulan di sekolah sejak SD. Wajib. Anak diberi tahu bahwa orang lain dilarang menyentuh kemaluan mereka, dan siapapun yang memaksa dan menakuti mereka, wajib langsung dilaporkan ke orang tua atau guru. Belum pernah ada pelatihan nasional seperti ini.
Anak perempuan harus diajarkan untuk tidak percaya pada "kenalan baru" dari Facebook atau TikTok yang ajak mereka jalan-jalan.
Anak laki-laki harus diajarkan bahwa perempuan adalah manusia yang wajib disayangi dan dilindungi, dan bukan alat untuk "dipakai" oleh mereka.

2)    Wajib dipasang poster di semua sekolah dan pesantren yang ingatkan anak tentang bahaya pencabulan, dan berikan nama orang dan nomor telfon yang bisa dihubungi untuk laporkan perkara. Dengan teks yang jelaskan mereka akan dilindungi dan dibantu.

3)    Iklan TV yang ditayangkan secara rutin untuk ingatkan orang tua dan anak agar waspada dan tidak mudah percaya pada orang yang lain.

4)    Latihan bela diri anti-pencabulan di sekolah, sejak SD kelas 5-6 sampai SMA, khusus untuk perempuan, dan laki-laki juga boleh ikut. Diajarkan pukul dan tendang saja (ilmu bela diri standar), dan khusus bagi perempuan, diajarkan untuk selalu tendang pria di kemaluan, mata, dsb. lalu melarikan diri apabila diserang. Banyak perempuan diam saja ketika mau diperkosa, karena tidak pernah diajarkan untuk bela diri.

Dan jangan bertanya kepada saya kenapa hal-hal seperti ini tidak disampaikan kepada pihak yang punya wewenang untuk bertindak. Saya sudah berusaha berkali-kali. Hasilnya selalu nol. Kebanyakan orang yang punya kemampuan bertindak sibuk dengan banyak urusan lain, dan keselamatan bagi 80 juta anak Indonesia tidak dianggap sebagai prioritas. Sekian dulu. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

21 December, 2023

Anak SD-SMP Yang Diizinkan Main Medsos Bisa Alami Bahaya Besar

Berapa banyak orang tua belum sadar? Media sosial dan HP sangat BERBAHAYA bagi anak SD. Dalam kasus baru di Bandung, seorang anak perempuan berusia 12 tahun terbiasa pakai HP dan medsos. Ketika ada keributan di rumah, dia pergi bersama seorang "kenalan medsos" yang ternyata seorang pemuda laki-laki berusia 18 tahun. Lalu anak itu menghilang. Ternyata, dibawa pergi oleh pemuda itu, diperkosa, lalu diperkosa temannya, lalu kedua pemuda itu MENJUAL anak perempuan tersebut kepada 20 pria dewasa yang lain, lewat medsos juga.

Anak yang dilaporkan "hilang" oleh orang tuanya ternyata sudah diperkosa 22 pria sebelum ditemukan polisi di dalam sebuah apartemen. Tetapi ini bisa dikatakan "akhir yang baik". Seringkali dalam kasus serupa, anak SD dan SMP dilaporkan hilang, setelah pergi dan bertemu "kenalan medsos", tetapi ternyata anak itu diperkosa dan juga dibunuh. Jadi orang tua terima mayatnya saja.

Kalau anda punya anak SD dan SMP, jangan izinkan mereka bermain medsos. Kalau mereka mengatakan "semua teman mereka pakai", minta mereka melakukan kajian sendiri di internet, dan berikan kepada orang tua artikel yang membuktikan manfaat yang besar dan sisi positif dari media sosial bagi anak. Biarkan mereka mencari dan membaca sendiri, lalu jelaskan hasilnya. Yang akan ditemukan adalah ribuan artikel yang buktikan bahayanya medsos dan HP bagi anak. Kalau anak perlu HP agar bisa dihubungi, kasih Nokia lama yang hanya bisa terima telfon dan SMS saja.

Kalau anak sudah di SMA, boleh diajarkan menggunakan HP dan medsos, tetapi masih perlu pengawasan agar pergaulan mereka tidak masuk kategori buruk. Orang tua harus selalu waspada dan memantau. Jangan berikan HP dan kebebasan menggunakan medsos dan internet kepada anak SD dan SMP. Memberikan HP kepada anak SD setara dengan membawa anak ke pasar, dan minta para pria yang duduk di situ untuk "berkenalan" dengan anak tersebut, lalu ditinggalkan bersama mereka. Tentu saja orang tua tidak mau melakukan itu. Tapi anak yang bisa akses medsos lewat HP melakukan hal serupa, hanya saja semuanya online daripada datang ke pasar sendiri. Pria yang tidak dikenal itu berbahaya bagi anak SD. Tidak penting ketemu langsung di pasar atau lewat medsos. Orang tua harus waspada. Semoga bermanfaat.
-Gene Netto

Hilang 3 Pekan, Siswi Kelas 6 SD di Bandung Ternyata Dijual 2 Pelaku ke 20 Pria Hidung Belang
https://www.beritasatu.com

18 December, 2023

Kenapa Banyak Guru Mau Atur Ukuran Rambut Anak Laki-laki?

Assalamu’alaikum wr.wb. Saya pernah diskusi dengan banyak guru tentang persoalan memotong rambut anak laki-laki secara paksa dengan cara jelek agar menimbulkan efek jera. Saya bertanya kenapa rambut anak laki-laki perlu dipotong oleh gurunya (tapi rambut perempuan tidak), lalu mereka menjawab. Setelah jawaban pertama itu dibuktikan salah, jawaban mereka berubah. Jawaban itu juga saya buktikan salah, jadi jawaban mereka berubah lagi. Dan hal yang sama terulang berkali-kali sampai saya mencatat semua jawaban mereka. Ini sebagian dari contohnya.

Rambut anak laki-laki harus dipotong secara paksa oleh gurunya, karena rambutnya harus pendek sejak usia 7 tahun dengan alasan:

•    Tidak sopan kalau panjang
•    Diminta oleh masyarakat
•    Diminta oleh orang tua
•    Ini masalah pendidikan (hanya untuk laki-laki)
•    Ini masalah kerapian (hanya untuk laki-laki)
•    Ini masalah kesehatan (hanya untuk laki-laki)
•    Rambut panjang akan membuat kepala terasa berat dan panas (hanya untuk laki-laki)
•    Harus mematuhi norma hukum masyarakat
•    Ada aturan tidak tertulis di masyarakat
•    Ada aturan tertulis di sekolah
•    Harus belajar mematuhi aturan
•    Guru terpaksa mengikuti aturan sekolah
•    Aturan sekolah tidak boleh diubah atau dihapus
•    Harus membentuk sikap dan perilaku
•    Harus menjadi suatu pembiasaan
•    Tidak bisa dapat pekerjaan kalau rambutnya panjang
•    Mulai potong rambut di usia 18 tahun tidak bisa (harus sejak dini)
•    Bahaya kalau bekerja di pabrik nanti
•    Harus disiapkan kerja di pabrik atau perusahaan sejak usia 7 tahun
•    Masyarakat menilai kompetensi seseorang dari ukuran rambutnya
•    Dan seterusnya

Memaksa anak patuh pada "aturan" rambut tersebut memberikan rasa "berkuasa" kepada banyak guru, dan membuat mereka merasa "ditakuti dan dihormati" walaupun didapatkan secara terpaksa. Jadi mereka teruskan sistem itu karena inginkan siswa takut dan patuh terhadap guru dalam segala hal. Ini hanya salah satu caranya guru memaksakan kehendaknya terhadap anak, agar guru-guru itu merasa puas secara batin. Banyak sekali guru Indonesia "gila hormat". Kalau mengajar anak dengan sikap baik hati dan ramah, dan menjadi sahabat dan mitra bagi semua anak, sangat jelas para guru itu akan dihormati oleh hampir semua muridnya, tanpa perlu dipaksa. Tapi bagi banyak guru, "kemungkinan besar akan dihormati" nanti tidak cukup. Harus dipaksakan sejak awal!

Tidak ada hubungan antara ukuran rambut dan pendidikan. Kalau ada, perempuan akan bodoh semua (karena rambutnya panjang). Ini hanya kebiasaan nasional yang dilestarikan sejak keadaan Petrus (Pembunuhan Misterius) pada tahun 80-90an. (Sebelumnya, banyak siswa laki-laki punya rambut panjang, dan ada bukti dari foto-foto lama.) Tetapi banyak guru merasa urusan rambut siswa itu berikan mereka kesempatan untuk menunjukkan kekuasaannya, dan memaksa semua siswa taati dan hormati mereka.

Fungsi seorang guru BUKAN untuk abaikan pendapat orang tua dan anak, dan memaksa semua anak siap kerja di pabrik setelah usia SD. Kalau ada guru yang berpikir begitu, maka mereka sudah gagal memahami fungsinya menjadi guru. Para guru tidak tahu setiap anak akan kerja di mana pada masa depan. Saya sudah bicara langsung dengan banyak manajer, direktur, pemilik perusahaan, orang HRD, anggota DPR, Menteri, ribuan orang tua, dll. Ketika mereka komplain tentang kualitas SDM di Indonesia, tidak ada satupun yang menyatakan "banyak anak punya ukuran rambut 6cm jadi mustahil dapat pekerjaan." Tidak ada yang mengeluh bahwa rambut anak perlu dipotong secara paksa agar anak itu bisa menjadi karyawan berkualitas di kemudian hari.  

Tetapi yang dijelaskan adalah begitu banyak anak yang tidak bisa menulis dengan baik, tidak bisa baca, tidak bisa memahami perintah dan petunjuk, tidak bisa kerja secara mandiri, malas, curang, tidak jujur, mencuri, dll. Sama sekali tidak ada yang membahas kesulitan mengatur ukuran rambut karyawan. Jadi kenapa begitu banyak guru sekolah merasa ada kewajiban besar memotong rambut anak secara paksa dengan cara jelek agar anak "siap kerja" dan menjadi bagian dari masyarakat? Para orang tua dan pemimpin di bidang pendidikan perlu bersatu untuk mengakhiri kebiasaan buruk ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto


15 December, 2023

Mohon Perhatian: Israel Sedang Membela Diri Terhadap Para Teroris Yang Jahat!

Balita teroris ini berusia 3 tahun dan merupakan bahaya besar terhadap negara Israel. Anak ini sudah dibom di wilayah utara, dan beberapa anggota keluarga dibunuh. Dibawa ke selatan setelah diperintah mengungsi ke "wilayah aman", lalu dibom lagi. Sisa keluarganya dibunuh, dan kedua kakinya harus diamputasi. Jangan berikan belas kasihan kepada anak itu. Israel berhak membela diri terhadap teroris balita yang membahayakan negaranya dan prajuritnya! Harap maklum!

Kalau umpamanya Israel "tidak mau bunuh orang sipil", dari awalnya ada solusi yang sederhana: MEMBUKA PERBATASAN DI UTARA, dan suruh semua anak, wanita, jompo, dan orang disabilitas masuk ke dalam wilayah Israel, dan minta Palang Merah dll. sediakan tenda dan makanan bagi mereka. Selesai. Yang tersisanya di Gaza adalah ratusan ribu pria dewasa (termasuk puluhan ribu anggota Hamas). Tetapi Israel tidak mungkin mau melakukan itu. Kenapa? Karena setelah selesai berperang dengan Hamas, sejuta pengungsi anak dan wanita itu harus diancam dengan senjata api dan dipaksa masuk kembali ke Gaza yang sudah hancur, dan dunia akan melihatnya. (Dunia tidak lihat waktu Israel melakukannya pertama kali di tahun 1948.)

Jadi jelas. Seluruh penduduk Gaza harus siap dibunuh, karena Israel tidak peduli pada nyawa orang sipil di sana. Kalau peduli, anak dan wanita bisa ditampung di dalam Israel sejak awalnya. Tapi ternyata, tidak mau dilindungi dari bom dengan cara menampung mereka dulu, dan dunia sudah lihat hasilnya. Nyawa anak Gaza sudah dinyatakan tidak berharga, dan seluruh dunia hanya menjadi penonton saja.
-Gene Netto

'Anak yang terluka, tidak ada keluarga yang selamat': Kepedihan anak-anak yatim piatu di Gaza
https://www-bbc-com.translate.goog/news/world-middle-east-67614139?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=en&_x_tr_pto=wapp

'Wounded child, no surviving family': The pain of Gaza’s orphans
https://www.bbc.com



28 November, 2023

Santri Terluka Dan Tewas Terus, Kenapa Tidak Terjadi Perubahan Sistem?

Assalamu’alaikum wr.wb. Orang tua di Pidie, Aceh, diberitahu anaknya "sakit". Ketika datang ke pesantren, diminta "tunggu dulu" karena ustadz sibuk dengan pengajian. Setelah akhirnya diantar ke anaknya, mereka dapat anak yang setengah sadar, mata melotot, dan tidak mengenal orang tuanya. Telah dibiarkan berbaring di tengah muntahan yang kering di kasurnya. Orang tua ambil secara paksa. Hasil MRI, perdarahan di otak. Seorang ustadz datang dan mengaku anaknya dipukuli. Tetapi, pernyataan itu segera dicabut kembali, dan orang tua diminta selesaikan kasusnya secara kekeluargaan!!

Ini kondisi NORMAL di seluruh Indonesia. Santri menjadi korban, pesantren bersikap santai dan kurang perhatikan, dan orang tua korban diminta jangan lapor ke polisi. Yang terpenting adalah nama baik kyai dan pesantren. Keselamatan anak?? Siapa yang perlu peduli? Santri belum mati, belum menjadi masalah. Santri sudah mati, belum menjadi masalah. Sebutkan saja, "takdir". Tidak mungkin para ustadz lalai...

Berapa ribu santri telah mati dalam puluhan tahun terakhir, tanpa menjadi berita, tanpa ada yang bertanggung jawab? Kenapa ribuan pemuka agama, pemimpin negara, dan ahli pendidikan tidak bersatu untuk memaksa terjadi "perubahan sistem"? Dibutuhkan aturan baku untuk semua pesantren, yang utamakan keselamatan anak. Polisi, pilot, dokter dll. bisa kerja dengan aturan baku. Kenapa ustadz dan pesantren tidak? Misalnya, wajib lapor apabila santri sakit. Wajib lapor kasus pemukulan agar korban diperiksa oleh dokter. Telfon darurat yang terhubung ke puskesmas dan polsek, agar semua santri bisa laporkan kondisi santri yang memprihatinkan, tanpa "izin" ke ustadz dulu. Dan banyak hal lain yang bisa diwajibkan, kalau ada yang mau peduli. Kenapa ribuan pemimpin agama dan pemimpin negara siap membiarkan anak Muslim mati dan terluka terus di dalam pesantren, tanpa melakukan perubahan sistem?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Dugaan Penganiayaan Santri di Pidie, Orang Tua Korban Lapor Polisi
https://www.habaaceh.id

Santri di Pidie Diduga Jadi Korban Bully, Alami Pendarahan di Kepala, Kasus Kini Ditangani Polisi
https://aceh.tribunnews.com

02 October, 2023

Pelajar Dan Santri Sering Tenggelam, Kenapa Sulit Diatasi?

Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang 3 santri yang tenggelam di pantai, di Enrekang, Sulawesi Selatan, saat ikuti acara pesantren. Jumlah anak 122 orang, tapi tidak disebutkan jumlah orang dewasa. Dalam kasus serupa, jumlah orang dewasa mungkin hanya 2-3 orang saja, dan belum tentu bisa berenang. Kalau mau bawa 50-100 anak ke  tempat wisata, kolam renang, atau pantai dalam rangka kegiatan sekolah atau pesantren, seharusnya ada "persiapan" yang wajib dilakukan sebelumnya.

Jumlah orang dewasa harus cukup untuk awasi semua anak. Harus ada dewasa yang mengerti P3K, kompresi jantung dan nafas buatan. Di pantai (atau sungai), harus bertanya dulu ke orang lokal apakah aman berenang di situ pada waktu itu. (Tidak cukup dikatakan aman sebulan sebelumnya pada waktu survei.) Harus ada perahu penyelamat yang siap dipakai. Harus ada beberapa rompi pelampung. Harus ada petugas lifeguard, atau orang dewasa yang bisa berenang dan berdiri di pantai untuk mengawasi semua anak. Harus tahu lokasi puskesmas atau rumah sakit terdekat, dan tahu jalannya.

Tetapi persiapan seperti itu jarang dilakukan. Jadi setelah beberapa anak tenggelam, semua guru dan ustadz hanya berkomentar: "Kami tidak menyangka. Ini takdir Allah." Tidak pernah ada yang mengatakan: "Kami sangat lalai, seharusnya melakukan persiapan yang benar!" Anak dititip ke sekolah dan pesantren untuk menuntut ilmu tetapi beberapa anak dikembalikan sebagai jenazah. Dan guru dan ustadz yang "tidak menyangka" tidak pernah ditanya tentang KENAPA mereka tidak sanggup menggunakan akal sehat dan menyangka sebelum ada anak yang tewas. Selama para orang tua tidak menuntut tanggung jawab dari guru dan ustadz, berita tentang anak tenggelam akan muncul terus. Kalau anak anda mau dibawa ke salah satu lokasi tersebut berserta 100 anak lain, sebaiknya anda tidak izinkan tanpa tanya dulu apa guru dan ustadz sanggup "menyangka" dan sudah melakukan persiapan yang benar.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

3 Santri Ponpes Imam Asy-Syafii Tewas Tenggelam di Pantai Lowita Pinrang
https://www.beritasatu.com

04 September, 2023

Sebelum Pilih Mata Kuliah untuk Anak, Ingat Bahwa Banyak Pekerjaan Bisa Dilakukan Oleh Komputer Nanti!

Assalamu’alaikum wr.wb. Ini sebuah peringatan bagi para orang tua: Pekerjaan dan tugas manusia yang bisa ditangani oleh program komputer sudah mulai terjadi di negara-negara maju. Banyak tugas karyawan sudah diganti oleh AI (Artificial Intelligence, atau Kecerdasan Buatan). Bagi yang belum paham, AI adalah program komputer, yang bisa "berpikir sendiri". Mungkin pernah dengar satu contohnya, bernama ChatGPT yang masuk berita. Program itu dikasih permintaan dari kita, lalu program komputer itu bertindak sendiri dan berikan hasil. Contohnya, saya minta ke programnya: "Membutuh skenario sinetron untuk tayangan 30 menit, yang terjadi di Jakarta dan menunjukkan hubungannya antara 3 keluarga kaya!" (Mungkin ada beberapa petunjuk tambahan.)

Lalu komputer akan tulis teks skenario sinetron sendiri, lengkap dengan nama orang, lokasi, dialog, kejadian, dll. Jadi buat apa bayar "5 penulis skenario sinetron" yang gajinya mahal? Cukup pakai program AI dan dapat hasil serupa dalam 10 menit. Bahkan sekarang sudah ada yang jual buku di Amazon, yang TIDAK DITULIS oleh manusia. Contohnya, ChatGPT disuruh menulis buku tentang serangan teroris di kota London, dikasih beberapa petunjuk lain, dan program itu langsung menulis buku. Siap dijual dalam setengah jam.

Artinya, kita perlu sangat bijaksana dan berwawasan luas ketika memikirkan pelajaran dan pekerjaan bagi anak-anak di masa depan. Jangan anggap "aman menjadi akuntan" (dan sebagainya) karena diharapkan "pasti bisa" dapat pekerjaan setelah kuliah. Justru dalam 10 tahun ke depan, sangat mungkin dunia akan penuh dengan penulis, guru, akuntan, pengacara, dll. yang pengangguran karena pekerjaannya ratusan orang di satu PT diganti dengan 1 program komputer. Kita harus belajar secara dalam tentang masa depan setiap bidang, dan memikirkan bakat dan minat setiap anak. Kalau ada risiko sebuah pekerjaan sangat mudah diganti oleh program komputer, kita perlu melihat beberapa mata kuliah dan kesempatan berusaha yang berbeda-beda sekaligus. Jangan bergantung pada satu rencana bernama "kuliah akuntansi" (atau yang lain) karena diharapkan sangat mudah dapat pekerjaan nanti. Sudah tidak ada lagi jalan yang mudah dan pekerjaan yang aman. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

IBM Berencana Mengganti Hampir 8.000 Pekerjaan dengan AI — Pekerjaan Ini Adalah Yang Pertama
Transisi ini akan terjadi secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan, dengan mesin berpotensi mengambil alih hingga 30% dari pekerjaan yang tidak berhubungan dengan konsumen, dalam lima tahun mendatang. Artinya, pekerja di bidang keuangan, akuntansi, SDM, dan bidang lainnya kemungkinan besar akan menghadapi persaingan ketat dari robot dan algoritma.
https://finance-yahoo-com.translate.goog/news/ibm-plans-replace-nearly-8-174052360.html?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=en&_x_tr_pto=wapp

Doktor Robot. Dalam video ini, robot dengan 8 tangan masih dikendalikan oleh dokter bedah. Tapi direncanakan nanti AI bisa kendalikan robot dan melakukan operasi sendiri.

da Vinci Surgical System: Surgery on a grape
https://www.youtube.com/watch?v=KNHgeykDXFw
da Vinci Robot Stitches a Grape Back Together
https://www.youtube.com/watch?v=0XdC1HUp-rU


02 August, 2023

Kenapa Anak Harus Patuh?

[Pertanyaan]: Assalamu’alaikum. Anak zaman dulu selalu patuh, sehingga enak diajar dan mudah diatur. Sekarang banyak anak tidak patuh, jadi banyak orang tua dan guru komplain. Bukannya anak yang patuh lebih baik?

[Gene]: Wa alaikum salam wr.wb. Dulu, kebanyakan anak memang patuh pada orang tua, guru, dan kepala sekolah. Ketika dewasa, patuh pada bupati, walikota dan pemerintah. Patuh pada perintah pilih Golkar. Patuh pada atasan yang suruh korupsi berjemaah. Patuh pada bos yang suruh kerja berjam-jam dengan gaji yang buruk. Anak zaman dulu patuh terus, dan ketika menjadi dewasa, berharap anaknya patuh juga.

Dan oleh karena itu, ketika negara lain sudah maju dan bisa kirim robot penjelajah ke planet Mars, rakyat Indonesia masih diajarkan untuk patuh. Ada pilihan ABCD dalam ujian daripada boleh menulis jawaban sendiri. "Jawaban yang benar" sudah dimiliki guru! Ditanya, "Ikan tinggal di mana?" lalu hanya jawaban "laut" yang diterima (sungai dan kolam dinilai salah). Patuh saja. Tetapi mungkin sikap itu yang perlu dipikirkan kembali, kalau mau maju.

Hampir semua perubahan besar di dunia berasal dari orang yang tidak patuh. Semua Nabi Allah tidak patuh pada kemauan masyarakatnya. Sukarno tidak patuh pada Belanda. Nelson Mandela di Afrika Selatan tidak patuh pada sistem Apartheid dan masuk penjara 27 tahun. Martin Luther King di Amerika tidak patuh pada aturan diskriminasi dan berjuang untuk dapat hak sipil.

Ilmuwan Alan Turing tidak patuh ketika dikatakan mesin Enigma yang dipakai Nazi untuk ciptakan kode rahasia tidak bisa dipecahkan. Turing menciptakan komputer pertama di dunia, pecahkan kode rahasia Jerman, dan akhiri Perang Dunia II lebih cepat. Bill Gates tidak patuh ketika dikatakan hanya sedikit orang yang mau pakai komputer, karena sulit dipahami, sulit dipakai, dan tidak bisa jual. Gates menciptakan Operating System (OS) dan mengubah dunia dengan Microsoft.

Steve Jobs tidak patuh ketika dikatakan rakyat tidak mau pakai "komputer pribadi" di rumah. Dia mengubah dunia dengan menciptakan komputer Apple, iPhone dan iPad. Sekarang kita pakai komputer di luar kantor terus, bahkan bawa komputer kecil (yaitu HP) sepanjang hari.  Dan ada banyak contoh yang lain.

Kadang, anak harus "patuh". Misalnya, disuruh makan, mandi, shalat, jangan pukul adiknya, jangan main korek api, dsb. Tapi itu "patuh" di mana orang tua punya tugas "mendidik, mengawasi, dan meluruskan". Anak harus patuh karena orang tua lebih tahu. Tetapi ada bedanya antara 1) patuh karena disuruh berbuat yang baik dan benar, dan 2) patuh karena orang tua, guru, pemerintah, atau pihak lain malas menerima pendapat yang berbeda.

Dalam seratus tahun terakhir, ada ribuan manusia yang tidak mau patuh karena mereka ingin memperbaiki dunia. Di Indonesia, banyak orang tua dan guru malah berharap anak selalu patuh, tidak banyak bertanya, dan tidak berani berbeda pendapat, hanya supaya lebih mudah diatur. Hasilnya, anak dikasih ujian ABCD karena hanya guru yang boleh tahu jawaban yang "benar", dan anak harus PATUH.

100. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang YANG TIDAK MEMPERGUNAKAN AKALNYA.
(QS. Yunus 10:100)

Allah wajibkan kita pakai akal untuk mencari ilmu. Tapi banyak guru dan orang tua tidak suka kalau anak pakai akalnya. Jadi untuk apa Allah kasih kita akal? Kita harus menunggu berapa lama sampai orang tua dan guru siap berubah, dan penemuan dan kemajuan terbaik di dunia bisa berasal dari Indonesia? Atau apakah anda lebih mau dapat anak yang "patuh" saja selama seratus tahun lagi? Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

21 March, 2023

Anak Yang "Bodoh" Mungkin Punya Masalah Dengan Mata

Assalamu'alaikum wr.wb. Ada seorang anak SD yang cerdas dan cepat memahami sesuatu yang dijelaskan kepadanya, kata anggota keluarganya. Tapi anak laki-laki itu dicap "bodoh", dan dianggap "lambat belajar" oleh guru kelasnya, jadi diyakini ada kecacatan mental yang membuatnya tidak bisa tangkap pelajaran di kelas. Guru itu juga inginkan anak tersebut dikirim ke SLB, karena hanya dianggap sebagai beban bagi gurunya.

Saudaranya anak itu konsultasi dengan saya, dan saya dapat kesan anak itu "normal" alias bisa berpikir dan diskusi secara baik. Hanya saja dia tidak suka baca buku (jadi belajar dan kerjakan PR menjadi sulit). Saya bertanya, apa pernah dicek matanya dan telinganya? Ternyata belum. Dan setelah dicek, jadi diketahui matanya MINUS 5 !!! Jelas dia tidak akan bisa baca tulisan di papan tulis. Sebagian guru juga sering tempatkan "anak bodoh" itu di belakang kelas, agar tidak mengganggu gurunya, jadi anak dengan mata minus akan makin menderita. Apalagi dilarang pindah tempat dan duduk secara bebas.

Saya bertanya tentang guru itu. Dia seorang PNS, di sebuah SD negeri. Saya bisa paham kalau dia seorang guru honorer (dengan ilmu terbatas) di pelosok, yang jarang dapat pelatihan. Tetapi seorang guru PNS yang profesional seharusnya punya ilmu yang cukup, dan mau mencari akar masalah dengan sarankan orang tua periksa mata dan telinga anak itu sebagai langkah paling awal. Guru tidak suruh, orang tua tidak paham, dan anak tidak bisa jelaskan apa yang dia rasakan. Hasilnya adalah anak cerdas dicap "bodoh". Dan hanya bisa naik kelas karena pandai menghafal (daripada membaca).

Berapa banyak anak alami gangguan serupa, dan menderita di kelas karena gurunya anggap anak itu "bodoh" dan tidak berpikir untuk periksa matanya? Jadi kalau ada orang lain seperti guru yang menyatakan anak anda "bodoh" atau cacat mental, tapi anda yakin tidak, jangan mudah percaya. Tidak semua orang yang punya profesi siap kerja secara profesional. Mereka dibayar untuk berikan pelayanan, tapi lebih inginkan yang mudah bagi dirinya, dan anak yang tidak "normal" dan mudah diatur mau dibuang saja. Orang tualah yang harus protes dan cari informasi sendiri karena pendapat dari sebagian "ahli" tidak selalu mengandung keahlian. Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...