Hal yang sama terulang terus. Ada bayi yang dilahirkan di luar nikah, jadi untuk menutupi rasa malunya di depan masyarakat (hanya rasa malu yang penting, nyawa tidak), ibunya membuang bayi tanpa dosa itu untuk menangis sendiri di tengah semak, atau di dalam kardus di belakang gedung. Kadang, dibunuh dulu, baru dibuang. Hal ini terjadi terus karena anak Indonesia bukan prioritas. Tidak ada usaha yang serius untuk mengurangi jumlah anak yang hamil di luar nikah. Dan tidak ada informasi tentang APA yang bisa dilakukan dengan sebuah bayi yang tidak diinginkan (sebelum dibunuh atau dibuang).
Tidak ada info bahwa (misalnya) bayi tersebut bisa ditinggalkan di puskesmas tanpa kesulitan, tanpa ibunya ditangkap, tanpa harus berikan nama. Dan tidak semua perempuan yang menjadi hamil itu adalah hasil hubungan di luar nikah. Sebagian disebabkan pemerkosaan. Oleh bapak kandung, bapak tiri, tetangga, kenalan medsos, guru ngaji, dukun, dll. Jadi perempuan yang hamil itu sudah menjadi korban, lalu menjadi korban kedua kalinya ketika tidak bisa dapat bantuan, dan merasa tidak ada pilihan selain bunuh dan buang bayi itu.
Jadi ketika anak remaja bingung dan trauma, dan pemerintah TIDAK memberikan informasi atau bantuan, dan masayarakat hanya ingin menyebarkan gosip tanpa menolongnya juga, hasilnya seperti ini. Bayi yang tidak berdosa dibuang seperti sampah, lalu dimakan anjing, seperti sampah. Faktanya, 80 juta anak yang sudah besar tidak merupakan prioritas. Apalagi yang belum lahir.
Di saat yang sama, ada ratusan ribu pasangan suami-istri yang sulit dapat keturunan, dan siap adopsi anak, tetapi prosesnya sulit. Kalau ada stok barang, dan ada calon konsumen, tetapi barang tersebut malah dibuang dan dibiarkan rusak, ruginya sangat jelas. Dalam dunia bisnis tidak masuk akal sedikitpun. Apalagi kalau membahas nyawa anak yang bersih dari dosa...
Semoga bermanfaat sebagai renungan. Walaupun tidak ada harapan akan terjadi perubahan, karena kebanyakan orang tidak akan peduli selain bilang, “Memprihatinkan ya”. Lalu kita semua akan lupa lagi sampai mayat bayi yang berikutnya ditemukan di tengah tumpukan sampah. Merdeka!!
-Gene Netto
Bayi Baru Lahir Ditemukan Tewas dalam Kantong Plastik di Kampar, Ada Bekas Gigitan Anjing
https://suaraindonesia.co.id
Search This Blog
Labels
Popular Posts
-
[Kisah dari teman]: Kemarin di rumah ustadz ana yang punya ponpes. Katanya belum lama mengeluarkan belasan santri yang terlibat dalam kegiat...
-
Salah satu kata kesukaan orang Indonesia adalah: “Oknum”. Kalau ada orang-orang yang bercerita bahwa mereka mengalami suatu “masalah” di sek...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang peringkat Indonesia di FIFA: Hanya bisa mencapai urutan 122 pada bulan Oktober 2025, dan tidak ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tahun 2024, tercatat 1,8 juta orang Indonesia melakukan Umrah dan 241 ribu orang melakukan Haji. Jadi totalnya ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb., Seperti biasa, ini kisah rekayasa, dengan menggunakan nama orang yang benar. Prof. Fidelma O'Leary mema...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakuk...
-
Pertanyaan Assalamu'alaikum wr.wb., Saya mau bertanya kalau orang Muslim boleh mendoakan orang non-Muslim? Kalau ada teman atau sauda...
-
Banyak orang yang kerja sebagai “guru” hanyalah orang dewasa yang berdiri di kelas dan memberikan tugas kepada anak, TANPA memiliki ilmu yan...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf, apa pantas disebut “Tragedi Maut”? Bukannya itu kasus “kematian yang disebabkan oleh kelalaian” (yang bi...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Pak Menteri, tetapi apakah bapak sudah pegang data yang akurat, sehingga berani bilang jumlahnya sedikit?...
04 November, 2025
Bayi Baru Lahir Ditemukan Tewas dalam Kantong Plastik di Kampar, Ada Bekas Gigitan Anjing
29 October, 2025
Asrama Putri Ponpes di Situbondo Ambruk, 1 Santriwati Meninggal-11 Luka
Assalamu’alaikum wr.wb. Harap ingat: “Ini Musibah, dan Takdir Allah, dan Kami Tidak Menyangka!” Ketika anak tewas di pesantren atau sekolah, kalimat sakral itu sudah cukup sebagai penjelasan. Tidak ada pihak yang salah atau lalai. Tidak ada yang perlu ditangkap. Musibah saja. Kegiatan di pesantren harus segera mulai lagi bagi anak yang belum mati, dan gedung yang rusak harus dibangun kembali dengan uang rakyat.
Anehnya, ketika bis masuk jurang, sikap itu tidak berlaku. Sopirnya ditangkap, tidak ada usaha beli bis baru dengan uang rakyat, dan sopir itu tidak disuruh segera mengantar penumpang lagi. Sopir itu tidak sengaja bunuh orang, tapi dianggap bersalah. Pengurus pesantren tidak sengaja bunuh orang, jadi bebas dari kesalahan?
Selain itu, ketika melihat video berita di YouTube, saya kaget. Terkesan bahwa seluruh TKP sudah “bersih” ketika Polisi datang. Semua puing, beton, genteng, dll. sudah dipindah. Jadi kalau insinyur sipil mau periksa “tata cara bangunan itu jatuh”, sudah mustahil. Tidak bisa lihat apa yang jatuh duluan, atau jatuhnya ke mana.
Apa usaha pelaku membersihkan seluruh TKP bukan perkara hukum? Kalau seorang bapak membunuh anaknya lalu bilang “tidak sengaja”, apa juga boleh begitu? Ketika polisi datang, mayat anak sudah hilang dari rumah, darah sudah dibersihkan, dan barang-barang rusak sudah hilang sampai TKP menjadi steril dan bersih? Apa boleh dilakukan di semua TKP? Atau hanya boleh di pesantren saja?
Mungkin kondisi ini bisa menjadi bahan bagi mahasiswa fakultas hukum. Mereka bisa menulis makalah menarik tentang tipe orang yang kebal hukum, atau yang kena sanksi hukum, padahal perbuatannya mirip. Bedanya adalah satu pihak merupakan ahli agama di pesantren, dan pihak lain adalah orang biasa. Dan kalau seluruh barang bukti dihilangkan, apa di pesantren boleh, tetapi di rumah dilarang?
Kenapa nyawa anak di pesantren kalah penting dengan nyawa anak di tempat lain? Sepertinya, investigasi terhadap anak yang tewas di rumah bisa luas dan lengkap. Tetapi bagi anak yang tewas di pesantren, ada kesan bahwa hukum negara kurang berlaku, dan tidak ada pelaku yang perlu bertanggung jawab, karena itu hanya musibah dan takdir Allah saja. Betul?
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Asrama Putri Ponpes di Situbondo Ambruk, 1 Santriwati Meninggal-11 Luka
Musibah terjadi di Pondok Pesantren Salafiah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani, Situbondo. Salah satu bangunan asrama putri di ponpes itu ambruk menewaskan seorang santriwati dan melukai 11 orang santriwati lainnya.
https://www.detik.com
Kamar Ponpes di Situbondo Ambruk, Belasan Santri Putri Tertimpa Reruntuhan & 1 Orang Tewas
https://www.youtube.com
28 October, 2025
Siswa SD di Cianjur Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Bunuh Diri
Keluarganya, gurunya, dan teman-temannya yang kenal anak itu bisa melihat perubahan tersebut. Tetapi dalam setiap kasus, semuanya “bingung”. Dalam beberapa kasus, anak tersebut bunuh diri. Ketika perubahan sikap itu muncul, anak itu perlu dibantu secara cepat. Tetapi yang sering terjadi adalah semua orang dewasa diam saja dan menunggu dia kembali normal. Lalu dia bunuh diri.
Dalam kasus ini, keluarganya merasa “kasihan” pada mayat korban, jadi tidak rela dilakukan autopsi dan investigasi polisi. Dalam kata lain, mereka tidak ingin korban dapat keadilan, dan pelakunya boleh dibiarkan melakukan kejahatan terhadap anak-anak yang lain. Biar ada banyak korban sekaligus. Biar banyak keluarga lain menderita juga.
Ada dua hal yang terulang, dan patut disayangkan. Pertama, banyak orang dewasa tidak sanggup mengingat satu fakta sederhana: Anak yang berubah menjadi murung telah mengalami trauma! Kedua, sering ada rasa “kasihan pada mayat”. Tetapi sikap itu sama dengan membebaskan pelaku untuk mengulangi perbuatannya. Keadilan bagi korban dibuang ke laut? Rasa “kasihan pada mayat” lebih utama, seakan-akan mayat akan dapat suatu manfaat?
Dua perubahan dibutuhkan. Pertama, pelatihan anti-pencabulan dan anti-bullying secara nasional. Semua orang dewasa perlu memahami tanda-tanda seorang anak mengalami trauma. Kedua, ketika anak wafat di luar dugaan, keluarga harus dukung investigasi polisi, demi mencari pelaku (kalau ada), agar bisa ditangkap, untuk selamatkan anak lain. Autopsi tidak mengganggu mayat seditpun! (Belum pernah ada mayat yang bangkit dan protes!)
Kalau kedua perubahan ini tidak terjadi (dan sepertinya tidak ada yang cukup peduli), anak-anak Indonesia akan menjadi korban terus. Dan ribuan pelaku akan tetap bebas, karena tidak dicari polisi, karena keluarga korban menolak investigasi dan autopsi. Terkesan banyak orang tua telah mengalami pencucian otak agar punya rasa “kasihan pada mayat”. (Dari mana sikap umum itu??) Hasilnya adalah mereka tidak peduli pada keadilan, dan tidak mau melindungi anaknya orang lain! Ibaratnya mereka berkata, “Mayat anak saya lebih utama daripada anak lain yang masih hidup!!” Semua orang dewasa harus berubah, agar ribuan anak bisa diselamatkan dan tidak perlu menjadi korban!
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Siswa SD di Cianjur Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Bunuh Diri
Seorang anak laki-laki berinisial MAA (10 tahun) di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ditemukan tewas di rumahnya, Rabu (22/10). "Memang ada kebiasaan yang berubah, biasanya cucu saya sering bermain di luar rumah bersama teman-temannya. Tapi, belakangan ini lebih memilih diam di dalam rumah, dan terlihat murung," tuturnya.
https://kumparan.com
26 October, 2025
Anak Yang “Bodoh” Mungkin Punya Masalah Dengan Matanya
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada seorang anak SD yang cerdas dan cepat memahami sesuatu yang dijelaskan kepadanya, menurut anggota keluarganya. Tetapi anak laki-laki itu dicap “bodoh”, dan dianggap “lambat belajar” oleh guru kelasnya, jadi diyakini ada gangguan “cacat mental” yang membuatnya tidak bisa tangkap pelajaran di kelas. Guru itu suruh orang tuanya kirim anak itu ke SLB, karena dia dianggap beban bagi gurunya.
Saudaranya anak itu konsultasi dengan saya, lalu saya dapat kesan anak itu “normal” dan bisa berpikir dan diskusi secara baik. Yang menjadi masalah, dia tidak suka baca buku jadi belajar dan kerjakan PR menjadi sulit. Saya bertanya, apa pernah dicek matanya dan telinganya? Ternyata belum. Setelah dicek, diketahui MATANYA MINUS 5 !!! Jelas dia tidak akan bisa baca tulisan di papan tulis. Gurunya selalu tempatkan “anak bodoh” itu di belakang, agar tidak mengganggu, jadi anak dengan mata minus akan makin menderita. Apalagi dilarang pindah tempat duduk.
Saya bertanya tentang guru itu. Dia PNS di SD negeri. Saya bisa paham kalau dia seorang guru honorer (dengan ilmu terbatas) di pelosok. Tetapi guru PNS yang profesional seharusnya punya ilmu pendidikan yang cukup, dan mau mencari akar masalah. Kalau ada anak “bermasalah” dan sulit belajar, selalu harus dimulai dengan pemeriksaan fisik. Guru tidak berikan petunjuk, orang tuanya tidak paham, dan anak itu tidak sanggup jelaskan apa yang dia rasakan. Hasilnya adalah anak cerdas malah dicap “bodoh” dan hanya bisa naik kelas karena pandai menghafal (daripada membaca).
Berapa banyak anak mengalami gangguan serupa, dan menderita di kelas karena gurunya anggap anak itu “bodoh” dan tidak periksa matanya dulu? Jadi kalau ada orang lain yang menyatakan anak anda “bodoh” atau cacat mental, tetapi anda yakin tidak, tolong jangan percaya begitu saja. Ada banyak guru yang kurang profesional dan punya ilmu yang terbatas. Mereka dibayar untuk mendidik anak, tapi lebih inginkan yang mudah bagi dirinya. Jadi anak yang dianggap “tidak normal” dan sulit diatur mau dibuang dari kelasnya. Orang tualah yang harus protes dan cari informasi sendiri dari pihak lain.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
19 October, 2025
Ya Allah, Ada Apa Dengan Negara Ini?
[Pertanyaan]: Ya Allah, ada apa dengan negara ini? Kenapa ada banyak kerusakan?
[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Banyak masalah di sini berawal dari sistem pendidikan yang kurang baik. Efeknya, banyak orang menjadi pemimpin, dapat tanggung jawab, tetapi mereka kurang pantas. Banyak sistem lain juga rusak, tetapi pendidikan yang terpenting. Pola pikir kita menentukan tindakan dan perbuatan kita. Anak yang dapat sistem pendidikan yang baik, dan keluarga yang baik, tidak menjadi orang jahat. Mereka senang berpikir, menggali ilmu, berbuat baik, menolong orang lain, dsb.
Tetapi banyak orang lain dapat pendidikan yang rusak, dan keluarganya juga rusak. Orang tuanya adalah hasil dari sistem yang rusak di zaman dulu. Sayangnya, mereka (anak dan orang tuanya) malas belajar sekarang, walaupun semua ilmu bisa diakses lewat internet. Hasilnya, banyak orang yang “tidak pantas” malah bisa menjadi pemimpin. Ada banyak pejabat nasional dan daerah, dan pemimpin di bidang politik, pendidikan, agama, rumah tangga, dan seterusnya, yang kurang berkualitas. Berapa banyak pria yang menikah tetapi kurang pantas menjadi suami atau bapak? Mereka tidak memahami tugasnya, malas belajar, dan tidak bisa memimpin diri sendiri, apalagi orang lain.
Di sini, banyak sistem dibiarkan rusak, karena para pemimpin sibuk kumpulkan kekayaan dan kekuasaan. Di negara maju, anak dan dewasa sering membaca, banyak berpikir, jadi IQ rakyat tinggi, dan rakyat menjadi sejahtera. Tetapi di sini, anak dan dewasa malas membaca, IQ rakyat rendah, banyak anak DO, dan umat Islam menghabiskan Rp. 2.200 triliun untuk beli rokok setiap tahun. Sekaligus mengaku miskin dan sulit maju karena dijajah Belanda zaman dulu. Beli buku, susah. Beli rokok, wajib. Anehnya, Jepang hancur 70 tahun yang lalu. Sekarang?
Dari Ibnu Umar ra., Rasulullah SAW bersabda, "Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya mengenai kepemimpinanmu. Imam (Penguasa) adalah pemimpin dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya dan bertanggung jawab mengenai kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Pelayan (buruh) adalah pemelihara harta majikannya dan akan ditanya mengenai pemeliharaannya. Maka kamu sekalian adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinannya." (HR. Bukhari & Muslim)
Artinya “pemimpin” adalah semua orang yang dapat tanggung jawab. Mereka punya kekuasaan, walaupun terbatas. Sayangnya, mereka tidak dibekali dengan ILMU MENJADI PEMIMPIN. Itulah hasil dari sistem pendidikan yang rusak, dan seringkali keluarganya rusak juga! Saat menjadi “pemimpin” (dapat tanggung jawab), mereka menciptakan kerusakan, atau teruskan yang sudah ada. Pejabat, suami, guru, karyawan, polisi, satpam, dll. adalah pemimpin. Ada tanggung jawab, dan perbuatan mereka berefek pada orang lain, jadi mereka tergolong “pemimpin”.
Apa solusinya? Sederhana. Kita harus bangun dari dunia mimpi, bersatu, siap membantu orang lain, dan membangun komunitas yang baik. Itu tanggung jawab kita semua, bukan “tugasnya pejabat”. Jangan menunggu orang lain muncul untuk memperbaiki Indonesia. Kita yang harus melakukannya!
Caranya? Mulai dengan diri sendiri, dan anak di rumah. Jangan merasa “puas” dengan ilmu yang dimiliki. Berusaha untuk belajar terus, setiap hari. Menjadi semangat mencari informasi, walaupun dianggap “tidak bermanfaat”. Belajar tentang negara lain, sejarah dunia, dan bidang yang kurang penting bagi anda. Contohnya: Sistem ekonomi di Cina apa? Kekaisaran Romawi runtuh kenapa? Apa air laut bisa menjadi air minum? Binatang apa yang paling beracun? Dan seterusnya.
Mengejar ilmu dunia dan ilmu agama terus, karena itu sumbernya peningkatan IQ. Dapat kemampuan berpikir dan membuat analisis! Mendidik anak dengan cara yang sama. Jangan berharap mendapat anak yang “diam dan taat”. Didik mereka untuk merasa mandiri, berpikir sendiri, ciptakan pendapat, dan berdebat secara baik. Bantu mereka dapat IQ dan kreativitas tinggi. Berikan buku, sumber ilmu dari internet, dan semangatkan mereka.
Tanpa berdoa kepada Allah, negara maju mereka berhasil. Sekitar 50% dari orang di barat sudah ateis sekarang. Di Cina, seluruh negara! Kita berdoa kepada Allah SWT setiap hari, jadi seharusnya kita bisa melebihi mereka dalam semua bidang. Faktanya, banyak Muslim berdoa kepada Allah, tetapi tidak yakin doanya akan dikabulkan! Jadi kita butuh Allah, ilmu, dan semangat berjuang, tanpa menunggu orang lain! Dan daripada bakar Rp. 2.200 triliun per tahun untuk rokok, coba diberikan kepada anak yatim dan dhuafa! Minta doanya, dan merasa yakin Indonesia ini bisa maju. Kalau kita semangat, Allah akan semangat dukung kita juga. Jangan menunggu orang lain. Mulai mendidik anak anda sekarang juga.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
16 October, 2025
Jemaah Haji Dan Umrah Dapat Menteri, 80 Juta Anak Kenapa Diabaikan?
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tahun 2024, tercatat 1,8 juta orang Indonesia melakukan Umrah dan 241 ribu orang melakukan Haji. Jadi totalnya adalah 2 juta orang yang pergi ke Saudi selama beberapa hari saja.
Tetapi ada 80 JUTA ANAK INDONESIA YANG PERGI KE SEKOLAH SETIAP HARI, lalu dapat atap yang mau ambruk, WC yang rusak, tembok yang rusak, perpustakaan penuh buku teks kuno (bukan buku cerita), listrik yang sering putus, kelas panas tanpa kipas angin atau AC, pejabat yang tiba-tiba isi satu kelas dengan 50 anak, guru yang gajinya 300 ribu per bulan, guru yang cabuli anak, guru killer yang marah besar kalau anak lupa kerjakan PR, tempat bermain berisi perosotan buatan zaman Belanda, kebijakan pendidikan yang berubah terus, kurikulum yang berubah terus (ganti menteri, ganti kurikulum), dan setelah lulus dari SMA harus bersaing dengan puluhan ribu anak lain untuk menjadi kasir di Alfamart karena sulit dapat pekerjaan yang lain, atau bisa menggunakan keahlian matematika dan sejarah yang dipelajari untuk menjadi tukang ojek, lalu dilindas polisi.
KENAPA orang kaya yang pergi ke Saudi selama beberapa hari bisa dapat seorang menteri untuk bantu mengatur semua urusan mereka secara baik, tetapi 80 juta anak bangsa tidak pernah dapat seorang menteri yang bertindak sebagai advokat mereka di tengah pemerintah? Kenapa tidak ada pejabat khusus yang memastikan kondisi hidup mereka, keluarga mereka, kesejahteraan mereka, perlindungan mereka, dan masa depan mereka merupakan PRIORITAS bagi pemerintah? Ada 80 juta anak yang butuh seorang pejuang dan juru bicara, yang bisa bicara atas nama mereka dan melindungi mereka dari orang dewasa yang bertindak seenaknya, membuat kebijakan seenaknya, mengubah lingkungan dan komunitas seenaknya, tanpa peduli pada dampaknya terhadap anak Indonesia.
Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta'ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)
Mohon kepada Bapak Presiden untuk segera lantik Menteri Urusan Anak. Dan berikan dia kekuasaan hukum untuk panggil menteri dan pejabat lain, melakukan koordinasi, dan melarang pejabat bertindak seenaknya tanpa peduli pada efeknya terhadap 80 juta anak Indonesia. Presiden punya Paspampres untuk menjaganya dan punya banyak staf untuk mengatur semua urusannya. Siapa di dalam pemerintah yang menjaga dan mengurus 80 juta anak dan memikirkan masa depan mereka? Kenapa mereka tidak lebih utama dari 2 juta orang kaya yang mau pergi ke luar negeri selama beberapa hari?
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
15 October, 2025
Contoh Kebodohan Guru: Geger Penis Siswa TK di Solo Dipotong Teman Pakai Gunting
Banyak orang yang kerja sebagai “guru” hanyalah orang dewasa yang berdiri di kelas dan memberikan tugas kepada anak, TANPA memiliki ilmu yang dibutuhkan. Nomor Satu dalam semua kegiatan seharusnya Perlindungan Anak. Kenapa? Karena sangat buruk kalau guru berikan mayat kepada orang tuanya, lalu banggakan diri karena nilai Bahasa Indonesianya anak itu tinggi sebelum dia tewas. Atau guru mengatakan, “Maaf anak anda jadi buta, tapi nilai matematikanya tinggi ya!!”
Kenapa kasus penis siswa TK dipotong menjadi contoh kebodohan guru? Karena anak TK seharusnya tidak pernah dikasih pisau atau gunting yang bisa memotong kulit. Ada gunting khusus anak kecil yang dibuat dari plastik, atau dari besi, tetapi sifatnya tumpul. Bisa memotong kertas dan kardus tipis, tetapi kalau digunakan di lengan seperti gergaji besi, tidak akan muncul luka di kulit. (Contohnya dalam foto di atas.) Aman bagi anak balita karena tidak tajam dan tidak mungkin bisa potong kulit. Dalam beritanya, tidak dijelaskan jenis guntingnya, tetapi kalau bisa memotong penis anak, dijamin bukan gunting anak.
Ini yang terjadi kalau orang yang tidak punya ilmu pendidikan menjadi “guru” di kelas. Dianggap “cukup” kalau bisa jaga ketertiban dan bagikan tugas agar siswa duduk manis, dan tidak mengganggu anak lain. ILMU seorang guru yang profesional jauh lebih luas dari itu. Tetapi banyak orang tua tidak sadar, dan banyak pemilik sekolah tidak peduli. Yang penting adalah uang dari orang tua mengalir terus. Perlindungan Anak seharusnya menjadi prioritas. Tetapi hal itu tidak akan terjadi selama banyak orang dewasa, orang tua, dan pejabat meremehkan keahlian guru, dan cari siapa saja yang mau digaji murah. Ada 80 juta anak Indonesia yang berharap dapat pendidikan berkualitas. Kapan mereka akan dapat haknya itu?
Semoga bermanfaat sebagai renungan. Dan semoga anak-anak kita semua selamat dari kebodohan “guru” dan pemimpin bodoh yang memberikan pekerjaan kepadanya, dengan sekaligus meremehkan ilmunya yang dibutuhkan.
-Gene Netto
Geger Penis Siswa TK di Solo Dipotong Teman Pakai Gunting, Begini Kronologinya
Alat vital salah satu siswa dipotong dengan gunting oleh temannya sendiri usai mereka mengikuti pelajaran prakarya bersama siswa lainnya, di salah satu TK di Solo. Alat vital salah satu siswa dipotong dengan gunting oleh temannya sendiri usai mereka mengikuti pelajaran prakarya bersama siswa lainnya.
https://www.merdeka.com
13 October, 2025
Gedung Pesantren Ambruk: Ketika Perlindungan Anak Bukan Prioritas
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakukan shalat di dalamnya. Hasilnya, 63 anak tewas, 24 anak luka berat, 74 anak luka ringan, dengan jumlah total korban 171 anak. Rakyat kaget, tetapi sebenarnya, ini merupakan hasil dari sistem pendidikan di Indonesia di mana perlindungan dan keselamatan anak bukan sebuah prioritas.
Di banyak sekolah dan pesantren ada bahaya. Ada sebagian anak yang mengalami bullying, penyiksaan, pemerasan, pencabulan, sodomi, atau pemerkosaan. Ada anak yang dikembalikan kepada orang tuanya sebagai mayat. Hal ini terjadi karena banyak guru dan ustadz yang menerima anak sebagai amanah tidak memahami tugas utamanya, yaitu, kewajiban melindungi anak!
Kalau kita berpikir dengan akal yang sehat, sangat jelas bahwa tempat proyek berbahaya. Biasanya ada peringatan di pagarnya: Wajib memakai alat pelindung diri (APD) seperti helm safety, sepatu safety, dll. Suatu barang yang jatuh dari atas bisa membunuh orang di bawah. Sudah banyak pekerja yang terluka atau tewas di tempat proyek. *Kalau dewasa wajib pakai APD, kenapa 171 anak bisa masuk wilayah proyek dengan APD peci dan sarung saja? Sangat tidak masuk akal.*
Setiap kali ada anak yang terluka atau tewas, di pesantren, sekolah, atau dalam kegiatan resmi di luar, para guru dan ustadz selalu berkata: “Ini musibah! Ini takdir Allah! Kami tidak menyangka!” Ketika ada korban bullying sampai terluka atau tewas, atau korban pencabulan, komentar yang sama muncul juga. Orang dewasa yang menjaga anak perlu memikirkan bahaya terhadap anak, sebelum anak menjadi korban.
Para guru dan ustadz harus menggunakan akalnya, untuk memikirkan perlindungan dan keselamatan anak sebagai prioritas utama. Mungkin mereka anggap cukup kalau mengucapkan “Bismillah, insya Allah aman”, dan tidak perlu berpikir lagi. Jadi, untuk apa Allah berikan akal kepada manusia? Apakah ada banyak ayat di dalam Al Qur’an yang berbunyi, “Maka, janganlah berpikir”, atau “Akal tidak penting”? Setahu saya, tidak ada. Jadi kenapa banyak guru dan ustadz bisa bersikap seperti itu?
Di dalam Al Qur’an, ada sekitar 130 ayat yang menyuruh kita berpikir, menggunakan akal, mengambil pelajaran, merenung, mengingat, ambil peringatan, memahami, dan memperhatikan. Contohnya:
Terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. 3:190)
Apakah kamu tidak memikirkan(nya)? (QS. 6:50)
Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (darinya)? (QS. 6:80)
Terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. 12:111)
Ketika Rasulullah SAW diberitahu bahwa umat Islam akan diserang, apa yang terjadi? Para sahabat sudah menunggu perintah untuk mengumpulkan pasukan, siapkan kuda, pedang, busur dan anak panah, dsb. Apa Rasulullah SAW pernah berkata, “KITA BISMILLAH SAJA, DAN TIDAK USAH BERPIKIR LAGI! Kita tidak perlu pasukan, pedang, posisi strategis, dan lain-lain. Cukup Bismillah saja, dan apa yang terjadi sesudahnya adalah MUSIBAH DAN TAKDIR ALLAH. Buanglah akal. Jangan berpikir. Kita sudah Bismillah!”
Apakah begitu sikap Rasulullah SAW? Cukup Bismillah saja? Atau apakah Nabi SAW selalu menggunakan AKAL dan membuat persiapan yang matang? Kalau Nabi Muhammad SAW selalu memberikan contoh menggunakan akal dan bersiap-siap secara baik, kenapa banyak guru, ustadz, dan orang tua merasa puas dengan persiapan “Bismillah saja, insya Allah aman”? Dari mana pemikiran itu? Sangat jelas bukan dari Rasulullah SAW, berarti juga bukan dari Allah!
Anak perlu diselamatkan dari bahaya sebelum menjadi korban. Menjadi seorang guru atau ustadz adalah amanah dari Allah, dan amanah dari orang tuanya semua anak. Jangan diremehkan amanah itu dengan abaikan bahaya yang jelas. Justru Allah berikan akal kepada manusia agar kita memakainya untuk berpikir dan mencari jalan yang terbaik!
Kalau anda diberikan amanah dari Allah dengan ditugaskan mengurus anak, tetapi anda merasa tidak perlu berpikir dengan akal yang sehat, maka ada kesimpulan yang jelas: Mohon maaf, tetapi terbukti anda tidak pantas mendapat posisi dan pekerjaan tersebut. Kalau anda tidak mau memikirkan hal-hal yang bisa membahayakan anak, maka anda sudah gagal menjaga amanah! Dan apa saja yang menimpa anak-anak tersebut adalah kesalahan dan tanggung jawab anda 100%.
Allah sudah berikan amanah dalam bentuk 80 juta anak. Kita harus jaga amanah itu dan gunakan akal yang sehat untuk memikirkan apa yang berbahaya bagi mereka, dan bertindak untuk MELINDUNGINYA sebelum ada yang menjadi korban. Kita harus bangun dari dunia mimpi dan mulai berpikir secara bijaksana tentang apa yang dibutuhkan oleh mereka. Kita harus serius dalam menjaga mereka, atas nama Allah, atas nama orang tuanya, atas nama masa depan bangsa, agar semua anak Indonesia bisa tumbuh dalam kondisi yang baik dan aman, dan bisa menjadi kebanggaan kita di masa depan.
Mohon maaf apabila ada kekurangan.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
07 August, 2025
Anak Tenggelam Terus, Kenapa Dalam Beritanya Tidak Ada Pihak Yang Lalai?
Assalamu’alaikum wr.wb. Untuk mencegah anak tenggelam di negara ini, mungkin dibutuhkan 2 perubahan. Pertama, wartawan harus menulis berita dengan gaya lebih tegas. Kedua, harus ada orang dewasa terkait yang kena sanksi hukum. Yang paling mudah adalah yang pertama. Dalam kebanyakan artikel berita, ditulis bahwa anak yang tenggelam dibawa ke puskesmas, dan korban dinyatakan “tewas”.
Tetapi sudah tewas pada saat dibawa pergi. Seharusnya korban dibantu langsung di tempat dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP, atau CPR). Tetapi sangat jarang terjadi. Biasanya dibawa ke puskesmas saja, dalam kondisi tidak bernafas. Kenapa? Karena banyak pengelola kolam renang, petugas, guru, ustadz, dan orang dewasa yang lain adalah orang yang bodoh dan lalai yang menolak belajar. Jadi mungkin artikel berita perlu tegaskan bahwa ada pihak yang bersalah. Misalnya:
SALAH SATU BERITA TERBARU:
“Anak berusia 11 tahun tenggelam di kolam renang. Lalu petugas yang bodoh ambil jenazah anak yang tidak bernafas itu di membawanya jalan-jalan keliling kota. Setelah akhirnya tiba di puskesmas, dokter menyatakan bahwa anak yang sudah mati sejak 20 menit sebelumnya tetap saja mati. Artinya, petugas kolam renang membawa mayat jalan-jalan tanpa manfaat. Kenapa terjadi terus? Karena pemilik kolam renang yang bodoh dan lalai tidak mewajibkan semua petugas belajar Resusitasi Jantung Paru (RJP, atau CPR), dan pemerintah dan pemda yang bodoh dan lalai juga tidak mewajibkan pemilik usaha, guru, dan ustadz belajar RJP. Anak dibiarkan mati terus disebabkan kebodohan dan kelalaian dari pemerintah, pemda, pemilik usaha, petugas, guru, ustadz, dan orang dewasa lain yang seharusnya DILATIH untuk selamatkan anak.” [AKHIR]
Itu contoh artikel berita yang lebih tegas, yang jelaskan ada kelalaian. Tetapi saya tidak yakin banyak wartawan akan siap membuat berita yang tegas. Anak Indonesia harus dibiarkan mati terus, disebabkan kebodohan dan kelalaian dari orang dewasa yang punya kemampuan belajar, tetapi menolak, dan punya kemampuan untuk “menyangka”, tetapi malah selalu “tidak menyangka”.
Sebagai perumpamaan, ketika terjadi kebakaran rumah, bagaimana kalau petugas damkar datang dan hanya tiup-tiup apinya tanpa hasil? Tidak membawa truk dan selang, dan tidak siram apinya dengan air. Lalu mereka berkomentar, “Kami tidak dilatih untuk memadamkan api! Tidak tahu caranya. Kami juga tidak menyangka rumah bisa kebakaran!” Apa kita akan terima, dan anggap tidak ada yang lalai? Atau apa kita akan marah, dan bertanya kenapa mereka tidak diwajibkan dapat pelatihan yang tepat? Lalu, apa bedanya dengan petugas di kolam renang? Kenapa tidak mereka diwajibkan dapat pelatihan RJP? Kenapa petugas damkar bisa “menyangka” rumah akan kebakaran dan siap bertindak, tetapi pengelola kolam renang, guru, ustadz, dan orang dewasa lain selalu “tidak menyangka” anak bisa tenggelam dan tidak siap bertindak?
Kalau pelatihan RJP diwajibkan di SMP dan SMA, berapa ribu anak yang bisa diselamatkan dalam 1 tahun? Dan dalam beberapa tahun saja, 30-40% dari seluruh penduduk akan mengerti caranya setelah lulus sekolah (ada 80 juta anak di Indonesia). Jadi kenapa tidak wajib? Dan anak siapa yang harus tewas sebelum ada kepedulian?
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32)
Selama para korbannya hanya anaknya orang miskin, dan bukan anaknya orang elite, sepertinya tidak akan terjadi perubahan. Tetapi para wartawan bisa mulai membangun gerakan dulu, dengan SELALU BERTANYA kenapa petugas kolam renang tidak mengerti RJP, dan kenapa tidak ada pihak yang kena sanksi hukum disebabkan kelalaian tersebut.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Pelajar 11 Tahun Meninggal Tenggelam di Kolam Muara Louser Abdya
Saat itu, korban sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kemudian, korban dilarikan ke Puskesmas Manggeng menggunakan sepeda motor.
https://prohaba.tribunnews.com
06 August, 2025
Disiplin Militer Di Sekolah Negeri Merusak Kreativitas Dan Kemajuan Siswa
[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Mungkin tanpa anda sadari, komentar anda berasal dari pemikiran dalam sistem pendidikan militer. Di militer, kesalahan sekecil apapun tidak bisa ditoleransi. Sersan harus memaksakan prajurit taat pada semua perintah dan aturan, dan tidak boleh ada kesalahan. Kenapa? Karena setiap prajurit harus siap MEMBUNUH manusia lain, pada saat diperintahkan. Tidak boleh berpikir dulu, tidak boleh introspeksi, tidak boleh berbeda pendapat, tidak boleh protes, tidak boleh menolak, tidak boleh berbeda sendiri. Wajib taat 100% ketika disuruh bunuh orang lain.
Prajurit disuruh siapkan perlengkapan perang. Ketika sersan buka kotak amunisi, dan ternyata isinya sabun, prajurit yang salah isi kotak akan menjadi penyebab kematian pasukannya. Jadi prajurit wajib taat 100% pada perintah atasannya, dan kesalahan sekecil apapun tidak akan ditoleransi. Ini pemikiran militer. Jelas kenapa dibutuhkan. Sangat tidak benar kalau pemikiran yang sama digunakan untuk “mendidik” anak kecil di sekolah lalu mereka juga wajib kena hukuman tegas karena “lupa topinya” dsb. Anak bukan prajurit. Jangan dididik dengan pola pikir atau proses yang sama karena tujuannya sangat berbeda!
Sayangnya, banyak guru menggunakan sikap “pendidikan militer” dalam sekolahnya dan tidak mau mencari program yang lebih cocok. Dan setelah mengalami sistem itu selama 12 tahun, ada anak yang lulus dan menjadi PNS. Ketika diperintahkan ikut “korupsi berjemaah”, banyak PNS merasa wajib menjawab, “Siap!” karena sesuai dengan pendidikan guru sekolahnya di masa lalun. Mantan siswa itu merasa wajib “diam dan taat” pada atasannya ketika diajak melanggar hukum. Kalau tidak diam dan taat, dia akan kena hukuman, karena pengalamannya di sekolah begitu.
Einstein bisa menjadi salah satu manusia paling cerdas dalam sejarah, dan tidak ada yang peduli pada rambutnya. Bill Gates menciptakan Microsoft, Jeff Bezos menciptakan Amazon, Elon Musk menciptakan Tesla, dan mereka menjadi orang-orang yang paling kaya di dunia, tetapi tidak ada yang peduli pada rambutnya. Di Indonesia, ukuran rambut menjadi tanda ketaatan pada guru! Dan siswa wajib taat pada guru! (Tetapi hanya laki-laki saja, perempuan bebas mengatur rambutnya sendiri.)
Wajib merasa takut akan kena hukuman dari guru kalau berbuat salah. (Dan konsep benar dan salah ditentukan oleh guru, pendapat siswa dan orang tua tidak penting!) Wajib menjadi sama dengan semua siswa lain. Wajib setuju dengan guru. Wajib menghafalkan jawaban yang benar yang dimiliki oleh guru. Wajib mengejar ranking satu. Wajib lulus semua ujian. Wajib menjadi sama dengan semua siswa yang lain. Dan jangan sampai berani melawan, berdebat, atau ingin menjadi berbeda.
Soalnya, Allah SWT sudah menciptakan semua manusia dalam keadaan persis sama dan Allah melarang perbedaan apapun, betul?? Salah! Allah menciptakan manusia dengan badan, bahasa, budaya, negara, kekayaan, dan bakat yang berbeda-beda! Lalu banyak guru Indonesia menjadi sibuk menghancurkan perbedaan itu, dan wajibkan semua siswa taat pada satu pendapat dan satu pemikiran yang dibenarkan oleh gurunya yang berkuasa.
Dan ketika lulus dan menjadi PNS, sistem korupsi wajib dipelihara, atas perintah atasan yang berkuasa. Tidak boleh berbeda pendapat. Tidak boleh jujur sendiri kalau semua orang di sekitar kita berbohong. Anak Indonesia diwajibkan belajar sikap “Diam dan taat” dan wajib melestarikannya. Tidak ada kebenaran lebih tinggi daripada “Diam dan taat”. Lalu Indonesia menjadi salah satu negara terkorup di dunia, karena kebanyakan mantan siswa yang menjadi warga negara tidak berani melawan, atau menjadi berbeda sendiri, atau menegakkan kebenaran…
Semoga semua guru dan orang tua bisa melihat hubungannya antara pendidikan “diam dan taat” di sekolah, dan hasilnya di tengah masyarakat kita.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
23 July, 2025
Untuk Apa Ada Hari Anak Nasional?
“Hari Anak Nasional menjadi pengingat penting bagi semua elemen masyarakat bahwa anak-anak adalah aset bangsa yang harus dihargai, dilindungi, dan diberdayakan.”
Assalamu’alaikum wr.wb. Ketika membaca kalimat itu, saya tidak tahu apa seharusnya ketawa atau menangis. Anak adalah aset bangsa? Jadi seharusnya ada “nilainya”! Saya baca berita tentang anak setiap hari karena ingin memahami kondisi yang nyata. Kita hanya bisa memperbaiki suatu masalah kalau memahaminya. Pertanyaan saya: Anak Indonesia hidup dalam kondisi apa sekarang? Aman? Sehat? Sejahtera? Cerdas? Bahagia?
Setiap hari, ada berita tentang anak yang dicabuli, diperkosa, diperkosa bergilir, dan disodomi. Mayoritas dari pelakunya adalah pria dewasa yang dekat, seperti bapak kandung, bapak tiri, guru ngaji, ustadz, guru sekolah, guru les, kakek, tetangga, atau pendeta. Ada banyak pelaku yang remaja, seperti senior di sekolah atau pesantren, tetangga, teman Facebook, kenalan medsos, dll.
Anak SMP bisa diperkosa bergilir oleh 6 sampai 14 anak remaja. Dari ribuan kasus, belum pernah ada anak laki-laki yang selamatkan korban. Dari ribuan laki-laki usia 12-19 tahun yang diajak perkosa anak perempuan, 100% setuju. Untuk mengatasinya, guru dan orang tua harus membahas pemerkosaan, dan mendidik anak laki-laki untuk menjadi satria yang melindungi perempuan. Daripada ikut memperkosanya!
Banyak anak dicabuli oleh guru ngaji, guru sekolah, atau ustadz di pesantren. Anak tidak paham ada bahaya. Solusinya sederhana: “Pelatihan Anti-Pencabulan”. Dibuat poster yang wajib dipasang di sekolah dan pesantren, yang jelaskan arti pencabulan dan cara lapor. Orang tua juga harus diajarkan cara membahas pencabulan. Anak harus dididik bahwa badannya tidak boleh disentuh secara paksa, dan kalau terjadi, mereka harus melawan, lari, dan lapor.
Film pornografi banyak. Sebagian anak mulai nonton dari usia 12 tahun. Banyak orang tua tidak mau membahasnya. (Seringkali, bapak punya koleksi sendiri!) Karena tidak bisa diskusi dengan orang tua, anak bertanya kepada teman, lalu dikasih info situs, atau dikasih beberapa video.
Selalu ada berita tawuran. Di berapa banyak negara ada budaya anak ingin membunuh anak lain disebabkan dosa “sekolahnya beda”? Di negara tetangga tidak ada. Kenapa umum di sini? Kenapa belum ada solusi? Kenapa banyak anak laki-laki menjadi sadis?
Katanya, IQ rata-rata rakyat Indonesia adalah 78, ranking 130 di dunia. Jelas ada kegagalan dalam sistem pendidikan. Banyak guru kurang pandai “mendidik”. Merasa setara sersan di tentara. Dapat calon prajurit, harus teriak dan tegas agar mereka “diam dan taat”. Sersan (guru/pemimpin) berkuasa dan wajib ditaati, walaupun salah. Banyak anak anggap sekolah sama dengan penjara. Masuk penjara 12 tahun, lalu cari pekerjaan dengan saingan ribuan orang setiap 1 lowongan? Kenapa hasil pendidikan adalah jutaan anak bodoh yang tidak bisa dapat pekerjaan?
Banyak anak DO karena tidak sanggup beli seragam dll. Biaya “sekolah gratis” ternyata sangat mahal. Dianggap lebih baik anak kerja dan hasilkan uang, daripada keluarkan uang untuk sekolah. Di saat yang sama, para bapak membuang Rp. 2.619 Triliun per tahun untuk rokok! (Data 2024.) Sekolah mahal, tetapi rokok wajib? Pemerintah diam karena terima pajaknya. Lalu habiskan uang untuk BPJS bagi perokok yang kena kanker. Gali lubang, tutup lubang.
Setiap hari ada anak yang tenggelam. Misalnya, puluhan anak dibawa ke kolam renang oleh guru yang tidak bisa berenang. Ketika anak tenggelam, petugas membawanya ke puskesmas. Tidak bernafas selama 15 menit. Mati. Petugas dan guru tidak diwajibkan belajar Resusitasi Jantung Paru (RJP, atau CPR). Anak tewas adalah “takdir Allah”, bukan kelalaian. Banyak anak juga tenggelam di tempat lain seperti sungai, pantai, atau saluran irigasi, tetapi tidak ada pelatihan yang membuat mereka waspada.
Di kebanyakan desa, tidak ada taman baca. Anak butuh akses pada buku agar menjadi terbiasa membaca. Tempat bermain juga terbatas dan biasanya rusak. Ketika ada dana, daripada mendirikan taman baca dan taman bermain untuk mencerdaskan anak, malah jalannya diaspal.
Perlu puluhan contoh lain? Untuk apa ada perayaan “Hari Anak Nasional”? Kalau hasilnya adalah cermin dari usaha, terkesan banyak sistem yang terkait dengan anak mengalami kegagalan. Jadi apa yang dirayakan? Kalau ini di Jepang, mungkin banyak pejabat akan bunuh diri (atau mundur) sebagai bentuk tanggung jawab. Tetapi di sini malah menjadi perayaan. Banyak orang tepuk punggung sendiri, dan membahas keberhasilannya yang tidak dirasakan oleh anak.
Ada 80 juta anak yang butuh masa depan yang baik. Tetapi yang disediakan bagi mereka hanyalah sistem penuh kegagalan dan kesulitan. Banyak orang tua gagal mendidik anaknya karena tidak pernah dilatih menjadi orang tua. Kenapa tidak ada kelas parenting di SMP, SMA, dan universitas? Ada 60 juta orang tua yang merasa lemah karena “sendirian”. Jadi mereka hanya bisa terima yang disediakan, dan anggap anak mereka tidak berhak mendapat yang lebih baik.
Semua orang dewasa perlu bangun dari dunia mimpi. Semua masalah tersebut bisa diatasi. Tetapi harus ada kemauan untuk bersatu, dan mewujudkan program pendidikan, sosial, dan agama yang berkualitas. Hanya dengan itu bisa muncul harapan Indonesia Emas bagi semua anak bangsa!
Semoga bermanfaat sebagai renungan. Mohon maaf kalau kurang berkenan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
03 July, 2025
Dua Anak Kembar Tewas Tenggelam, Kenapa Harga Nyawa Anak Begitu Murah?
Assalamu’alaikum wr.wb. Saya merasa jenuh melihat berita ANAK TENGGELAM, yang muncul SETIAP HARI di situs berita. Kenapa para pemimpin, pendidik, dan pemimpin agama, hanya diam saja dan membiarkan hal itu terjadi terus, tanpa kepedulian? Kalau jumlah anak yang sama malah bunuh diri, atau overdosis dari narkoba, atau digigit ular beracun, saya cukup yakin reaksi masyarakat dan pemimpin akan sangat berbeda. Mungkin 100 juta orang tua akan teriak keras dan menuntut pemerintah, pemda, sekolah, dan pesantren menciptakan program pendidikan agar semua anak bisa memahami bahaya tersebut.
Tetapi karena anak-anak itu “hanya tenggelam” saja, tidak banyak yang mau peduli. Setiap hari, anak Indonesia yang tidak berdosa dibiarkan mati secara sia-sia, dan tidak ada pihak yang mau bertindak untuk mencegahnya. Tidak ada program pendidikan. Tidak ada pelatihan atau pembahasan di sekolah, atau radio, atau TV, atau di rumah. Dalam setiap kasus, 100% dari orang tua selalu mengatakan, “Kami tidak menyangka!” Lalu kejadian itu dicap musibah dan takdir saja. Tidak mungkin bisa dicegah. Tidak mungkin anak bisa diselamatkan. Betul?
Tetapi anehnya, ketika ada risiko anak bisa jatuh sakit atau tewas dari demam berdarah, semua orang siap membahasnya, dan banyak yang bertindak untuk menyelamatkan anak. Kenapa ada Program Pencegahan Demam Berdarah setiap tahun?? Ketika rumah sakit penuh dengan anak yang demam tinggi, kenapa semua orang dewasa tidak mengatakan, “Kami tidak menyangka, ini musibah, ini takdir”? Malah ada program nasional untuk bunuh nyamuk. Tetapi kalau anak tenggelam? Cuek saja. Itu takdir. Siapa yang bisa menyangka!?
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah 5:32)
Kapan rakyat Indonesia dan para pemimpin negara akan bangun dari dunia mimpi, dan mulai peduli pada masa depan 80 juta anak bangsa?
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Dua Anak Kembar di Bojonegoro Tewas Tenggelam Saat Bermain di Bengawan Solo
https://beritajatim.com
30 June, 2025
Anak Sering Tenggelam, Orang Dewasa Tidak Bisa Bantu, Kenapa Pemerintah Tidak Bertindak?
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada video berita tentang seorang anak yang tenggelam di lokasi Pemandian Air Hangat. Sudah sering muncul video serupa, atau ada artikel berita yang jelaskan kejadiannya. Sama seperti ribuan kasus sebelumnya, seorang anak tenggelam, dan dikeluarkan dari air dalam keadaan tidak sadar. Lalu...?
Terlihat dalam videonya. Beberapa orang dewasa pegang anak itu dalam kondisi terbalik, dan goyangkan badannya. Kompresi jantung? Tidak ada. Nafas buatan? Tidak ada. Dari 100 orang dewasa yang berkumpul, tidak ada satupun yang mengerti apa yang perlu dilakukan. Jadi mereka lakukan apa yang “sekiranya bermanfaat”. Air masuk paru-paru, jadi anak dipegang terbalik agar air keluar. Kalau jantungnya sudah berhenti, keluarkan air dari paru-paru saja tidak ada manfaatnya.
Dengan sangat mudah pemerintah bisa membuat video singkat sebagai iklan masyarakat di TV. Ditayangkan terus sampai 60 juta anak dan 100 juta orang tua mengerti tata cara melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP, juga disebut CPR). Video yang sama bisa disebarkan lewat medsos, dan juga diajarkan di sekolah, berkali-kali, tanpa batas waktu, sampai terasa mayoritas dari rakyat mengerti cara menolong anak yang tenggelam. Bisa diwajibkan bagi semua PNS, polisi, guru, ustadz, satpam, dll. untuk belajar RJP dan P3K dan dapat sertifikasi.
Begitu sederhana solusinya. Tetapi solusi seperti itu hanya akan muncul kalau ada kepedulian. Dan selama ini, belum terlihat ada kepedulian, mungkin karena yang tenggelam setiap hari hanya anaknya orang miskin. Kalau anaknya orang elite yang tenggelam terus di kolam renang, sungai, waduk, saluran irigasi, bekas galian, pantai, tempat pemandian umum, dll. bisa dijamin akan ada tindakan cepat untuk selamatkan anak-anak elite itu. Coba bayangkan reaksi pemerintah kalau 7 anak atau cucu dari anggota DPR, menteri, dll. tenggelam dalam sebulan? Seluruh negara akan kaget, dan berita akan penuh dengan info “kondisi darurat”. Sayangnya, hanya anak dari keluarga miskin yang tewas terus setiap hari. Dan kesannya mereka tidak begitu penting.
Kenapa nyawa anak Indonesia harus bisa begitu murah, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdorong untuk menyelamatkan mereka? Kenapa anak harus dibiarkan tenggelam terus tanpa kepedulian dari pemda atau pemerintah? Solusinya jelas dan sederhana. Rakyat butuh bantuan dan pelatihan tersebut. Tetapi para pemimpin tidak akan mulai peduli sebelum rakyat juga peduli. Kalau anda ketemu pejabat, daripada senyum lebar dan minta selfie dan kaos saja, coba bertanya kenapa anak Indonesia harus dibiarkan tewas terus, dan apa yang bisa dilakukan oleh pejabat itu untuk melindungi 80 juta anak bangsa!? Mungkin kalau rakyat sering bertanya seperti itu, beberapa pejabat akan mulai peduli (sedikit).
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
18 June, 2025
WASPADA! BANYAK ANAK TENGGELAM DALAM ACARA SEKOLAH
Assalamu’alaikum wr.wb. Banyak sekolah membuat acara wisata, study tour, perpisahan, atau yang lain, dengan membawa puluhan anak, atau seratus anak lebih, ke suatu lokasi seperti pantai, water park, tempat perkemahan dekat sungai, dll. Kalau sekolah anak anda membuat rencana seperti itu, dengan jumlah anak yang banyak, dan diragukan semua anak bisa dijaga secara baik, mungkin anda bisa berikan daftar kasus anak tenggelam ini kepada kepala sekolah dan minta mereka cari lokasi yang lain. Tidak ada berita anak tenggelam saat study tour ke museum, atau dalam acara perpisahan di kebun.
Seharusnya perlindungan dan keselamatan anak merupakan prioritas tertinggi bagi semua guru sekolah dan ustadz di pesantren. Tetapi tidak selalu begitu. Kita harus aktif menjaga nyawa anak dengan minta sekolah atau pesantren hindari kegiatan di dekat air, terutama kalau jumlah anak banyak, dan sebagian di antaranya tidak bisa berenang. Apalagi kalau gurunya juga tidak bisa berenang. Kalau anak alami kesulitan, dibutuhkan guru yang bisa berenang dan mengerti P3K dan Resusitasi Jantung Paru (RJP) untuk selamatkan anak tersebut.
Di bawah ini ada beberapa judul berita asli dari arsip saya. Kalau mau cari lagi di internet, bisa dapat lebih banyak. Dan ini hanya berita tentang kegiatan sekolah formal yang direncanakan jauh hari sebelumnya. Kalau mau tambahkan berita anak tenggelam yang lain, totalnya berkali lipat ganda dari ini.
Semoga Allah SWT melindungi semua anak Indonesia dari kelalaian orang dewasa di sekitarnya. Kalau anda tidak mau ambil peran proaktif dan menolak kegiatan anak di lokasi-lokasi tersebut, nanti kalau memang ada anak yang tenggelam, saya jamin 100% para guru dan ustadz akan mengatakan secara enteng: “Kami Tidak Menyangka! Ini Musibah! Ini Takdir!” Dan nyawa anak itu hilang untuk selama-lamanya, karena para guru dan ustadz abaikan risiko saat membuat rencana. Orang tua harap waspada terus.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
JUDUL BERITA ASLI
* 11 Siswa MTs Harapan Baru Ciamis Tewas Saat Susur Sungai Kegiatan Pramuka
* 5 Pelajar SD di Dharmasraya Tewas Tenggelam saat Bermain di Sungai, Saat Acara Perpisahan Kelas
* 5 Siswa SMP Jakarta Tewas Tenggelam di Sungai Terlarang Baduy Saat Study Tour
* 4 Siswa SMPN 7 Mojokerto Tewas Tenggelam, Pj Gubernur Jatim Bakal Evaluasi Studi Tur
* 3 Siswi SD di Indramayu Tenggelam di Sungai saat Kegiatan Pramuka, Begini Kronologinya
* 3 Santri Ponpes Imam Asy-Syafii Tewas Tenggelam di Pantai Lowita Pinrang, Saat Acara Pesantren
* Bermain dan Kejar Bola Hingga ke Tengah Pantai Saat Acara Liburan Pesantren, 18 Siswi Tenggelam Tetapi Diselamatkan
* Saat Perpisahan Siswa SD Tanah Laut, Kalsel, di Wahana Pemandian Berujung Tragis, Seorang Anak Tewas Tenggelam
* Bocah SD di Sukabumi Tewas Tenggelam Saat Hendak Praktik Renang
* Dua Pelajar SMK di Mamasa Tewas Tenggelam Usai Ikut Kegiatan PMR
* Pelajar SD Asal Kalikotes Klaten Tewas Tenggelam saat Ikut Tracking dari Sekolah'
* 2 Murid TK Tewas Tenggelam di Kolam Renang Wisata Jatiwangi Tuban
* Liburan Bareng Sekolah, Murid TK di Musi Rawas Tewas Tenggelam di Kolam Renang
* 2 Santri Klaten Terseret Arus Usai Rafting di Kali Elo Magelang, 1 di Antaranya Tewas Tenggelam
* Siswa SMP Tewas Tenggelam Saat Kegiatan MPLS, Disdik Bantah Keterangan Polisi, Tiga Guru Diperiksa
* Hendak Membersihkan Badan Usai Kegiatan Ekstrakurikuler, Dua Santri Tewas Tenggelam di Embung
* Siswi SMA di Kupang Tewas Tenggelam Saat Ikut Ujian Praktik Renang
* Santri Ponpes Al-Mukmin yang Hanyut di Pantai Seruni Ditemukan Tewas, Saat Acara Pesantren
* Santri Tewas Akibat Dihukum Masuk Kolam, Polisi Sebut Korban Tenggelam karena Masuk ke Kolong
* Murid TK Tewas Tenggelam di Kolam Renang Bengkulu, Saat Acara Sekolah
* Murid Madrasah Tewas Tenggelam Saat Outbond
* Bocah Kelas V SD Asal Reubee Meninggal Saat Mandi di Kolam Renang Sigli, Saat Acara Sekolah
* Siswa SD di Pelalawan Tewas Tenggelam di Kolam Saat Perkemahan
* Siswi MTS Tewas Tenggelam di Objek Wisata Saat Acara Sekolah
* Hiking Ekstrakurikuler, Dua Siswi Madrasah Tewas Tenggelam
* Pelajar MAN 5 Garut yang Tenggelam di Pangandaran Ternyata Sempat Ikuti Kegiatan Kemah
* Siswa Peserta Jambore di Sikucing Moga Tewas Tenggelam di Sungai
* Saat Acara Sekolah, 3 Siswa SMP Parepare Tenggelam di Sungai Kunyi Polman, 1 Orang Tewas
* Pelajar SMK Tewas Tenggelam Saat Acara Sekolah di Air Terjun Sarambu Loleang Mamasa Jadi 2 Orang
* Ikuti Kegiatan Sekolah, Pelajar SD Madiun Tewas di Kolam Renang
* Perpisahan di Pantai Gedambaan, Dua Siswa SD Tenggelam
* Siswa SD Pangenjurutengah Purworejo Tenggelam di Bantul saat Ikuti Pembelajaran Luar Sekolah
* Tragis! Pelajar SD Asal Bati-Bati Tewas Tenggelam Saat Wisata Kelulusan di Banjarbaru
[AKHIR]
08 May, 2025
Modus Bejat Guru Ngaji Cabuli 16 Santri Termasuk Komika Eky di Makassar
Assalamu’alaikum wr.wb. SEMOGA kasus ini bisa menjadi pelajaran yang penting bagi para orang tua. Seorang komika bernama Eky Priyagung mengaku bahwa dia dicabuli di masjid oleh guru ngajinya. Kapan? DUA PULUH TAHUN YANG LALU, ketika Eky berusia 13 tahun. Dan baru berani bicara sekarang... Banyak orang tua 100% salah. Mereka sangat yakin anaknya akan langsung mengaku kalau menjadi korban pencabulan. Kata orang tua, “Anak saya selalu bicara dengan saya. Anak saya jujur. Saya tahu segala sesuatu tentang anak saya.”
Ada jutaan orang tua dengan pemikiran itu dan sebagian dari mereka benar. Kalau anak menjadi korban 1 kali, dia akan langsung lapor. Tetapi berita di atas menjadi bukti nyata. Kebanyakan korban DIANCAM (dalam kasus ini, disumpah dengan Al Quran), jadi mereka takut dan diam saja. Pelaku seperti guru, ustadz, guru ngaji, bapak tiri, dan lain-lain punya kekuasaan di atas anak jadi sangat mudah bagi mereka untuk membuat anak takut.
Dalam semua hal lain, mungkin anak akan langsung bicara dengan orang tua. Dalam hal ini, karena sudah diancam, mereka DIAM. Dan setelah 1 minggu lewat, lalu 1 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan 5 tahun, mereka akan berpikir, “Kejadian itu harus saya bawa sampai mati. Malu. Jangan sampai ada yang tahu.” Jadi mereka rahasiakan terus.
Dan seperti yang terlihat dalam kasus ini, ketika ada SATU korban yang berani bicara, walaupun sudah lewat 20 tahun, tiba-tiba muncul 15 korban yang lain, dan polisi masih mencari terus. Karena dimulai sejak 2004, sangat mungkin jumlah korban mencapai puluhan anak. Dan juga sangat mungkin banyak korban akan merasa terlalu malu untuk maju sekarang dan mengaku. Sudah menikah dan punya anak. Sudah punya jabatan. Sudah dipandang terhormat dalam komunitasnya. Masa maju dan mengaku pernah menjadi korban pencabulan di masjid? MALU!!! Apa katanya keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja nanti? Jadi mereka pilih diam, daripada malu.
Ketika orang tua sangat yakin anaknya aman, sekian persen dari anak tersebut sebenarnya sudah menjadi korban. Dan jangan berpikir bahwa dengan “bertanya” saja, mereka akan mengaku. Kalau ditanya, “Apa kamu dicabuli juga?” mereka tetap tidak akan mengaku. Jadi orang tua harus bertanya, tetapi jangan langsung merasa lega kalau anak menjawab “tidak” satu kali. Bertanya lagi besok. Dan bertanya lagi pada minggu depan. Tegaskan bahwa dia tidak perlu malu, dan keluarga dan teman akan menolongnya.
Ketika dia masih menjawab “tidak”, tetap perlu ditanya lagi di lain waktu. Sampai yakin. Dan setelah merasa sangat yakin, masih mungkin anda keliru. Tetapi karena malu dan takut pada reaksi orang lain, dan takut kena stigma buruk, orang itu akan menyangkal jadi korban selama puluhan tahun. Lebih baik berbohong daripada mengaku dan kena banyak komentar miring. Jadi masalah yang sebenarnya adalah ORANG LAIN yang bisa hakimi dan sebarkan gosip tentang korban. Karena diduga akan begitu, banyak korban memilih diam saja. Seumur hidup.
Semoga kasus ini menjadi pelajaran bagi semua orang tua. Semoga semua orang tua siap belajar terus, dan menjadi lebih terbuka untuk membahas masalah pencabulan, seks, film porno, pacaran, narkoba, dan hal-hal terkait dengan anaknya. Kalau merasa tidak sanggup, minta bantuan dari orang lain. (Om, tante, kakak, sepupu, teman keluarga, dll.) Kalau orang tua masih tidak mau (terlalu malu), maka anak akan mencari informasi dan pendapat dari teman sekolahnya. Dan di situ, mungkin dia akan diarahkan ke jalan yang salah.
Semoga bermanfaat sebagai renungan. Dan semoga Allah SWT melindungi semua anak kita setiap hari. Aamiin, Aamiin, ya Rabbal ‘Aalamiin
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Modus Bejat Guru Ngaji Cabuli 16 Santri Termasuk Komika Eky di Makassar
https://www.detik.com
20 April, 2025
Kalau Anak Sekolah Pakai AI Untuk Menyontek, Masa Depannya Bagaimana?
Ada teman yang konsultasi dengan saya tentang bahasa Inggris. Anaknya ikut ujian di sekolah, dan ada beberapa jawaban yang salah, jadi saya jelaskan tata bahasanya. Lalu teman itu bercerita bahwa anaknya kesal. Kebanyakan anak di kelas dapat nilai tinggi, 98-100%, tetapi semuanya menyontek dengan bertanya pada AI (seperti ChatGPT) di HP, dan dikasih jawaban yang benar. Di sekolah swasta SMA itu, anak boleh pegang HP di kelas. Jadi mereka juga pakai untuk menyontek.
Saya bingung. Kok guru bisa tidak sadar? Atau gurunya tidak peduli? Berapa banyak anak sibuk menyontek terus setiap hari, dibantu oleh AI? Setelah lulus sekolah dan dapat pekerjaan, apa mereka sanggup melakukan tugasnya? Fungsinya sebuah ujian adalah untuk membuktikan kepada guru bahwa siswa itu memahami bahannya, atau tidak. Sangat bermanfaat ketika banyak anak dapat jawaban yang salah di nomor yang sama. Artinya, semuanya kurang memahami bahan yang satu itu, dan perlu diajar lagi. Dan kalau ada anak yang banyak dari jawabannya salah, menjadi jelas bahwa dia perlu bantuan tambahan, jadi gurunya bisa lebih perhatikan anak itu. Jadi kalau AI yang kasih jawaban terus, anak akan lulus ujian dan lulus sekolah tanpa kemampuan yang jelas. Dan di masa depan, menjadi pekerja seperti apa?
Seharusnya semua guru paham tentang kondisi baru ini, dan mencegah langsung dari awalnya. Kalau anak boleh manfaatkan HP dalam pelajaran di kelas, maka itu bukan masalah. Tetapi ketika mau ujian, anak perlu diwajibkan taruh HP di meja guru atau di tas. Dan guru yang baik tidak akan duduk manis di depan kelas dan main HP pada saat ujian. Seharusnya guru juga berdiri dan jalan keliling. Dilakukan untuk pastikan tidak ada yang menyontek. Tetapi juga sangat penting untuk mencari anak yang mengalami kesulitan, agar bisa dibantu. Misalnya, terlihat ada seorang anak yang belum menjawab semua soal, jadi gurunya bisa bertanya ada masalah apa. Kadang anak menjadi bingung pada saat ujian, tetapi juga takut bertanya. Jadi guru perlu perhatikan setiap murid secara langsung dan memastikan mereka sedang mengerjakan ujian secara baik dan tanpa kesulitan.
Dan kalau gurunya malas berdiri dan perhatikan semua muridnya pada saat ujian, buat apa menjadi guru? Dan kalau anggap anak menyontek dengan bantuan AI bukan masalah, buat apa menjadi guru? Fungsinya guru adalah untuk membantu siswa menjadi cerdas dan sanggup menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat. Kalau semua anak dapat nilai tinggi dalam ujian, maka itu bonus, dan bukan tujuan utamanya.
-Gene Netto
14 April, 2025
Kenapa Info Anak Tenggelam Harus Menjadi Berita Harian?
Assalamu’alaikum wr.wb. Saya punya harapan bahwa pada suatu hari, saya bisa buka berita dan tidak ada informasi tentang santri atau pelajar yang tenggelam. Saya tidak tahu harus menunggu berapa ribu tahun sebelum hari itu datang. Yang jelas, tidak akan datang dalam waktu dekat. Setiap hari ada anak yang tenggelam, tetapi tidak ada kesan bahwa banyak orang peduli pada kondisi ini. Banyak santri dan pelajar tenggelam saat “mandi” di sungai karena tidak bisa berenang. Bisa saja dilarang, tetapi tidak ada yang melarang. Banyak juga yang tenggelam di pantai ketika berwisata. Bisa dididik bahwa laut sangat berbahaya, dan dilarang berenang, tetapi tidak ada yang melarang.
Ini masalah pendidikan. Semua anak ini tidak perlu tewas. Lihat contoh lain. Banyak anak kena demam berdarah, lalu pemerintah, pemda dan semua sekolah MENDIDIK anak tentang bahayanya nyamuk Aedes aegypti. Dipasang poster di sekolah, ada iklan di TV, ada program pemerintah, jadi hasilnya adalah semua orang termasuk anak balita juga tahu. Tetapi ketika ada arus berbahaya di sungai atau laut, kenapa tidak ada pendidikan bagi semua anak untuk hindari tempat tersebut, dan selalu waspada?
Anak yang tidak bisa berenang seharusnya dididik terus tentang risiko tenggelam kalau main di sungai, pantai, waduk dll. Dan kenapa anak yang tidak bisa berenang tidak diajarkan berenang saja? Setiap kecamatan bisa bangun kolam renang umum kalau pemerintah dan pemda punya niat. Kenapa tidak ada niat? Berapa banyak anak yang harus mati secara sia-sia tanpa ada tindakan untuk mencegah kematian itu?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
[Judul berita dari beberapa hari terakhir saja]:
- 3 Santri Tenggelam di Pantai Balekambang Malang Ditemukan
- Dua Santri Pondok Pesantren Darul Jalal Lampung Timur Tenggelam
- Santri Terseret Ombak Diselamatkan Pemancing Pakai Drone dan Kail
- Kronologi Lengkap Dua Pelajar Asal Boyolali Tewas Tenggelam di Pantai Klayar Pacitan
- 2 Orang Pelajar Terseret Arus Sungai Bengawan Madiun, 1 Hilang
- 3 Pelajar Tewas Terseret Ombak di Pantai Agam Sumbar
- Dua Pelajar SMP Dilaporkan Tenggelam di Sungai Kapuas
- Hilang Tiba-tiba saat Berenang di Sungai, Bocah 15 Tahun di Aceh Timur Ditemukan Meninggal
- Keasyikan Berenang, Pelajar kelas 6 SD di Pangkep Tenggelam di Sungai
- Pelajar di Kaur Tenggelam di Sungai, Pencarian Masih Dilakukan
- Hilang 3 Hari, Remaja Terseret Ombak di Pantai Cilacap Ditemukan Tewas
02 February, 2025
Banyak Anak Punya Akhlak Yang Rusak, Siapa Yang Bisa Memperbaikinya?
[Komentar]: Sekarang banyak perempuan gak bener live streaming sembari melakukan aksi asusila (hubungan intim) sama pasangannya. Diduga dapat saweran dari aplikasi live streaming. Aplikasi dan teknologi perusak moral SDM bangsa Indonesia. Pemerintah harus putar otak untuk mengatasi hal ini di tengah lapangan kerja sangat terbatas.
[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Kemampuan untuk "Mengatasi" suatu masalah harus diawali dengan:
1) Menyadari faktanya ada masalah,
2) Kemampuan berpikir untuk mencari solusi
3) Kemauan untuk mencari solusi
4) Kemampuan bertindak secara aktif
5) Siap beradaptasi apabila solusi pertama tidak berhasil
6) Rencana jangka panjang untuk mencegah masalah itu muncul lagi.
Semua tahap itu belum terlihat di kalangan pejabat dan pemimpin. Kerusakan moral anak bangsa sering dibahas, tetapi semua pihak terkait buru-buru cuci tangan karena tidak ingin disalahkan, jadi juga tidak mau mengaku bertanggung jawab. Orang tua salahkan guru. Guru salahkan orang tua. Guru dan orang tua salahkan masyarakat. Masyarakat salahkan pemerintah. Pemerintah salahkan orang tua dan guru. Guru agama salahkan orang tua dan teknologi. Penjual teknologi salahkan orang tua dan guru. Banyak pihak salahkan negara barat. Anak salahkan orang dewasa. Dan seterusnya. Tidak ada solusi karena tidak ada yang mencari solusi karena tidak ada yang merasa bertanggung jawab.
Coba berpikir. Kapan pernah dibuat mata pelajaran dan mata kuliah “Tata Cara Menjadi Orang Tua Yang Baik”? Kalau mau mengemudi mobil dan motor, ada kewajiban punya SIM. Kalau mau menjadi orang tua, tidak ada kewajiban apapun. Tidak ada pendidikan, pelatihan, pengarahan, panduan, buku teks, ujian, dll. Bebas saja menjadi orang tua dan besarkan anak dengan cara apa saja, termasuk cara yang buruk. Untuk hampir semua hal yang bisa mengganggu masyarakat kalau tidak diatur secara baik, ada proses belajar dan dapat izin. Diatur oleh pemerintah dan lembaga terkait. Demi keselamatan masyarakat. Kenapa tidak ada proses belajar serupa untuk “Menjadi Orang Tua”, walaupun itu salah satu tugas yang paling penting dalam sebuah masyarakat?
Kalau anak dibesarkan tanpa pendidikan, agama, budaya, dan moralitas yang baik, jangan salahkan orang tuanya saja. Bertanya juga, kenapa pemerintah, masyarakat, guru, dan orang tua dari zaman dulu tidak menuntut pendidikan berkualitas bagi semua manusia sebelum menjadi orang tua? Kualitas anak dan masa depan bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan sekarang. Kenapa nilai dalam mata pelajaran sekolah dianggap penting, tetapi kemampuan menjadi orang tua berkualitas tidak pernah dipedulikan? Mau memperbaiki akhlaknya anak bangsa? Mulai dengan mendidik anak sekolah sekarang, sehingga mereka sanggup melaksanakan tugasnya sebagai orang tua 10 tahun di depan.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
16 January, 2025
Cerita Pilu Santri Tewas Peluk Alquran Dalam Tragedi Kebakaran Ponpes di Pinrang
Assalamu’alaikum wr.wb. Seorang santri berusia 14 tahun tewas karena masuk ke kamarnya di lantai dua yang sedang kebakaran, untuk mengambil Al Quran. Mayatnya ditemukan dalam posisi sedang peluk Al Quran. Semoga almarhum masuk surga. Tetapi apakah cukup kalau kejadian ini hanya dicap “takdir Allah” lalu dilupakan saja?
Saya pernah menjadi kaget setelah melihat beberapa artikel berita tentang pesantren yang kebakaran. Setelah cari di Google, saya dapat 35 kasus pesantren yang kebakaran dalam 6 bulan sebelumnya (link di bawah). Kurang lebih terjadi satu kali setiap minggu, jadi saya menulis post di Facebook tentang perkara itu. Sepertinya, tidak ada pelatihan atau persiapan menghadapi kebakaran di kebanyakan pesantren. Tidak ada APAR di semua lantai, tidak ada selang panjang yang bisa menjangkau semua kamar, dan tidak ada pelatihan rutin bagi semua santri. (Mungkin banyak sekolah juga sama!)
Setelah melihat betapa seringnya terjadi kebakaran di pesantren, saya menjadi yakin, cepat atau lama akan ada korban jiwa, dan sayangnya, sekarang sudah terjadi. Saya baca kembali artikel saya dari 2023. Tulisan itu masih berlaku karena belum ada perubahan sama sekali. Nyawa anak dan santri begitu tidak penting di Indonesia, sehingga nyaris tidak ada orang dewasa, guru, ustadz, atau pejabat yang merasa anak dan santri perlu disiapkan menghadapi kebakaran. Lebih penting lagi bagi santri karena mereka tinggal di tempat belajarnya. Tetapi daripada pemerintah menciptakan program yang WAJIB, ditunggu kebakaran terjadi dulu, ditunggu anak mati secara sia-sia dulu, lalu hanya dikatakan, "Ini musibah dan ujian dari Allah. Kami tidak menyangka!!”
Saya tidak setuju dengan judul berita di atas. Ini BUKAN tragedi kebakaran yang tewaskan seorang anak. Tetapi ini adalah HASIL dari ketidakpedulian banyak orang dewasa yang tidak menyiapkan santri menghadapi kondisi berbahaya. Anak ini tidak tewas “karena ada kebakaran”, tetapi dia tewas karena guru agama dan orang dewasa di sekitarnya tidak menghargai nyawa dia, sehingga merasa terdorong untuk melindunginya lewat program pelatihan.
Betapa ruginya menjadi anak dan santri di Indonesia, yang nyawanya tidak punya nilai tinggi di mata banyak orang dewasa dan guru agama. Kasihan Rasulullah SAW dapat umat seperti kita. Kenapa kita tidak bisa lebih baik dari ini? Kenapa kita tidak bisa bersatu dan mengutamakan keselamatan anak dan santri sebagai prioritas yang tinggi? Pemerintah sedang membuat program yang utamakan makanan bergizi bagi santri dan anak sekolah. Sayangnya, nyawa seorang santri kalah penting dengan sepotong tempe! Program makanan bergizi menjadi prioritas tinggi, tetapi program pelatihan hadapi kebakaran agar nyawa santri bisa diselamatkan sama sekali tidak penting!
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Cerita Pilu Santri Tewas Peluk Alquran Dalam Tragedi Kebakaran Ponpes di Pinrang, Terungkap Sosoknya
https://www.tribunnews.com
Daftar 35 Pesantren Yang Terbakar Dalam 6 Bulan Terakhir
https://genenetto.blogspot.com
07 September, 2024
Empat Anak Berusia 12, 12, 13, Dan 16 Tahun Menjadi Pemerkosa, Dan Bangga?
Assalamu’alaikum wr.wb. Seorang anak perempuan berusia 13 tahun ketemu teman laki-laki di jalan dan diajak pergi. Ada 3 anak laki-laki lain yang ikut. Anak perempuan itu dipegang oleh keempat anak remaja itu, dan mulutnya dibekap sampai dia tewas, lalu mayatnya diperkosa secara bergilir (disangka pingsan). Mayatnya dipindah ke lokasi lain, dan diperkosa lagi oleh semuanya. Sudah ditangkap setelah mereka bercerita dengan bangga kepada teman-temannya bahwa mereka menjadi pemerkosa.
Apa ini kejadian luar biasa? Tidak. Pemerkosaan dan pemerkosaan bergilir terhadap anak perempuan sudah sangat normal dan pelaku yang remaja laki-laki juga sangat normal. Dan dalam sebagian dari kasusnya, korbannya dibunuh. Dan dalam sebagian dari kasus itu, mayat korban juga diperkosa lagi. Ada berapa banyak kejadian setiap tahun? Saya tidak bisa jawab karena tidak ada pihak yang cukup peduli pada 40 juta anak perempuan di Indonesia sehingga mendata berapa banyak yang diperkosa. Saya hanya bisa dapat info dari berita saja. Dan mungkin ada ribuan kasus lain yang tidak pernah dilaporkan karena korban malu, dan kebetulan tidak dibunuh, jadi tidak ada mayat untuk memicu investigasi.
Saya pernah bertanya kepada beberapa lembaga dan pejabat, tetapi mereka mengaku tidak punya data lengkap juga. Lalu setelah seorang anak perempuan diperkosa oleh anak berusia 12-18 tahun, atau diperkosa bergilir, atau diperkosa dan dibunuh, atau dibunuh dan mayatnya diperkosa, 100% dari orang dewasa mengucapkan Mantra Nasional: “Kami tidak menyangka!” Pertanyaan serius dari saya, “Anak siapa yang perlu diperkosa dan dibunuh sebelum 100 juta orang tua bisa mulai berpikir?”
Ada 80 juta anak di Indonesia. Lebih dari 40 juta anak laki-laki. Dan dari pengamatan saya terhadap berita, dari ribuan kasus per tahun, 100% dari anak laki-laki yang dapat KESEMPATAN ikut dalam kegiatan pemerkosaan bergilir bersama teman-teman, selalu setuju. Ini tanggung jawab siapa? Dan kapan bisa terjadi perubahan? Kalau umpamanya ada sirene tsunami yang bunyi, tetapi kebanyakan orang bersikap “tenang”, kita mesti teriak apa? Sudah jelas ada bahaya, tetapi banyak orang anggap bukan urusan mereka. Menunggu anak yang mereka kenal menjadi korban dulu, baru perlu berpikir.
Semoga para orang tua akan lebih waspada. Jangan menganggap anak anda aman, di mana pun, dengan siapa pun. Dan semoga semua anak kita selalu di dalam perlindungan Allah SWT. Aamiin, Aamiin, ya Rabbal ‘Aalamiin
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
4 Remaja Merasa Bangga Usai Bunuh dan Perkosa Siswi SMP Penjual Balon di Palembang
https://regional.kompas.com









