[Pertanyaan]: Menurut Gene, apa yang membuat sebagian orang Amerika yang (mestinya) terpelajar dengan akses informasi yang terbuka dan bebas, namun masih rasis dan Islamophobia??
[Gene]: Assalamu'alaikum wr.wb. Amerika punya sejarah panjang mencari musuh. Dalam ilmu politik, ini dibahas sebagai "strong state vs. weak state" (negara kuat vs. negara lemah). Dalam konsep ini, negara demokrasi ternyata bersifat "lemah", karena pemerintah sulit melakukan perubahan. Beda dengan negara "kuat", seperti negara diktator atau kerajaan di mana pemimpin berikan perintah dan langsung terwujud (karena rakyat takut pada pemimpin mereka).
Amerika, yang menjadi "raja kapitalisme" sejak awalnya, lebih sukai sistem negara kuat karena cocok dengan kapitalisme. Tapi Amerika tergolong negara lemah, karena demokratis. Bagaimana bisa mengubah sikap rakyat agar mau tunduk dengan pemerintah, dan mengiyakan apa saja yang dikatakan pemerintah, walaupun berada di negara demokratis yang lemah?
Solusinya: Berikan musuh yang perlu ditakuti, karena hanya pemerintah yang bisa berikan "perlindungan". Rakyat terima, dan serahkan kekuasaan dan kebebasan dengan imbalan perlindungan dari musuh itu. Berhasil. Amerika menjadi "negara kuat" dengan pemerintah yang (hampir) bisa bertindak semaunya. Dan karena tidak ada musuh abadi, musuh berubah terus.
Musuh pertama Amerika adalah orang Inggris. Lalu merdeka, dan damai. Lalu orang Meksiko, lalu damai. Lalu suku Indian, lalu damai (setelah suku2 dihancurkan). Lalu orang berkulit hitam (untuk 200 tahun), lalu damai (tapi ada banyak bekasnya). Lalu orang Komunis, lalu damai. Sekarang musuh terbaru adalah "teroris Muslim". Agar rakyat takut terus, selalu dibuat hubungan antara terorisme dan Islam.
Mungkin dalam 50-100 tahun, Amerika sudah bersahabat dengan Muslim, dan ada musuh baru, seperti hacker komputer yang bisa merusak sistem teknologi mancanegara dengan ketik di laptop saja. Tapi untuk saat ini, orang Muslim akan dicap teroris dan dijadikan musuh bagi rakyat Amerika, agar mereka tunduk pada pemerintah, dan bermohon dikasih perlindungan. Semoga jelas. Jangan berharap dalam waktu dekat sikap Amerika, atau medianya, atau rakyatnya, akan berubah. Amerika hanya bisa memperkuat tujuan kekuasaan negara dan bisnis kalau rakyat dibuat takut oleh pemerintah.
Dan tentu saja, tidak semua orang Amerika begitu. Tapi biasanya, orang yang teriak paling keras yang bisa masuk media. Orang Amerika yang baik hati, lembut, tidak suka marah, dan bersahabat dengan tetangga yang Muslim tidak akan bicara di media massa, dan tidak akan diminta pendapatnya, padahal orang seperti itu mungkin menjadi mayoritas di sana. Semoga jelas.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(100)
anak
(300)
anak yatim
(118)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(223)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(52)
indonesia
(570)
islam
(557)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(360)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(12)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(8)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(503)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(36)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(38)
renungan
(179)
Sejarah
(5)
sekolah
(79)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts
26 December, 2022
Kenapa Amerika Bermusuhan Dengan Islam?
29 November, 2017
Jangan Biarkan Masa Lalu Terulang Lagi
Seratus tahun yang lalu, kehidupan di
Inggris sangat sulit. Orang miskin dibiarkan saja sakit dan mati karena tidak
ada uang utk berobat. Lalu setelah Perang Dunia II, Inggris menciptakan NHS
(mirip BPJS) yg berikan pengobatan gratis utk semua warga. Bapak Harry ini
lahir di sebelum ada NHS, dan melihat adik perempuannya wafat dari TBC di usia
15 tahun karena tidak bisa berobat. Harry juga merasakan kelaparan setiap hari,
dan sekarang masih ada jutaan anak di Inggris yang kelaparan setiap hari.
Harry sudah hidup sampai usia 94 tahun, dan
dia mengatakan zaman yang dia alami dulu mulai terjadi lagi sekarang. (NHS di
Inggris lagi alami kondisi buruk, karena pemerintah pangkas pendanaan utk
menghemat uang. Tapi dana utk bom nuklir tidak mau dikurangi.)
Harry juga melihat kekejaman manusia pada
zaman perang, dan korban perang yg kabur ke negara lain utk mencari
keselamatan. Dan sekarang masih terjadi. Dia melihat bagaimana kebanyakan orang
sibuk buang muka, dan tidak mau direpotkan dgn mengurus semua pengungsi itu,
walaupun mereka adalah manusia juga.
Di usia 94, Harry telah menulis buku penuh
petunjuk utk generasi muda, dgn judul, "Jangan Biarkan Masa Lalu Saya
Menjadi Masa Depan Anda".
24 August, 2017
Britain's child slaves
Sangat luar biasa baca ini. Sebuah buku
dari professor ekonomi di Inggris. Dia menjelaskan ttg sejarahnya inggris
menjadi pemimpin dunia di abad ke-19, lewat perdagangan dan industri. Tapi banyak
orang tidak tahu bahwa perkembangan industry di inggris itu terjadi karena ada
banyak pekerja anak miskin yang dipaksakan kerja, yang setara dgn budak,
walaupun tidak disebut budak. Ada yang mulai kerja di usia 4-8 tahun. Di tambang
batu bara, pabrik, pertanian dll. anak kecil dan anak yatim dari keluarga
miskin dipaksakan kerja sampai 18 jam per hari. Tidak ada UU negara yang
melindunginya, dan bos2 di tempat kerja itu sangat kejam dgn banyak bentuk
hukuman bagi anak yang kerjakan kurang cepat, dan membuang saja anak yang kena
kecelakaan (jadi cacat) dan ambil anak baru. Tidak ada hak sama sekali. Dia atas
kerjanya anak2 kecil itu, Inggris bisa bangkit dan menjadi pemimpin!
-Gene Netto
26 April, 2017
Satu Juta Nama Korban Yahudi Dalam Holocaust Masih Belum Diketahui
Banyak orang Muslim di Indonesia selalu membantah ketika
membahas Holocaust, (pembantaian orang Yahudi oleh Nazi). Sering dikatakan
rekayasa. Katanya. Dianggap bagian dari konspirasi Yahudi utk bentuk opini
masyarakat bahwa Yahudi adalah korban, padahal tidak. Diberikan informasi
apapun, banyak orang Muslim yang percaya pd konspirasi (dan tidak suka akal,
atau data, atau fakta, atau sejarah) akan tetap membantah terus, dgn
mengulang-ulang info yang mereka baca di situs konspirasi.
Sayangnya utk orang Muslim itu, Nazi cukup
rajin dalam hal administrasi. Dokumen2 ttg orang yang mereka bunuh ada jutaan,
dan banyak yg masih tersimpan. Selain itu, juga ada dokumen2 pendukung, spt
buku tahunan sekolah, yang catat nama anak2 dalam keluarga Yahudi, yang “hilang”
sesudah perang (alias dibunuh).
Selama ini, semua dokumen itu disimpan dalam
bentuk fisik, dan hanya peneliti yang diizinkan dapat akses. Tujuannya adalah
utk hormati keluarga dari orang2 yang dibunuh, kadang dgn cara sadis (yang
ditulis juga). Tapi sekarang sudah ada gerakan internasional yang bermohon agar
seluruh data itu disimpan secara digital, agar bisa diakses online (masih dalam
proses).
Lembaga Holocaust di Israel, Yad Vashem, sudah
mencatat 4,7 juta nama terpisah, dan sekarang alami kesulitan utk mencari 1
juta nama lagi yang “hilang”. Yang paling sulit ditemukan adalah nama anak
kecil. Dari sekitar 1,5 juta anak Yahudi yang dibunuh oleh Nazi, hanya setengah
yg namanya tercatat, dan setengah lagi belum diketahui identitasnya karena
banyak orang lupa. Misalnya, ada orang yang berikan kesaksian ttg teman kerja
yg punya 5 anak, tapi dia tidak ingat nama anak2 itu. Setelah perang, hampir
seluruh orang Yahudi dari kota tersebut sudah mati, jadi tidak ada saudara yang
masih hidup utk berikan nama anak2 itu kepada peneliti.
Walaupun data sudah dilengkapi sebanyak mungkin,
tetap saja banyak orang Muslim yang dengan santai menyatakan “konspirasi”
seakan-akan anak Yahudi yang dibunuh tidak perlu dihargai dan dihormati. Apa yang
lebih menyedihkan daripada menolak kejahatan yang dialami seorang korban? Begitulah
banyak teman Muslim yang tidak mau belajar sejarah. Dan tidak mau menggunakan
akal. Dan tetap saja sangat yakin pada pendiriannya.
-Gene Netto
The Holocaust: Who Are The Missing Million?
By Raffi Berg BBC News, Jerusalem. Six million Jews
were murdered by the Nazis and their accomplices during World War Two. In many
cases entire towns' Jewish populations were wiped out, with no survivors to
bear witness - part of the Nazis' plan for the total annihilation of European
Jewry. Since 1954, Israel's Holocaust memorial, Yad Vashem ("A Memorial
and a Name"), has been working to recover the names of all the victims,
and to date has managed to identify some 4.7 million.
01 January, 2017
Sejarah Natal: Tidak ada Hubungan Dengan Yesus
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada yang tanyakan sejarahnya Natal. Singkatnya, tidak ada hubungan antara Yesus dan Natal. Natal tidak pernah disebutkan atau dirayakan oleh Yesus. Tanggal lahirnya Yesus tidak ketahuan. Pesta Natal (Christmas) muncul di abad ke-4 karena pemimpin Romawi mau ajak penyembah berhala (pagan) masuk Kristen.
Saat itu, penyembah berhala adalah mayoritas, tapi sulit diajak masuk Kristen, karena ada "Tuhan yang Maha Esa". Solusinya? Tuhan diubah menjadi bagian dari Trinitas. Yesus diubah menjadi Anak Tuhan. Banyak dewa Romawi dan Yunani dianggap "anak dewa", jadi Yesus bisa diterima juga. Kebiasaan penyembah berhala digabungkan dalam agama Kristen, lalu berubah menjadi Natal. Begitu sederhana sejarahnya. Ini beberapa perincian:
• Saat itu, banyak agama saling "pinjam konsep", jadi ada kemiripan di antaranya.
• Ada pesta 17-25 Desember bernama Saturnalia, untuk merayakan lahirnya dewa Saturnus. Orang berpesta, bernyanyi telanjang di jalan, bermain-main, bagikan kado, mabuk-mabukan, dan tidak kerja.
• Ada juga pesta untuk Mithra (anak dewa). Mithra diyakini lahir pada 25 Desember. Kelahirannya disaksikan oleh penggembala, orang datang membawa kado baginya. Dia lakukan mukjizat, menyembuhkan orang, mengusir setan. Sebelum wafat, Mithra lakukan Perjamuan Terakhir dengan 12 muridnya. Lalu naik ke surga. (Semuanya mirip dengan ajaran Kristen tentang Yesus).
• Kaisar Konstantin ikuti agama Sol Invictus (Dewa Matahari) tapi berubah menjadi Kristen. Ada perayaan hari kelahiran Dewa Matahari pada 25 Desember, disebut "Dies Natalis Solis Invicti" (Ulang tahun Matahari yang Tidak Terkalahkan). Diubah oleh Konstantin menjadi hari kelahiran "Anak Tuhan" (Yesus).
• Rakyat Romawi terbagi dalam tiga agama: Penyembah Sol Invictus (Dewa Matahari), penyembah Mithras (anak dewa), dan pengikut Yesus. Semuanya pelan-pelan digabungkan menjadi penyembah Yesus sebagai "anak Tuhan" yang lahir pada 25 Desember.
• Konstantin menetapkan Kristen sebagai agama kekaisaran Romawi. Banyak orang ikut masuk Kristen. Perayaan Saturnalia dan Sol Inivictus (dewa matahari) dan pesta-pestanya tidak bisa dihilangkan, jadi digabungkan dalam agama Kristen.
• Natal mulai dirayakan sekitar 360 AD, sebagai hari kelahiran Yesus, sebagai Anak Tuhan, dan Juru Selamat (menggantikan banyak anak dewa dan banyak juru selamat yang lain yang diyakini sebelumnya).
Perlu dipahami juga bahwa info ini diperdebatkan. "Perayaan Natal" untuk kelahiran Yesus tidak ada hubungan dengan Yesus, tapi siapa yang menciptakannya, kapan, dan kenapa, ada beberapa pendapat. Yang jelas, seluruh unsur perayaan Natal pada 25 Desember berasal dari agama-agama penyembah berhala. Digabungkan dengan agama Kristen oleh beberapa Kaisar Romawi dan para pemimpin Gereja zaman dulu, agar penyembah berhala mau masuk Kristen. Contoh dari Yesus sebagai landasan dalam agama menjadi tidak penting. Jadi tidak ada orang Kristen yang bisa "mengikuti contoh dari Yesus dalam merayakan Natal", karena tidak ada contohnya. Semuanya diciptakan oleh manusia, terutama Kaisar Romawi. Sekian saja sejarahnya, bagi orang yang ingin paham. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
-Gene Netto
Saat itu, penyembah berhala adalah mayoritas, tapi sulit diajak masuk Kristen, karena ada "Tuhan yang Maha Esa". Solusinya? Tuhan diubah menjadi bagian dari Trinitas. Yesus diubah menjadi Anak Tuhan. Banyak dewa Romawi dan Yunani dianggap "anak dewa", jadi Yesus bisa diterima juga. Kebiasaan penyembah berhala digabungkan dalam agama Kristen, lalu berubah menjadi Natal. Begitu sederhana sejarahnya. Ini beberapa perincian:
• Saat itu, banyak agama saling "pinjam konsep", jadi ada kemiripan di antaranya.
• Ada pesta 17-25 Desember bernama Saturnalia, untuk merayakan lahirnya dewa Saturnus. Orang berpesta, bernyanyi telanjang di jalan, bermain-main, bagikan kado, mabuk-mabukan, dan tidak kerja.
• Ada juga pesta untuk Mithra (anak dewa). Mithra diyakini lahir pada 25 Desember. Kelahirannya disaksikan oleh penggembala, orang datang membawa kado baginya. Dia lakukan mukjizat, menyembuhkan orang, mengusir setan. Sebelum wafat, Mithra lakukan Perjamuan Terakhir dengan 12 muridnya. Lalu naik ke surga. (Semuanya mirip dengan ajaran Kristen tentang Yesus).
• Kaisar Konstantin ikuti agama Sol Invictus (Dewa Matahari) tapi berubah menjadi Kristen. Ada perayaan hari kelahiran Dewa Matahari pada 25 Desember, disebut "Dies Natalis Solis Invicti" (Ulang tahun Matahari yang Tidak Terkalahkan). Diubah oleh Konstantin menjadi hari kelahiran "Anak Tuhan" (Yesus).
• Rakyat Romawi terbagi dalam tiga agama: Penyembah Sol Invictus (Dewa Matahari), penyembah Mithras (anak dewa), dan pengikut Yesus. Semuanya pelan-pelan digabungkan menjadi penyembah Yesus sebagai "anak Tuhan" yang lahir pada 25 Desember.
• Konstantin menetapkan Kristen sebagai agama kekaisaran Romawi. Banyak orang ikut masuk Kristen. Perayaan Saturnalia dan Sol Inivictus (dewa matahari) dan pesta-pestanya tidak bisa dihilangkan, jadi digabungkan dalam agama Kristen.
• Natal mulai dirayakan sekitar 360 AD, sebagai hari kelahiran Yesus, sebagai Anak Tuhan, dan Juru Selamat (menggantikan banyak anak dewa dan banyak juru selamat yang lain yang diyakini sebelumnya).
Perlu dipahami juga bahwa info ini diperdebatkan. "Perayaan Natal" untuk kelahiran Yesus tidak ada hubungan dengan Yesus, tapi siapa yang menciptakannya, kapan, dan kenapa, ada beberapa pendapat. Yang jelas, seluruh unsur perayaan Natal pada 25 Desember berasal dari agama-agama penyembah berhala. Digabungkan dengan agama Kristen oleh beberapa Kaisar Romawi dan para pemimpin Gereja zaman dulu, agar penyembah berhala mau masuk Kristen. Contoh dari Yesus sebagai landasan dalam agama menjadi tidak penting. Jadi tidak ada orang Kristen yang bisa "mengikuti contoh dari Yesus dalam merayakan Natal", karena tidak ada contohnya. Semuanya diciptakan oleh manusia, terutama Kaisar Romawi. Sekian saja sejarahnya, bagi orang yang ingin paham. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
-Gene Netto
Subscribe to:
Posts (Atom)