Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)
Showing posts with label Kisah Dakwah. Show all posts
Showing posts with label Kisah Dakwah. Show all posts

07 June, 2023

Shalatnya Bolong Selama Puluhan Tahun, Tapi Berubah Setelah Diskusi Satu Kali

Assalamu’alaikum wr.wb. Kemarin saya ketemu dua pria yang berusia 50 tahun, tetapi belum rajin shalat. Katanya, shalat subuh jarang, dan shalat Dzuhur, Ashar, atau maghrib bisa "hilang" karena sibuk dengan rapat di kantor atau ada banyak tugas. Saya berikan motivasi dan penjelasan agama dari ayat dan hadits, dan berikan saran untuk coba mulai shalat 5x per hari, walaupun telat. Ditambahkan dengan lebih banyak berdzikir dan berdoa, dan mohon pertolongan Allah agar bisa berubah.

Saya bertanya, apakah ada waktu untuk tinggalkan rapat dan buang air kecil, atau rokok di luar gedung, atau ambil kopi? Katanya, ADA! Saya bilang, berarti juga ada waktu untuk shalat, betul?! Kalau bisa pamit dari rapat untuk pergi ke WC, sebelum kembali, lakukan shalat Ashar sekaligus. Setelah kami diskusi beberapa jam, mereka bilang ingin mulai berusaha.

Dan alhamdulillah, dalam 1 hari saja, dua-duanya sudah berubah dan merasa sanggup shalat 5 waktu, walaupun kesiangan sedikit untuk shalat subuh. Yang penting adalah niatnya untuk shalat dulu. Saya jelaskan: Coba pikirkan anak buah di kantor yang wajib input data di komputer, lalu kadang dia abaikan, jadi setiap hari ada data yang tidak lengkap. Pasti marah, betul? Tapi bagaimana kalau dia berubah, dan mulai input data yang benar, walaupun kadang sedikit telat. Tapi data di komputer lengkap dan bisa dipakai secara baik. Pasti merasa lebih senang dengannya, betul? Mereka setuju.

Begitulah kondisi kita di hadapan Allah. Kalau puluhan tahun shalatnya tidak lengkap, Allah tidak mau pedulikan masa lalunya itu. Kalau ada niat memperbaiki diri, maka Allah akan terima usaha kita yang dilakukan saat ini, walaupun masih belum terasa "sempurna". Diusahakan saja dulu, dan yakin Allah akan menolong…

53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Az Zumar 39:53)

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Kebahagiaan Allah dengan taubat hamba-Nya lebih besar daripada kebahagiaan seseorang yang menemukan kembali untanya yang penuh dengan barang-barang setelah hilang di padang tandus." (Sahih Bukhari No. 321, Sahih Muslim No. 6611)

Siapa saja bisa berubah, kapan saja, asal ada kemauan untuk menjadi lebih baik dan ada teman yang bisa berikan motivasi dan dukungan yang dibutuhkan.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

22 July, 2019

Kisah Dakwah dan Diare

Kemarin ada permintaan mendadak, utk ketemu seorang muallaf asal Kanada pada waktu sore. Pas saya mau berangkat, ada perasaan akan kena diare. Selama beberapa minggu, saya sering kena diare, dan setiap kali saya kira sembuh, muncul lagi. Saya mau batalkan, tidak enak, karena dia sudah berangkat. Ya sudah, saya minum imodium, bismillah, dan pergi naik taksi.

Ketika ketemu, kami diskusi agama dan terlihat pengertian agamanya masih lemah, jadi saya jelaskan banyak hal dari nol, karena tidak mau berasumsi dia sudah paham. Setelah 2 jam, dia pamit ke WC. Setelah 10 menit, akhirnya dia kembali, dan minta maaf karena lagi kena diare! Ya Allah. Saya tanya, kalau sakit kenapa keluar? Dia bilang karena sudah berjanji, dan seminggu lagi akan kembali ke Kanada, jadi takutnya sulit ketemu lagi. Dua orang bule, sama2 kena diare, dan sama2 paksakan diri keluar karena mau diskusi agama. Setelah dua kali lagi dia ke WC, akhirnya dia terima saran saya utk minim imodium juga. Dan saya bawa di tas, jadi dia bisa langsung mimun.

Selama diskusi itu, saya harus fokus pada aliran diskusi, dan pastikan dia paham apa yang saya jelaskan. Tapi juga harus konsentrasi agar "menahan kentut" karena takutnya bukan hanya angin yang keluar. Hahaha. Parah deh. Jadi pengalaman dakwah dan diare.

Alhamdulillah beberapa kali dalam diskusi, saya lihat matanya berkaca, dan dia menahan perasaan menangis. Dari pengalaman saya, itu tandanya orang tersebut mulai terima hidayah. Dia jadi sadar bahwa ada agama yang jelas dan logis, dan berasal langsung dari Tuhan Yang Maha Esa, tanpa unsur rekayasa manusia.

Saya tekankan kepada dia, kalau mau jadi yakin pada Islam, cari logika dalam ajaran Islam, karena logika itu membuktikan asalnya ajaran tersebut bukan rekayasa dari manusia. Karena Allah tidak menciptakan kebingungan. Allah malah memberikan jawaban terhadap pertanyaan kita dan memberikan petunjuk ke jalan yang jelas dan logis. Kita punya pilihan: Mau taat pada Tuhan atau tidak? Dia setuju, jadi insya Allah dia akan mulai pelajari Islam secara dalam, dan siap melakukan shalat. Semoga Allah berikan hidayah yang kuat kepadanya utk menjalankan agama Islam secara kaffah. Dan segera sembuhkan diarenya. Amin.
-Gene Netto

17 January, 2017

Jangan Menilai Orang Lain Dari Pakaiannya



Assalamu’alaikum wr.wb., Teman saya bernama Yasir sedang makan malam di warung. Tiba2 muncul orang yg pakai baju panjang gaya Pakistan, sorban, celana dipotong setinggi betis, dan sandal jepit. Jenggotnya panjang dan tidak rapi. Orang itu tanya apakah Yasir seorang Muslim. Yasir jawab iya. Orang itu mulai menegor Yasir,  tetapi dengan senyuman yang kaku di mukanya, seperti ingin mengancam.

Dia bertanya, kok Yasir duduk di warung saat adzan? Seorang Muslim "yang benar" akan tinggalkan makanannya dan buru2 shalat di masjid, daripada duduk di warung pada saat adzan. Dia kutip 2 ayat dalam bahasa Arab sbg bukti bahwa keimanan Yasir kurang baik. Dia juga menegor Yasir karena pakai celana jeans dan kaos padahal itu adalah pakaian orang kafir. Katanya seorang Muslim yang benar akan memakai baju Muslim seperti dia, atau memakai gamis dan sorban, karena itu adalah pakaian Muslim. Jeans dan kaos tidak boleh dipakai untuk shalat, karena “meniru orang kafir, berarti kafir juga”, katanya.

Yasir senyum, dan mulai menjelaskan. Pertama, Yasir adalah "Musafir" (orang dalam perjalanan). Shalat maghrib dan isya sudah digabung tadi. Kedua, ayat yang dikutip kurang tepat, dan Yasir kutip ayat2 yang lain dalam bahasa Arab, dgn tafsirnya, ditambahkan hadiths2 ttg dakwah, semuanya dalam bahasa Arab. Orang itu jadi bingung. Dia berusaha bela diri dgn mengatakan "hanya niat berdakwah", jadi boleh saja menegor dan menyalahkan orang Muslim lain. Yasir senyum lagi dan menjelaskan ayat2 berkaitan dengan dakwah dan tata cara dakwah yg diajarkan oleh Nabi SAW. Ternyata orang itu belum paham.

Orang itu kelihatan malu, lalu bertanya Yasir "siapa"? Yasir menjawab: “Saya seorang ustadz yg mengajar ilmu Al Qur'an di pesantren dan insya Allah seorang hafiz Qur’an. Saya di Jakarta untuk bertemu guru saya dari MUI. Permisi, saya mau ke rumah Pak Kyai. Dan karena anda sibuk menegor saya dari tadi, mungkin anda telat dan tidak akan dapat shalat isya berjemaah di masjid.”

Lalu Yasir tinggalkan orang itu di warung. Saat Yasir ceritakan semuanya, saya gelengkan kepala. Orang itu yang semangat menyalahkan orang Muslim lain, tanpa tahu sedang bicara dengan Ustadz yang hafiz Qur'an. Dia BERASUMSI Yasir tidak mengerti agama, disebabkan Yasir memakai jeans dan kaos, dan berada di warung pada saat adzan. Kita bisa menilai orang lain dari pakaiannya, dan kita bisa salah sekali. Orang non-Muslim di negara2 Arab juga pakai gamis dan punya jenggot. Dan orang Muslim yg ahli juga ada yang pakai jeans dan kaos. Jadi hati-hati kalau banyak berasumsi terhadap orang lain. Jangan buru2 membuat penilaian bahwa orang lain pasti begini atau begitu disebabkan penampilannya. Semoga bermanfaat.
Wabillahi taufik walhidayah, Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

01 March, 2014

Pengalaman Bule Muallaf di Indonesia: Setahun Di Sini Mau Murtad Dan Bunuh Diri!

Assalamu'alaikum wr.wb. Saya diminta bertemu dengan orang Eropa yang sudah masuk Islam dan menetap di sini bersama istrinya (WNI) selama beberapa tahun. Pada awalnya, dia mulai belajar tentang Islam karena berniat menikah, lalu dia menjadi serius dan rajin shalat. Pada waktu adzan, dia langsung pergi ke masjid karena tidak mau ada shalat yang telat. Sayangnya, setelah menetap di tengah komunitas Muslim, kondisinya berubah. Dia berhenti shalat, menjadi depresi, dan bahkan ingin bunuh diri. Dari pengalamannya dengan saudara istrinya, tetangga, dan teman bisnis, dia merasa bahwa apa yang "diajarkan oleh Islam" dan apa yang "dilakukan oleh orang Muslim" di Indonesia bertolak belakang.

Pertanyaan dia: "Kalau Islam memang benar, kenapa umat Islam seperti ini?"

Kalau ada yang mengatakan "insya Allah" kepadanya, dia marah. Bagi dia, artinya adalah: "Saya sedang bohongi anda, dan saya tidak akan melakukannya." Mendengar komentar itu, saya menjelaskan budaya Indonesia. Banyak orang tidak enak menolak, jadi mengatakan "insya Allah" tanpa niat penuhi janjinya. Dia menolak kebiasaan itu, karena dianggap kebohongan dan kemunafikan.

Katanya, kebanyakan orang yang ketemu dia seolah-olah bermuka dua. Dia bertanya, apa Islam mengajarkan kita untuk bermuka dua? Kalau tidak, kenapa begitu umum?

Dalam bisnis, semua orang Muslim juga begitu, katanya. Berbohong, munafik, dan bermuka dua. Dia menunggu berbulan-bulan: Ada kontrak yang disetujui dan "insya Allah siap berjalan". Ternyata tidak. Janjinya seorang Muslim tidak bisa dipercayai. Dia datang ke sini sebagai orang kaya, tapi dalam waktu singkat, seluruh hartanya dihabiskan oleh saudara dan teman dari istrinya, yang ajak dia berbisnis, pinjam uang untuk "investasi", lalu mengaku "bangkrut" dan tidak bisa bayar kembali. Karena merasakan hal-hal seperti itu terus, akhirnya dia putus asa. Buat apa beragama Islam terus kalau kualitas Muslim seperti ini? Menyesal bergabung dengan "mereka".

Dia mencari penjelasan yang logis tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam, tapi tidak dapat. Kebanyakan orang menjawab, "disuruh orang tua" atau "ustadz bilang begitu". Contohnya, dia bertanya kenapa Shalat Jumat 2 rakaat dan bukan 4? Alasan logisnya? Dikasih jawaban, "Karena disuruh begitu." Dia bertanya kenapa tidak boleh bunuh diri? Alasan logisnya? Semua orang Muslim hanya menjawab, "Tidak boleh," tanpa penjelasan. Dia bilang, "Katanya Allah Maha Kuasa! Kalau iya, kenapa Allah tidak halangi saya dari bunuh diri? Kenapa Allah tidak hilangkan semua kejahatan? Kenapa Allah izinkan Setan mengganggu kita?" Dia mencari penjelasan yang logis, tapi semua orang Muslim, termasuk ustadz, tidak bisa jelaskan. Dia tambah bingung dan depresi.

Karena tidak lancar dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, dia sulit belajar. Dia sudah tua, tidak pakai internet, jadi sulit cari info online. Dan setelah melihat umat Islam dan perilakunya secara umum, dia hanya merasa makin depresi, makin tidak paham Islam, dan tidak mau hidup lagi, jadi shalat menjadi tidak penting. Ketika saya menjawab semua pertanyaannya, dan jawaban saya sederhana dan logis, alhamdulillah dia berubah. Saat masuk dzuhur, dia tiba-tiba dia mengatakan, "Ayo, kita harus shalat dzuhur!" (Malah dia yang ajak saya! Hehe). Saya suruh dia duduk lagi, dan tanya KENAPA dia mau shalat, dan dia harus berikan penjelasan logis. Alhamdulillah, dalam 3 jam dia sudah berubah secara total.

Kesulitan utama bagi dia adalah betapa sedikitnya orang Muslim yang bisa menjelaskan Islam secara logis, dan betapa sedikitnya ustadz yang bisa menjelaskan Islam secara logis dalam Bahasa Inggris. Banyak ustadz berilmu tinggi, tapi ilmu mereka tidak bisa keluar dari Indonesia. Dia ingin memahami Islam lewat pertanyaan dan penjelasan yang logis karena hal itu yang membuat dia masuk Islam. Sayangnya, sebagian Muslim menjadi emosi, dan menghina dia karena tidak mau "asal nurut saja, tanpa berpikir". Hasilnya, dia menjadi malas belajar.

Berkali-kali saya menegaskan, kalau mau yakin pada Islam, harus pelajari dasar-dasar Islam dari Al Qur'an, hadits, dan buku (dan butuh guru juga). Kalau menilai Islam dari perilaku orang Muslim, maka dijamin akan kecewa. Dalam kata lain, "KALAU MAU MENGENAL ISLAM, JANGAN MELIHAT ORANG MUSLIM". Sekarang, alhamdulillah, si bule muallaf itu sudah shalat 5 waktu lagi. Sudah berkali-kali saya bertemu dengan calon muallaf, dan diskusinya selalu mirip. Mereka selalu bertanya, "Kalau Islam memang benar, kenapa umat Islam seperti ini?"

Alhamdulillah satu orang berhasil diselamatkan (untuk saat ini). Insya Allah tidak jadi murtad, tidak bunuh diri, sudah kembali shalat, dan insya Allah bisa dapat ketenangan setelah dia pindah ke negara lain dan tidak lagi tinggal di tengah umat Islam yang mengganggu hatinya di Indonesia. Saya ingin sekali mengatakan kepada muallaf, "Kalau mau merasakan contoh nyata dari Rasulullah SAW, tinggal di tengah umatnya." Tapi sayangnya, banyak orang bule yang tinggal di tengah umat Islam malah merasakan yang sebaliknya, karena justru umat Islam yang membuat mereka ingin kabur jauh dari Islam!

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wabillahi taufik walhidayah,
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
-Gene Netto

10 July, 2012

Apa Bagus Kalau Membina Muallaf Dengan Pandangan Islam Yang Keras?

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Teman2, saya dapat message dari Admin lain di Facebook Muallaf Indonesia (MI), yang mengatakan ada beberapa member yang komplain tentang saya. Diantara lain, dikatakan bahwa saya “tidak sopan”, “bertindak seenaknya”, “bersikap kaya preman”, dan sering “menghinakan orang Indonesia” (tapi saya tidak diberikan buktinya). Para member itu juga mendirikan group Facebook yang baru untuk muallaf, supaya dapat kebebasan bicara di situ.
Mungkin sebagian dari orang itu tidak suka kalau saya tegas. Apa saya tegas? Iya, mungkin saja saya sering tegas, tetapi hanya terhadap orang yang mau bicara dengan muallaf tanpa punya ilmu pembinaan muallaf. Komentar mereka, yang mereka anggap “bagus atau “ilmu Islam yang benar”, bisa sangat mengganggu hatinya seorang muallaf. Sebagian member menulis komentar di group MI tanpa paham kondisi muallaf sama sekali. Tetapi kalau saya lawan di awalnya (dengan sikap dan kata2 yang baik) kadang mereka malah naik darah dan menyerang dengan menanyakan dari mana saya dapat hak untuk menolak post atau komentar mereka (terutama kalau ada ayat dan hadiths dalam teks yang juga dihapus). Dan ini tidak terjadi sekali, atau dua kali, tetapi terjadi secara rutin setiap beberapa bulan dengan masuknya member-member baru yang punya pandangan keras dalam agama.

Orang Muslim dengan sangat mudah bisa menulis (misalnya), “Wajib shalat di masjid bagi pria. Haram dan berdosa kalau shalat sendirian di rumah.” Atau, “Haram dan berdosa kalau tidak pakai jilbab setelah masuk Islam.” Atau, “Wajib potong celana setinggi betis (cingkrang).” Atau, “Wajib panjangkan jenggot.” Atau, “Sekali tidak shalat, kafirlah!” Tetapi orang yang menulis itu tidak paham ada sebagian muallaf yang takut ketahuan sebagai muallaf karena tidak tahu apa yang akan terjadi kalau rahasia mereka terbongkar di tengah keluarga yang benci orang Muslim. (Misalnya, di rumahnya, orang Muslim disindir sebagai “teroris” dan dikatakan “bodoh” karena tidak mengenal kasih sayangnya Yesus.)   
Ada muallaf yang ceritakan kepada saya bahwa dia bawa sebotol Aqua ke kamar, kunci pintu, taruh handuk di lantai, dan tuangkan air ke tangan dengan pelan untuk melakukan wudhu. Dia tidak berani wudhu di kamar mandi, karena takut suara air kedengaran Ibunya. Lalu dia ambil sejaddah dari tempat penyimpanan rahasia di lemari, dan shalat subuh tanpa pakai suara. Ini bukan cerita rekayasa dari saya. Ini cerita nyata dari seorang muallaf yang tinggal di Jakarta. Dia takut sekali keluarganya akan tahu dia sudah masuk Islam. Dia takut dipukuli, diusir dari rumah, dan tentu saja uang kuliah akan dihentikan karena dia dinilai “bukan anak lagi”. Bagaimana nasib dia setelah itu? Dia takut dan sedih setiap hari. Lalu dia cari bantuan lewat internet, ketemu blog saya dan kirim email. Alhamdulillah saya bisa membantunya sebelum niat bunuh diri terwujud.

04 July, 2012

Jangan Menilai Orang Lain Dari Pakaiannya

Assalamu’alaikum wr.wb., Teman saya bernama Yasir sedang makan malam di warung. Tiba2 muncul orang yg pakai baju panjang gaya Pakistan, sorban, celana dipotong setinggi betis, dan sandal jepit. Jenggotnya panjang dan tidak rapi. Orang itu tanya apakah Yasir seorang Muslim. Yasir jawab iya. Orang itu mulai menegor Yasir,  tetapi dengan senyuman yang kaku di mukanya, seperti ingin mengancam.

Dia bertanya, kok Yasir duduk di warung saat adzan? Seorang Muslim "yang benar" akan tinggalkan makanannya dan buru2 shalat di masjid, daripada duduk di warung pada saat adzan. Dia kutip 2 ayat dalam bahasa Arab sbg bukti bahwa keimanan Yasir kurang baik. Dia juga menegor Yasir karena pakai celana jeans dan kaos padahal itu adalah pakaian orang kafir. Katanya seorang Muslim yang benar akan memakai baju Muslim seperti dia, atau memakai gamis dan sorban, karena itu adalah pakaian Muslim. Jeans dan kaos tidak boleh dipakai untuk shalat, karena “meniru orang kafir, berarti kafir juga”, katanya.

Yasir senyum, dan mulai menjelaskan. Pertama, Yasir adalah "Musafir" (orang dalam perjalanan). Shalat maghrib dan isya sudah digabung tadi. Kedua, ayat yang dikutip kurang tepat, dan Yasir kutip ayat2 yang lain dalam bahasa Arab, dgn tafsirnya, ditambahkan hadiths2 ttg dakwah, semuanya dalam bahasa Arab. Orang itu jadi bingung. Dia berusaha bela diri dgn mengatakan "hanya niat berdakwah", jadi boleh saja menegor dan menyalahkan orang Muslim lain. Yasir senyum lagi dan menjelaskan ayat2 berkaitan dengan dakwah dan tata cara dakwah yg diajarkan oleh Nabi SAW. Ternyata orang itu belum paham.

Orang itu kelihatan malu, lalu bertanya Yasir "siapa"? Yasir menjawab: “Saya seorang ustadz yg mengajar ilmu Al Qur'an di pesantren dan insya Allah seorang hafiz Qur’an. Saya di Jakarta untuk bertemu guru saya dari MUI. Permisi, saya mau ke rumah Pak Kyai. Dan karena anda sibuk menegor saya dari tadi, mungkin anda telat dan tidak akan dapat shalat isya berjemaah di masjid.”

Lalu Yasir tinggalkan orang itu di warung. Saat Yasir ceritakan semuanya, saya gelengkan kepala. Orang itu yang semangat menyalahkan orang Muslim lain, tanpa tahu sedang bicara dengan Ustadz yang hafiz Qur'an. Dia BERASUMSI Yasir tidak mengerti agama, disebabkan Yasir memakai jeans dan kaos, dan berada di warung pada saat adzan. Kita bisa menilai orang lain dari pakaiannya, dan kita bisa salah sekali. Orang non-Muslim di negara2 Arab juga pakai gamis dan punya jenggot. Dan orang Muslim yg ahli juga ada yang pakai jeans dan kaos. Jadi hati-hati kalau banyak berasumsi terhadap orang lain. Jangan buru2 membuat penilaian bahwa orang lain pasti begini atau begitu disebabkan penampilannya. Semoga bermanfaat.
Wabillahi taufik walhidayah, Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

28 May, 2012

Hikmahnya Sebuah Senyuman No.2




 
Ini hikmahnya sebuah senyuman. Ini foto Yusuf (kanan) yang datang ke rumah kemarin untuk menerima uang sekolah buat kakaknya, Dadang (kiri). Keduanya tidak kerja lagi sebagai pemulung, tetapi bapak dan ibu masih, dan semuanya masih tinggal di tempat pemulung, tanpa air dan WC di dalam gubuk mereka (ada satu tempat di luar buat semua pemulung).

Dua hari yang lalu, bapak mereka telfon saya dan minta bantuan dapat uang sekolah untuk masuk SMK bagi Dadang. Saya kumpulkan dari beberapa teman karena tidak sanggup kasih semuanya sendiri. Saat saya kasih tahu bapak uangnya sudah siap untuk diambil, dan ini sedekah bukan pinjaman, dia menangis terus di telfon dan membaca doa yang panjang buat saya dan teman2 saya yang bersedia membantu dia, tanpa minta apa-apa dari dia.

Dia mengatakan tidak menyangka bisa dapat bantuan yang begitu besar, dengan begitu cepat, dan dalam bentuk sedekah bukan pinjaman, jadi tidak ada beban bayar kembali. Harapan dia cuma satu: anaknya harus bisa dapat pekerjaan yang lebih baik, dan jangan sampai mereka terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan dengan menjadi pemulung juga. Sekarang, setelah saya mulai kasih uang bulanan ke Yusuf dari dua tahun yang lalu, dia berhenti menjadi pemulung dan menjadi sangat senang main bola dengan teman2nya setelah sekolah (daripada kerja). Dan hubungan kami dimulai dari sebuah senyuman saja.

Teman2, jangan takut membantu orang lain. Allah Maha Tahu, dan Allah yang berjanji untuk bayar kembali uang yang kita keluarkan untuk membantu orang lain.

245. Siapakah yang mau memberi PINJAMAN kepada Allah, pinjaman yang BAIK (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan MELIPAT GANDAKAN pembayaran kepadanya dengan LIPAT GANDA yang BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah 2:245)

23 May, 2012

Hikmahnya Sebuah Senyuman

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Mungkin teman2 yang baca blog dan Facebook saya akan ingat Yusuf, anak SD yang menjadi pemulung. Saya mulai memberikan santunan kepada dia lebih dari 2 tahun yang lalu, supaya dia bisa lanjutkan sekolah ke SMP dan sekaligus berhenti menjadi pemulung. Kemarin saya ditelfon bapaknya Yusuf. Dengan minta maaf berkali2, dia tanya apa ada kemungkinan saya bisa membantu keluarganya lagi. (Bapak dan Ibu masih kerja sebagai pemulung). Ternyata kakaknya Yusuf sudah selesai SMP dan mau masuk SMK, jurusan Multimedia. Tetapi ada biaya masuk sekian juta, dan tidak boleh dicicil. Harus bayar lunas sebelum akhir bulan Mei ini.

Dari suara bapak, kedengaran bahwa dia tidak enak minta tolong lagi kepada saya. Soalnya, bulan ini saya juga dapat sedikit sedekah dari teman2 yang mau bantu saya, dan sebagai tanda syukur kepada Allah, saya sudah memberikan 1 juta kepada Yusuf dan keluarganya kemarin. Jadi saya paham kenapa bapak merasa tidak enak minta lagi. Tetapi dia tidak tahu bahwa saya sedang senyum sambil mendengarkan permintaannya. Kenapa? Karena saya bersyukur bahwa keluarga yang sangat miskin ini masih merasa ada tempat untuk mendapatkan pertolongan. Alhamdulillah saya dianggap sebagai orang yang sanggup membantu, dan bapak merasa bisa hubungi saya kalau ada masalah. Saya senyum sambil dengar terus.

05 May, 2011

Tidak shalat bertahun2, kembali shalat setelah diskusi 2,5 jam


Assalamu’alaikum wr.wb.,
Kemarin saya ada meeting dari pagi sampai dzuhur. Setelah itu, saya ke kantor orang. Di kantor tersebut, ada 2 staf yang sudah saya kenal dari beberapa bulan yang lalu, dan sudah pernah shalat bersama mereka di musholla. Ada juga satu orang yang baru, yang setahu saya juga Muslim tetapi baru ketemu dia dua kali.
Karena sudah masuk waktu dzuhur, saya ajak orang baru itu shalat di musholla. Kedua teman yang lain langsung ketawa. Saya kaget. Apa yang lucu?
Dia tidak bisa diajak shalat, kata mereka. Mereka sudah lama mencoba dan tidak berhasil. Saya kira mereka bercanda, lalu saya bertanya apa benar atau tidak. Orang itu mengatakan benar dan mulai menjelaskan kenapa.

Dia bercerita tentang masa kecilnya, dengan orang tua yang Muslim tetapi kejawen. Mereka ajarkan dia tentang shalat, tetapi sekaligus juga tidak selalu melakukannya. Juga ada ajaran bahwa shalat itu tidak begitu penting. Yang penting adalah hati kita dan bagaimana kita berbuat baik dan benar kepada orang lain, dan tidak menyakiti hati mereka.
Saya dengarkan dengan baik selama beberapa minit. Setelah dia sudah menjelaskan banyak, saya merasa harus diluruskan pendapat yang keliru ini. Saya jelaskan bahwa, mohon maaf, semua yang diajarkan oleh orang tua kepadanya adalah tidak benar. Shalat itu wajib dan tidak bisa ditinggalkan untuk alasan apapun (kecuali kita sedang melarikan diri dari musuh dalam keadaan perang, dan dalam keadaan itu, kita bisa berdzikir saja.) Orang jahat yang shalat masih lebih baik daripada orang baik hati yang tidak shalat.

07 April, 2011

Selesai Dakwah dgn Orang Asing, Mulai Lagi dgn Sopir Taksi

Assalamu'alaikum wr.wb.,
Kemarin saya ada pertemuan dengan orang pada waktu siang, untuk membahas suatu kegiatan untuk bulan depan. Saya berangkat setelah dzuhur, dan rapatnya hanya 2 jam, jadi saya kira bisa pulang sekitar ashar, karena masih ada banyak kerjaan dan tugas di rumah yang belum selesai untuk membantu 3 yayasan yang sedang ditangani.

Setelah rapat itu, saya ketemu seorang teman yang memperkenalkan saya dengan seorang muallaf bule di kantornya. Dia sudah masuk Islam beberapa tahun, tetapi masih merasa ragu terhadap Islam, dan belum bisa shalat secara rajin. Saat saya melihat bahwa dia ingin bertanya banyak, saya memutuskan untuk berusaha menjawab semua pertanyaannya sampai dia merasa puas.
Kadang, dengan orang asing, mereka merasa dekat dengan Islam (sudah muallaf atau sudah memikirkannya) tetapi masih ada sesuatu di dalam hatinya yang menghalangi mereka untuk lepaskan kehidupan biasa mereka dan mengikuti Islam secara benar.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...