Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (562) islam (543) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (10) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (37) renungan (169) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (6) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)
Showing posts with label pesantren. Show all posts
Showing posts with label pesantren. Show all posts

04 March, 2024

Kematian Santri Di Kediri Masih Menjadi Berita Terus

Assalamu’alaikum wr.wb. Kematian seorang santri dalam pesantren (yang tidak terdaftar) di Kediri masih menjadi berita, beberapa hari setelah kejadiannya. Jenazah anak berusia 14 tahun dikembalikan kepada orang tuanya, dan setelah mereka melihat darah, memaksa untuk dibuka kain kafannya. Ternyata ada banyak luka lebam, sundutan rokok, bekas jeratan di leher, dan luka seperti tusukan. Empat anak lain menjadi tersangka, dan salah satunya adalah sepupu korban. Ada beberapa hal yang perlu dibahas.

1) Sangat disayangkan bahwa setelah korban hubungi ibunya dan minta dijemput secepatnya karena "ketakutan", sang ibu malah balas dengan pesan motivasi dan janjikan beli motor kalau dia "bertahan" sampai Lebaran. Terlalu banyak orang tua anggap apapun yang terjadi, anak harus dibujuk untuk bertahan di pesantren terus. Setelah terima jenazah, baru menyesal.

2) Seorang santri seharusnya punya beberapa jalur untuk minta pertolongan. Dibutuhkan orang dewasa dengan latar belakang psikologi atau pendidikan, baik di dalam maupun di luar pesantren, yang bisa terima laporan dan membantunya. Tugasnya sebagai "Advokat Anak" yang utamakan keselamatan dan kesejahteraan anak, bukan "nama baik pesantren".

3) Ketika santri tewas atau terluka berat, harus ada kewajiban lapor ke polisi, untuk dapat kepastian atas penyebab kematian atau luka tersebut. Seorang pengurus pesantren dilarang terima penjelasan dari anak lain bahwa "korbannya jatuh saja", dan wajib menunggu hasil dari investigasi polisi.

4) Dibutuhkan standarisasi untuk semua pesantren dalam hal "keselamatan anak". Semua orang dewasa harus diwajibkan dapat sertifikat setelah belajar mengutamakan keselamatan anak. Untuk bawa motor saja, wajib punya SIM. Untuk mengurus ratusan anak, seharusnya ada izin yang setara dan dilarang mengajar sebagai ustadz atau guru tanpa izin tersebut.

5) Harus ada kewajiban mendaftarkan pesantren dan rumah tahfidz, dan sanksi hukum kalau buka tanpa izin. Bis antar kota wajib punya izin, sopir wajib punya SIM khusus, walaupun penumpang hanya puluhan orang. Untuk mengurus ratusan atau ribuan anak, seharusnya diwajibkan punya izin juga.

Tanpa standarisasi sistem dengan fokus utama pada keselamatan anak, kematian santri akan terjadi terus. Dan pengurus pesantren akan bela diri dengan mengatakan, "Kami tidak tahu" dan "Kami tidak menyangka". Setiap santri yang tewas BUKAN takdir dalam artinya "Allah menghendaki". Seperti halnya anak yang tidak bisa berenang lalu tenggelam dalam acara sekolah juga bukan "takdir". Tetapi kematian itu adalah hasil dari KELALAIAN. Ada orang dewasa yang seharusnya lebih cerdas dan waspada tetapi bersikap santai saja.

Hal yang sama terulang terus karena banyak orang dewasa menjadi pendidik tanpa memiliki ilmu perlindungan anak sebagai fondasi dari tugasnya. Untuk menghentikan kematian anak, harus ada standarisasi sistem dari pemerintah. Orang tua harus menuntut terus sampai berhasil. Kirim anak ke pesantren dan berharap tidak kembali sebagai jenazah bukan solusi.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Santri asal Banyuwangi yang Tewas di Kediri Sempat Minta Tolong ke Ibunya: "Tolong Aku Takut Ma"
https://surabaya.kompas.com

Fakta-Fakta Santri Tewas di Kediri: 4 Senior Jadi Tersangka hingga Pesan Terakhir Minta Dijemput
https://www.kompas.tv

14 January, 2024

Santri Korban Pengeroyokan Belasan Temannya di Blitar Meninggal Dunia

Assalamu’alaikum wr.wb. Satu lagi santri Indonesia mati secara sia-sia. Dan kita hanya tahu apa yang terjadi karena sekarang orang tua lebih bebas laporkan perkara ke polisi. Hanya ada dua kemungkinan. 1) Banyak santri juga tewas di masa lalu, tapi berhasil ditutupi oleh pihak pesantren demi menjaga nama baik pesantren, jadi tidak dilaporkan ke polisi sehingga tidak ada data. 2) Santri di zaman ini jauh lebih sadis daripada santri di zaman dulu. Lebih suka pilihan yang mana? Setelah Penjajah Belanda dan Jepang berhasil diusir, siapa yang bisa melindungi anak Indonesia dari sebagian anak Indonesia yang lain, yang ternyata lebih sadis daripada prajurit Belanda dan Jepang? Berapa banyak anak harus tewas secara sia-sia sebagai korban kekerasan (atau anak SIAPA yang harus tewas?) sebelum terjadi perubahan dalam sistem pendidikan nasional?

Ada fokus yang berlebihan pada urusan administratif dan usaha "kontrol siswa" seperti: rambut laki-laki harus pendek, PR harus diselesaikan, jawaban siswa harus setara dengan pendapat guru, biaya ujian harus dibayar sebelum terima rapor, sepatu tidak boleh ada garis putih, seragam harus lengkap, harus diam dan taat pada guru, banyak hafalan di pesantren sebagai fokus utama, dan lain-lain. Yang dibutuhkan adalah fokus pada tanggung jawab pribadi untuk menjadi manusia mandiri, kemampuan berpikir secara logis, kemauan untuk utamakan diskusi di atas kekerasan, berakhlak tinggi, bermoral, dan siap membela kebenaran dan melawan ketidakadilan. Tetapi semua hal tersebut harus diajarkan secara aktif oleh para guru dan ustadz. Tanpa proses pendidikan, 80 juta anak Indonesia tidak akan bisa menemukan semua kemampuan itu sendiri. Jadi siapa yang mau mendidik anak Indonesia untuk menjadi manusia yang mulia?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Santri Korban Pengeroyokan Belasan Temannya di Blitar Meninggal Dunia
https://surabaya.kompas.com

09 January, 2024

Saran Untuk Mengatasi Masalah Pencabulan Terhadap Anak

Assalamu’alaikum wr.wb. Walaupun para orang tua dikasih tahu berkali-kali, hasilnya percuma. Info dari saya, dan sewaktu-waktu lihat berita, tidak membuat kebanyakan orang tua takut atau waspada. Selalu berprasangka baik, dan yakin anak mereka tidak mungkin menjadi korban. Tidak mungkin suami mereka, ipar mereka, bapak mereka, tetangga mereka, guru sekolah anak, guru ngaji anak, dll. akan melakukan kejahatan terhadap anak. Lalu ketika terjadi, semua orang tua mengatakan, "Kami tidak menyangka!"

Perlu dipahami juga, dari pengamatan saya terhadap puluhan ribu kasus pencabulan terhadap anak (saya ada link ke semua artikel beritanya), ketika seorang remaja atau pemuda laki-laki diajak ikut melakukan pemerkosaan bergilir terhadap seorang anak SMP atau SMA, jawaban mereka selalu IYA. Nol persen dari pelaku menolak dan berusaha selamatkan korban atau telfon polisi. Pelaku yang berusia 12-25 tahun menjadi mayoritas. Selalu setuju, dan menunggu kesempatan perkosa anak itu, setelah 5-8 teman mereka sudah selesai.

Jadi ini jelas sebuah masalah pendidikan dan budaya. Tetapi ketika saya berusaha bahas topik ini dalam sebuah grup guru online dengan 150 ribu anggota, saya dimarahi dan disuruh diam. Mereka tidak mau tahu, dan tidak mau cari korban di kelas masing-masing. Ketika saya bertemu Ketua KPAI untuk diskusi, dia mengaku kaget karena data saya (yang dikumpulkan dari berita saja) lebih lengkap dari berita mereka. Lalu dia jelaskan, semua polsek di seluruh Indonesia tidak wajib laporkan data kasus pencabulan ke pusat atau ke KPAI atau ke tempat lain. Jadi tidak ada yang punya data akurat dari seluruh negara, karena tidak ada UU yang wajibkan. Data saya pernah dipakai oleh Mendikbud dalam sebuah presentasi kepada kepala dinas pendidikan se-Indonesia. Hasilnya juga nol. Hanya diberitahu ada masalah. Tanpa ada tindakan nyata yang bisa menjadi solusi.

Menurut pendapat saya, perkara ini bisa mulai diatasi dari 4 tindakan saja.

1)    Pelatihan dan pendidikan anti-pencabulan di sekolah sejak SD. Wajib. Anak diberi tahu bahwa orang lain dilarang menyentuh kemaluan mereka, dan siapapun yang memaksa dan menakuti mereka, wajib langsung dilaporkan ke orang tua atau guru. Belum pernah ada pelatihan nasional seperti ini.
Anak perempuan harus diajarkan untuk tidak percaya pada "kenalan baru" dari Facebook atau TikTok yang ajak mereka jalan-jalan.
Anak laki-laki harus diajarkan bahwa perempuan adalah manusia yang wajib disayangi dan dilindungi, dan bukan alat untuk "dipakai" oleh mereka.

2)    Wajib dipasang poster di semua sekolah dan pesantren yang ingatkan anak tentang bahaya pencabulan, dan berikan nama orang dan nomor telfon yang bisa dihubungi untuk laporkan perkara. Dengan teks yang jelaskan mereka akan dilindungi dan dibantu.

3)    Iklan TV yang ditayangkan secara rutin untuk ingatkan orang tua dan anak agar waspada dan tidak mudah percaya pada orang yang lain.

4)    Latihan bela diri anti-pencabulan di sekolah, sejak SD kelas 5-6 sampai SMA, khusus untuk perempuan, dan laki-laki juga boleh ikut. Diajarkan pukul dan tendang saja (ilmu bela diri standar), dan khusus bagi perempuan, diajarkan untuk selalu tendang pria di kemaluan, mata, dsb. lalu melarikan diri apabila diserang. Banyak perempuan diam saja ketika mau diperkosa, karena tidak pernah diajarkan untuk bela diri.

Dan jangan bertanya kepada saya kenapa hal-hal seperti ini tidak disampaikan kepada pihak yang punya wewenang untuk bertindak. Saya sudah berusaha berkali-kali. Hasilnya selalu nol. Kebanyakan orang yang punya kemampuan bertindak sibuk dengan banyak urusan lain, dan keselamatan bagi 80 juta anak Indonesia tidak dianggap sebagai prioritas. Sekian dulu. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

19 December, 2023

Santri di Jambi Disiksa Senior: Dipegangi, Dibekap, Perut-Kemaluan Diinjak Sampai Bengkak

Berita seperti ini makin sering muncul. Kita hanya tahu sebagian kecil dari kasus bullying yang terjadi di pesantren dan sekolah setelah menjadi berita. Yang tidak menjadi berita, berapa ribu kasus per bulan? Berapa banyak anak menderita tanpa sepengetahuan orang tuanya, tanpa kepedulian ustadz dan gurunya?
Yang perlu diperhatikan adalah beberapa hal yang penting:

1. Banyak anak tidak berani ceritakan kejadian kepada orang tua dan guru karena sudah diancam duluan. Kalau bicara, akan kena hukuman yang lebih keras.

2. Ada pesantren yang berpesan ke anak agar selalu "ceritakan yang baik" kepada orang tua, dan sembunyikan pengalaman buruk. Jadi pendidikan dari para ustadz itu membuat banyak santri makin menderita.

3. Dalam kebanyakan kasus, ada pelaku utama (bisa 1 anak atau beberapa) lalu ada anak-anak yang lain yang NONTON dan tidak bergerak untuk melindungi korban. Artinya, mereka tidak pernah diajarkan oleh ustadz dan guru untuk memiliki rasa kasih sayang terhadap manusia yang berada dalam kondisi lemah. Melihat korban disiksa, mereka tonton saja. Tidak berusaha menolong korban, tidak panggil ustadz, hanya diam saja. Anak-anak itu akan menjadi dewasa dan anggota masyarakat dan pemimpin di masa depan. Kualitas HATI NURANINYA bagaimana? Kenapa hanya "hafalan" dan "nilai ujian" yang penting, dan bukan akhlak yang mulia?

4. Terlalu banyak pesantren dan sekolah punya misi utama yang salah: Melindungi nama baik pesantren/sekolah. BUKAN mengutamakan kesejahteraan, keselamatan, kesehatan jasmani dan rohani, dan pendidikan akhlak yang mulia bagi para santri dan siswa. Nama baik dan kehormatan yang menjadi prioritas tertinggi.

Pesantren, sekolah, ustadz dan guru seperti itu boleh saja dicap "Gila Hormat". Para ustadz dan guru memaksa agar anak harus dihormati mereka. Apapun yang terjadi, seburuk apapun perilakunya, ustadz dan guru tetap wajib dihormati. Jadi pesantren dan sekolah juga wajib dihormati, karena nama baik ustadz dan guru berasal dari pekerjaan mereka di sana. Keselamatan anak? Tidak penting amat. Kalau anak alami bullying atau bahkan disiksa, cukup bilang takdir saja, minta maaf, dan minta perkara itu diselesaikan secara kekeluargaan, demi nama baik pesantren/sekolah! Demi kehormatan ustadz dan pesantren. Tidak perlu memikirkan penderitaan anak. Sudah menjadi "takdir" mereka.  

Banyak pesantren dan sekolah sibuk menunjuk pada anak yang "berhasil" dan "sukses" dan menjadi orang besar. Kenapa? Karena mengangkat nama baik pesantren/sekolah yang merupakan tujuan utama para ustadz/guru (walaupun tidak diakui). Mereka tidak pernah mau tunjuk kepada anak yang "gagal" atau DO disebabkan mereka tidak tahan bullying yang terjadi di lingkungan itu. Kalau ada sebagian dari santri dan siswa yang gugur, cuek saja. Nama baik pesantren, ustadz, sekolah, dan guru yang merupakan prioritas tertinggi. Bukan keselamatan dan perlindungan bagi semua anak. Bukan masa depan yang baik dan mulai bagi semua anak. Cukup utamakan yang "berhasil" saja, dan abaikan yang menderita dan tidak berhasil. Sistem pendidikan ini tidak akan berubah kalau 100 juta orang tua diam terus. Harus ada persatuan dan kepedulian terhadap semua anak di pesantren dan sekolah.
Semoga bermanfaat bagi orang tua yang siap merenung.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Santri di Jambi Disiksa Senior: Dipegangi, Dibekap, Perut-Kemaluan Diinjak
https://kumparan.com

18 December, 2023

Kenapa Banyak Guru Mau Atur Ukuran Rambut Anak Laki-laki?

Assalamu’alaikum wr.wb. Saya pernah diskusi dengan banyak guru tentang persoalan memotong rambut anak laki-laki secara paksa dengan cara jelek agar menimbulkan efek jera. Saya bertanya kenapa rambut anak laki-laki perlu dipotong oleh gurunya (tapi rambut perempuan tidak), lalu mereka menjawab. Setelah jawaban pertama itu dibuktikan salah, jawaban mereka berubah. Jawaban itu juga saya buktikan salah, jadi jawaban mereka berubah lagi. Dan hal yang sama terulang berkali-kali sampai saya mencatat semua jawaban mereka. Ini sebagian dari contohnya.

Rambut anak laki-laki harus dipotong secara paksa oleh gurunya, karena rambutnya harus pendek sejak usia 7 tahun dengan alasan:

•    Tidak sopan kalau panjang
•    Diminta oleh masyarakat
•    Diminta oleh orang tua
•    Ini masalah pendidikan (hanya untuk laki-laki)
•    Ini masalah kerapian (hanya untuk laki-laki)
•    Ini masalah kesehatan (hanya untuk laki-laki)
•    Rambut panjang akan membuat kepala terasa berat dan panas (hanya untuk laki-laki)
•    Harus mematuhi norma hukum masyarakat
•    Ada aturan tidak tertulis di masyarakat
•    Ada aturan tertulis di sekolah
•    Harus belajar mematuhi aturan
•    Guru terpaksa mengikuti aturan sekolah
•    Aturan sekolah tidak boleh diubah atau dihapus
•    Harus membentuk sikap dan perilaku
•    Harus menjadi suatu pembiasaan
•    Tidak bisa dapat pekerjaan kalau rambutnya panjang
•    Mulai potong rambut di usia 18 tahun tidak bisa (harus sejak dini)
•    Bahaya kalau bekerja di pabrik nanti
•    Harus disiapkan kerja di pabrik atau perusahaan sejak usia 7 tahun
•    Masyarakat menilai kompetensi seseorang dari ukuran rambutnya
•    Dan seterusnya

Memaksa anak patuh pada "aturan" rambut tersebut memberikan rasa "berkuasa" kepada banyak guru, dan membuat mereka merasa "ditakuti dan dihormati" walaupun didapatkan secara terpaksa. Jadi mereka teruskan sistem itu karena inginkan siswa takut dan patuh terhadap guru dalam segala hal. Ini hanya salah satu caranya guru memaksakan kehendaknya terhadap anak, agar guru-guru itu merasa puas secara batin. Banyak sekali guru Indonesia "gila hormat". Kalau mengajar anak dengan sikap baik hati dan ramah, dan menjadi sahabat dan mitra bagi semua anak, sangat jelas para guru itu akan dihormati oleh hampir semua muridnya, tanpa perlu dipaksa. Tapi bagi banyak guru, "kemungkinan besar akan dihormati" nanti tidak cukup. Harus dipaksakan sejak awal!

Tidak ada hubungan antara ukuran rambut dan pendidikan. Kalau ada, perempuan akan bodoh semua (karena rambutnya panjang). Ini hanya kebiasaan nasional yang dilestarikan sejak keadaan Petrus (Pembunuhan Misterius) pada tahun 80-90an. (Sebelumnya, banyak siswa laki-laki punya rambut panjang, dan ada bukti dari foto-foto lama.) Tetapi banyak guru merasa urusan rambut siswa itu berikan mereka kesempatan untuk menunjukkan kekuasaannya, dan memaksa semua siswa taati dan hormati mereka.

Fungsi seorang guru BUKAN untuk abaikan pendapat orang tua dan anak, dan memaksa semua anak siap kerja di pabrik setelah usia SD. Kalau ada guru yang berpikir begitu, maka mereka sudah gagal memahami fungsinya menjadi guru. Para guru tidak tahu setiap anak akan kerja di mana pada masa depan. Saya sudah bicara langsung dengan banyak manajer, direktur, pemilik perusahaan, orang HRD, anggota DPR, Menteri, ribuan orang tua, dll. Ketika mereka komplain tentang kualitas SDM di Indonesia, tidak ada satupun yang menyatakan "banyak anak punya ukuran rambut 6cm jadi mustahil dapat pekerjaan." Tidak ada yang mengeluh bahwa rambut anak perlu dipotong secara paksa agar anak itu bisa menjadi karyawan berkualitas di kemudian hari.  

Tetapi yang dijelaskan adalah begitu banyak anak yang tidak bisa menulis dengan baik, tidak bisa baca, tidak bisa memahami perintah dan petunjuk, tidak bisa kerja secara mandiri, malas, curang, tidak jujur, mencuri, dll. Sama sekali tidak ada yang membahas kesulitan mengatur ukuran rambut karyawan. Jadi kenapa begitu banyak guru sekolah merasa ada kewajiban besar memotong rambut anak secara paksa dengan cara jelek agar anak "siap kerja" dan menjadi bagian dari masyarakat? Para orang tua dan pemimpin di bidang pendidikan perlu bersatu untuk mengakhiri kebiasaan buruk ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto


17 December, 2023

Anak Tidak Betah Di Pesantren, Apa Solusinya?

[Pertanyaan]: Assalamualaikum Pak. Minta masukannya. Anak saya sekarang kelas 2 tingkat SMA dipesantren. Dia dipesantren dari kelas 1 tingkat SMP. Awal kelas 2 dia kabur dari pesantren karena tidak betah. Tapi akhirnya mau balik setelah kita nasehati. Tapi kemarin, dia mengungkapkan ingin keluar lagi. Bagaimana saya menyikapinya? Soalnya saya merasa tanggung hanya 1,5 THN dia kelar. Terimakasih.

[Gene]: Wa alaikum salam wr.wb. Ada dua hal yang perlu dipikirkan.
Pertama, apa dia hanya tidak betah saja, atau apa ada perkara lain?
Kedua, kalau memang tidak betah, apa motivasi dari orang tua akan cukup?

Pertama. Mungkin dia alami bullying dari siswa lain? Atau apa ada perkara lain seperti (maaf) pencabulan? Sering terjadi ada anak yang alami bullying, penyiksaan, penindasan, sampai pencabulan, dan mereka takut jelaskan masalah itu kepada orang tuanya. Biasanya, anak sudah diancam agar tidak bercerita. Mungkin juga malu. Jadi anda perlu diskusi empat mata dengan dia dan bertanya secara langsung apa ada hal seperti bullying atau pencabulan. Minta dia bicara dengan jujur, janji tidak akan marah, tetapi akan bantu dia cari solusi dan dapat perlindungan.

Kedua. Kalau hanya tidak betah saja, karena ingin lebih banyak bermain, maka orang tua sudah coba nasihati dan kurang berhasil. Mungkin ada pihak lain seperti guru sekolah yang lama, atau sepupu yang lebih tua, paman, saudara yang lulus pesantren, dsb. yang bisa berikan masukan dan motivasi kepadanya.

Perlu ditekankan bahwa rasa kurang senang di saat ini akan dapat balasan puluhan tahun ketika nanti dia memiliki ilmu agama yang luas. Banyak orang akan bangga sekali terhadap dia, dan banyak hal yang terasa sulit bagi orang lain (seperti ngaji, shalat tahajjud, puasa sunnah, umrah, memahami fiqih dan tafsir, dll.) akan terasa mudah bagi dia karena sudah pernah belajar di pesantren. Jadi manfaatnya dan hikmahnya sangat luas dan belum bisa dia sadari di saat ini.

Jelaskan bahwa banyak hal dalam kehidupan kita ini butuh perjuangan, dan seringkali proses perjuangan itu kurang enak atau tidak mudah, tapi hasilnya sangat penting. Mau jadi dokter, pengacara, ilmuwan, dosen, guru, dll. tidak mudah juga dan butuh perjuangan bertahun-tahun. Selain itu, dia bisa dikasih contoh perang yang dialami oleh Rasulullah SAW, yang membawa banyak kesulitan. Atau perang kemerdekaan Indonesia. Atau usaha orang naik haji di zaman dulu, naik kapal dan onta berbulan-bulan. Atau saudara yang kuliah di luar negeri, jauh dari keluarga. Atau pemain bola yang latihan setiap hari selama 10 tahun untuk masuk tim profesional. Dan ada banyak contoh lain.

Jadi kalau nasehat dari orang tua tidak cukup, coba cari pihak lain yang mungkin akan didengarkan oleh anak itu. Tapi sebelumnya, pastikan dulu tidak ada kasus bullying atau pencabulan yang mengganggu hatinya. Perlu mencari alasan yang benar tentang kenapa dia tidak betah di pesantren, lalu berusaha mencari orang yang bisa berikan motivasi, dan juga perlu mencari caranya untuk mengurangi beban yang dia rasakan di saat ini, sehingga bisa fokus pada masa depan. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

12 December, 2023

Santri Kuningan Tewas Setelah Dikeroyok dan Dikunci di Gudang

Assalamu’alaikum wr.wb. Sekali lagi, seorang santri tewas di pesantren, setelah dihajar berjam-jam oleh belasan santri lain, lalu ditinggalkan di dalam gudang. Setelah ditemukan di pagi hari dengan badan penuh lebam, dibawa ke rumah sakit, dioperasi, tapi besoknya meninggal dunia.

Berapa persen dari santri alami bullying dan kekerasan? Berapa banyak kasus ditutupi demi menjaga nama baik pesantren, sehingga orang tua tidak tahu? Berapa banyak santri tidak pernah diajarkan untuk merasakan kasih sayang terhadap manusia lain, dan anggap "akhlak" hanya sebuah kata yang berada di kamus saja, dan tidak menjadi prioritas pendidikan di dalam pesantren? Berapa banyak santri punya hafalan yang banyak, tapi hatinya buruk? Dibutuhkan sistem yang utamakan akhlak yang mulia sebelum fokus pada hafalan dan ritual ibadah. Dibutuhkan pengawasan yang lebih kuat terhadap santri yang ketahuan menjadi sasaran bullying dari santri lain, sebelum dipukul, dan sebelum dibunuh. Siapa yang bisa melindungi para santri kalau puluhan ribu ustadz dan kyai hanya menunggu santri tewas, lalu mengatakan, "Kami tidak menyangka"?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Kronologi Santri Kuningan Tewas, Dikeroyok-Dikunci di Gudang
https://www.detik.com

28 November, 2023

Santri Terluka Dan Tewas Terus, Kenapa Tidak Terjadi Perubahan Sistem?

Assalamu’alaikum wr.wb. Orang tua di Pidie, Aceh, diberitahu anaknya "sakit". Ketika datang ke pesantren, diminta "tunggu dulu" karena ustadz sibuk dengan pengajian. Setelah akhirnya diantar ke anaknya, mereka dapat anak yang setengah sadar, mata melotot, dan tidak mengenal orang tuanya. Telah dibiarkan berbaring di tengah muntahan yang kering di kasurnya. Orang tua ambil secara paksa. Hasil MRI, perdarahan di otak. Seorang ustadz datang dan mengaku anaknya dipukuli. Tetapi, pernyataan itu segera dicabut kembali, dan orang tua diminta selesaikan kasusnya secara kekeluargaan!!

Ini kondisi NORMAL di seluruh Indonesia. Santri menjadi korban, pesantren bersikap santai dan kurang perhatikan, dan orang tua korban diminta jangan lapor ke polisi. Yang terpenting adalah nama baik kyai dan pesantren. Keselamatan anak?? Siapa yang perlu peduli? Santri belum mati, belum menjadi masalah. Santri sudah mati, belum menjadi masalah. Sebutkan saja, "takdir". Tidak mungkin para ustadz lalai...

Berapa ribu santri telah mati dalam puluhan tahun terakhir, tanpa menjadi berita, tanpa ada yang bertanggung jawab? Kenapa ribuan pemuka agama, pemimpin negara, dan ahli pendidikan tidak bersatu untuk memaksa terjadi "perubahan sistem"? Dibutuhkan aturan baku untuk semua pesantren, yang utamakan keselamatan anak. Polisi, pilot, dokter dll. bisa kerja dengan aturan baku. Kenapa ustadz dan pesantren tidak? Misalnya, wajib lapor apabila santri sakit. Wajib lapor kasus pemukulan agar korban diperiksa oleh dokter. Telfon darurat yang terhubung ke puskesmas dan polsek, agar semua santri bisa laporkan kondisi santri yang memprihatinkan, tanpa "izin" ke ustadz dulu. Dan banyak hal lain yang bisa diwajibkan, kalau ada yang mau peduli. Kenapa ribuan pemimpin agama dan pemimpin negara siap membiarkan anak Muslim mati dan terluka terus di dalam pesantren, tanpa melakukan perubahan sistem?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Dugaan Penganiayaan Santri di Pidie, Orang Tua Korban Lapor Polisi
https://www.habaaceh.id

Santri di Pidie Diduga Jadi Korban Bully, Alami Pendarahan di Kepala, Kasus Kini Ditangani Polisi
https://aceh.tribunnews.com

02 October, 2023

Pelajar Dan Santri Sering Tenggelam, Kenapa Sulit Diatasi?

Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang 3 santri yang tenggelam di pantai, di Enrekang, Sulawesi Selatan, saat ikuti acara pesantren. Jumlah anak 122 orang, tapi tidak disebutkan jumlah orang dewasa. Dalam kasus serupa, jumlah orang dewasa mungkin hanya 2-3 orang saja, dan belum tentu bisa berenang. Kalau mau bawa 50-100 anak ke  tempat wisata, kolam renang, atau pantai dalam rangka kegiatan sekolah atau pesantren, seharusnya ada "persiapan" yang wajib dilakukan sebelumnya.

Jumlah orang dewasa harus cukup untuk awasi semua anak. Harus ada dewasa yang mengerti P3K, kompresi jantung dan nafas buatan. Di pantai (atau sungai), harus bertanya dulu ke orang lokal apakah aman berenang di situ pada waktu itu. (Tidak cukup dikatakan aman sebulan sebelumnya pada waktu survei.) Harus ada perahu penyelamat yang siap dipakai. Harus ada beberapa rompi pelampung. Harus ada petugas lifeguard, atau orang dewasa yang bisa berenang dan berdiri di pantai untuk mengawasi semua anak. Harus tahu lokasi puskesmas atau rumah sakit terdekat, dan tahu jalannya.

Tetapi persiapan seperti itu jarang dilakukan. Jadi setelah beberapa anak tenggelam, semua guru dan ustadz hanya berkomentar: "Kami tidak menyangka. Ini takdir Allah." Tidak pernah ada yang mengatakan: "Kami sangat lalai, seharusnya melakukan persiapan yang benar!" Anak dititip ke sekolah dan pesantren untuk menuntut ilmu tetapi beberapa anak dikembalikan sebagai jenazah. Dan guru dan ustadz yang "tidak menyangka" tidak pernah ditanya tentang KENAPA mereka tidak sanggup menggunakan akal sehat dan menyangka sebelum ada anak yang tewas. Selama para orang tua tidak menuntut tanggung jawab dari guru dan ustadz, berita tentang anak tenggelam akan muncul terus. Kalau anak anda mau dibawa ke salah satu lokasi tersebut berserta 100 anak lain, sebaiknya anda tidak izinkan tanpa tanya dulu apa guru dan ustadz sanggup "menyangka" dan sudah melakukan persiapan yang benar.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

3 Santri Ponpes Imam Asy-Syafii Tewas Tenggelam di Pantai Lowita Pinrang
https://www.beritasatu.com

04 September, 2023

Sekali Lagi Santri Dihajar Sampai Tewas Di Pesantren

Assalamu’alaikum wr.wb. Sekali lagi, seorang santri tewas di dalam pesantren. Sekali lagi, pihak pesantren berusaha menutupi kejadiannya. Ketika akhirnya diperiksa di rumah sakit di Lamongan, Jawa Timur, ternyata ada banyak lebam di kepala dan badan korban. Lalu muncul dugaan anak itu sudah tewas 24 jam SEBELUM dibawa ke rumah sakit!

Di sebagian pesantren, prioritas nomor satunya adalah keselamatan nama baik pesantren. Keselamatan anak? Nomor dua saja! Setiap kali seorang santri dihajar sampai mati, tidak ada pihak yang bisa menjelaskan kenapa begitu banyak anak Muslim bisa punya jiwa yang sadis. Tidak ada penjelasan tentang kenapa banyak bullying terjadi di lingkungan pendidikan agama, atau kenapa para ustadz tidak sanggup mengatasinya. Dan setiap kali seorang santri tewas, 100% dari orang tua korban selalu menyatakan, "Kami tidak menyangka!"

Dan banyak orang tua lain bersikap, "Bukan anak saya, bukan di pesantren anak saya, jadi bukan masalah saya!" Kematian seorang anak Muslim di lingkungan pendidikan Islam bisa berlalu begitu saja, seperti seekor semut yang berlalu di dapur: Tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan. Dan tidak ada yang mau membahas faktanya bahwa di sebagian pesantren, ketika pengurus ketemu anak yang sekarat, pemikiran pertama mereka adalah, "Bagaimana kita bisa melindungi nama baik pesantren?" Anak siapa yang harus tewas di pesantren sebelum sistem yang berlaku bisa dikaji kembali?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Siswa MTs di Lamongan Meninggal Diduga Dianiaya, Luka di Kepala & Anus
https://www.cnnindonesia.com

21 March, 2023

Kenapa Banyak Guru Agama Hanya Paham Agama?

[Komentar]: Anak saya salah satu dari ribuan anak yang dididik dengan disiplin yang menyakiti fisiknya. Dia bertanya2, ''Kenapa ya bunda, guru ngaji kok melakukan itu?'' sambil dia menahan tangis. Saya belum bisa menjawabnya. Anda bisa bantu saya memberi jawaban? Please... Terima kasih sebelumnya.

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Jawabannya sederhana Bu. Karena guru agama itu hanya belajar agama, tapi mohon maaf, tidak belajar ilmu dunia yang lain seperti ilmu pendidikan atau ilmu psikologi anak. Dia merasa puas karena paham agama, jadi bagi dia, ilmu pendidikan dan psikologi anak tidak dibutuhkan. Kalau bisa, cari guru lain yang lembut dan lebih mengerti cara mendidik anak.

Kalau belum ada guru baru, minta anak anda bersabar dan ambil pelajaran. Ketika dia menjadi dewasa, harus ada usaha untuk belajar ilmu agama terus dan ilmu itu harus menjadi bagian dari pekerjaannya. Di zaman Rasulullah SAW, tidak ada "guru ngaji". Hanya ada pedagang, petani, peternak, wiraswasta, tukang, dll. Dan semua orang itu bisa menjadi sahabat Nabi dan menuntut ilmu agama secara tinggi, tapi dilakukan DI LUAR jam kerjanya. Mereka tidak menjadikan agama sebagai pekerjaan tetap. Sebaliknya, agama menjadi fondasi dan sekaligus pelengkap dalam semua pekerjaan mereka.

Menjadi guru ngaji atau ustadz yang ahli agama tidak salah, tapi kalau hanya mau pedulikan ilmu itu, dan abaikan yang lain, maka itu kurang tepat dan tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Coba mendidik anak anda bahwa ilmu dunia merupakan dasar dari kehidupan karena ada nafkah hidup dari situ. Tapi ilmu agama harus dipadukan dengan ilmu dunia dalam suatu pekerjaan. Umat Islam harus menjadi kaum yang menghidupkan ajaran agama Islam dalam semua pekerjaan dan kegiatan. Justru karena banyak orang tidak melakukannya, orang yang bergelar Haji tidak malu melakukan korupsi. Bagi mereka, urusan agama sebatas ritual shalat, dan ajaran agama tidak menjadi bagian dari pekerjaan mereka.

Coba ajak anak anda untuk merasa "kasihan" sama guru agama itu, dan ambil pelajaran agar bisa menjadi lebih baik dari dia. Boleh kerja sebagai guru, petani, sopir, tukang, satpam, insinyur, dokter, atau akuntan tapi sekaligus juga harus punya ilmu agama yang luas, bisa hidupkan ajaran agama dalam pekerjaannya, dan bisa menjadi contoh orang Muslim yang mulia bagi yang lain!! Dan kalaupun mau menjadi ustadz atau guru ngaji, juga bisa menjadi ahli pendidikan, ahli psikologi, ahli parenting, ahli wiraswasta, ahli komunikasi, dll. Jangan sampai merasa puas sebagai "guru ngaji" saja dan abaikan ilmu2 yang lain. Allah melimpahkan ilmu yang luas di depan kakinya umat Islam. Tinggal kita ambil saja dan pakai kalau jelas ada manfaatnya. Kenapa mau ditolak?
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

12 January, 2023

Daftar 35 Pesantren Yang Terbakar Dalam 6 Bulan Terakhir

Assalamu’alaikum wr.wb. Dalam satu bulan, saya lihat dua berita kebakaran di pesantren, jadi saya cari info "pesantren terbakar" di Google, dan sangat kaget dapat hasil di bawah ini. Hampir setiap minggu ada pesantren yang terbakar. Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa. Jadi hanya ada banyak bangunan dan Al Quran yang terbakar.

Setiap pesantren perlu diwajibkan menyediakan selang air dan APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Tidak ada berita, "Api dipadamkan oleh santri pakai APAR." Artinya, di banyak pesantren mungkin tidak ada APAR atau selang, dan juga tidak ada pelatihan. Jadi daripada melakukan persiapan, ditunggu kebakaran terjadi lalu dikatakan, "Ini musibah dan ujian dari Allah."

Dibutuhkan PELATIHAN bagi semua santri setiap tahun. Kalau anak anda berada di pesantren, tolong bagikan info berita ini dengan para pengurus. Sarankan mereka panggil Dinas Pemadam Kebakaran untuk berikan pelatihan dan jelaskan tempat terbaik untuk AKAR dan selang. Jangan sampai ada berita santri terbakar hidup-hidup, lalu para ustadz hanya menyatakan, "Kami tidak menyangka!"

Di bawah ini adalah hasil pencarian dari 6 bulan terakhir, dengan lokasi, tanggal, dan link berita. Coba baca dan merenung. Mau menunggu kebakaran terjadi di pesantren anak anda, atau mau bertindak sekarang? Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

1.    Bogor 10 Januari 2023
Charger Hp Diduga Jadi Penyebab Ponpes di Jasinga Bogor Kebakaran
https://bogordaily.net/2023/01/chager-hp-diduga-jadi-penyebab-ponpes-di-jasinga-bogor-kebakaran/  

2.    Depok 4 Januari 2023
Pondok Pesantren di Duren Seribu Depok Hangus Terbakar, Ini Kondisi Santrinya
https://depok.hallo.id/depok-raya/pr-446437509/pondok-pesantren-di-duren-seribu-depok-hangus-terbakar-ini-kondisi-santrinya  

3.    Sukabumi 3 Januari 2023
Pondok Pesantren di Sukabumi Terbakar, Santri Berhamburan dan Berteriak Memanggil Ustaz
https://bandung.kompas.com/read/2023/01/04/104423578/pondok-pesantren-di-sukabumi-terbakar-santri-berhamburan-dan-berteriak  

4.    Serang, Banten 30 Desember 2022
Pondok Pesantren di Cikande Terbakar, 1 Orang Luka-luka
https://www.bantennews.co.id/pondok-pesantren-di-cikande-terbakar-1-orang-luka-luka/  

5.    Banjarbaru, Kalimantan Selatan 24 Desember 2022
Kebakaran di Ponpes Al Falah Kota Banjarbaru, Santri Berhasil Kuasai Api
https://banjarmasin.tribunnews.com/2022/12/24/kebakaran-di-ponpes-al-falah-kota-banjarbaru-santri-berhasil-kuasai-api  

6.    Surabaya 18 Desember 2022
Kebakaran di Ponpes Inabah Semampir Diduga Gara-gara Ada Santri Bakar Sarung
https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2022/kebakaran-di-ponpes-inabah-semampir-diduga-gara-gara-ada-santri-bakar-sarung/  

7.    Bogor 13 December 2022
Gegara Ngecas Hp, Pondok Pesantren di Leuwisadeng Kebakaran
https://www.metropolitan.id/2022/12/gegara-ngecas-hp-pondok-pesantren-di-leuwisadeng-kebakaran/  

8.    Pondok Gede, Bekasi 8 Desember 2022
Akibat Korsleting Listrik, Bangunan Pondok Pesantren di Pondok Gede Hangus Terbakar
https://depok.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-096084937/akibat-korsleting-listrik-bangunan-pondok-pesantren-di-pondok-gede-hangus-terbakar  

9.    Kuta Alam, Banda Aceh 3 Desember 2022
Satu Unit Ruko di Kompleks Pesantren Darul Ulum, Banda Aceh Ludes Terbakar
https://aceh.tribunnews.com/2022/12/03/satu-unit-ruko-di-kompleks-pesantren-darul-ulum-banda-aceh-ludes-terbakar  

10.    Jakarta Selatan 25 November 2022
Asrama Ponpes di Ulujami Jaksel Kebakaran, Tak Ada Korban Jiwa
https://news.detik.com/berita/d-6426246/asrama-ponpes-di-ulujami-jaksel-kebakaran-tak-ada-korban-jiwa

11.    Aceh Selatan 22 November 2022
Rumah Dinas Pimpinan Ponpes Darussalam Aceh Selatan Terbakar
https://prohaba.tribunnews.com/2022/11/24/rumah-dinas-pimpinan-ponpes-darussalam-aceh-selatan-terbakar  

12.    Indragiri Hilir, Riau 19 November 2022
Tabung Gas Meledak, Ponpes Daarul Ishlah di Inhil Terbakar
https://www.indragirione.com/2022/11/tabung-gas-meledak-ponpes-daarul-ishlah-di-inhil-terbakar  

13.    Lampung 15 November 2022
Kebakaran Ruang Kontrol CCTV dan IT Ponpes Darul Huffaz Diduga karena Korsleting Listrik
https://lampung.tribunnews.com/2022/11/18/kebakaran-ruang-kontrol-cctv-dan-it-ponpes-darul-huffaz-diduga-karena-korsleting-listrik  

14.    Semarang 11 November 2022
Pondok Pesantren di Gunungpati Semarang Hangus Terbakar, Diduga karena Puntung Rokok Belum Dimatikan
https://regional.kompas.com/read/2022/11/11/170041878/pondok-pesantren-di-gunungpati-semarang-hangus-terbakar-diduga-karena  

15.    Kudus, Jawa Tengah 04 November 2022
Lilin Terjatuh, Kamar Santri Ponpes Rohmatul Ummah Kudus Terbakar
https://www.murianews.com/2022/11/05/330424/lilin-terjatuh-kamar-santri-ponpes-rohmatul-ummah-kudus-terbakar  

16.    Magelang 01 November 2022
Kebakaran di Pesantren Al Hidayat Kedunglumpang, Kakankemenag Sampaikan Keprihatinan
https://jateng.kemenag.go.id/2022/11/kebakaran-di-pesantren-al-hidayat-kedunglumpang-kakankemenag-sampaikan-keprihatinan/  

17.    Cilacap 30 Oktober 2022
Gudang Ponpes Terbakar di Majenang Cilacap, Basirun Melihat Asap di Lantai Dua, Diduga Korsleting
https://jateng.tribunnews.com/2022/10/30/gudang-ponpes-terbakar-di-majenang-cilacap-basirun-melihat-asap-di-lantai-dua-diduga-korsleting  

18.    Sanggau, Kalimantan Barat 22 Oktober 2022
Asrama Putri Pondok Pesantren di Sanggau Terbakar
https://kabar.sanggau.go.id/2022/10/26/asrama-putri-pondok-pesantren-di-sanggau-terbakar/  

19.    Luwu Utara (Lutra), Sulawesi Selatan 21 Oktober 2022
Kronologi 5 Asrama Ponpes Balebo Lutra Hangus Terbakar saat Santri Tertidur
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6362012/kronologi-5-asrama-ponpes-balebo-lutra-hangus-terbakar-saat-santri-tertidur  

20.    Lampung 19 Oktober 2022
Innalillahi, Pesantren Madinatul Ilmi Pringsewu Lampung Terbakar
https://www.nu.or.id/daerah/innalillahi-pesantren-madinatul-ilmi-pringsewu-lampung-terbakar-PrIZg  

21.    Jombang 16 Oktober 2022
Diduga Korsleting Listrik, Asrama Bambu Santri Ludes Terbakar
https://radarjombang.jawapos.com/hukum/peristiwa/18/10/2022/diduga-korsleting-listrik-asrama-bambu-santri-ludes-terbakar/  

22.    Bogor 14 Oktober 2022
Pondok Pesantren Yatim Piatu di Citeureup Kebakaran, Pakaian hingga Kitab Ludes Terbakar
https://depok.tribunnews.com/2022/10/14/pondok-pesantren-yatim-piatu-di-citeureup-kebakaran-pakaian-hingga-kitab-ludes-terbakar  

23.    Kampar, Riau 13 Oktober 2022
Kebakaran di Pondok Pesantren Umar Bin Khattab, Tak Ada Korban Jiwa
https://riaupos.jawapos.com/kampar/13/10/2022/284872/kebakaran-di-pondok-pesantren-umar-bin-khattab-tak-ada-korban-jiwa.html  

24.    Magelang 27 September 2022
Diduga Konsleting Listrik, Pondok Pesantren Terbakar di Payaman
https://wartamagelang.com/diduga-konsleting-listrik-pondok-pesantren-terbakar-di-payaman.html  

25.    Padang Pariaman 26 September 2022
Kebakaran di Ponpes Nurul Yaqin Padang Pariaman
https://katasumbar.com/kebakaran-di-ponpes-nurul-yaqin-padang-pariaman-2-sepeda-motor-hangus/  

26.    Pandeglang 17 September 2022
Pondok Pesantren di Pandeglang Terbakar, Diduga Akibat Korsleting Listrik
https://news.detik.com/berita/d-6297798/pondok-pesantren-di-pandeglang-terbakar-diduga-akibat-korsleting-listrik  

27.    Serang, Banten 06 September 2022
Saat Kebakaran Membakar Ponpes Ibdatul Falah, Santri Sedang Tertidur
https://banten.jpnn.com/banten-terkini/745/saat-kebakaran-membakar-ponpes-ibdatul-falah-santri-sedang-tertidur  

28.    Bogor 29 Augustus 2022
Pondok Pesantren di Bogor Kebakaran, Diduga Akibat Korsleting
https://news.detik.com/berita/d-6261553/pondok-pesantren-di-bogor-kebakaran-diduga-akibat-korsleting  

29.    Bima, NTB 28 Augustus 2022
Ponpes Al Madinah di Bima Terbakar, Diduga akibat Korsleting Pemanas Air
https://regional.kompas.com/read/2022/08/28/220745378/ponpes-al-madinah-di-bima-terbakar-diduga-akibat-korsleting-pemanas-air?page=all  

30.    Klaten, Jawa Tengah 28 Augustus 2022
Kebakaran Hanguskan Dapur Pesantren Al Muttaqin Pancasila Sakti Klaten
https://www.detik.com/jateng/berita/d-6259297/kebakaran-hanguskan-dapur-pesantren-al-muttaqin-pancasila-sakti-klaten  

31.    Banyuasin, Sumatera Selatan 26 Augustus 2022
Pesantren di Banyuasin Hangus Terbakar, Diduga Dipicu Korsleting
https://news.detik.com/berita/d-5697404/pesantren-di-banyuasin-hangus-terbakar-diduga-dipicu-korsleting  

32.    Lampung 20 Augustus 2022
Dua Bangunan Ponpes di Bandar Lampung Terbakar, Diduga Karena Sampah yang Dibakar Santri
https://lampung.tribunnews.com/2022/08/20/dua-bangunan-ponpes-di-bandar-lampung-terbakar-diduga-karena-sampah-yang-dibakar-santri  

33.    Banda Aceh 20 Augustus 2022
Rumah Pimpinan Pesantren di Banda Aceh Ludes Terbakar, Diduga akibat Korsleting Listrik
https://aceh.inews.id/berita/rumah-pimpinan-pesantren-di-banda-aceh-ludes-terbakar-diduga-akibat-korsleting-listrik  

34.    Aceh Tenggara 01 Augustus 2022
Lompat dari Gedung saat Asrama Terbakar, Sejumlah Santri Ponpes Darul Azhar Alami Luka Terkilir
https://www.ajnn.net/news/lompat-dari-gedung-saat-asrama-terbakar-sejumlah-santri-ponpes-darul-azhar-alami-luka-terkilir/index.html  

35.    Kediri 01 Augustus 2022
Gudang Ponpes Mambaul Hisan di Ngadiluwih Dilalap Api
https://radarkediri.jawapos.com/peristiwa/01/08/2022/gudang-ponpes-mambaul-hisan-di-ngadiluwih-dilalap-api/

19 November, 2022

Kenapa "Murid Tenggelam" Harus Menjadi Berita Normal Di Indonesia?

Assalamu’alaikum wr.wb. Berita tentang anak yang tewas dalam kegiatan sekolah bisa dipandang dengan dua cara berbeda. Pertama, ada padangan "biasa" dari kebanyakan guru, ustadz, dan masyarakat Muslim: Salah sendiri, kenapa santri itu main ke tengah ombak? Padangan kedua, dari orang yang perhatikan ilmu pendidikan: Kenapa 100 anak dibawa ke tempat berbahaya, tanpa ditentukan aman, tanpa pengawasan yang cukup, tanpa daftar larangan dan sanksi?

Kebanyakan orang hanya salahkan korban, lalu lupakan beritanya. Oleh karena itu, terjadi terus, tanpa perubahan. (Anaknya orang lain yang tewas, bukan anak saya, kenapa perlu dipikirkan? Takdir!) Tetapi dari padangan berbeda, berbasis ilmu pendidikan, kegiatan itu sendiri bisa salah dari awalnya. Lokasi harus ditentukan aman. Kalau ada bahaya, misalnya di pinggir laut, harus ada aturan jelas. Misalnya: Main ke tengah ombak tanpa izin, otomatis dikeluarkan dari pesantren!

Jumlah anak berapa? Jumlah pengawas dewasa berapa? Kalau di pinggir laut, apa ada kapal kecil yang bisa langsung digunakan untuk selamatkan anak? Apa ada pelampung? Apa semua anak bisa berenang? Apa ada orang lokal yang bisa jelaskan lokasi aman? Kalau ustadz dan guru peduli pada keselamatan anak sebagai prioritas, seharusnya jarang ada anak yang tewas dalam kegiatan sekolah. Tapi keselamatan anak belum menjadi prioritas. Jadi persiapan hadapi kondisi darurat adalah NOL.

Mohon maaf, tapi banyak orang yang bertugas mendidik anak tidak punya ilmu pendidikan yang baik. Hasilnya, anak Muslim tewas terus. Dan rakyat tidak mau tahu, selama anak mereka aman. Yang tewas itu takdir Allah, musibah, dan sama sekali bukan kelalaian orang dewasa. Jadi tidak ada yang perlu bertanggung jawab, tidak perlu terjadi perubahan, tidak perlu SOP nasional untuk kegiatan di luar sekolah. Bagaimana kondisi ini bisa berubah kalau 100 juta orang tua Muslim belum mau bersatu untuk pedulikan anaknya orang lain?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Santri Ponpes Al-Mukmin yang Hanyut di Pantai Seruni Ditemukan Tewas
Jumat, 18 Nov 2022 Gunungkidul - Santri M. Yuski Fahimudin (18) ditemukan meninggal dunia tidak jauh dari lokasi kejadian. Rombongan 100 orang dari Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo menginap di Pantai Seruni. "Korban bersama empat temannya sudah berulang kali diingatkan agar jangan terlalu ke tengah tapi dihiraukan."
https://www.detik.com


14 November, 2022

Santri Asal Tasikmalaya Didenda Rp 37 Juta oleh Pesantren

Assalamu’alaikum wr.wb. Pendapat saya mungkin kurang enak didengar, tapi insya Allah ada manfaatnya. Terlalu banyak "pesantren" tidak punya ahli di dalamnya yang mengerti pendidikan anak, apalagi psikologi anak. Apabila seorang anak sering kabur, tentu saja ada masalah. Bisa jadi masalah dengan tempat belajar, dengan kepribadian anak itu, dengan orang tuanya, dll. Jadi pesantren cukup keluarkan anak itu karena terbukti tidak cocok menjadi santri. Dalam kasus ini tidak. Dipaksa (dibujuk) kembali terus-terusan, sehingga akhirnya hilang 2 tahun, tapi masih dihitung "santri", bukan murid DO. Dan karena fakta itu, orang tua didenda biaya 50 ribu per hari, tanpa sebab. Hasilnya adalah denda 37 juta.

Ahli pendidikan akan lihat bahwa anak itu tidak cocok menjadi santri. Daripada dipaksa terus, tanpa dasar pendidikan atau psikologi anak, lebih baik dipulangkan saja. Berarti tidak akan ada berita ini. Sebagian pesantren terkesan tidak cukup peduli untuk melibatkan ahli pendidikan, ahli psikologi anak, ahli gizi, dll. Jadi sikapnya adalah "asal menaruh anak di asrama", cari "ustadz", lalu simsalabim menjadi "pesantren". Sebagian tidak terdaftar, dan sebagian lain terdaftar tapi kontrol terhadap "kualitas" dari proses pendidikan (selain agama) kurang diperhatikan. Ada anak, ada makanan, ada ustadz, lanjut saja!

Semoga pesantren sedang dan kecil bisa diperiksa kembali oleh Kemenag, dan Kemdikbud juga. Anak bangsa Indonesia dijadikan semacam "kelinci percobaan" karena tidak ada yang bisa tentukan hasil dari proses pendidikan itu 10-20 tahun mendatang. Sistem mendidik anak Muslim seharusnya jelas. Dan tidak cukup "disuruh ngaji" saja, tanpa memikirkan kondisi psikologis, kesehatan, gizi, dll. (yang sudah umum dilakukan di pesantren besar). Anak Muslim layak dikasih perhatikan yang lebih berkualitas dari kita. Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Santri Asal Tasikmalaya Didenda Rp 37 Juta oleh Pesantren, Pengasuh Ponpes: Sejak Awal Ada Kesepakatan dengan Orangtua
https://bandung.kompas.com

13 September, 2022

Apa Kematian Anak di Pesantren Hanya Perkara Kriminal Biasa?

Assalamu’alaikum wr.wb. Dalam 1 bulan terakhir, ada 3 kasus kematian santri di 3 pesantren. Ada komentar bahwa pihak pesantren tidak perlu disalahkan. Pembunuhan itu hanya perkara kriminal yang jarang terjadi di pesantren, jadi diserahkan ke polisi, dan tidak perlu dibahas lagi. Jangan sampai merasa "ada masalah di pesantren". Tapi apa pendapat itu masuk akal?

Pendapat tersebut ibaratnya hanya melihat tanah beberapa langkah di depan kakinya, dan menganggap "jalannya lancar". Dalam kasus terbaru di Gontor, ada bukti bahwa kasus pembunuhan itu ditutupi, dan ada ustadz, santri, dan dokter yang siap berbohong demi menjaga nama baik pesantren. Kita hanya tahu santri itu dibunuh karena kebohongan mereka dibongkar secara paksa.

Jadi kita perlu berpikir secara luas dan bertanya secara serius: Selama puluhan tahun terakhir ini, apakah ada kasus-kasus lain di mana santri mati di pesantren? Lalu mayat diserahkan ke keluarga dan dinyatakan "sakit" atau "kelelahan", dan dikuburkan tanpa curiga? Siapa yang mau selidiki kemungkinan itu? Siapa yang mau mencari saksi dan kumpulkan bukti? Siapa yang mau ajak mantan santri buka mulut, bongkar kebohongan lama, dan "melawan" pesantren?

Selain kematian santri (yang mungkin saja pembunuhan), apakah ada kasus kekerasan lain yang ditutupi? Apa ada kasus pencabulan terhadap santri dari ustadz, atau dari santri lain, yang ditutupi juga? Menteri Agama mengatakan "tidak bisa intervensi" terlalu jauh ke dalam urusan pesantren. Jadi apa fungsinya pemerintah kalau 4 juta anak bisa dibiarkan tinggal di 31 ribu pesantren, dengan risiko menjadi korban kekerasan atau pencabulan, yang bisa ditutupi dengan sangat mudah?

Ketika (akhirnya) Gereja Katolik mulai mencari korban pencabulan, ditemukan ratusan ribu korban (yang sudah dewasa). Ketika Pramuka Amerika mulai mencari korban pencabulan, ditemukan 60 ribu korban di Amerika saja, dan Pramuka Amerika menjadi bangkrut. Gereja Katolik dan Pramuka Amerika dipaksa bayar ganti rugi puluhan milyar dolar kepada para korban.

Pertanyaan serius: Berapa banyak santri pernah menjadi korban pembunuhan, kekerasan, atau pencabulan dalam 50 tahun terakhir, dan sekarang ada saksi atau korban yang masih hidup, dan ingin bicara, tapi tidak ada yang mau bertanya kepada mereka? Siapa yang mau melindungi 80 juta anak Indonesia kalau sikap pemerintah dan banyak orang Muslim adalah, "Apa boleh buat?!" Kalau ada investigasi nasional terhadap semua pesantren, seperti yang dilakukan di Amerika terhadap Pramuka, berapa puluh ribu santri akan maju dan siap berbicara? Apakah ada yang berani bertanya?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

07 September, 2022

Satu Anak Lagi Tewas Di Pesantren?

Assalamu’alaikum wr.wb. Dalam 1 bulan, ada 3 buah berita tentang anak yang tewas di pesantren setelah menjadi korban kekerasan. Semua pesantren punya kesempatan utamakan santri, atau utamakan "nama baik pesantren". Sayangnya, sering terbukti mereka memilih untuk utamakan pesantren. Dalam kasus terbaru, orang tua diberitahu anaknya wafat karena kelelahan. Tapi akhirnya, terpaksa mengaku anak itu dihajar sampai mati. Perinciannya belum ketahuan karena ditutupi oleh pesantren. Ketika sebuah lembaga menutupi kasus pembunuhan atau pencabulan, seharusnya ada konsekuensi hukum, dan tidak cukup minta maaf saja!

Dulu, di mancanegara, ada lembaga besar yang melakukan hal serupa: Gereja Katolik! Selama 100 tahun, mungkin ada ratusan ribu anak yang dicabuli oleh pastor, lalu Gereja sembunyikan kenyataan itu, demi menjaga nama baik Gereja. Hasilnya, Gereja dipermalukan di depan umum sekarang dengan banyak kasus yang masuk pengadilan, dan juga rugi milyaran dolar yang dibayar kepada korban. Jumlah korban secara keseluruhan tidak ketahuan. Tidak ada data yang akurat. Pramuka Amerika juga sama, dengan jumlah 60 ribu anak yang lapor sendiri sebagai korban. Hasilnya, organisasi Pramuka Amerika dinyatakan bangkrut setelah dipaksa bayar ganti rugi ke para korban!

Perlu dipertanyakan berapa banyak santri yang menjadi korban kekerasan atau pencabulan dalam 50 tahun terakhir, dan masih hidup? Mungkin banyak yang sudah wafat, jadi rahasia yang merusak kehidupan mereka dibawa ke kuburan, demi menjaga nama baik pesantren. Tapi di saat ini, ada 4,3 juta santri yang belajar di 31 ribu pesantren. Berapa persen dari mereka yang menjadi korban, dan tidak ada pihak yang mencari infonya atau berusaha melindunginya?

Pemerintah (kalau mau peduli) bisa wajibkan program pendidikan anti kekerasan dan anti pencabulan setiap tahun. Poster bisa dipasang dengan info orang di luar panti (misalnya RW atau polisi) yang bisa dihubungi. Tapi ada santri yang mengaku bahwa ada budaya "hukuman bagi pelapor". Jadi perlu ada tindakan dari pemerintah dan para ustadz untuk mengubah pola pikir semua santri, sehingga akhlak menjadi salah satu pelajaran utama. Tidak cukup fokus pada hafalan dan fiqih kalau sudah terbukti ada sekian persen dari santri (dan ustadz) yang siap melakukan kejahatan terhadap anak kecil. Harus ada yang maju dan bertindak untuk melindungi 4 juta santri, sebelum kematian santri di pesantren menjadi berita harian.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto  

Temukan Dugaan Penganiayaan hingga Santrinya Meninggal, Pondok Gontor Minta Maaf
https://surabaya.kompas.com

29 August, 2022

Lagi, Santri di Tangerang Tewas Karena Dianiaya Sesama Teman Santri

Kalau mau melihat anak Muslim membunuh anak Muslim yang lain, lokasi yang paling umum adalah di pinggir jalan. Setelah jam sekolah selesai, sebagian anak Muslim akan keluar, ambil senjata, dan berusaha membunuh anak Muslim yang lain dengan alasan "sekolahnya beda". Tapi sekarang, di dalam pesantren juga bisa melihat anak Muslim bunuh anak Muslim lain. Dalam 1 bulan, di 1 wilayah Tangerang, sudah ada 2 kasus santri bunuh santri di dalam pesantren, dengan alasan "tersinggung".

Kasus bullying dan kekerasan di ribuan pesantren seluas apa? Siapa yang menyelidiki, melakukan penelitian, dan punya data akurat? Ada santri yang mengatakan bahwa kalau menjadi korban bullying, dilarang lapor kepada ustadz. Kalau lapor, akan kena hukuman yang berat! Sikap ini seluas apa? Di dalam berapa persen dari 31 ribu pesantren di seluruh negara? Berapa banyak dari 4,3 juta santri bisa belajar dengan tenang dan bahagia, dan berapa banyak yang tertekan, diancam, dan menjadi korban kekerasan?

Ketika pesantren punya program hafalan Al Qur'an dan hafalan hukum fiqih, perlu ditanyakan apakah ada "program akhlak" yang dinilai penting juga? Apa hanya "hafalan sesuai target" yang diutamakan, dan akhlak seorang santri "terserah"? Santri dilarang memegang HP, jadi dilarang langsung lapor kepada orang tuanya apabila mengalami kekerasan. Dan kalau banyak santri juga takut lapor ke ustadz, berapa persen dari semua santri berada dalam bahaya, sambil menuntut ilmu agama? Apa ini hasil dari kemerdekaan yang diharapkan? Dan kalau tidak, siapa yang mau melindungi semua anak Muslim di Indonesia agar bisa hidup dalam kondisi sehat, bahagia, dan sejahtera?
-Gene Netto  

Lagi, Santri di Tangerang Tewas Karena Dianiaya Sesama Teman Santri
Minggu, 28 Agustus 2022 Reporter Joniansyah (Kontributor) Editor Iqbal Muhtarom
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang santri (RAP, 13 tahun) di Pondok Pesantren Darul Qur'an Lantaburo, Cipondoh, Kota Tangerang tewas setelah dikeroyok oleh teman sesama santri. Polisi menyebutkan 15 santri yang diduga melakukan penganiayaan terhadap korban  adalah AI 15 tahun, BA (13), FA (15), DFA (15), TS (14), S (13), RE (14), DAP (13), MSB (14), BHF (14), MAJ (13) dan RA (13).
https://metro.tempo.co


23 June, 2022

Apa Penyakit Kulit Skabies Di Pesantren Dan Panti Asuhan Tidak Boleh Diobati?

Assalamu’alaikum wr.wb. Tulisan saya dari beberapa tahun yang lalu tentang penyakit kulit “Skabies” (kudis, korengan) menjadi ramai lagi di Facebook pada minggu ini. Tidak semua orang paham bahwa penyakit kulit itu disebabkan oleh sebuah “parasit” (serangga kecil, seperti semut, tapi hanya bisa dilihat dengan mikroskop). Serangga itu gigit kulit anak, masuk ke dalam, membuat terowongan di bawah kulit, dan bertelur. (Parasit skabies memang hanya bisa hidup di situ!) Dalam waktu singkat, ada ratusan sampai ribuan ekor di badan anak itu, di bawah kulitnya.

Penyakit ini BISA diobati. Obatnya (antara lain) adalah Scabimite. Membunuh serangga itu. Sering dibutuhkan antibiotik (diminum) dan salep antibiotik untuk kulit yang sudah terinfeksi. Harga per anak untuk 2 kali pengobatan sekitar Rp.100-200 ribu. Selesai. Kadang, juga perlu ganti jenis kasur, pindahkan kasur, pindahkan gantungan baju, dll. Jadi ilmu untuk atasi masalah ini sudah ada sejak dulu. Para dokter tahu. Yang belum tahu adalah banyak ustadz, santri, dan orang tua.

Saya pernah ketemu seorang anak di pesantren, yang seluruh pantatnya terinfeksi, merah, dan ada banyak nanah. Ditanya dokter berapa lama begitu, dia jawab 5 tahun.
Kalau tidak akan diblokir Facebook, saya ingin tampilkan foto itu di sini, agar semua orang tua bisa sadar. Yang paling menyakiti anak adalah ketika pantat dan kemaluan mereka kena gigitan, terinfeksi, dan penuh nanah. Bayangkan seorang anak kecil di pesantren, yang penisnya atau vaginanya kena luka terbuka, merah, terinfeksi, bernanah, dan gatal terus setiap hari? Lalu sebagian ustadz ketawa saja, dan bilang "Belum kena kudis, belum menjadi santri!"

Kenapa tidak ada kasih sayang yang luas terhadap anak kecil di pesantren? Kenapa hanya boleh ada penderitaan dan "ujian dari Allah"? Kenapa tidak ada kemauan untuk belajar ilmu dari dokter? Penyakit ini bisa diobati. Harganya cukup murah. Kenapa mau dilestarikan? Sikapnya sebagian Ustadz: “Saya dulu menderita, jadi bukan masalah kalau kamu menderita juga!” Dari mana sikap itu? Ayat atau hadits mana mendidik Muslim dewasa untuk hidup seperti itu? Kita bisa berantas penyakit skabies dari semua pesantren dan panti asuhan di seluruh negara. Kalau kita bersatu dan tidak menerima kondisi di mana anak Muslim dibiarkan menderita. Apa kita sudah siap bersatu?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

06 March, 2022

Anak Tenggelam Merupakan Takdir Allah Dan Bukan Kelalaian Orang Dewasa!

Assalamu’alaikum wr.wb. Hampir setiap hari ada berita tentang anak Indonesia yang tenggelam setelah ikuti kegiatan resmi dari sekolah atau pesantren. Saya tidak paham kenapa 100 juta dewasa tidak marah. Dalam setiap kasus, pola yang sama terlihat. Puluhan anak dibawa ke suatu lokasi di mana ada air yang dalam atau arus deras. Para penjaga tidak mengerti P3K. Ketika anak tenggelam, penjaga seharusnya langsung melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru, juga dikenal sebagai CPR). Akan tetapi korban malah dibawa ke jalan, ditaruh di mobil, dan dibawa ke rumah sakit. Lalu setelah tidak bernafas selama 15-30 menit, korban dinyatakan tewas.

Kenapa bisa terjadi terus? Karena kelalaian orang dewasa! Kenapa orang tua korban tidak marah dan menuntut pertanggungjawaban? Karena mereka diyakini oleh para ustadz bahwa itu adalah "TAKDIR" dari Allah, padahal sudah jelas itu "takdir pilihan" di mana orang dewasa bersikap lalai, dan merasa tidak perlu bertanggung jawab!

Coba kita bahwa pemikiran ini ke ranah yang lain untuk menguji logikanya. Misalnya, anak anda sedang dioperasi di rumah sakit. Tiba-tiba mati lampu. Seharusnya mereka nyalakan genset, dan lanjutkan operasinya. Tapi bagaimana kalau anak anda dibawa ke jalan, ditaruh di taksi, dan dibawa ke rumah sakit yang lain? Dan setelah perjalanan 30 menit, anak anda dinyatakan mati dari perdarahan.

Ketika anda bertanya kenapa rumah sakit pertama tidak nyalakan genset saja, bagaimana kalau mereka menjawab, "Ohh maaf ya, tidak ada yang mengerti caranya menyalakan genset. Kami tidak diwajibkan belajar! Jadi ketika mati lampu, pasien operasi hanya bisa dibawa ke rumah sakit lain. Maaf ya, kematian anak anda adalah takdir Allah. Bukan kelalaian kami!"

Apa anda akan terima? Saya yakin kebanyakan orang tua akan marah dan anggap kelalaian. Jadi kenapa guru dan ustadz bisa diizinkan membawa puluhan anak ke lokasi seperti kolam renang, sungai, embung, danau, laut dsb. tetapi tidak ada KEWAJIBAN menghadirkan orang dewasa yang mengerti P3K? Karena tidak diwajibkan belajar, kenapa para guru dan ustadz bisa lepaskan tanggung jawab dengan mengatakan, "Ini takdir Allah, bukan kelalaian kami!"

Rumah sakit yang punya genset wajib belajar cara menggunakannya. Dan guru yang punya tangan seharusnya wajib belajar RJP sebelum boleh membawa puluhan anak ke kolam renang atau sungai. Kalau guru tidak mau belajar, solusinya gampang: Potong gajinya 30% karena mereka tidak bisa menjaga anak secara maksimal. Bisa dijamin 4 juta guru dan ustadz akan langsung semangat belajar P3K. Dan mungkin setelah itu berita "anak tenggelam" akan muncul setahun sekali, daripada setiap hari.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Hendak Membersihkan Badan Usai Kegiatan Ekstrakurikuler, Dua Santri Tewas Tenggelam di Embung
https://www.tribunnews.com

22 February, 2022

Kebakaran Pesantren di Karawang Tewaskan 8 Anak

Kejadian ini tidak mengherankan. Yang mengherankan adalah kenyataannya bahwa hal seperti ini tidak terjadi lebih sering dan tewaskan lebih banyak santri! Kalau memeriksa asrama di banyak pesantren, sangat jelas bahwa tidak dibangun dengan sikap waspada terhadap kebakaran. Satu pintu masuk, satu tangga, tidak ada akses atau jalan keluar yang lain, tidak ada selang air yang bisa mencapai semua kamar, tidak ada alat pemadam api, dan apabila ada, santri tidak dilatih untuk menggunakannya, dan juga tidak ada latihan evakuasi setiap tahun. Artinya, ketika tidak ada persiapan untuk hadapi musibah yang umum terjadi, maka sangat tidak bijaksana untuk menyatakan, "Kami tidak menyangka!"

Masalah terbesar hanya satu: Banyak orang yang bangun pesantren tidak mempunyai landasan keselamatan dan kesejahteraan anak sebagai prioritas utama. Yang penting hanya ilmu agama, dan selain itu, cukup "Bismillah" saja! Lalu, kalau ada hal buruk yang terjadi, langsung dicap musibah saja (tidak pernah dianggap kelalaian pihak pesantren!), lalu orang dewasa yang seharusnya bijaksana hanya menyatakan, "Kami tidak menyangka!" Dengan begitu saja perkaranya selesai, sampai kemudian terjadi di tempat lain dengan pola yang persis sama. Seharusnya persiapan menghadapi kebakaran dan bencana lain menjadi bagian dari izin mendirikan pesantren. Berapa banyak dari 30 ribu pesantren di Indonesia siap hadapi kebakaran? Dan berapa banyak anak perlu menjadi korban sebelum terjadi perubahan dalam sistem operasional pesantren?
-Gene Netto

Kebakaran Pesantren di Karawang Tewaskan 8 Orang, Ini Penyebabnya
Tim detikcom – detikNews, Selasa, 22 Feb 2022 Jakarta - Kebakaran pesantren di Karawang melahap bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Khoirot, Desa Manggungjaya, pada Senin (21/2/2022) kemarin. Akibat peristiwa maut tersebut, delapan santri dikabarkan meninggal dunia. Polisi menyebut kebakaran tersebut dikarenakan adanya korsleting kipas angin yang berada di gedung lantai dua.
https://news.detik.com

Jenazah para santri telah dibawa ke RSUD Karawang. Dari 8 korban, tujuh di antaranya berhasil diidentifikasi. Berikut identitas korban: 1. Alif Satria (7) asal Cikampek. 2. Muhamad Fatir (7) asal Subang. 3. Rian Aditio (7) asal Subang. 4. M Akmal Maulana (12). 5. Mujaki Riadi (13) asal Cilamaya. 6. Moreno (10) asal Cilamaya. 7. Azka Pairul Gupron (11) asal Subang. 8. Masih proses identifikasi.
https://news.detik.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...