Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (562) islam (543) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (10) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (37) renungan (169) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (6) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)
Showing posts with label Virus Corona. Show all posts
Showing posts with label Virus Corona. Show all posts

11 January, 2022

Lebih Takut Pada Allah Atau Virus?

Assalamu’alaikum wr.wb. Dalam membahas bahayanya Virus Corona, ada yang berkomentar: "Lebih takut mana, sama Allah atau virus?" Dianggap orang yang takut pada Allah tidak perlu takut pada virus, jadi tidak perlu berhati-hati dan bisa bertindak semaunya tanpa perlu peduli pada risikonya. Tapi pola pikir ini salah besar.

Yang benar adalah: Allah berikan akal sehat kepada manusia. Allah juga ciptakan virus berbahaya. Lalu Allah berikan ilmu kepada dokter dan ilmuwan. Dokter suruh kita pakai akal yang Allah berikan, dan ilmu kedokteran yang Allah berikan, untuk hindari virus berbahaya agar kita SELAMAT.

Sebaliknya, Iblis suruh kita abaikan akal yang Allah berikan, dan abaikan ilmu kedokteran yang Allah berikan, dan jangan takut pada keselamatan, dan semangat bertindak saja tanpa perlu berpikir. Taktik itu BERHASIL ketika Iblis menipu Nabi Adam agar makan buah yang terlarang. Sekarang taktik itu digunakan lagi, dan banyak Muslim siap terima. Hasilnya, sebagian Muslim setuju dengan Iblis: Jangan pakai akal sehat atau ilmu kedokteran dan bertindak saja tanpa perlu khawatir. Orang yang takut pada Allah tidak butuh akal atau ilmu!!  

Bagi Muslim yang bilang "Lebih takut pada Allah atau virus?", pertanyaan saya adalah: "Lebih mau taat pada Allah SWT atau mau taat pada IBLIS?" Nabi Adam di Surga sudah rasakan hasilnya ketika dengarkan omong kosong Iblis. Kenapa ada Muslim yang mau mengikuti kesalahan itu, dan dengarkan Iblis lagi di zaman pandemi ini?

Semoga bermanfaat bagi orang Muslim yang berakal sehat dan lebih setia pada Allah daripada Iblis.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

25 October, 2021

Ilmu Untuk Menciptakan Vaksin Dari Mana Kalau Bukan Dari Tuhan?


Foto seperti ini hilang karena…. VAKSIN! Yang menolak vaksinasi Covid punya banyak "alasan", tapi zaman dulu, orang sudah lihat penderitaan nyata di depan mata dari penyakit seperti polio, dan ketika vaksin akhirnya berhasil diciptakan, ada antrean panjang untuk didapatkan secepatnya. Zaman sekarang, dengan kemajuan teknologi dan sains, dan banyak ahli kesehatan di seluruh dunia, malah banyak orang awam mengatakan "ingin pelajari sendiri" karena tidak percaya pada dokter dan ilmuwan.

Allah SWT berikan ilmu yang luas kepada para dokter, lalu banyak Muslim bilang "tidak percaya" dan mau "cari info yang pasti" dulu karena "dokter belum tentu mengerti". Dan orang-orang yang sama, untuk bantu anaknya kerjakan PR matematika di tingkat SD ternyata tidak bisa. Tapi simsalabim, mereka merasa bisa mendapat ilmu setara 10 tahun kedokteran dengan cara "baca-baca sendiri" di internet. Sungguh disayangkan. Allah berikan kita akal agar berpikir secara sehat, dan serahkan segala urusan kepada ahlinya. Vaksin ketahuan bermanfaat dan benar, karena para dokter pakai sendiri, dan berikan kepada keluarganya. Itu sudah menjadi bukti mutlak bagi orang yang akalnya sehat.
-Gene Netto

The Man In The Iron Lung
https://www.theguardian.com

13 October, 2021

Anak Indonesia Menjadi Yatim Piatu Karena Covid-19, Kenapa Pemerintah Mau Peduli?

Pertanyaan serius: Kenapa harus ada yang peduli pada anak yatim yang orang tuanya menjadi korban Covid? Selama puluhan, tidak ada kepedulian terhadap ratusan ribu, atau jutaan (?) anak yatim di Indonesia. Saya tidak bisa sebutkan jumlah tepatnya karena tidak punya data. Dulu saya pernah hubungi beberapa kementerian, beberapa politikus, anggota DPR, dan mantan pejabat yang saya kenal. SEMUANYA mengaku tidak ada yang punya data tentang jumlah anak yatim di seluruh Indonesia. Artinya, selama ini, anak yatim tidak pernah merupakan prioritas pemerintah. Dibiarkan cari nafkah hidup sendiri, tanpa kepedulian dari para pemimpin negara.

Syukur kalau mereka dapat bantuan saudara. Syukur kalau masuk pesantren atau panti asuhan. Syukur kalau ada lembaga seperti Muhammadiyah, NU, universitas, atau masjid besar yang salurkan bantuan secara rutin. Dan kalau tidak? Buat apa mereka dipikirkan? Kalau mereka hidup dalam kemiskinan, kesulitan, putus sekolah, menjadi kuli atau tukang, diperalat orang dewasa, dipaksa kerja tanpa gaji yang benar, diancam, disiksa, dianiaya, diperkosa, disodomi, atau dibunuh, buat apa pemerintah perlu peduli?
Mereka hanya anak yatim, bukan anaknya orang elite!!

Sekarang, secara tiba-tiba, sudah muncul suatu "kepedulian" di berbagai daerah. Tapi hanya dari pejabat lokal atau pemda, dan belum terlihat kepedulian nasional. Walaupun Wakil Presiden seorang mantan Ketua MUI, walaupun ada 200 juta Muslim di negara ini, walaupun banyak Muslim kaya menjadi pejabat, tetap tidak terlihat kepedulian yang benar terhadap nasibnya anak yatim. Apalagi anak dhuafa. Jadi kalau para pemimpin Indonesia bisa hidup selama puluhan tahun, dan memperkaya diri, dan mengejar kekuasaan bagi mereka dan saudaranya, tanpa pernah peduli pada jutaan (?) anak yatim di seluruh negara, kenapa mau peduli sekarang, hanya karena ada Pandemi Corona?

Sejak dulu ada ratusan ribu, atau jutaan (?) anak yatim di Indonesia, yang hidup tanpa bantuan jelas dari pemerintah. Sudah merdeka 70 tahun, tapi masih belum dipedulikan. Tapi setelah beberapa anak jadi yatim disebabkan Pandemi Corona, simsalabim, pemerintah berubah dan siap kasih bantuan. Dan bagi anak yang menjadi yatim tahun 2019 sebelum pandemi? Ternyata, mereka tidak usah dibahas…!
-Gene Netto

Anak-Anak Yatim Piatu Korban Covid-19, Siapa Peduli?
https://news.detik.com

Pemerintah Siapkan Bantuan Sosial Untuk Yatim Piatu Akibat COVID-19
https://www.voaindonesia.com

Kemensos Siapkan Bansos Yatim Piatu Covid Rp300 Ribu Sebulan
https://www.cnnindonesia.com

4 Ribu Anak DKI Yatim Piatu Akibat COVID-19, Pemprov Siapkan Bantuan
https://news.detik.com

06 August, 2021

Bersyukur Kalau Lahir Sebagai WNI

Seorang WNA dalam artikel di bawah menjelaskan bagaimana dia harus berusaha 5 kali utk dapat vaksin corona. Walaupun dijanjikan bantuan orang, dan didaftarkan sebelumnya, setiap kali ketika datang ke lapangan, selalu ditolak karena tidak ada NIK jadi tidak bisa masuk sistem. Hasilnya adalah buang2 waktu setengah hari, duduk di tengah banyak orang, lalu disuruh pulang begitu saja. Walaupun sudah daftar, punya Kitas, NPWP, semua dokumen lain, dan punya surat pengantar. Sudah memenuhi semua syarat, tetap saja tidak bisa dapat vaksin. WNI tinggal bangun pagi dan pergi ke puskesmas! Gampang! Malah banyak orang sibuk mencari alasan untuk komplain.

Bersyukur kalau lahir sebagai WNI dan dapat kemudahan untuk tinggal di negara ini yang penuh dengan rahmat Allah ini. Yang membuat Indonesia "miskin" BUKAN karena Allah halangi rezeki yang luas di sini, tapi karena terlalu banyak orang yang mengaku Muslim cuek saja terhadap saudaranya, dan gunakan setiap kesempatan utk mencuri uang rakyat. Tapi banyak orang miskin hampir pingsan karena begitu terpesona kalau ketika bertemu orang elite yang "kaya", lalu minta selfie. Mereka tidak berani minta tunjangan bulanan bagi anak yatim dan dhuafa, sekolah gratis, pengobatan gratis, dan kota2 yang tertib, indah, dan makmur seperti di Singapura. Berani minta selfie saja, lalu bersyukur bisa dekat dengan "orang kaya" untuk beberapa detik, tanpa peduli kekayaannya berasal dari mana…

Bukan Allah yang merugikan umat Islam di sini, tapi umat Islam sendiri yang belum bersatu untuk bangun negara yang kuat dan sejahtera. Bukan Allah yang memaksa anak kampung hidup dalam kemiskinan terus, tapi orang kampung sendiri yang tidak mencari ilmu seluas mungkin dan bersatu untuk bangun usaha yang berkualitas di setiap kampung. Habiskan Rp 1.530 triliun per tahun untuk rokok selalu SIAP. Tapi habiskan Rp 1.530 triliun per tahun untuk beli buku dan cerdaskan anaknya tidak mau. Jangan salahkan Allah.

11. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’d 13:11)

Orang bule di sini berjuang terus untuk dapat vaksin karena berharap sehat. Sedangkan banyak Muslim malas pakai masker, tidak mau jaga jarak, lebih malas lagi mencari vaksin, dan anggap kesehatan bagian dari takdir, jadi "terserah Allah saja deh" dan tidak perlu berpikir atau berusaha. Sikap "malas berusaha" ini merupakan penyakit batin bagi banyak Muslim. Jadi umat Islam yang harus semangat untuk BERUBAH.

Pandemi Corona membuktikan bahwa banyak Muslim yang miskin tidak bisa bertahan hidup tanpa bantuan saudaranya yang mampu. Minimal kita beli barang yang mereka jual. Lebih baik kalau kita juga peduli pada pendidikan bagi anak mereka, karena anak itu adalah saudara kita juga! Kalau ada yang katakan, "Indonesia tidak bisa setara Singapura!" tanya saja kepadanya: "Allah Maha Kuasa, atau Maha Terbatas?" Kita bisa bangun negara yang melebihi semua negara yang lain di dunia. KALAU kita semangat untuk bangun, bersatu, dan berubah. Allah selalu menunggu. Kapan kita akan sadar dan semangat untuk mencari rahmat-Nya sebanyak mungkin?
-Gene Netto

How I Got Vaccinated Against COVID-19 in Indonesia
https://indonesiaexpat.id

06 July, 2021

Sebagian Dari Rakyat Takut Dapat Vaksin Corona, Apa Pemerintah Boleh Mengancam?

[Pertanyaan]: Bagaimana kalau pemerintah mengancam orang yang takut dapat vaksin corona?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Daripada  pemerintah mengancam dengan penjara atau denda besar, jauh lebih baik motivasi rakyat saja. Dalam sejarah dunia, ada banyak kasus "pengobatan" yang dipaksa terhadap kaum yang lemah (yang menjadikan mereka kelinci percobaan). Juga ada kasus pengobatan yang timbulkan efek samping yang buruk di kemudian hari (dikira aman, ternyata tidak).

Jadi wajar dan normal kalau sebagian dari masyarakat takut pada obat baru berupa vaksin. Sifat takut itu selalu muncul terhadap semua jenis obat baru dalam sejarah. Tapi vaksin baru berbeda dengan yang lama, misalnya vaksin polio. Proses penelitian untuk vaksin polio sudah berlangsung puluhan tahun. Sudah jelas manfaatnya di jangka pendek dan panjang, dan tanpa efek samping.

Untuk vaksin baru (dan semua obat baru yang lain), ilmuwan tidak tahu secara pasti efek jangka pendek dan panjang. Jadi wajar kalau sebagian masyarakat takut. Tapi efek samping dari vaksin yang sudah ketahuan JAUH lebih kecil dampaknya daripada gejala penyakit corona!

Secara logis, orang yang takut pada vaksin corona juga mesti "takut" naik motor, bis, mobil, dan pesawat, takut berenang di sungai dan laut, dan takut pergi ke pasar (ada preman), dan juga perlu takut tidur di rumah sendiri (bisa dibunuh oleh perampok kapan saja). Jadi "semua kegiatan" bisa membuat orang takut, kalau memang mau takut.

Takut terhadap vaksin baru wajar dan sering terjadi setiap kali ada jenis obat baru. Jadi sebaiknya pemerintah berikan motivasi, bukan ancaman. Kalau misalnya ada undian ribuan rumah baru, mobil baru, motor baru, dan HP baru di setiap kota dan provinsi, mungkin stok vaksin akan habis dalam sehari, karena begitu banyak orang semangat ikuti programnya untuk dapat hadiah-hadiah tersebut. Dengan demikian, pemerintah menjadi mitra rakyat yang ajak kerja sama untuk kebaikan bersama, dan itu akan lebih mudah diterima daripada rakyat diancam.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

17 March, 2021

Fatwa MUI: Vaksinasi Covid-19 Tak Batalkan Puasa Ramadhan

Kompas.com - 17/03/2021, Penulis Dian Erika Nugraheny | Editor Diamanty Meiliana JAKARTA, KOMPAS.com - Majelis Ulama Indonesia menerbitkan fatwa Nomor 13 Tahun 2021 tentang Hukum Vaksinasi Covid-19 saat Berpuasa. Berdasarkan fatwa itu, vaksinasi yang dilakukan dengan penyuntikan vaksin tidak membatalkan puasa.

"Vaksinasi Covid-19 yang dilakukan dengan injeksi intramuskular tidak membatalkan puasa," ujar Ketua Komisi Bidang Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh. Adapun yang dimaksud injeksi intramuskular adalah injeksi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat atau vaksin melalui otot.
https://nasional.kompas.com


27 January, 2021

Gejala COVID-19 "Kehilangan Kemampuan Mencium Bau" Diyakini Paling Khas dan Bertahan Paling Lama

Rabu, 27 Jan 2021 Zintan Prihatini - detikHealth Jakarta - Gejala COVID-19 sangat beragam, mulai dari demam, batuk, sakit tenggorokan, hingga sesak napas. Kehilangan kemampuan mencium dan perasa atau anosmia menjadi salah satu gejala khas yang juga mengindikasikan infeksi virus Corona. Dikutip dari NDTV, penelitian menemukan bahwa KEHILANGAN KEMAMPUAN MENCIUM BAU mungkin menjadi prediktor terbaik COVID-19 di antara pasien dengan gejala penyakit pernapasan.

Dua studi internasional lainnya yang diterbitkan dalam jurnal Chemical Senses menunjukkan bahwa sering terjadi kondisi hilangnya kemampuan mencium bau pada pasien COVID-19 yang seringkali berlangsung dalam waktu lama. Studi tersebut meneliti lebih dari 4.500 pasien yang terinfeksi virus Corona di seluruh dunia, dan menemukan bahwa hilangnya kemampuan indra penciuman rata-rata memengaruhi penciuman hingga 79,7 persen.

"Ini menekankan betapa pentingnya mewaspadai gejala ini, yang mungkin satu-satunya gejala penyakit ini," kata peneliti dari Aarhus University di Denmark, Alexander Wieck Fjaeldstad. Pada penelitian yang sama, ditemukan bahwa hanya sekitar setengah dari pasien dengan kehilangan kemampuan mencium yang mendapatkan kembali kemampuan itu setelah 40 hari.
https://health.detik.com

15 January, 2021

Kenapa Shalat Jumat Harus Lama Di Tengah Pandemi Corona?

Shalat Jumat membuat saya sedih. Di tengah pandemi corona, ribuan jemaah duduk di masjid selama 1 jam. Banyak ustadz dan kyai terkesan santai, walaupun DKI sudah menjadi zona merah. Tapi di dalam masjid, suasananya biasa saja (walaupun jaga jarak), dan tidak akan ketahuan ada masalah kesehatan global. Semua "kebiasaan" Shalat Jumat tetap dijalankan, tanpa berpikir. Ada adzan kedua yang tidak wajib. Ada khutbah pertama yang lamanya 20-30 menit. Pada saat shalat, dibaca surah yang panjang juga.

Kalau ada kemauan, khutbah dan shalat bisa selesai dalam 10-15 menit, daripada 1 jam. Tapi tidak ada niat. Topiknya juga begitu2 saja, sama seperti tahun kemarin, dan 90% dari bapak yang hadir tundukkan kepala, tidak mendengar. Sebagian orang di belakang main HP, dan anak2 ngobrol dan bercanda. Jadi khutbah 30 menit yang membosankan, tentang "kemenangan di dunia dan akhirat", yang tidak terasa ada kaitan dgn kehidupan sehari-hari, bermanfaat untuk siapa? Seharusnya ambil kesempatan itu untuk ingatkan jemaah bahwa banyak orang menderita di saat ini, dan mereka butuh bantuan, motivasi, dan sedekah dari kita. Ini saatnya kita buktikan persatuan kita dengan saling tolong menolong. Tapi shalat malah terasa "normal dan santai".

Di saat pandemi corona ini, ada hal2 yang tidak bisa dihindari, seperti belanja, kerja, dll. Shalat Jumat juga wajib, tapi tidak wajib berlangsung selama 1 jam. Itu merupakan pilihan, dan kurang bijaksana. Daripada berikan contoh nyata kepada ribuan muslim untuk hadapi pandemi secara serius, dan memikirkan kesehatan diri dan tetangga, dan batasi waktu di masjid, banyak orang bersikap santai. Dan jumlah kasus corona per hari meningkat terus di DKI. Kita sendiri yang "memilih takdir ini", dan sayangnya ada pemimpin agama tidak merasa harus memberikan contoh yang baik kepada umat Islam.
-Gene Netto

21 December, 2020

Kalau Tidak Banyak Orang Mati Setiap Hari, Apa Berarti Covid-19 Tidak Berbahaya?

Ada yang menganggap virus Corona tidak berbahaya karena sedikit yang mati setiap hari. Pendapat ini keliru. Yang perlu dipikirkan bukan "berapa yang mati setiap hari", tapi bahayanya virus itu KALAU menyebar secara liar. Sudah ada contoh: Flu Spanyol tahun 1918. Diperkirakan 50-100 juta orang mati, dan 500 juta orang terinfeksi, pada saat penduduk dunia hanya 1,7 milyar. Jadi sepertiga dari semua manusia di bumi kena virusnya. Itu yang disebut pandemi. Ada tingkat kematian tinggi dan banyak menjadi sakit jangka panjang. "Sembuh" dari virus itu tidak berarti kembali sehat sempurna. Banyak orang menjadi sakit bertahun-tahun, atau wafat lebih cepat.

Jadi KONDISI ITU yang mau dihindari. Jangan sampai terulang lagi. Ilmuwan menyatakan Covid-19 terbukti sangat menular dan berbahaya. Tingkat kematian dan bahayanya terhadap kesehatan di jangka panjang BELUM bisa dipastikan. Butuh penelitian 1-5 tahun untuk tentukan bahayanya sebuah "virus baru". Efek jangka panjang tidak diketahui secara langsung.

Jadi untuk MENCEGAH 200 juta orang mati tahun ini, dinyatakan sebagai pandemi global, dan disarankan lockdown. Sudah berhasil di Selandia Baru. Seluruh negara lockdown. Hasilnya: Tingkat kematian rendah, dan sudah dinyatakan bebas dari Covid-19. Indonesia dan negara lain seperti Brazil, India, Amerika dsb. belum berhasil karena penyebaran masih tinggi.

Coba bayangkan dua kondisi yang berbeda pada tahun 2020 ini. Kondisi A) 60 juta orang terinfeksi dan 3 juta orang mati, atau Kondisi B) 3 milyar orang terinfeksi dan 200 juta orang mati. Kalau anda bisa memilih, mau pilih yang mana? Itu perbandingan yang dipikirkan oleh para dokter dan ilmuwan, ketika mereka suruh kita lockdown, pakai masker, hindari keramaian orang (termasuk di tempat ibadah), dll. Mereka mau selamatkan nyawa sebanyak mungkin, pada saat mereka tidak tahu banyak tentang virus ini, dan takut virusnya bisa bermutasi dan menjadi lebih berbahaya.

"Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah 5:32)

Tolong berpikir dengan akal yang sehat. Kalau belum paham tentang masalah medis, lebih baik dengarkan DOKTER dan ilmuwan yang pelajari ilmu medis. Kalau ada seorang ustadz yang suruh umat "jangan takut" masuk masjid, lebih baik pelajari pendapat para ulama yang sejalan dengan para dokter. Orang yang berilmu mau selamatkan nyawa manusia sebanyak mungkin. Dan Allah mewajibkan kita menggunakan akal yang sehat dan dengarkan pendapat orang yang berilmu.
-Gene Netto

13 October, 2020

Coba Bandingkan Kondisi Kita Sekarang Dengan Orang Yang Lahir Tahun 1900

Video yang bandingkan kondisi kita dengan orang yang hidup dari tahun 1900 sampai dengan 1985. Orang yang lahir dulu mengalami perang berkali-kali, pandemi Flu Spanyol, kehancuran ekonomi dunia, paceklik, dan kematian puluhan juta orang di seluruh dunia. Tapi mereka tetap bertahan.
Sebaliknya, banyak orang yang masih muda di saat ini sibuk komplain karena harus tetap di rumah dan pakai masker ketika keluar karena ada Pandemi Corona. Walaupun mereka punya makanan, listrik, HP, internet, komputer, uang, dll. Tetap saja sibuk komplain dan bersikap sudah mau kiamat kalau mereka tidak bisa nonton film di bioskop.
Kita sekarang harus bersatu dan saling menjaga, dan kita juga bisa lewati masa sulit ini.

MUST WATCH: Imagine You Were Born In 1900
https://www.youtube.com/watch?v=5VmAGpKrjUA
 

04 July, 2020

Shalat Jaga Jarak, Apa Bisa Dapat Pahala Berjemaah?

[Komentar]: Saya yg awam bingung kalo sholat berjarak seperti itu apa diterima pahala nya...? Kan kita disuruh rapatkan syaf dalam sholat.

[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Tidak perlu bingung. Itu fungsinya ulama untuk memberikan keterangan dan pengarahan, pada saat suatu keadaan muncul yang tidak dibahas di dalam Al Quran dan tidak dibahas oleh Nabi SAW. Jadi utk kasus virus menular, yang sekarang ketahuan menyebar dari orang ke orang ketika berdekatan, ulama ambil jalan terbaik, dan tetap menjalankan shalat Jumat, tapi dgn syarat pakai masker, dan jaga jarak antara orang. Ini haknya ulama untuk membuat fatwa seperti itu, dan tidak dilakukan secara asal. Ada ilmu di belakangnya.

Dan bagi orang yang takut masuk masjid (mungkin karena tua atau sakit), atau tidak kebagian tempat di dalam masjid karena penuh, maka mereka boleh gantikan shalat Jumat dgn dzuhur di rumah. Hukum itu sudah berlaku dalam banyak keadaan, spt utk musafir (dalam perjalanan), utk orang sakit, orang yang ketiduran, orang yang tidak bisa hadiri shalat jumat karena jauh atau kerja, dsb.

Jadi insya Allah tidak ada masalah. Dan utk persoalan pahala, tidak perlu dipikirkan. Yang tahu kita dapat pahala atau tidak, dan jumlahnya berapa, hanya Allah. Jadi kita harus ikuti arahan dan fatwa ulama: Kita berniat shalat berjemaah, dan Allah akan tentukan sendiri pahalanya bagaimana. Bukan tugas kita dan juga di luar kemampuan kita utk hitung2 pahala yang "pasti" didapatkan dari setiap ibadah atau kegiatan. Manusia tidak ada yang sanggup menilai atau menghitung pahala sendiri seperti kita hitung uang di dompet. Jadi kita kembali lagi ke prinsip dasar fiqih: "Segala sesuatu ditentukan oleh Niatnya!"

Jadi tetap tenang. Melakukan yang terbaik. Berniat melakukan shalat yang sesuai arahan ulama, dan tidak usah peduli pada pendapat orang yang membantah dan mengritik dan merasa paling paham agama sendiri, padahal ilmu mereka itu kecil sekali dibandingkan ulama kita. Tugas kita adalah mengikuti ulama, bukan mengikuti orang yang tidak kenal di medsos. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Gene Netto

03 July, 2020

Renungan Shalat Jumat: Kenapa Disia-Siakan?

Assalamu’alaikum wr.wb. Hari ini saya ikut shalat Jumat. Terlihat kebanyakan orang jaga jarak 1m dari orang lain tapi ada juga beberapa pemuda yang duduk berdekatan seperti biasa. Sekitar 90-95% dari orang yang hadir pakai masker, tapi banyak anak dan pemuda tidak pakai, dan ada yang gantung di leher saja.

Saya kira tema khutbah akan disesuaikan dengan kondisi darurat pandemi global, karena jemaah perlu diingatkan untuk jaga protokol kesehatan, pakai masker, dsb. Dan kita perlu diingatkan untuk banyak bersedekah, dan utamakan anak yatim dan dhuafa, orang yang di-PHK, dan pedagang yang tokonya tutup 3 bulan. Tapi ternyata temanya standar saja, tentang "keselamatan dunia dan akhirat" dsb. Setelah keluar dari masjid, saya tidak bisa ingat satu kata pun dari khutbah itu. Yang terasa berbeda dari shalat Jumat zaman dulu hanya khutbah yang lebih singkat beberapa menit saja, dan ada jarak antar orang 1m.

Terasa sekali bahwa kesempatan memberikan arahan kepada ribuan Muslim terlewat begitu saja dan menjadi sia-sia. Khatib bisa berikan semangat kepada jemaah untuk memperkuat ibadah, dan merenung ttg kondisi negara dan dunia. Kenapa dunia dikasih ujian dan hukuman yang berat bagi milyaran manusia sekaligus? Tapi tidak ada pembahasan seperti itu. Mungkin sudah sikap standar khatib setiap Jumat: Ambil teks dari lemari, berikan khutbah, terima amplop, dan pulang; tugas selesai! Tidak dipikirkan secara dalam tentang apa yang perlu diperhatikan oleh umat, di tengah pandemi global.

Kalau ustadz tidak memberikan pengarahan pada saat dibutuhkan, bagaimana umat Islam bisa menemukan hikmah dari apa yang kita alami sekarang? Apalagi khutbah begitu membosankan (seperti biasa) sehingga banyak orang tundukkan kepala, setengah sadar, tidur, atau main HP! Umat Islam perlu memikirkan kondisi dunia saat ini. Kita perlu bersatu dengan benar, dan saling peduli satu sama lain. Sangat disayangkan kalau ada ustadz yang abaikan kesempatan untuk memberikan pengarahan.

Dunia ini singkat. Dan banyak Muslim sudah terlihat cuek pada pandemi, dan juga cuek pada yatim dan dhuafa yang sangat menderita pada saat ini. Semoga kita bisa segera sadar untuk bangun persatuan yang benar, dan semoga Indonesia bisa bangkit sesudah krisis ini dan menjadi pemimpin dunia, dengan umat Islam yang kuat dan sejahtera, dan selalu di dalam rahmat Allah. Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Gene Netto

26 June, 2020

Pembukaan Lockdown Di Amerika Dihentikan Karena Kasus Corona Naik Lagi

Di beberapa negara lain seperti Amerika, yang sudah mulai buka kembali, sedang ada lonjakan kasus corona, walaupun mereka pakai protokol kesehatan di tempat umum. Kalau banyak orang berkumpul di satu lokasi, bahaya meningkat. Amerika termasuk yang paling parah sekarang. Beberapa negara bagian mencatat lonjakan kasus harian paling tinggi sejak awalnya corona. Di Texas, Florida dan California, ada lonjakan kasus yang pecahkan rekor sebelumnya di bulan April, dan rencana longgarkan lockdown dihentikan. Dan itu wilayah yang benar2 lockdown kemarin (berhenti total), bukan hanya PSBB saja.

Perlu diingat, info dan data ttg virus corona ini masih dikaji di seluruh dunia. Tidak ada info yang "dijamin akurat" pada saat ini, tapi lebih tepat dianggap semuanya hanya info terbaik utk sementara ini, sebelum ada data baru. Makin lama dikaji, makin banyak data yang menunjukkan lebih dari 30% atau 40% dari orang yang kena tidak bergejala. Jadi orang2  itu yang sekarang dinilai paling berbahaya. Mereka merasa sehat, dan sebarkan virus ke mana2 dan dicap "super spreader" (penyebar super). Lalu sebagian dari orang lain yang kena virus dari mereka harus opname, atau masuk ICU, atau tewas.

Ada penelitian baru yang meragukan tes antibodi berfungsi dgn benar, dan hanya menunjukkan nilai positif dalam jarak waktu 2 minggu sampai 3 minggu setelah infeksi, dan di luar zona waktu itu, hasil tes kurang jelas dan belum bisa dipastikan. Jadi kemampuan tes utk deteksi antibodi belum tentu benar, dan hasil negatif belum tentu benar. Yang bisa diyakini cukup benar hanya satu: hasil positif. Dan Indonesia termasuk negara paling rendah (urutan 168 di dunia) dalam jumlah tes per 1 juta warga.

Selain dari itu, juga muncul data baru dari manca negara tentang sebagian orang yang dinyatakan "sembuh" tapi tidak kembali normal, dan malah alami kerusakan paru-paru yang sangat serius, dan merasa sesak nafas terus. Kondisi kesehatan mereka dalam waktu 1-5 tahun ke depan belum bisa ditentukan. Jadi "obat" yang paling bisa diyakini di saat ini adalah hindari kontak dengan orang lain sebanyak mungkin, sambil memantau perkembangannya virus ini setiap bulan.
-Gene Netto

The US Sees A Record Number Of New Coronavirus Cases In A Single Day
By Jay Croft, CNN, June 26, 2020 -The United States saw a record number of new coronavirus cases in a single day with 37,077 reported Thursday, according to Johns Hopkins University. Florida and Texas announced Wednesday that they had recorded more than 5,000 new Covid-19 cases the prior day, a new daily record. California reported more than 7,000 cases, obliterating a record hit a day earlier.
https://edition.cnn.com

Many Studies Of COVID-19 Antibody Test Accuracy Fall Short: Review
June 25, 2020 - ZURICH (Reuters) - Many studies assessing the accuracy of COVID-19 antibody tests had major shortcomings, a review released on Thursday concluded, offering further evidence the blood tests are of little use for people seeking to know with certainty if they have been infected.
https://www.reuters.com

25 June, 2020

Data Pemantauan COVID-19 DKI Jakarta

Saya diskusi sama teman tentang apakah aman atau belum utk shalat Jumat di masjid. Dia bilang, kasus corona sedang turun di DKI, jadi tidak ada masalah. Saya cari info yang "akurat" dan ketemu situs ini. Dari semua data yang terkumpul pemerintah, terlihat jumlah kasus di DKI meningkat terus, sampai 24 Juni 2020, dan tidak turun sedikitpun. Dan itu tanpa membahas betapa banyak kasusnya yang tidak masuk perhitungan karena ada orang yang belum dites atau orang yang tidak bergejala. Dan ternyata mall, kantor, masjid, kereta, dan car free day sudah ramai lagi, jadi penyebaran virus dalam 1-4 minggu ke depan belum bisa ditentukan.

Perlindungan satu-satunya bagi kita adalah menjaga diri. Selama jumlah kasus di DKI belum berkurang, sepertinya kurang bijaksana untuk ambil risiko terus. Ada bedanya antara takdir dari Allah dan "takdir pilihan" di mana kita abaikan risiko atau peringatan, dan tetap bertindak seakan-akan tidak ada informasi yang seharusnya membuat kita ragu2 atau waspada sebelum bertindak. Semoga Allah SWT berikan keselamatan kepada kita semua. Amin.
-Gene Netto

Data Pemantauan COVID-19 DKI Jakarta
https://corona.jakarta.go.id/id/data-pemantauan

29 April, 2020

Dibutuhkan Sistem Nasional Utk Awasi Produksi dan Penyaluran ADP

Ada berita yang menyatakan Indonesia termasuk salah satu produsen APD terbesar di dunia. Tapi saya belum dapat data akurat ttg jumlah produksi. Yang jelas, kebutuhan dalam negara besar sekali, dan luar negeri juga. Jadi kl sudah ada PT yang terbiasa produksi, dan ada PT lain yang sanggup ikut, semuanya perlu digabung dalam 1 sistem secara cepat. Saran saya begini.

Ada dua masalah saja. Produksi dan distribusi (logistik). Produksi dibagi lagi, antara bahan baku, dan pembuatan. Bahan baku sudah ada di dalam negeri? Jumlah berapa, di mana, bisa diciptakan lagi, dsb. Kalau perlu diimpor, dapat dari mana, perlu waktu berapa lama, dsb? Setelah masalah itu jelas, tugas produksi. PT yang terbiasa produksi dan PT yang sanggup ikut perlu digabung dalam 1 sistem nasional. Semuanya dikasih status setara BUMN utk 1 tahun (Perpres). Kepemilikan tetap swasta, tapi pemerintah ambil alih sementara, dan "memaksa" mereka produksi dan jual ke pemerintah. Kalau ada kontrak dgn negara lain, harus dapat persetujuan pemerintah dulu. Di setiap PT, ditempatkan 1-10 PNS sebagai staf admin utk awasi produksi. Semua data dikumpulkan di 1 website, setiap hari.

Semua PT tersebut wajib operasi 24 jam, 7 hari. Dibantu seperlunya dgn staf tambahan, PNS, TNI, Polri, dll. Yang penting pabrik beroperasi terus. Semua stok dikoordinasi dari pusat, agar jelas pengiriman ke rumah sakit mana, sesuai kebutuhan. Setiap rumah sakit perlu update setiap hari ke website yang sama, ttg penerimaan, penggunaan, dan sisa stok. Dari semua data itu, terlihat kebutuhan dalam negeri per hari, dan berapa yang tersisa utk diekspor. Semua barang itu bisa dilacak dengan mudah. Untuk bangun sistem seperti itu insya Allah cukup mudah. Sudah ada yang berfungsi di swasta dengan cara yg sama. (Contoh, produksi dan pengiriman Indomie dan Aqua dsb. ke seluruh negara sudah ada sistemnya. Tinggal pinjam sistem, tim teknis, dan modifikasi.)

Dengan produksi maksimal dari semua PT, kebutuhan APD utk dalam negeri insya Allah bisa diatasi dalam hitungan hari. Bisa ditunjuk pemimpin baru spt "menteri sementara" yang punya latar belakang logistik untuk bangun sistem itu dengan cepat. Karena semua PT itu setara BUMN, untuk penuhi semua kebutuhan, tinggal minta saja dan wajib dilayani oleh PT dan lembaga lain. (Misalnya, minta 10 pesawat Garuda utk ambil bahan baku di Cina, harus langsung diatur.) Sistem itu bisa dikembangkan secara cepat, dan yang punya keahlian seperti itu sudah banyak. Gabungan ahli dari BUMN, perusahaan swasta, perusahaan asing, lembaga internasional, TNI, dll. bisa kerja sama utk produksi dan sebarkan APD dalam jumlah jutaan dengan cepat. Hanya perlu ambil keputusan dan bertindak seakan-akan Indonesia, bahkan dunia, sedang dalam kondisi perang. Semoga saran ini bermanfaat dan semoga ada yang segera bertindak.
-Gene Netto

13 April, 2020

Hoax: Profesor Harvard Ditangkap Karena Ciptakan Virus Corona Di Wuhan

Ada video dan tulisan ttg Prof. Charles Lieber, yang menyatakan dia ciptakan virus corona dalam labnya di Wuhan. Informasi itu adalah hoax. Dia memang ditangkap bulan Februari 2020 oleh FBI di Amerika. Tapi sebabnya adalah dia punya hubungan dgn sebuah universitas di Wuhan (WUT) dan tidak memberitahu atasan atau pemerintah ttg hubungan itu. Sebagai dosen dan peneliti, dia wajib memberi tahu kampus dan pemerintah ttg semua pekerjaan di luar kampus, semua afiliasi dengan pihak lain, terutama dengan negara lain.

Soalnya Harvard dan Departemen Pertahanan berikan ilmuwan seperti dia puluhan atau ratusan juta dolar untuk jalankan proyek penelitian. Jadi kalau sekaligus ada hubungan dengan universitas di negara lain, wajib dilaporkan. Semua anggaran, gaji, honor, dan bonus wajib dilaporkan. Tapi dia tidak laporkan. Jadi "ketahuan" punya hubungan dgn universitas asing, dibayar oleh mereka, harus mencari ilmuwan lain yang mau pindah ke sana, terima 1,5 juta dolar utk mendirikan lab di universitas di Wuhan, dan digaji 50 ribu dolar per bulan, dgn bonus2 lain, utk melakukan semua tugas itu. Tetapi semuanya tidak dilaporkan. Jadi itu sebabnya dia ditangkap. Selain itu, keahliannya ada di bidang teknologi nano, BUKAN di bidang biologi atau virus.
-Gene Netto

No Link Between Harvard Scientist Charles Lieber and Coronavirus
https://www.factcheck.org

Harvard Professor's Arrest Raises Questions About Scientific Openness
https://www.npr.org


Wabah Belalang Paling Besar Sepanjang Zaman Serbu Afrika

Kemarin saya membahas dosa manusia dan kaitannya dengan virus Corona. Saya berkata, habis ini, Allah akan kasih peringatan tambahan lewat jalur apa lagi? Apa nanti ada wabah belalang? Sekarang perkataan yang setengah serius malah menjadi kenyataan. Awal Januari, ada wabah belalang yang paling besar dalam 70 tahun terakhir yang menimpa Afrika. Sekarang, ada gelombang kedua, yang 20 kali lipat dari yang 4 bulan yang lalu. Puluhan milyar belalang sedang bergerak di Afrika. Artinya, setiap hari, ribuan ton tanaman bisa hancur. Rakyat akan terancam mati kelaparan. Umat manusia di seluruh dunia hidup dalam dosa, punya sifat yang rakus dan pelit, sangat sombong, dan mengagungkan kemampuannya sendiri, tanpa mengerti semua kebaikan yang kita rasakan berasal dari Allah, dan juga bisa dicabut oleh Allah. Sedikit sekali kita bersyukur. Allah Maha Kuasa. Semoga kita mau merenung, dan bersedia memperbaiki diri! Sebelum wabah berikutnya datang…
-Gene Netto

Dibanding Corona, Warga Afrika Lebih Khawatir Wabah Belalang
Sabtu 11 Apr 2020 Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini, REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Beberapa pekan sebelum virus corona menyebar ke seluruh dunia, sejumlah negara Afrika sudah terancam oleh wabah belalang. Serangan serangga itu menjadi yang terbesar dialami oleh beberapa negara dalam 70 tahun terakhir. Sekarang gelombang kedua serangga yang rakus tiba, bahkan 20 kali lebih besar dari pertama.
https://republika.co.id

Update Corona Di Indonesia Tidak Begitu Berguna!

Berita harian ttg jumlah korban Corona kurang bermanfaat. Sejak awal, yang diprotes adalah JUMLAH tes yang dilakukan di sini. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan persentase tes yang paling kecil. Ketahuan dari angka kematian hampir 10%, Ketika di negara lain hanya 1%. Itu terjadi karena jumlah orang yang dites terlalu kecil.

Kalau ada yang belum paham, penjelasannya begini. Ada tes terhadap 10 orang:
Positif: 7, Tewas: 3, Sembuh: 4. Jadi kita dapat statistik: Yang kena penyakit adalah 70% dari jumlah yang dites. Yang tewas 30%, dan sembuh 40%. Jadi kesannya penyakit itu berbahaya sekali (30% yang kena mati), karena kita tidak tahu jumlah orang yang dites.

Lalu, kita tambahkan jumlah tes sampai 100.000 orang. Positif: 7.000, Tewas: 300, Sembuh: 4.000. Sekarang kita dapat statistik yang sangat berbeda: Yang kena penyakit hanya 7% dari jumlah orang yang dites. Yang tewas 0,3%, dan sembuh 4% (dan masih banyak pasien yg sedang sakit). Jadi kesannya penyakit itu tidak begitu berbahaya karena kita dapat bukti yang lebih kuat bahwa hanya 0,3% dari orang yang kena akan meninggal dunia. Itu menjadi lebih jelas tingkat bahayanya karena kita tahu jumlah orang yang dites. Jadi berita harian yang menyebutkan sekian banyak orang sakit dan tewas tidak begitu berguna. Seharusnya ditulis, "yang ketahuan " karena jumlah pastinya tidak ada, dan ada terlalu banyak kasus yang tidak masuk data pemerintah.
-Gene Netto

Update Corona di Indonesia 13 April: 4.557 Positif, 380 Sembuh, 399 Meninggal
Senin, 13 Apr 2020 AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
https://health.detik.com

08 April, 2020

Pemerintah RI: Mulai Hari Ini Semua Harus Menggunakan Masker

Kemarin saya bertanya ttg DKI (dan banyak orang menjadi sensi). Sekarang saya tanya lagi: Dapat masker dari mana? Kalau belum paham, tahan emosi dulu, dan coba berpikir. Fungsi pemerintah bukan untuk lempar aturan saja, tapi juga untuk menyediakan solusi. Kalau tiba2 dilarang pakai mobil dan motor di DKI, pemerintah harus sediakan transportasi umum. Ini sebuah prinsip politik standar dalam semua negara demokrasi. Ada aturan, ada solusi dari pemerintah.

Jadi kalau tiba2 pemerintah wajibkan rakyat pakai masker, minum temulawak, pakai sepatu warna merah, dll. maka menjadi tanggung jawab pemerintah juga untuk bantu rakyat dapat solusi. Jadi, dari mana 270 juta orang akan dapat masker? Sebagian orang sudah punya. Banyak yang tidak. Bikin sendiri? Berapa banyak orang yang bisa menjahit? Pesan online? Kalau toko2 di pasar tutup? Kalau banyak tukang ojek sudah pulang kampung? Kalau stok di pasar tidak cukup utk 270 juta orang? Dan seterusnya.

Pemerintah benar dalam berikan kewajiban yang baik. Tapi juga harus berpikir dan membuat perencanaan agar aturan itu bisa ditaati oleh rakyat. Kalau besok polisi mulai tilang orang yang tidak pakai masker (padahal orang itu gagal beli di mana2), baru akan terasa bahwa tidak cukup lontarkan aturan saja lalu cuci tangan. Semoga bisa dipahami.
-Gene Netto

Pemerintah RI: Mulai Hari Ini Semua Harus Menggunakan Masker
Minggu, 05 Apr 2020 AN Uyung Pramudiarja – detikHealth. Jakarta - Mengikuti rekomendasi organisasi kesehatan dunia WHO, Pemerintah Indonesia menganjurkan penggunaan masker meski tidak sedang sakit. Masker kain lebih disarankan.
https://health.detik.com


Masih Mau Berkumpul? Pahami Dulu Bedanya Takdir Dari Allah dan Takdir Pilihan!

Allah wajibkan kita MEMELIHARA nyawa manusia. Caranya? Jangan membahayakan nyawa manusia lain. Caranya? Jangan sebarkan virus Corona antar orang. Caranya? Tetap di rumah, jangan shalat berjemaah, jangan berkumpul, dan pakai masker kalau harus keluar.

Penelitian medis terbaru: Corona juga tersebar lewat UDARA dari batuk, bersin, BICARA dan BERNAFAS, dan bisa mencapai jarak 8 meter dari seseorang. Corona bisa bertahan di udara sampai beberapa jam. Usia pasien makin muda. Awalnya, di atas usia 60 tahun. Sekarang, banyak pasien berusia 20-50 tahun. Ada beberapa anak dan remaja yang mati mendadak.

Allah tidak akan memaksa kita melindungi orang lain dengan cara shalat di rumah. Allah tidak akan memaksa kita taati para ulama yang merupakan pewaris Rasulullah SAW. Allah tidak akan memaksa kita taati dokter dan ilmuwan yang dapat ilmu medisnya dari Allah. Allah tidak akan mengubah keadaan kita, sampai kita sendiri mau berubah. Dan Allah juga tidak akan selamatkan kita kalau kita sendiri yang menyebarkan bahaya, lalu cap diri "paling beriman" atau "paling takut pada Allah". Orang yang beriman dan takut kepada Allah tidak akan ambil risiko "membunuh" manusia lain.

Ada dua tipe takdir: Takdir dari Allah, dan Takdir Pilihan. Bedanya? Allah tentukan satu orang yang jalan kaki akan ditabrak mobil, dan kakinya putus. Itu takdir dari Allah. Tidak ada manusia yang tahu akan terjadi. Satu orang lain diberi peringatan, ada buaya di sungai. Dia bilang, "Saya hanya takut pada Allah," lalu berenang, kakinya digigit dan putus. Itu takdir pilihan. Dia diberi tahu ada bahaya, tapi tidak mau dengar. Allah berusaha selamatkan dia dengan kirim orang yang berikan peringatan. Tapi dia sombong. Dia menderita disebabkan perbuatannya sendiri. Allah tidak memaksa dia abaikan peringatan atau berenang. Allah justru berusaha selamatkan dia. Tapi dia sombong. Jadi itu takdir pilihan dia sendiri.

Jutaan orang Muslim mati dengan sia-sia bukan kehendak Allah untuk kita, tapi TAKDIR PILIHAN KITA kalau kita abaikan ayat, abaikan hadiths, abaikan fatwa ulama, abaikan dokter, dan abaikan ilmuwan. Flu Spanyol pada tahun 1918 tewaskan 100 juta orang. Perlu diulangi? Allah sudah kirim orang dengan ILMU yang benar untuk selamatkan nyawa kita. Jadi kita harus pilih sendiri: Ikuti petunjuk yang benar, yang Allah kirim lewat ulama dan dokter, atau ikuti kesombongan hati kita sendiri. Mau pilih takdir yang mana?
-Gene Netto

38. Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. (QS. Al-Muddatstsir 74:38)

32. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (QS. Al Maidah 5:32)

11. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’d 13:11)

MUI Keluarkan Fatwa Ibadah di Rumah Saat Situasi Wabah Corona
https://republika.co.id

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...