Search This Blog

Labels

alam (8) amal (97) anak (317) anak yatim (117) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (64) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (69) hukum islam (51) indonesia (586) islam (559) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (372) kesehatan (97) Kisah Dakwah (11) Kisah Sedekah (11) konsultasi (13) kontroversi (5) korupsi (28) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (53) my books (2) orang tua (10) palestina (34) pemerintah (138) Pemilu 2009 (63) pendidikan (519) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (46) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (37) renungan (192) Sejarah (5) sekolah (90) shalat (10) sosial (323) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

Popular Posts

Showing posts with label islam. Show all posts
Showing posts with label islam. Show all posts

19 October, 2025

Renungan Tentang Umat Islam Dari Sisi Bola: Mengapa Indonesia Peringkat 122 Di FIFA?

 


Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang peringkat Indonesia di FIFA: Hanya bisa mencapai urutan 122 pada bulan Oktober 2025, dan tidak bisa masuk Piala Dunia. Di bawah ini ada beberapa negara di atas Indonesia dalam Peringkat FIFA. Jumlah penduduk = jumlah total, jadi kalau di Kroasia ada 4 juta warga, maka pria dewasa akan kurang dari 1 juta orang. Tetapi mereka di urutan 11 di FIFA. Sedangkan Indonesia, dengan sekitar 100 juta pria dewasa, berada di urutan 122.

11. Kroasia – populasi 4 juta (total, jadi kurang dari 1 juta pria dewasa). 
18. Senegal - populasi 15 juta.
43. Tunisia – populasi 11 juta.
44. Republik Ceko – populasi 10 juta.
68. Jamaika – populasi 3 juta 
117. Gambia  – populasi 2,5 juta.
121. Sierra Leone  – populasi 8,5 juta.

Jamaika, sebuah negara berkembang, dengan 870 ribu pria dewasa saja, bisa mencapai ranking 68 di FIFA. Sedangkan Indonesia, dengan stok 100 JUTA PRIA DEWASA, hanya bisa mencapai ranking 122, dan tidak sanggup masuk Piala Dunia…? 

KENAPA?!!

Mungkin banyak Muslim akan mengatakan ini takdir: Allah tidak izinkan Indonesia dapat prestasi di dunia bola. Mungkin ada yang mengatakan 1.000 tahun yang lalu, ada Muslim bernama Al-Messi yang ciptakan bola sepak pertama di Mesir, jadi prestasinya orang itu cukup sebagai kebanggaan kita sekarang. Tetapi sebenarnya, kegagalan Indonesia, khususnya umat Islam, untuk dapat pencapaian yang tinggi di dunia bola adalah sebuah simbol. (Walaupun juga curang dengan pemain asing!)

Jangankan kita hebat di dunia komputer, robot, sains, atau medis! Untuk tendang bola ke gawang saja tidak bisa! Allah kasih semua manusia otak dan kaki, dan dengan stok 870 ribu pria dewasa saja, Jamaika bisa dapat prestasinya jauh di atas Indonesia. Umat Islam di Indonesia punya stok 100 juta pria dewasa! Allah kasih mereka otak dan kaki juga, tetapi kita masih tidak bisa menemukan 11 orang yang lebih hebat dari orang Jamaika itu. Padahal di semua sekolah, kampung, dan kota di sini, ada puluhan juta anak yang main bola setiap hari.

Ini merupakan suatu kegagalan yang jelas. Ada 240 juta Muslim di Indonesia. Banyak yang banggakan diri disebabkan prestasi zaman dulu dari beberapa orang Arab. Atau banggakan diri karena yakin masuk Surga, jadi anggap dunia tidak penting. Usahanya untuk mencari prestasi dan kemajuan bagi umat manusia tidak banyak. Dan untuk urusan tendang bola ke gawang saja tidak bisa, dan juga tidak malu. Allah kasih orang non-Muslim otak, badan, dan kesempatan yang sama dengan kita, dan mereka manfaatkan untuk mencari kemajuan dan prestasi. Tanpa berdoa kepada Allah, mereka melebihi kita. Kita dapat kesempatan juga, tetapi kita berdoa kepada Allah setiap hari, jadi kenapa pencapaian kita begitu kecil? 

Kapan umat Islam akan bangun dari dunia mimpi? Kapan bisa ketemu 11 orang yang sanggup main bola? Bagaimana mau menjadi pemimpin dunia kalau dalam urusan tendang bola saja tidak bisa dapat prestasi? Orang non-Muslim seharusnya bisa tertarik pada Islam kalau melihat semua kelebihan kita di semua bidang. Tetapi setelah menyaksikan kita, mereka malah ketawa dan kabur. Jadi kita harus berubah. Kita harus bangun, bangkit, bersatu, dan menjadi pemimpin dunia, dan menjadi pemimpin dalam semua bidang. Jangan berharap bisa kirim robot ke planet Mars kalau tendang bola terlalu sulit! 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

FIFA/Coca-Cola World Ranking
https://inside.fifa.com/fifa-world-ranking/men




Ya Allah, Ada Apa Dengan Negara Ini?

 

[Pertanyaan]: Ya Allah, ada apa dengan negara ini? Kenapa ada banyak kerusakan?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Banyak masalah di sini berawal dari sistem pendidikan yang kurang baik. Efeknya, banyak orang menjadi pemimpin, dapat tanggung jawab, tetapi mereka kurang pantas. Banyak sistem lain juga rusak, tetapi pendidikan yang terpenting. Pola pikir kita menentukan tindakan dan perbuatan kita. Anak yang dapat sistem pendidikan yang baik, dan keluarga yang baik, tidak menjadi orang jahat. Mereka senang berpikir, menggali ilmu, berbuat baik, menolong orang lain, dsb.

Tetapi banyak orang lain dapat pendidikan yang rusak, dan keluarganya juga rusak. Orang tuanya adalah hasil dari sistem yang rusak di zaman dulu. Sayangnya, mereka (anak dan orang tuanya) malas belajar sekarang, walaupun semua ilmu bisa diakses lewat internet. Hasilnya, banyak orang yang “tidak pantas” malah bisa menjadi pemimpin. Ada banyak pejabat nasional dan daerah, dan pemimpin di bidang politik, pendidikan, agama, rumah tangga, dan seterusnya, yang kurang berkualitas. Berapa banyak pria yang menikah tetapi kurang pantas menjadi suami atau bapak? Mereka tidak memahami tugasnya, malas belajar, dan tidak bisa memimpin diri sendiri, apalagi orang lain. 

Di sini, banyak sistem dibiarkan rusak, karena para pemimpin sibuk kumpulkan kekayaan dan kekuasaan. Di negara maju, anak dan dewasa sering membaca, banyak berpikir, jadi IQ rakyat tinggi, dan rakyat menjadi sejahtera. Tetapi di sini, anak dan dewasa malas membaca, IQ rakyat rendah, banyak anak DO, dan umat Islam menghabiskan Rp. 2.200 triliun untuk beli rokok setiap tahun. Sekaligus mengaku miskin dan sulit maju karena dijajah Belanda zaman dulu. Beli buku, susah. Beli rokok, wajib. Anehnya, Jepang hancur 70 tahun yang lalu. Sekarang?  

Dari Ibnu Umar ra., Rasulullah SAW bersabda, "Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya mengenai kepemimpinanmu. Imam (Penguasa) adalah pemimpin dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya dan bertanggung jawab mengenai kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas  kepemimpinannya. Pelayan (buruh) adalah pemelihara harta majikannya dan akan ditanya mengenai pemeliharaannya. Maka kamu sekalian adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinannya."  (HR. Bukhari & Muslim) 

Artinya “pemimpin” adalah semua orang yang dapat tanggung jawab. Mereka punya kekuasaan, walaupun terbatas. Sayangnya, mereka tidak dibekali dengan ILMU MENJADI PEMIMPIN. Itulah hasil dari sistem pendidikan yang rusak, dan seringkali keluarganya rusak juga! Saat menjadi “pemimpin” (dapat tanggung jawab), mereka menciptakan kerusakan, atau teruskan yang sudah ada. Pejabat, suami, guru, karyawan, polisi, satpam, dll. adalah pemimpin. Ada tanggung jawab, dan perbuatan mereka berefek pada orang lain, jadi mereka tergolong “pemimpin”.

Apa solusinya? Sederhana. Kita harus bangun dari dunia mimpi, bersatu, siap membantu orang lain, dan membangun komunitas yang baik. Itu tanggung jawab kita semua, bukan “tugasnya pejabat”. Jangan menunggu orang lain muncul untuk memperbaiki Indonesia. Kita yang harus melakukannya!  

Caranya? Mulai dengan diri sendiri, dan anak di rumah. Jangan merasa “puas” dengan ilmu yang dimiliki. Berusaha untuk belajar terus, setiap hari. Menjadi semangat mencari informasi, walaupun dianggap “tidak bermanfaat”. Belajar tentang negara lain, sejarah dunia, dan bidang yang kurang penting bagi anda. Contohnya: Sistem ekonomi di Cina apa? Kekaisaran Romawi runtuh kenapa? Apa air laut bisa menjadi air minum? Binatang apa yang paling beracun? Dan seterusnya. 

Mengejar ilmu dunia dan ilmu agama terus, karena itu sumbernya peningkatan IQ. Dapat kemampuan berpikir dan membuat analisis! Mendidik anak dengan cara yang sama. Jangan berharap mendapat anak yang “diam dan taat”. Didik mereka untuk merasa mandiri, berpikir sendiri, ciptakan pendapat, dan berdebat secara baik. Bantu mereka dapat IQ dan kreativitas tinggi. Berikan buku, sumber ilmu dari internet, dan semangatkan mereka. 

Tanpa berdoa kepada Allah, negara maju mereka berhasil. Sekitar 50% dari orang di barat sudah ateis sekarang. Di Cina, seluruh negara! Kita berdoa kepada Allah SWT setiap hari,  jadi seharusnya kita bisa melebihi mereka dalam semua bidang. Faktanya, banyak Muslim berdoa kepada Allah, tetapi tidak yakin doanya akan dikabulkan! Jadi kita butuh Allah, ilmu, dan semangat berjuang, tanpa menunggu orang lain! Dan daripada bakar Rp. 2.200 triliun per tahun untuk rokok, coba diberikan kepada anak yatim dan dhuafa! Minta doanya, dan merasa yakin Indonesia ini bisa maju. Kalau kita semangat, Allah akan semangat dukung kita juga. Jangan menunggu orang lain. Mulai mendidik anak anda sekarang juga. 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 

 

13 October, 2025

Gedung Pesantren Ambruk: Ketika Perlindungan Anak Bukan Prioritas


Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakukan shalat di dalamnya. Hasilnya, 63 anak tewas, 24 anak luka berat, 74 anak luka ringan, dengan jumlah total korban 171 anak. Rakyat kaget, tetapi sebenarnya, ini merupakan hasil dari sistem pendidikan di Indonesia di mana perlindungan dan keselamatan anak bukan sebuah prioritas.

Di banyak sekolah dan pesantren ada bahaya. Ada sebagian anak yang mengalami bullying, penyiksaan, pemerasan, pencabulan, sodomi, atau pemerkosaan. Ada anak yang dikembalikan kepada orang tuanya sebagai mayat. Hal ini terjadi karena banyak guru dan ustadz yang menerima anak sebagai amanah tidak memahami tugas utamanya, yaitu, kewajiban melindungi anak! 

Kalau kita berpikir dengan akal yang sehat, sangat jelas bahwa tempat proyek berbahaya. Biasanya ada peringatan di pagarnya: Wajib memakai alat pelindung diri (APD) seperti helm safety, sepatu safety, dll. Suatu barang yang jatuh dari atas bisa membunuh orang di bawah. Sudah banyak pekerja yang terluka atau tewas di tempat proyek. *Kalau dewasa wajib pakai APD, kenapa 171 anak bisa masuk wilayah proyek dengan APD peci dan sarung saja? Sangat tidak masuk akal.*

Setiap kali ada anak yang terluka atau tewas, di pesantren, sekolah, atau dalam kegiatan resmi di luar, para guru dan ustadz selalu berkata: “Ini musibah! Ini takdir Allah! Kami tidak menyangka!” Ketika ada korban bullying sampai terluka atau tewas, atau korban pencabulan, komentar yang sama muncul juga. Orang dewasa yang menjaga anak perlu memikirkan bahaya terhadap anak, sebelum anak menjadi korban.

Para guru dan ustadz harus menggunakan akalnya, untuk memikirkan perlindungan dan keselamatan anak sebagai prioritas utama. Mungkin mereka anggap cukup kalau mengucapkan “Bismillah, insya Allah aman”, dan tidak perlu berpikir lagi. Jadi, untuk apa Allah berikan akal kepada manusia? Apakah ada banyak ayat di dalam Al Qur’an yang berbunyi, “Maka, janganlah berpikir”, atau “Akal tidak penting”? Setahu saya, tidak ada. Jadi kenapa banyak guru dan ustadz bisa bersikap seperti itu?

Di dalam Al Qur’an, ada sekitar 130 ayat yang menyuruh kita berpikir, menggunakan akal, mengambil pelajaran, merenung, mengingat, ambil peringatan, memahami, dan memperhatikan. Contohnya: 

Terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. 3:190)
Apakah kamu tidak memikirkan(nya)? (QS. 6:50)
Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (darinya)? (QS. 6:80)
Terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. 12:111)

Ketika Rasulullah SAW diberitahu bahwa umat Islam akan diserang, apa yang terjadi? Para sahabat sudah menunggu perintah untuk mengumpulkan pasukan, siapkan kuda, pedang, busur dan anak panah, dsb. Apa Rasulullah SAW pernah berkata, “KITA BISMILLAH SAJA, DAN TIDAK USAH BERPIKIR LAGI! Kita tidak perlu pasukan, pedang, posisi strategis, dan lain-lain. Cukup Bismillah saja, dan apa yang terjadi sesudahnya adalah MUSIBAH DAN TAKDIR ALLAH. Buanglah akal. Jangan berpikir. Kita sudah Bismillah!”

Apakah begitu sikap Rasulullah SAW? Cukup Bismillah saja? Atau apakah Nabi SAW selalu menggunakan AKAL dan membuat persiapan yang matang? Kalau Nabi Muhammad SAW selalu memberikan contoh menggunakan akal dan bersiap-siap secara baik, kenapa banyak guru, ustadz, dan orang tua merasa puas dengan persiapan “Bismillah saja, insya Allah aman”? Dari mana pemikiran itu? Sangat jelas bukan dari Rasulullah SAW, berarti juga bukan dari Allah! 

Anak perlu diselamatkan dari bahaya sebelum menjadi korban. Menjadi seorang guru atau ustadz adalah amanah dari Allah, dan amanah dari orang tuanya semua anak. Jangan diremehkan amanah itu dengan abaikan bahaya yang jelas. Justru Allah berikan akal kepada manusia agar kita memakainya untuk berpikir dan mencari jalan yang terbaik!

Kalau anda diberikan amanah dari Allah dengan ditugaskan mengurus anak, tetapi anda merasa tidak perlu berpikir dengan akal yang sehat, maka ada kesimpulan yang jelas: Mohon maaf, tetapi terbukti anda tidak pantas mendapat posisi dan pekerjaan tersebut. Kalau anda tidak mau memikirkan hal-hal yang bisa membahayakan anak, maka anda sudah gagal menjaga amanah! Dan apa saja yang menimpa anak-anak tersebut adalah kesalahan dan tanggung jawab anda 100%.

Allah sudah berikan amanah dalam bentuk 80 juta anak. Kita harus jaga amanah itu dan gunakan akal yang sehat untuk memikirkan apa yang berbahaya bagi mereka, dan bertindak untuk MELINDUNGINYA sebelum ada yang menjadi korban. Kita harus bangun dari dunia mimpi dan mulai berpikir secara bijaksana tentang apa yang dibutuhkan oleh mereka. Kita harus serius dalam menjaga mereka, atas nama Allah, atas nama orang tuanya, atas nama masa depan bangsa, agar semua anak Indonesia bisa tumbuh dalam kondisi yang baik dan aman, dan bisa menjadi kebanggaan kita di masa depan.

Mohon maaf apabila ada kekurangan. 
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 

29 May, 2025

Kalau Gagal Berangkat Haji, Itu Ujian Kesabaran Dari Allah

Assalamu’alaikum wr.wb. Allah memberikan ujian kesabaran kepada setiap manusia dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang yang tidak berhasil dapat visa untuk berangkat haji tahun ini, dan mereka santai saja, bahkan cuek. Dari awalnya mereka hanya berangkat karena diajak atau disuruh. Jadi ketika tidak berhasil, mereka lupakan saja. Ada orang lain yang dikasih tahu tidak bisa berangkat haji, dan mereka menangis berjam-jam, dan mulai berpikir apakah ada kesalahan pada diri mereka sehingga Allah marah dengan mereka? Dan mungkin, sebenarnya, tidak ada kesalahan yang besar yang mereka lakukan, tetapi mereka masih mau introspeksi dan berusaha menjadi lebih baik, walaupun sebelumnya sudah sangat baik.

Di situ letaknya ujian kesabaran dari Allah. Manusia diuji, manusia bereaksi, dan Allah memantau reaksinya. Bagi orang yang cuek saja, Allah menilai keimanan mereka, dan siapkan masa depan yang sesuai. Bagi orang yang hatinya sedih dan berusaha menjadi lebih baik, Allah menilai keimanan mereka, dan siapkan masa depan yang sesuai. Tidak ada manusia yang selalu dapatkan apa yang dia inginkan. Walaupun punya niat yang baik, masih ada orang yang menunggu puluhan tahun tanpa berhasil mendapatkan apa yang dia harapkan.

Ketika hal seperti itu terjadi, selalu ada dua pilihan: 1) Tetap tenang, bersabar, berbaik sangka, dan berserah diri kepada Allah, dengan mengharapkan takdir yang terbaik dari sisi Allah. Atau, 2) Menjadi marah, kesal, bingung, kecewa, menuduh Allah tidak adil, dan yakin bahwa pendapat anda yang terbaik, jadi Allah salah kalau tidak segera berikan apa yang anda inginkan.

Allah ciptakan manusia untuk diuji di bumi ini. Hanya orang yang beriman dan berserah diri kepada Allah, dan terima semua keputusan Allah, baik yang disenangi maupun yang tidak disenangi, yang akan dapat keberhasilan di surga. Kita tidak bisa memaksa Allah mengubah ketetapan-Nya. Kita bisa berdoa, menangis, shalat, bersedekah, dan lakukan segala macam ibadah yang lain. Tetapi kalau Allah sudah menentukan sesuatu pasti terjadi, maka ia pasti terjadi. Allah Maha Kuasa. Jadi apapun yang diputuskan Allah adalah yang paling benar. Pendapat manusia tidak penting. Allah yang menentukan.

Jadi kalau anda gagal berangkat haji tahun ini, berusaha untuk tetap tenang. Jangan bersikap “Ya sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi” kalau gagal berangkat. Tetapi jangan juga sedih secara berlebihan. Hadapi perkara ini dengan sikap yang terbaik. Yaitu sedih, tetapi menerima, dan tidak marah atau kesal, tetapi tidak juga cuek.

Introspeksi diri dulu. Mungkin saja ada beberapa hal yang bisa diperbaiki. Tidak berarti anda “buruk”, tetapi orang yang paling saleh di dunia tetap bisa berusaha menjadi lebih baik. Dan mungkin kalau ada usaha seperti itu, walaupun tergolong sebagai perubahan kecil, Allah akan siapkan kesempatan berangkat haji pada tahun depan. Jadi tenang. Dan bersabar. Dan bersyukur.

Allah berikan ujian kepada orang beriman yang disayangi. Kalau tidak disayangi, maka tidak usah dikasih ujian. Diabaikan saja juga bisa. Apakah mau diabaikan oleh Allah? Atau mau bersyukur kalau dikasih ujian yang berat, yang hanya diberikan kepada orang-orang terbaik, yang paling beriman dan paling disayangi Allah?

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS. Al-Ankabut 29:2-3)

155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un.
157. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al-Baqarah 2:155-157)

Rasulullah SAW bersabda, "Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu." (HR. Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya."  (HR. at-Tirmidzi No. 2396 dan Ibnu Majah No. 4031)

Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?" Nabi SAW menjawab, "Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa." (HR. Bukhari)

Semoga anda bisa menghadapi ujian dari Allah ini dengan sikap yang baik dan tenang, dan yakin bahwa anda akan lulus dari ujian ini, naik derajat di sisi Allah, dan dapat takdir yang terbaik di masa depan. Balasan yang terbaik dari ujian yang berat di dunia ini adalah kehidupan yang kekal di dalam surga. Dan di sana nanti, mungkin seorang teman akan bertanya, “Apa kamu masih ingat waktunya di dunia, kamu gagal berangkat haji, lalu menangis terus? Sekarang sudah dapat balasannya!” Dan anda akan ketawa dan bersyukur!

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

28 May, 2025

Keimanan Saya Berkurang, Shalat Bolong, Apa Yang Harus Saya Lakukan?

[Pertanyaan]: Assalamu alaikum. Keimanan saya berkurang dan terasa sangat rendah, sehingga kadang saya tinggalkan shalat. Saya sibuk kerja, sehingga lupa menjaga keimanan dan ibadah shalat. Apa yang harus dilakukan?

[Jawaban]: Wa alaikum salam wr.wb. Keimanan itu seperti ombak di laut. Bisa naik dan turun, bisa terlihat tinggi dan bisa rendah. Dan kondisi ini berlaku bagi hampir semua orang. Nyaris tidak ada seorang pun yang bisa memiliki keimanan dan ibadah yang sempurna karena manusia tidak diciptakan untuk menjadi sempurna. Juga tidak ada ayat Al-Qur'an atau hadits yang mengatakan, "Hanya orang yang sempurna yang boleh masuk surga." Artinya, menjadi manusia SEMPURNA bukanlah syarat untuk menjadi Muslim yang baik, ataupun masuk surga.

Coba mengamati kehidupan anda secara makro. Selama anda tidak menjadi sibuk merampok, memperkosa, dan membunuh orang lain secara rutin, bisa dikatakan anda bukan “orang jahat”. Berarti pada dasarnya, anda adalah orang yang “baik”, yang mengalami gangguan keimanan. Dan hampir semua orang juga bisa mengalaminya, jadi bisa dikatakan bahwa anda “normal”.

Rasulullah SAW bersabda, "Iman paling afdhol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu di manapun kamu berada." (HR. Ath-Thabari)

Kalau shalat anda kadang diabaikan, maka ada beberapa solusi yang sederhana. 1) Pakai Aplikasi di HP yang akan membunyikan adzan pada waktu shalat. 2) Minta 3-4 saudara dan teman untuk kirim pesan atau telfon anda pada waktu shalat, dan bertanya lagi setelah beberapa menit. 3) Berdoa kepada Allah, menggunakan kata sendiri. Misalnya, “Ya Allah, tolong bantu saya menjadi orang saleh yang rajin shalat. Amin.” Mungkin anda hanya akan membutuhkan bantuan itu selama beberapa hari atau minggu sampai kembali seperti semula.

Selain itu, coba memperbanyak dzikir. Ucapkan ALHAMDULILLAH sebanyak mungkin. Allah memberi kita banyak berkah dan kemudahan sepanjang hari, dan satu-satunya hal yang Dia perintahkan pada kita setiap hari adalah shalat. Untuk hampir semua hal yang lain, sifatnya pilihan. Misalnya, tidak wajib membaca 100 halaman Al Qur’an setiap hari. Bayangkan kalau wajib?! Jadi, kita hanya butuh waktu 5 menit, 5 kali sehari, untuk “lapor” kepada Allah. Apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita, tetap ada kewajiban untuk hadir, lapor, dan berserah diri kepada Allah. Kita harus menunjukkan lewat shalat bahwa kita tetap beriman, dan tidak mau abaikan Allah. Dan Allah akan membalas shalat kita itu dengan menghapus semua dosa kecil antara setiap waktu shalat.

Keimanan itu naik turun. Jadi, jangan dipikirkan terlalu banyak. Buatlah rencana untuk berusaha menjadi lebih baik, lalu ambil satu langkah untuk memulai. Lalu ambil langkah berikutnya. Dan insya Allah kondisi kehidupan anda akan segera menjadi mudah, dan shalat akan menjadi bagian dari rutinitas harian, seperti dulu, dan menjadi sesuatu yang dinantikan.

Bayangkan jika saya memberikan anda nomor telepon presiden, dan berkata, "Presiden anggap anda luar biasa, dan dia inginkan anda hubungi dia 5 kali setiap hari, dan jelaskan keadaan anda. Dia sangat peduli dengan anda, dan siap berikan segala macam bantuan, kalau bisa!"

Apa mau telfon presiden dan minta bantuannya terus, setelah menjadi jelas dia sangat memperhatikan anda? Atau apa anda lebih mau cuek saja dan abaikan tawaran itu? Sepertinya kebanyakan orang akan semangat telfon presiden dan minta bantuan, kalau bisa. Allah Maha Kuasa di atas semua presiden dan raja. Dan Dia inginkan kita "menghubungi-Nya" dan jelaskan keadaan kita. Kenapa kita mau menolak? Dan apa manfaatnya kalau kita menolak? Setelah shalat selesai, kita juga berhak minta bantuan apa saja dari Allah. Jadi tidak ada alasan logis untuk menolak shalat. Dan tidak ada manfaat apa pun yang didapatkan kalau kita abaikan Allah. Jadi, berhentilah berpikir tentang "bagaimana saya bisa shalat" dan laksanakannya saja!!

168. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." 
(QS. Al-Baqarah 2: 186)

Ketika muncul rasa harus buang air kecil, anda tidak mungkin berpikir dulu selama beberapa jam, dan bertanya-tanya apa bisa cari toilet. Ketika perlu, anda akan langsung pergi ke toilet. Jadi, kalau anda bisa buang air kecil 5x sehari karena ada “kebutuhan” yang jelas, maka anda juga sanggup shalat 5x sehari! Dan itu juga merupakan suatu kebutuhan yang jelas, karena lewat shalat itu, semua dosa kecil kita dihapus. Kalau anda bilang, "Saya terlalu sibuk, tidak bisa shalat", maka saya tantang anda untuk berhenti buang air kecil juga sepanjang hari. Dan mari kita lihat apakah anda bisa berhasil abaikan kebutuhan itu!!! Kalau tidak sanggup, dan pasti ada waktunya untuk buang air kecil, berarti anda pasti bisa shalat juga!! Tidak ada bedanya.

Semoga saran ini bermanfaat. Jangan menyerah. Teruslah berusaha. Allah melihat usaha dan niat kita. Bukan pada seberapa "sempurnanya” kita. Berusahalah untuk menjadi lebih baik hari ini, lalu besok berusaha lagi. Sesederhana itu!
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto


20 April, 2025

Celah Besar Di Tengah Jemaah Shalat Jumat Diisi Oleh Siapa?

Assalamu’alaikum wr.wb. Tadi saya datang telat ke masjid untuk shalat Jumat karena lagi sakit batuk, jadi saya kelamaan di rumah menunggu batuknya berkurang dulu. Akhirnya saya tiba pas iqamat dan takbir pertama. Saya buka sepatu dan tinggalkan di tangga (biasanya dititip) dan naik ke teras masjid. Saya ambil tempat di shaf yang kedua dari akhir, dan melihat ke depan. Ada celah besar di tengah beberapa shaf di depan saya. Tidak ada yang mau maju, tidak ada yang mau bergeser ke kiri atau kanan.

Kalau ada yang kasih saya tantangan, menang 1 juta kalau sanggup tempatkan 50 orang lagi di situ, saya siap terima karena sangat gampang. Kalau harus tempatkan 100 orang, saya masih berani terima tantangan itu. Akan lebih sulit, tetapi kalau semua orang maju, dan bergeser, saya kira masih bisa menampung 100 orang lagi. Atau lebih. Yang menjadi pertanyaan saya, ketika ada celah yang begitu besar di tengah jemaah shalat Jumat, yang mengisinya siapa? Manusia jelas tidak mau. Malaikat mau? Atau apakah setan yang paling senang di situ?

Dari Abdullah bin Umar ra., Rasulullah SAW bersabda, “Luruskan shaf, agar kalian bisa meniru shafnya malaikat. Luruskan pundak-pundak, tutup setiap celah, dan buat pundak kalian luwes untuk teman kalian. Serta jangan tinggalkan celah-celah untuk setan. Siapa yang menyambung shaf maka Allah Ta’ala akan menyambungnya dan siapa yang memutus shaf, Allah akan memutusnya. (HR. Ahmad 5724, Abu Daud 666, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Seharusnya ada kemauan di dalam hati jemaah untuk maju. Seharusnya ada kemauan untuk bergeser. Seharusnya ada kemauan untuk melakukan koordinasi dengan Imam agar jangan buru-buru mulai shalat ketika masih ada ratusan orang yang bergerak untuk mengisi shaf, dan masih ada ratusan orang lain yang malas bergerak dan perlu dikasih perintah maju. Tetapi tidak ada kemauan... Jadi ketika manusia menolak untuk maju, yang mengisi celah besar itu siapa? Malaikat atau setan?

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, “Ketika adzan dikumandangkan, setan menjauh sambil terkentut-kentut, sehingga tidak mendengarkan adzan. Setelah adzan selesai, dia datang lagi. Ketika iqamah dikumandangkan, dia pergi. Setelah selesai iqamah, dia balik lagi, lalu membisikkan dalam hati orang yang shalat: ingat A, ingat B, mengingatkan sesuatu yang tidak terlintas dalam ingatan. Hingga dia lupa berapa jumlah rakaat yang dia kerjakan.” (HR. Ahmad 8361, Bukhari 608, Muslim 885 dan yang lainnya)

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto  

25 March, 2025

Orang Muslim di Indonesia Buang 2.619 Triliun Rupiah Setiap Tahun Untuk Rokok

Assalamu’alaikum wr.wb. Data dari tahun 2024: Cukai rokok 10% menyumbang 216,9 Triliun Rupiah pada kas negara. Jadi total dana yang dihabiskan rakyat mayoritas Muslim untuk beli rokok adalah 10 kali lipat, yaitu 2.169 TRILIUN RUPIAH. Yang dibakar! Tanpa manfaat! Setiap tahun!

Apa anak yatim hidup dalam keadaan sejahtera? Tidak. Banyak orang mengaku "tidak punya uang" untuk bantu anak yatim dan dhuafa terus. Beli buku untuk mencerdaskan anaknya sendiri tidak bisa. Orang tua tidak punya uang. Banyak anak putus sekolah setelah SD atau SMP. Orang tua tidak punya uang. Berkurban pada Idul Adha tidak bisa. Tidak punya uang. Tetapi di saat yang sama, umat Islam bisa bakar 2.169 Triliun Rupiah secara sia-sia. Setiap tahun. Jadi yang paling merugikan umat Islam di Indonesia hanya ada satu pihak: Umat Islam sendiri.

11. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(QS. Ar-Ra’d 13:11)

Umat Islam bisa bangkit, bersatu, dan menjadi pemimpin dunia, dengan negara yang kuat dan sejahtera, dan teknologi yang maju. Tetapi harus siap berubah dulu. Tidak ada pihak lain yang merugikan kita. Kita yang dapat rahmat yang luas dari Allah SWT lalu kita sendiri yang lalai dan tidak mensyukuri rahmat itu. Lebih buruk lagi, kita dikasih rezeki dari Allah, lalu kita BAKAR, dan sesudahnya komplain bahwa kita "miskin". Bukan Allah yang membuat kita miskin. Kita sendiri yang perlu introspeksi.

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Penerimaan Cukai Hasil Tembakau (CHT) Mencapai Rp 216,9 Triliun Pada 2024.
https://www.liputan6.com







17 March, 2025

"Maaf Pak, Tarifnya Berapa? Apa Permintaan Khusus Apa?”

Assalamu’alaikum wr.wb. Pada suatu hari, ada ibu dari sebuah yayasan yang telfon saya. Dia mau undang saya berceramah untuk anak-anak yang sakit di rumah singgah, dalam acara buka puasa bersama. Katanya banyak anak yang depresi, jadi butuh ceramah motivasi untuk menghibur hatinya dan membuatnya semangat. Lalu, seperti yang dilakukan dengan para penceramah sebelumnya, ibu itu merasa "terpaksa" bertanya tarifnya berapa. Saya jawab tidak ada tarif (karena arahan dari guru saya begitu).

Dia masih bertanya lagi, "Maaf, dibutuhkan berapa untuk biaya transportasi dan lain-lain?" Saya jawab lagi tidak ada tarif dan tidak perlu jumlah uang tertentu. Dia belum percaya, dan bertanya terus. Tolong disebutkan angkanya berapa, butuh dana berapa, karena takutnya kalau nanti pembayarannya tidak sesuai harapan, saya bisa kesal dan nanti tidak mau diundang lagi. Saya tetap mengatakan tidak ada tarif.

Lalu, perlu dijemput jam berapa? Saya jawab, tidak perlu dijemput. Taxi banyak, jadi tidak perlu merepotkan panitia. Dia masih bertanya lagi karena takut saya tidak akan datang kalau tidak dijemput oleh mereka. Saya tetap menolak. Ada taxi, GoCar, GrabCar, Gojek, GoOnta, dan lain-lain. Jadi insya Allah sangat mudah untuk sampai lokasinya dan tidak perlu dipikirkan oleh mereka. Saya kira sudah selesai. Ternyata belum.

"Maaf Pak, ada permintaan khusus apa?" Permintaan khusus?? Seperti apa? Saya kurang paham. "Untuk makanannya, Pak. Kita harus sediakan apa untuk Pak Ustadz?" Kok harus ada permintaan khusus? Emangnya Katy Perry atau Justin Bieber yang mau datang? Saya jawab, apa saja boleh Bu. Dia bertanya lagi, "Apa Pak Ustadz bersedia makan nasi kotak bersama anak-anak yang sakit?" YA ALLAH!! Sekali lagi saya jelaskan tidak usah pikirkan makanan khusus, atau transportasi, atau dana. Yang dikasih kepada anak-anak sudah cukup baik untuk saya juga, insya Allah.

Dia masih bertanya terus. "Apa tidak ada permintaan khusus sama sekali untuk makanannya?" Saya jawab, "Mohon makanannya untuk saya jangan dikasih racun ya!!" Itu saja permintaan khususnya. Hahaha. Alhamdulillah, dia bisa ketawa dengan keras. Saya bertanya, apa sering ada permintaan khusus kalau dari calon penceramah? Katanya, biasanya ada.

Boleh saya minta contohnya? Katanya, ada ustadz yang minta disediakan EQUIL untuk air minum. Aqua biasa tidak cukup baik ternyata. Buat anak yatim oke saja, tetapi untuk ustadz harus ada Equil. Saya hampir saja minta contoh yang lain, tetapi takutnya kalau dapat terlalu banyak info miring tentang para penceramah, saya bisa merasa kecewa dan puasa saya terganggu. Jadi saya tidak bertanya lagi.

Bagi saya, yang penting adalah tanggal ceramah sudah dicatat, nama dan nomor ibu itu sudah disimpan, saya bisa datang dan pulang sendiri naik taksi, dan saya bisa makan dan minum bersama anak-anak yatim, dan tidak ada permintaan khusus apapun (selain tidak dikasih racun! Hehe). Dan semoga ibu itu tidak pingsan karena begitu kaget.

Guru saya, alm. KH Masyhuri Syahid, mengajarkan saya sejak pertama kali saya diundang memberikan ceramah, lebih dari 25 tahun yang lalu: Kalau mau berceramah dan menyampaikan ilmu agama Islam kepada yang membutuhkannya, hendaknya karena Allah saja. Tetapi kalau tidak mau berceramah karena Allah, demi kemajuan umat, tanpa ada segudang permintaan, lebih baik diam saja di rumah dan dzikir sendiri saja. Masih dapat pahala, tetapi tidak akan mengganggu orang lain yang mau menuntut ilmu! Sayangnya, mungkin banyak orang tidak dapat arahan seperti itu dari gurunya, jadi setiap kali mereka terima undangan ceramah, sudah disiapkan daftar panjang permintaannya. Syukur Nabi Muhammad SAW tidak pernah berbuat begitu... Jadi yang melakukannya sedang mengikuti contoh siapa ya?

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

02 February, 2025

Banyak Anak Punya Akhlak Yang Rusak, Siapa Yang Bisa Memperbaikinya?

[Komentar]: Sekarang banyak perempuan gak bener live streaming sembari melakukan aksi asusila (hubungan intim) sama pasangannya. Diduga dapat saweran dari aplikasi live streaming. Aplikasi dan teknologi perusak moral SDM bangsa Indonesia. Pemerintah harus putar otak untuk mengatasi hal ini di tengah lapangan kerja sangat terbatas.

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Kemampuan untuk "Mengatasi" suatu masalah harus diawali dengan:
1) Menyadari faktanya ada masalah,
2) Kemampuan berpikir untuk mencari solusi
3) Kemauan untuk mencari solusi
4) Kemampuan bertindak secara aktif
5) Siap beradaptasi apabila solusi pertama tidak berhasil
6) Rencana jangka panjang untuk mencegah masalah itu muncul lagi.

Semua tahap itu belum terlihat di kalangan pejabat dan pemimpin. Kerusakan moral anak bangsa sering dibahas, tetapi semua pihak terkait buru-buru cuci tangan karena tidak ingin disalahkan, jadi juga tidak mau mengaku bertanggung jawab. Orang tua salahkan guru. Guru salahkan orang tua. Guru dan orang tua salahkan masyarakat. Masyarakat salahkan pemerintah. Pemerintah salahkan orang tua dan guru. Guru agama salahkan orang tua dan teknologi.  Penjual teknologi salahkan orang tua dan guru. Banyak pihak salahkan negara barat. Anak salahkan orang dewasa. Dan seterusnya. Tidak ada solusi karena tidak ada yang mencari solusi karena tidak ada yang merasa bertanggung jawab.

Coba berpikir. Kapan pernah dibuat mata pelajaran dan mata kuliah “Tata Cara Menjadi Orang Tua Yang Baik”? Kalau mau mengemudi mobil dan motor, ada kewajiban punya SIM. Kalau mau menjadi orang tua, tidak ada kewajiban apapun. Tidak ada pendidikan, pelatihan, pengarahan, panduan, buku teks, ujian, dll. Bebas saja menjadi orang tua dan besarkan anak dengan cara apa saja, termasuk cara yang buruk. Untuk hampir semua hal yang bisa mengganggu masyarakat kalau tidak diatur secara baik, ada proses belajar dan dapat izin. Diatur oleh pemerintah dan lembaga terkait. Demi keselamatan masyarakat. Kenapa tidak ada proses belajar serupa untuk “Menjadi Orang Tua”, walaupun itu salah satu tugas yang paling penting dalam sebuah masyarakat?

Kalau anak dibesarkan tanpa pendidikan, agama, budaya, dan moralitas yang baik, jangan salahkan orang tuanya saja. Bertanya juga, kenapa pemerintah, masyarakat, guru, dan orang tua dari zaman dulu tidak menuntut pendidikan berkualitas bagi semua manusia sebelum menjadi orang tua? Kualitas anak dan masa depan bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan sekarang. Kenapa nilai dalam mata pelajaran sekolah dianggap penting, tetapi kemampuan menjadi orang tua berkualitas tidak pernah dipedulikan? Mau memperbaiki akhlaknya anak bangsa? Mulai dengan mendidik anak sekolah sekarang, sehingga mereka sanggup melaksanakan tugasnya sebagai orang tua 10 tahun di depan.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

05 December, 2024

Kenapa Allah Tidak Ciptakan Kita Di Surga, Tanpa Ada Kafir Dan Neraka?

[Pertanyaan]: Dengan sifat Allah yang Maha Adil - Maha Pengasih - Maha Penyayang, kenapa tidak diciptakan semua manusia dengan semacam “naluri anti-sesat” agar tidak ada yang menjadi kafir?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Saya berikan pertanyaan tambahan lagi ya? Allah Maha Penyayang. Jadi kenapa tidak ciptakan semua manusia di Surga, dalam keadaan beriman, tanpa perlu ada ujian di dunia, tanpa ada neraka? Lebih bagus begitu, betul? Allah Maha Pengasih, jadi kita tidak perlu diuji, dan tidak perlu dihukum. Seratus persen beriman dari lahir, di Surga, dan hidup kekal di sana. Kenapa Allah tidak melakukan itu saja?

Kita boleh berandai-andai selama ribuan tahun tanpa bisa memahami “Pemikiran Allah”. Kalau kita merasa sudah dapat suatu jawaban, belum tentu jawaban itu betul. Kita anggap A adalah yang terbaik, padahal kita tidak sanggup mengerti bahwa B adalah yang terbaik. Allah Maha Tahu. Dan Allah mengambil keputusan sendiri tentang apa yang baik dan buruk, tanpa perlu minta pendapat kita.

Allah telah ambil suatu keputusan: Manusia akan dilahirkan ke dunia, dan diuji di sini. Yang beriman dikasih Surga, yang tidak beriman dikasih Neraka. Kenapa harus begitu, dan kenapa tidak lahir di Surga saja? Hanya Allah yang tahu secara pasti. Kemampuan kita untuk mengubah kondisi ini tidak ada. Jadi hanya ada dua pilihan: Menyadari kondisi kita, berusaha menyesuaikan diri, dan mencari jalan terbaik, atau menolak kondisi kita, dan cuek saja kalau kita ikuti jalan yang salah.

Sebelum kita dilahirkan, Allah sudah tahu siapa yang akan beriman dan sesat. Lalu kita tambahkan lagi analisis: Kenapa Allah harus ciptakan orang kafir? Kenapa harus ada Neraka bagi orang kafir? Mungkin saja harus ada Neraka karena suatu kondisi hanya bisa dipahami secara utuh kalau ada lawannya. Orang miskin sangat mengerti kekayaan dan manfaatnya. Orang di negara kaya yang kaya seumur hidup mungkin kurang sanggup memahami dan menghargai konsep kekayaan. Dia mengerti dirinya “kaya”, tapi dia tidak bisa memahami kondisinya secara utuh, karena tidak pernah merasakan kemiskinan dan tidak melihatnya di sekitarnya. Kalau pernah hadapi kemiskinan, seperti orang miskin, baru bisa sadari artinya kekayaan.

Orang yang buta dari lahir tidak bisa menyadari secara utuh manfaatnya “melihat”, karena tidak pernah dirasakan. Dia hanya pahami kebutaan dan kegelapan, dan tidak memahami kemampuan “melihat”. Coba anda jelaskan bedanya antara warna hijau dan biru kepada orang yang buta dari lahir. Bisa? Apa dia bisa paham? Dari mana bisa paham, tanpa pernah merasakan sendiri? Jadi kalau kita semua dilahirkan di Surga, dan tidak pernah ada “ancaman Neraka” mungkin kita menjadi kurang sanggup memahami “Rahmat Allah” dan “Kasih Sayang Allah” secara utuh, karena hanya merasakan kenikmatan Surga, tanpa pernah tahu atau melihat lawannya, yaitu Neraka.

Mungkin saja kita diberi penjelasan tentang orang kafir dan Neraka, dan nanti kita juga akan diperlihatkan orang kafir yang masuk Neraka, agar kita sungguh-sungguh mampu bersyukur atas rahmat, nikmat, anugerah, dan kasih sayang yang diberikan Allah kepada semua orang yang beriman. Tanpa adanya orang kafir dan Neraka, apakah kita sungguh-sungguh akan peduli dengan Surga? Jika pilihan setelah dunia ini hanyalah Surga yang “lebih tinggi” (untuk orang terbaik), dan Surga yang “lebih rendah” (untuk orang terburuk), dan tidak ada Neraka untuk siapa pun, berapa banyak dari kita yang akan mempunyai keimanan yang mendalam terhadap agama, dan keinginan untuk melakukan yang terbaik?

Misalnya, jika perbedaannya antara Surga yang lebih tinggi dan yang lebih rendah hanya sebesar ukuran kolam renang di istana kita, maka seberapa besarkah kita akan peduli? Kita mungkin kadang-kadang berdoa, kadang-kadang berpuasa, kadang-kadang bersedekah, tetapi mungkin kita tidak terlalu peduli untuk mencapai Surga yang lebih tinggi. Surga yang lebih rendah hampir sama, jadi untuk apa perlu peduli? Sebaliknya, kita diberikan perbandingan yang kuat antara Surga dan Neraka, yaitu yang terbaik yang dapat dibayangkan, dan kebalikannya, yang merupakan yang terburuk yang dapat dibayangkan. Dan mungkin alasan logisnya adalah agar kita dapat memahami bahwa Allah adalah Maha Penyayang bagi mereka yang memilih untuk beriman dan menyembah-Nya.

Semoga bermanfaat.
Wa billahi taufiq wal hidayah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

11 September, 2024

Berdzikir Terus Kalau Punya Hati Yang Tidak Tenang

Assalamu’alaikum wr.wb. Kalau terasa ada banyak masalah, dan sering terasa pusing dengan dunia ini, insya Allah ada solusinya: Memperbanyak dzikir. Sepanjang hari kalau bisa. Di dalam hati, pakai jari, tasbih, atau tasbih digital (seperti cincin). Berdzikir terus, dan jangan berhenti. Baca:

1. “Alhamdulillah” sebanyak2nya. (Atau, juga bisa baca):
2. “Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir.”
(Artinya: Cukuplah bagi kami Allah, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami.)

Yang lain juga boleh. Bebas pilih yang menyenangkan bagi anda. Tetapi kesukaan saya yang kedua itu, dari ajaran guru-guru saya juga. Kalau rajin, insya Allah hati menjadi tenang dengan cepat sekali. Perkara apapun yang dihadapi, insya Allah bisa dihadapi dengan tenang. Selain itu, juga perlu berusaha santuni anak yatim. Kalau dana terbatas, cari 1 anak dekat rumah. Tidak penting dikasih 10 ribu atau 100 ribu. Yang penting dikasih. Kalau tidak ada uang sama sekali, duduk berdua saja dan berdiskusi dan menjadi sahabatnya. Itu saja sudah menolongnya. Dan dari doa anak yatim itu, serta rahmat dari Allah karena perhatikan anak yatim, insya Allah hati anda bisa tenang.

Selain itu, cari teman atau orang lain yang punya masalah, dan berusaha menolongnya, sesuai kemampuan yang ada. Mungkin orang itu hanya perlu teman yang mau dengarkan dia dan berikan nasehat. Tidak semua masalah perlu uang sebagai solusi. Ada banyak orang kaya yang pusing, tetapi sulit bagi mereka untuk dapat nasehat yang bijaksana. Soalnya, banyak orang yang mendekati mereka malah mencari untung bagi diri sendiri, jadi bukan sahabat sejati. Insya Allah dari menolong orang lain, rahmat Allah akan turun dan meliputi anda. Dan dari banyak berdzikir juga, rasa pusing terhadap urusan sendiri bisa hilang dengan cepat. Insya Allah. Coba dulu. Tidak ada ruginya.

28. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.
(QS. Ar-Ra'd 13: 28)

Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan pemelihara anak yatim di surga seperti ini (dan beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya, lalu membukanya.” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Abu Daud)

Semoga bermanfaat.
Dan semoga berhasil dengan cepat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto


10 September, 2024

Apa Hidup Di Indonesia Bikin Pusing? Bukannya Lebih Enak Di Negara Barat?

[Pertanyaan]: Hidup di Indonesia sulit, bikin pusing. Pasti lebih enak di luar negeri, betul? Semuanya serba nikmat di negara maju, iya kan?

[Jawaban]: Assalamu'alaikum wr.wb. Kenapa merasa pusing tinggal di Indonesia? Kenapa merasa yakin akan lebih enak di negara maju. Ada banyak orang yang berusaha pindah negara terus tetapi tidak berhasil, jadi mereka bingung kenapa saya mau tinggal di sini. Jadi saya selalu kasih penjelasan yang sama. Sebelumnya, perlu berpikir dulu tentang dunia ini, dan apa yang mau dicari, karena dunia ini tidak nyata. Kenikmatan yang dirasakan di negara maju tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kehidupan di surga. Kalau anda anggap ketenangan dan kenikmatan itu berasal dari kondisi hidup "sempurna", maka Nabi Adam sudah punya. Tetap saja dia hadapi masalah, dan merasa "pusing".

Rasulullah SAW bersabda, "Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya." (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Memang ada "masalah" di Indonesia, tetapi di semua negara maju juga ada masalah. Anak di sana sering menjadi terbiasa mabuk-mabukan, berzina, aborsi, berjudi, dan pakai narkoba SEBELUM LULUS SMA. Di sini juga bisa, tetapi lebih jarang, dan anak di sini masih bisa diajarkan untuk bertaubat karena punya landasan agama, sedangkan di beberapa negara maju, 50% dari penduduknya ateis sekarang. Bagaimana mau diajarkan bertaubat kalau tidak punya agama? Bertaubat kepada siapa? Artinya, tidak terlalu bermanfaat kalau memuji negara maju hanya disebabkan fasilitas yang terlihat baik dari satu sisi.

Coba berpikir sebaliknya: A) Tinggal di Indonesia = insya Allah ada jalan mudah menuju surga karena ada banyak orang yang beriman; atau B) Tinggal di Amerika = fatamorgana dan lebih sulit menuju surga karena mayoritas non-Muslim, dan ada pengaruh buruk terhadap anak Muslim. Mau pilih yang mana? Saya pilih (A). Coba berpikir begini: Hidup di Indonesia, di tengah ribuan ulama = INSYA ALLAH SUDAH TARUH SATU KAKI DI SURGA!

Kalau saya tinggal di negara barat, saya akan kerja saja, dan sedikit berdakwah, dan akan diabaikan kebanyakan orang non-Muslim di sana. Sedangkan di sini, saya bisa bantu ribuan anak yatim, bisa semangatkan ribuan Muslim untuk bersatu dan memperbanyak ibadah dan sedekah, bisa selamatkan orang yang murtad, bisa bantu orang yang tidak shalat 30 tahun agar mulai shalat lagi, dan bisa bantu banyak Muslim dapat keimanan yang lebih kuat. Jadi jelas lebih bermanfaat bagi saya (secara pribadi) dan bagi umat Islam kalau saya tinggal di sini. Hal itu benar untuk anda juga, tetapi mungkin belum disadari. Dan “kenikmatan” di negara maju tidak begitu penting karena hanya akan dirasakan sementara saja.

Kita hanya bisa berhasil di dunia dan akhirat kalau berserah diri kepada Allah, dengan banyak beribadah, baca Al-Qur'an, berdzikir, dan utamakan anak yatim dan dhuafa. Dan dari itu, insya Allah kita akan dapat ketenangan. Rasa tenang itu berasal dari hati, bukan dari kondisi hidup. Orang di penjara atau zona perang bisa tenang, kalau ada rasa syukur kepada Allah SWT. Jadi kalau ada kemauan untuk berserah diri kepada Allah, lebih nikmat tinggal di Indonesia.

112. Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
113. Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
114. Allah berfirman, "Kamu tidak tinggal (di bumi), melainkan sebentar saja kalau kamu sesungguhnya mengetahui."
(QS. Al-Mu'minum 23:112-114)

Jangan merasa "pusing" karena tinggal di Indonesia. Malah perlu banyak bersyukur. Kalau anda lahir di barat, belum tentu anda akan dapat hidayah dan menjadi Muslim. Jadi semua anak dan cucu anda sangat mungkin akan menjadi kafir. Berarti sangat nikmat lahir di Indonesia di tengah keluarga Muslim, betul?! Jangan bilang anda pusing di sini karena ada “banyak masalah”. Orang di negara barat juga banyak masalah, tetapi anda tidak tahu, karena hanya melihat yang baik di sana lewat media. Yang buruk, anda tidak tahu. Dan rasa "pusing" yang dialami itu muncul dari pikiran sendiri, dan juga menyesatkan. Insya Allah bisa dihilangkan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, banyak bersyukur, dan banyak berdzikir. Semoga sekarang anda bisa merasa lebih tenang dan lebih bersyukur karena anda dikasih kenikmatan lahir dan dapat kehidupan di sini.

Semoga bermanfaat.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
-Gene Netto



Buka Mata Anda Tentang Muslim Dan Islam Di Negara Barat!

[Pertanyaan]: Kenapa Gene Netto tidak berdakwah di negara barat saja? Kenapa tinggal di Indonesia, padahal ada kebutuhan dakwah yang besar di sana?

[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf, pandangan saya berbeda. Di Amerika dan Eropa, hampir semua Muslim adalah pendatang yang berkulit coklat. Mereka bukan “pejuang dakwah” atau “pejuang masjid”. Mereka mencari kenikmatan dunia, lalu bangun masjid karena butuh sendiri. Bule Muslim ada, tetapi sedikit. Anda anggap Muslim di Amerika hebat karena bangun masjid? Ada 750 ribu masjid di Indonesia. Hampir semuanya dibangun oleh umat Islam, bukan pemerintah.

Mereka punya keimanan yang kuat karena “bertahan hidup” di sana? Mohon maaf, pendapat saya sebaliknya. Kebanyakan dari mereka punya keimanan yang “lemah”, dan pindah ke sana untuk mencari dunia. Di Indonesia, ada sekolah dengan anak Muslim, pengajian, makanan halal, masjid, musholla, adzan, dsb. Mereka tinggalkan semuanya, demi dunia. Mereka bawa anaknya jauh dari komunitas Muslim, demi dunia. Syukur kalau anaknya masih shalat nanti. Kalau anak atau cucunya hancur, mereka tidak akan menyalahkan diri sendiri.

Mereka beriman, tetapi mau masuk surga secara “bersyarat”: Harus boleh menikmati dunia!! Mereka tidak mau hidup dalam kesulitan di Pakistan, Bangladesh, Yaman, Lebanon, dsb. Orang kafir berjuang selama ratusan tahun untuk bangun negaranya. Muslim ini merasa harus boleh menikmatinya juga, daripada berjuang di negaranya sendiri. Mereka iri dengan orang kafir di negara maju, tetapi tidak iri dengan orang saleh di kampung yang miskin tetapi dekat dengan Allah.

Anda bangga karena orang Indonesia di sana bangun masjid? Mereka hanya kangen pada budaya dan bahasa Indonesia. Kurang enak bergabung di masjid Pakistan dengan budaya dan bahasa Pakistan. Kalau ada banyak masjid di sebuah wilayah, berarti ada masjid Bangladesh, masjid Pakistan, masjid Lebanon, dsb. Kenikmatan dunia, kenikmatan bahasa dan budayanya sendiri, dan “surga bersyarat” menjadi tujuan mereka. Pindah ke sana tidak menjadikan mereka Muslim yang hebat. ITU PILIHAN MEREKA.

Ada teman Muslim di Australia dulu. Dari ribuan kenalannya, tidak ada yang masuk Islam. Begitu juga dengan saya, dan hampir semua bule Muslim. Masuk Islam sendirian. Tetapi kalau seorang Muslim pindah dari Yogya ke New York, simsalabim, anda cap dia “pejuang dakwah”, dan diyakini ribuan orang akan masuk Islam? Maaf, anda salah. Malah puluhan ribu orang masuk Islam setiap tahun di Indonesia. Dibutuhkan ahli dakwah di sini, bukan di sana.

Seorang “pejuang dakwah” akan siap tinggalkan kenikmatan, dan pergi ke tempat yang tidak enak. Tetapi kalau tinggalkan tempat yang “rusak” untuk mengejar kenikmatan di negara maju, itu bukan “perjuangan untuk Islam”. Untuk orang yang anda anggap pejuang dakwah di barat, coba tanya: Kenapa tidak pindah ke India atau Afrika? Tinggal di tengah orang kafir yang membencinya, tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada makanan, gagal panen, dan sebagainya. Mereka tidak mau ke sana karena tidak enak!! Tetapi kalau ada kesempatan pindah ke Amerika atau Eropa, buru-buru berangkat, demi kenikmatan dunia. Lalu bangun masjid dan jual makanan halal karena mereka yang membutuhkannya.

Anda kira negara maju hebat? Puluhan tahun yang lalu sangat rusak. Banyak orang komplain tentang korupsi, kolusi, nepotisme, ketidakadilan, polisi dan hakim yang tidak jujur, politikus bejat, hukum yang dipermainkan oleh pejabat dan orang elite, rakyat kecil yang ditindas terus, dan seterusnya. Contohnya banyak sekali. Butuh ratusan tahun untuk membangun sistem yang baik. Berarti di sini juga bisa.

Lupakan negara maju. Korupsi masih banyak di Amerika dan Eropa sampai sekarang. Yunani, Italia, dan Spanyol (antara lain) terkenal penuh korupsi. Amerika masih banyak juga! Tetapi yang ditampilkan ke dunia hanya sisi baiknya, jadi orang awam di Indonesia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sana.

Jangan merasa pusing dengan “masalah” di sini. Dulu di sana juga sama, bahkan lebih rusak. (Contohnya, orang Afrika dijadikan budak!) Banyak orang Indonesia tidak suka membaca, tidak peduli pada sejarah, dan tidak mengerti bahasa Inggris, jadi tidak memahami luasnya kerusakan di sana. Dianggap surga karena melihat gambar indah di TV. Yang buruk tidak terlihat.

Jadi ada pilihan. Mencari kenikmatan dunia. Atau berdakwah di mana dakwah itu dibutuhkan. Pengalaman saya menjadi bukti. Allah tempatkan saya di sini, dan berikan kelancaran bahasa Indonesia. Saya bukan ustadz terkenal atau kyai saleh. Tetapi kalau saya ceramah, masjid penuh, banyak orang kaget, siap dengar, dan siap berubah, hanya karena bule yang bicara. Orang yang malas dengarkan ustadz siap dengarkan saya. Orang yang berzina, narkoba, tidak shalat, dsb. yang sudah melawan banyak ustadz, langsung berubah di depan saya. Sudah sering terjadi.  

Jadi untuk apa saya tinggalkan usaha dakwah yang jelas di sini dan pergi ke negara maju, demi “kenikmatan dunia”? Saya mencari rahmat Allah. Kalau kadang tidak enak di sini, saya fokus pada yang “baik” lewat kacamata agama. Yang tidak enak menjadi tidak penting. Jangan bercita-cita pindah ke negara maju penuh orang kafir. Dan jangan tertipu. Kebanyakan Muslim yang pindah ke sana pergi untuk diri sendiri, bukan Islam. Mereka tidak “berjuang” di sana, melainkan menikmati dunia. Kalau mereka bicara dengan puluhan ribu orang kafir, syukur kalau beberapa masuk Islam. Tetapi ribuan orang yang kenal 1 bule muallaf itu akan cuek karena 99,99% dari masyarakat di sana tidak mau dengar. Lahan dakwah bukan di sana, tetapi DI SINI.

Mau berdakwah? Jadikan Indonesia negara yang paling maju dan kuat di dunia, dengan korupsi dan kriminalitas rendah. Seluruh dunia akan kaget dan bertanya kenapa bisa. Dijawab, “Karena kita Muslim!” Dunia akan geger. Itu dakwah yang terbaik. Membuat mereka kaget dengan kemajuan kita. Mereka akan bertanya tentang Islam karena melihat efeknya.

Kita bisa melakukan “program dakwah” yang luar biasa di sini. Caranya? Memperbaiki diri, bersatu, tolong menolong, dan bangun negara yang kuat, maju, dan sejahtera! Merekalah yang akan datang ke sini dan bertanya. Dan mungkin karena itu, Allah tempatkan saya di sini, agar banyak Muslim mau buka matanya. Semoga anda siap menjadi pejuang dakwah di sini. Caranya: Mencari satu orang yang perlu bantuan, dan menolongnya. Lalu mencari orang lain...

Kalau anda masih belum yakin pada tulisan saya, dan masih tergiur oleh kenikmatan di negara kafir, coba baca hadits ini dan merenung. Sebenarnya anda tertipu oleh dunia, dan kurang dekat dengan Allah.

Al-Mustaurid bin Syaddad ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim No. 7126)

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

01 August, 2024

Makna Kehidupan: Kehidupan Ini Adalah Ujian

Assalamu’alaikum wr.wb. Banyak orang menjadi pusing sendiri mencari "Makna Kehidupan", padahal sangat sederhana dan mudah dipahami. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan kita, lalu menempatkan kita di bumi dan memberi kita aturan yang harus diikuti. Jika kita mengikuti aturan-aturan itu, kita akan dianugerahi kehidupan abadi di surga. Jika kita tidak taat pada aturan-aturan itu, kita akan dihukum selama-lamanya di neraka. Jadi, keberadaan kita di bumi ini adalah sebuah "Ujian". Setiap manusia yang pernah hidup akan lulus atau gagal dalam Ujian itu, dan kemudian kita akan menjalani kehidupan abadi untuk merasakan konsekuensi dari tindakan kita selama kehidupan yang sekarang.

126. Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji, sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?
- (Al-Qur'an, At-Taubah 9:126)

Tuhan Yang Maha Esa memberi kita otak yang logis sehingga kita mampu berpikir tentang Dia dan berusaha memahami apa yang Dia inginkan dari kita. Tuhan dengan hati-hati memilih banyak nabi sebagai juru bicara-Nya untuk memberi kita petunjuk, lalu memberi mereka kitab suci sehingga kita memiliki aturan untuk diikuti. Kemudian, Tuhan mengizinkan mereka melakukan mukjizat untuk membuktikan bahwa mereka telah diutus oleh Tuhan Yang Maha Esa. Namun, sebagian orang mengabaikan semua nabi tersebut, abaikan kitab suci dan mukjizatnya, lalu orang-orang tersebut menggunakan otak logis yang Tuhan berikan kepada mereka untuk terus-menerus bertanya-tanya tentang makna kehidupan. Hal ini menjadi lebih rumit ketika mereka menghabiskan terlalu banyak waktu dalam membaca pemikiran dari berbagai ahli filosofi daripada berusaha memahami ajaran yang jelas dari semua Nabi Tuhan, yang telah mengatakan kepada kita bahwa kehidupan ini adalah sebuah Ujian.

1. Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
- (QS. Al-Mulk 67:1-2)

Tuhan juga menciptakan Aturan yang akan berlaku di dalam Ujian-Nya. Ujian ini berlaku untuk kita semua tanpa peduli kita suka atau tidak. Kita harus melakukan upaya-upaya terbaik dalam mengikuti Aturan itu agar mendapat hasil yang baik, atau juga bisa mengabaikan Ujian ini dan tidak peduli tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari. Ketika orang-orang yang tidak percaya pada Ujian ini menemui Penciptanya pada Hari Penghakiman, mereka akan terkejut dan ingin kembali ke dunia untuk mengikuti Ujian ini lagi.

12. Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin".
- (QS. As-Sajdah 32:12)

112. Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
113. Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
114. Allah berfirman, "Kamu tidak tinggal (di bumi), melainkan sebentar saja kalau kamu sesungguhnya mengetahui."
115. Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
116. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) arasy yang mulia.
- (Al-Qur'an, Al-Mu'minun 23:112-116)

Orang-orang yang tidak beriman akan berusaha memohon kesempatan kedua (untuk kembali ke dunia), tapi sudah terlambat. Waktu yang diberikan pada kita untuk mengerjakan Ujian Allah itu telah selesai, dan Tuhan Yang Maha Esa akan memeriksa hasilnya (catatan kebaikan dan dosa kita). Siapa pun yang tidak mengikuti Aturan Ujian ini akan mendapatkan nilai buruk, dan ini termasuk orang-orang yang menolak Ujian ini dengan cara mengabaikan Allah, mengabaikan aturan Allah, atau menyangkal keberadaan Ujian-Nya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar: Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian meninggal, maka ia akan diperlihatkan tempat duduknya (di akhirat) pada pagi dan sore hari. Jika ia termasuk penghuni Surga (ia diperlihatkan tempat duduknya) dari penghuni Surga, dan jika dia termasuk penghuni Neraka (dia ditunjukkan tempat duduknya) dari penghuni Neraka, dan akan dikatakan kepadanya: 'Itulah tempat dudukmu hingga Allah membangkitkan kamu pada hari kiamat (dan mengirimmu ke tempat dudukmu yang semestinya).'"
- (Hadits Shahih Muslim)

Kehidupan ini adalah Ujian, jadi kita harus mengambil sebuah pilihan. Siapa pun yang tidak mengikuti Aturan Ujian ini akan mendapat nilai buruk, termasuk orang yang menolak mengikuti Ujian dengan cara mengabaikan Tuhan, mengabaikan Aturan Tuhan, atau mengingkari adanya Ujian-Nya. Jika kita dapat menerima bahwa Tuhan menciptakan kita dan sekarang sedang menguji kita, maka kita perlu memastikan bahwa kita memiliki Buku Peraturan yang benar dan sah untuk diikuti, yaitu Al-Qur'an. Atau, kita bisa saja menolak Tuhan Yang Maha Esa, mengabaikan para Nabi-Nya, mengabaikan peringatan mereka, dan mengambil risiko sendiri.

Tuhan telah memberi kita kebebasan mutlak untuk memilih jalan mana pun yang ingin kita ikuti. Kita harus memilih dengan bijak karena tidak akan ada kesempatan kedua. Kita hanya mempunyai satu kehidupan ini untuk mengambil pilihan yang benar, dan langsung setelah kita wafat, kita akan diperlihatkan hasil awal dari Ujian kita sebelum kita mendapatkan hasil formalnya langsung dari Tuhan pada Hari Penghakiman. Jadi, siapa pun yang berpikiran logis harus mempertimbangkan dengan cermat kemungkinan adanya Tes ini. Mereka harus peduli dengan apa yang dikatakan oleh para Nabi Allah kepada kita, dan mereka harus berusaha memahami keabsahan Nabi Terakhir Muhammad SAW dan keabsahan Al-Qur'an yang diberikan kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dan mereka harus melakukan semuanya sekarang juga sebelum kehabisan waktu!

35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
- (QS. Al-Anbiya 21:35)

"Makna kehidupan" adalah kita sedang diuji oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai hasil dari Ujian-Nya, kita akan masuk Surga atau Neraka. Keyakinan bahwa Tuhan menciptakan kita dan menempatkan kita di bumi ini untuk menguji kita telah diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Ini merupakan salah satu ajaran Islam yang baku dan tidak pernah berubah sejak zamannya Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu'alaikum wr.wb.
-Gene Netto

30 May, 2024

The Meaning of Life: Life Is a Test

Assalamu’alaikum wr.wb. The "meaning of life" is very simple. Almighty God created us, placed us on earth, and gave us rules to follow. If we follow those rules, we will be rewarded with an eternal life in Heaven. If we disobey those rules, we will be punished for all of eternity in Hell. So, our existence here is "a Test". Every human being who has ever lived will either pass or fail this Test, and then we will spend all of eternity living with the consequences of our actions.

126. Do they not see that they are tried every year once or twice but then they do not repent nor do they remember?
- (Al-Qur'an, At-Taubah 9:126)

Almighty God gave us logical brains so that we would be able to think about Him and try to understand what He wants from us. He carefully selected numerous prophets as His spokesmen to give us guidance, gave them holy books so that we would have rules to follow, and then God allowed them to perform miracles to prove that they had been sent by the One True Almighty God. However, some people ignore all of those prophets, and their holy books, and their miracles, and those people then use the logical brains that God gave them to constantly wonder about the meaning of life. This becomes more complicated when they spend too much time reading the thoughts of various philosophers instead of trying to understand the clear teachings from all of God's prophets, who already told us that this life is a Test.

1. Blessed is He in whose hand is dominion, and He is over all things competent.
2. [He] who created death and life to test you [as to] which of you is best in deed - and He is the Exalted in Might, the Forgiving.
- (Al-Qur'an, Al-Mulk 67:1-2)

God also created the Rules that will apply in His Test. The Test applies to all of us whether we like it or not. We can either try our best to follow the Rules in order to be rewarded, or we can ignore the Test and not care about what will happen later on. When the people who do not believe in the Test finally meet their Creator on Judgment Day, they will be shocked and will ask God to send them back to earth to take the Test again.

12. If you could but see when the criminals are hanging their heads before their Lord, [saying], "Our Lord, we have seen and heard, so return us [to the world]; we will work righteousness. Indeed, we are [now] certain."
- (Al-Qur'an, As-Sajdah 32:12)

112. [Allah] will say, "How long did you remain on earth in number of years?"
113. They will say, "We remained a day or part of a day; ask those who enumerate."
114. He will say, "You stayed not but a little - if only you had known.
115. Then did you think that We created you uselessly and that to Us you would not be returned?"
116. So exalted is Allah, the Sovereign, the Truth; there is no deity except Him, Lord of the Noble Throne.
- (Al-Qur'an, Al-Mu'minun 23:112-116)

When the disbelievers try to plead for a second chance, it will already be too late. The time allocated for us to take the Test will have finished, and Almighty God will be checking the results (our record of good deeds and sins). But even before we get to Judgment Day, we will already know the result of our Test. After our bodies have died, our souls will remain alive, and so we will be conscious in our graves. Then every day, God's angels will give us a preview of the fate that is waiting for us.

Narrated by Ibn Umar: Allah's Messenger [Muhammad PBUH] said, "When any one of you dies, he is shown his seat (in the Hereafter) morning and evening. If he is among the inhabitants of Paradise (he is shown the seat) from among the inhabitants of Paradise, and if he is one from among the inhabitants of Hell (he is shown the seat) from among the inhabitants of Hell, and it will be said to him: 'That is your seat until Allah raises you on the Day of Resurrection (and sends you to your proper seat).'"
- (Hadith Sahih Muslim)

Life is a Test, and so we must make a choice. Anyone who did not follow the Rules of the Test will get a bad score, and this includes those people who refused to participate in the Test by ignoring God, ignoring God's Rules, or denying the existence of His Test. If we can accept that God created us and is now testing us, then we need to make sure we have the correct and legitimate Rule Book to follow, which is the Holy Qur'an. Or, we can reject Almighty God, ignore His prophets, ignore their warnings, and take our chances.

God has given us absolute freedom to choose whichever path we want to follow. We should choose wisely because there will be no second chances. We only have this one life to make the right choice, and as soon as we die, we will be shown the initial result of our Test before we get the formal results directly from God on Judgment Day. So, anyone with a logical mind should want to carefully consider the possible existence of this Test. They should care about what all of God's prophets told us, and they should try to understand the validity of the Final Prophet Muhammad PBUH and the validity of the Holy Qur'an that was given to him by Almighty God. And they should do that right now before they run out of time!

35. Every soul will taste death. And We test you with evil and with good as trial; and to Us you will be returned.
- (Al-Qur'an, Al-Anbiya' 21:35)

The "meaning of life" is that we are being tested by Almighty God, and as a result of His Test, we will either go to Heaven or Hell. This belief that God created us and placed us here on earth to test us was taught directly by the Prophet Muhammad PBUH. This is one of the standard teachings of Islam and has not changed from the time of the Prophet Muhammad PBUH until now.

I hope this is useful for reflection and understanding.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

21 May, 2024

Kenapa Gene Netto Bisa Betah Di Jakarta Yang Sesak, Mahal Dan Kotor?

[Komentar]: Pak Gene kok betah amat siiiihhh, apalagi tinggal di Jakarta, yang penuh sesak, mahal, udara kotor, lingkungan kumuh??

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Kenapa harus merasa tidak betah? Mau lihat jalan yang bersih, tetapi di setiap jalan besar ada toko yang jual alkohol dan tempat perjudian? Atau jalannya bersih, tetapi ada narkoba yang legal? Atau jalannya bersih, tetapi ada wanita dan pria yang berprofesi sebagai pelacur, dan didukung oleh rakyat karena dianggap "pekerjaan biasa"? Atau jalannya bersih, tetapi ada klinik aborsi, dan anak usia 14 tahun bisa aborsi tetapi dirahasiakan dari orang tuanya?

Atau jalannya bersih, tetapi ada lembaga yang dukung LGBT, yang mendorong semua anak yang "merasa" homoseks atau transgender untuk segera mengaku agar bisa dibanggakan? Atau jalannya bersih, tetapi anak usia 5 tahun DITANYA apakah merasa sebagai laki-laki atau perempuan? Atau jalannya bersih, tetapi anak laki-laki di SD bisa mengaku sebagai perempuan, dan guru dilarang membantah, dilarang memberi tahu orang tuanya, dan bisa dipecat kalau panggil anak dengan nama yang "salah"?

Atau jalannya bersih, tetapi jompo dan orang yang sakit bisa dapat bantuan bunuh diri? Atau jalannya bersih, tetapi dua remaja bisa berzina, melahirkan anak, dan tinggal bersama karena itu dianggap normal? Atau jalannya bersih, tetapi banyak anak merasa tidak perlu sopan kepada orang tuanya atau gurunya karena hak bicara bebas lebih penting?

Atau jalannya bersih, tetapi 50% dari orang di masyarakat adalah ateis, dan anaknya menjadi temannya anak anda? Atau jalannya bersih, tetapi banyak perempuan pakai rok mini di kota, dan bikini kecil di pantai, jadi nyaris telanjang? Atau jalannya bersih, tetapi ada kondom ukuran kecil untuk anak SD, dan kondom dibagikan secara gratis bagi remaja? Atau jalannya bersih, tetapi banyak anak dibiasakan minum alkohol dari usia SD dan di usia remaja minum alkohol setiap minggu bersama orang tuanya? Atau jalannya bersih, tetapi anak remaja nonton film porno di rumah, dan orang tuanya ketawa saja karena bapaknya juga nonton?

Mau saya berikan seribu contoh yang lain??

Dan kalau orang di sana disuruh "bertaubat", maka jawabannya dua: 1) "Bertaubat kepada siapa karena tidak ada Tuhan", dan 2) "Yesus disalibkan, jadi kami tidak punya dosa." Tetapi preman yang bejat di sini bisa berubah, BERTAUBAT, dan menjadi rajin shalat. Di sana, tidak ada kemauan untuk bertaubat. Anda mau tinggal di sana? Silahkan saja! Dan nanti, kalau anak anda murtad karena para temannya ateis, dan hamil di luar nikah karena itu normal saja, dan kecanduan alkohol, narkoba dan perjudian karena temannya juga begitu, maka jangan menangis di depan saya ya. Anak itu adalah hasil dari CINTA anda terhadap dunia ini ketika anda melihat negara kafir yang bersih, lalu sangat ingin tinggal di sana, di tengah mereka. Kenapa anda bisa merasa terpesona dengan kehidupan mereka, dan hanya sanggup melihat "kebersihan" dan abaikan semua yang lain?

Tolong baca ayat dan hadits di bawah ini, dan MERENUNG tentang TUJUAN dari kehidupan ini. Di akhirat, tidak ada manusia yang ditanyakan apakah jalan di depan rumahnya bersih atau tidak. Semoga bermanfaat.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Perbandingan Dunia Dengan Akhirat

Rasulullah SAW bersabda, "Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya." (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Kesulitan Atau Kenikmatan Di Dunia Akan Dilupakan Ketika Rasakan Surga Atau Neraka Untuk Sesaat Saja

Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah SAW bersabda, "Kelak pada hari kiamat akan didatangkan penduduk neraka yang pernah merasakan kenikmatan paling lezat selama di dunia lalu dia dicelupkan di neraka sekali celupan. Kemudian ditanyakan kepadanya, 'Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan? Apakah kamu pernah merasakan kenikmatan?' Maka dia menjawab, 'Sama sekali tidak pernah, wahai Tuhanku.' Dan juga didatangkan penduduk surga yang hidupnya paling susah selama di dunia, lalu dicelupkan sekali celupan di dalam surga. Kemudian ditanyakan kepadanya, 'Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesusahan? Apakah kamu pernah merasakan kesulitan?' Maka dia menjawab, 'Sama sekali tidak pernah, wahai Tuhanku. Aku belum pernah merasakan kesusahan dan belum pernah melihat kesulitan.'" (HR. Muslim)

Dunia Ini Tidak Nyata

[64]. Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.
(QS. Al-Ankabut 29:64)

Berapa Lamanya Kita Tinggal Di Bumi?

[112]. Dia (Allah) berfirman, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
[113]. Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung."
[114]. Dia (Allah) berfirman, "Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui."
[115]. Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu dengan main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
(QS. Al-Mu'minum 23:112-115)

Besarnya Pahala Sesuai Dengan Besarnya Ujian

Rasulullah SAW bersabda, "Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum, Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah." (HR. Tirmidzi)

Kalau Kita Bersyukur, Allah Akan Menambahkan Nikmat Kepada Kita

[7]. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14:7)

Di Dalam Surga, Kita Dapat Apapun Yang Diinginkan

[31]. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
[32]. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Fushilat 41:31–32)

[ - Akhir - ]


Bingung Dengan Muallaf Yang Tidak Serius Belajar Agama Islam

Assalamu’alaikum wr.wb. Saya baru selesai ketik jawaban untuk puluhan pertanyaan dari muallaf asing. Kadang saya bingung dengan banyak "muallaf". Mereka (kebanyakan) masuk Islam untuk menikah, tetapi sesudahnya, menunjukkan sikap malas belajar, banyak protes, dan tidak punya waktu untuk mencari informasi di Google saja. Niat belajarnya kecil, semangatnya rendah. Sudah dapat istri yang diinginkan, jadi cuek saja terhadap Allah Rasulullah SAW, Al Quran, dan Islam. Lalu berharap orang lain akan kasih jawaban yang mudah kepadanya terus, agar tidak perlu capek mencari info sendiri. Dan setelah dikasih jawaban, tetap saja berprotes terus, dan inginkan Islam yang "berbeda" yang mereka menilai "lebih mudah". Sudah dikasih nikmat dalam kesempatan menjadi Muslim, dapat keselamatan di dunia dan akhirat, dan diampuni seluruh dosanya, tetap saja malas belajar. Tidak ada rasa bersyukur kepada Allah.

Saya jadi ingat sebuah kisah dari salah satu guru saya ketika dirinya masih remaja. Dia sering pergi ke kampung di daerah, jalan kaki naik gunung, di tengah malam, tanpa senter, dan hanya ada sekotak korek api saja untuk berikan cahaya, hanya untuk mencapai pesantren kecil dan gurunya yang tinggal di situ. Lalu belajar semalaman, tidur di lantai, makan telur dan sedikit nasi, turun gunung, kembali ke kota, dan Senin pagi masuk sekolah seperti biasa. Sangat berbeda pengalamannya antara orang yang ingin menuntut ilmu jadi mereka semangat dan berusaha terus, dan orang lain yang inginkan ilmu disajikan kepadanya, dengan cara yang mereka tentukan sendiri, sambil diprotes, sampai merasa puas. Lalu mereka bertanya dan protes lagi tentang topik yang berbeda. Selama beberapa tahun. Tetapi di depan umum, mengaku "Muslim".

Saya juga bingung dengan para bapak yang izinkan anak perempuannya menikah dengan pria seperti itu. Dan lebih bingung lagi dengan para perempuan yang siap terima suami seperti itu, dan YAKIN bahwa suami akan berubah setelah menikah, dan menjadi serius belajar tentang Islam. Rata-rata, para suami itu tidak pernah menjadi serius, dan setelah 3-5 tahun, sang istri menyesal dan mulai memikirkan perceraian. Lalu masih bertahan untuk 10 tahun lagi, dan tetap berharap suaminya akan berubah... Lalu ketemu saya, dan minta saya jelaskan Islam kepada suaminya (setelah sudah menikah 10-15 tahun) dan saya diminta "memperbaiki" pria itu dan membujuk dia menjadi serius terhadap Islam, karena istri baru sadar merupakan masalah besar di dunia dan akhirat. Banyak anak menolak shalat karena bapaknya sendiri tidak shalat. Ibunya yang menjadi pusing.

Dunia ini penuh dengan Muslim yang baik dan beriman, tetapi ada golongan perempuan yang mencari dan menerima muallaf, dan tidak peduli kalau agamanya sangat lemah pada saat menikah. Daripada menunggu agar pria itu dikasih waktu belajar dan memperbaiki diri sebelum menikah, selalu "sangat yakin" orang itu akan berubah setelah menikah jadi tidak perlu menunggu. Dan hampir tidak pernah terjadi. Makanya saya dapat kasus terus, karena jumlah perempuan seperti itu cukup besar. Sayangnya. Dan jumlah bapak yang siap izinkan anaknya menikah dengan pria yang agamanya lemah juga banyak. Sayangnya.

Kalau ada teman atau saudara yang hendak melakukan itu, suruh mereka konsultasi kepada saya SEBELUM menikah. Kalau sudah menikah 15 tahun, dan anaknya murtad, belum tentu saya bisa bantu. Lebih mudah mencegah kebakaran daripada minta rumah "diperbaiki" setelah terbakar habis.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto  



16 May, 2024

Sebagai Orang Barat, Kenapa Gene Netto Tidak Kecewa Dengan Umat Islam Di Indonesia?

[Pertanyaan]: Saya sering menemui orang2 yang agamanya buruk, sehingga saya ragu-ragu bahwa Muslim pasti mengikuti perintah Allah. Tapi setelah membaca tulisan Gene, saya jadi tergelitik. Apa yang membuat Gene bertahan di sini? Kenapa muallaf lain kecewa, sementara Gene bertahan & tidak terpengaruh?

[Jawaban]: Sebelum pindah ke Indonesia, saya sudah lulus dari Fakultas Pendidikan di Australia, jadi sebagai guru, saya ingin menolong dan mendidik orang lain. Ketika guru dapat anak yang tidak pandai dalam bahasa asing, matematika, atau sains, guru tidak mengeluh dan bertanya kenapa harus tangani orang yang "tidak tahu", lalu minta hidup enak dengan murid yang sudah cerdas. Guru semangat menolong, berarti harus mengajar orang yang tidak tahu sehingga bisa paham.

Ketika dokter ketemu pasien yang sakit, dokter tidak mengeluh dan bertanya kenapa harus tangani orang yang sakit! Lalu minta hidup enak dengan pasien yang sehat. Dokter semangat menolong, berarti harus hadapi penyakit sehingga pasien bisa sehat.

Pengacara tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak mengerti hukum. Akuntan tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak mengerti akuntansi. Peternak tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak bisa besarkan kambing sendiri. Sopir bis tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak bisa pergi ke tempat lain sendiri. Petugas Damkar tidak mengeluh karena ketemu orang yang tidak bisa padamkan api sendiri. Dan seterusnya.

Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang membantu seorang Muslim menghilangkan kesulitan yang ada pada dirinya, maka Allah akan hilangkan baginya kesulitan di hari kiamat. Barangsiapa yang mempermudah orang yang dalam kesulitan maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat. […]." (HR. Muslim)

39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
(QS. An-Najm 53:39-40)

Bisa dipahami? Sebagai seorang guru, dan sebagai orang yang suka menolong, dan sebagai Muslim yang yakin dapat pahala, saya ingin berusaha memperbaiki umat Islam. Dan saya bersyukur Allah berikan saya kesempatan di saat banyak orang lain tidak mau. Menjadi tugas sepanjang usia untuk berjuang memperbaiki umat Islam, sehingga kita bisa menjadi pemimpin dunia. Dimulai dari membangun kesadaran ada masalah. Banyak orang kurang sadar, atau tidak peduli, dan menunggu "orang lain" bertindak. (Mau terima hasilnya, tapi malas berjuang.)

11. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
(QS. Ar-Ra'd 13:11)

Umat Islam hanya bisa berubah kalau kita bersatu dan berjuang bersama. Dimulai dengan menolong saudara dan teman dan tetangga. Dan yang belum paham, harus kita didik. Dan yang akhlaknya rusak, bisa kita buang, atau bisa kita rangkul dan membantu mereka menjadi baik. Pilihannya di tangan kita, bukan di tangan mereka. Banyak orang perlu bantuan, tapi malu atau bingung tanya ke mana. Jadi kita harus proaktif menawarkan bantuan. Dan kalau kita bersatu dan berjuang terus, banyak negara di dunia akan dikalahkan oleh kekuatan Indonesia. Di saat ini kita lemah. Tetapi sekaligus tepuk punggung sendiri dan merasa bangga karena kita "banyak". Kita harus menjadi banyak DAN berkualitas juga. Semoga sudah jelas.

Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

14 May, 2024

Kalau Allah Maha Kuasa, Kenapa Tidak Hilangkan Semua Kejahatan?

[Pertanyaan]: Saya penasaran dengan cara Bapak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sang muallaf dalam cerita kemarin. “Katanya Allah Maha Kuasa! Kalau iya, kenapa Allah tidak hilangkan semua kejahatan? Kenapa Allah tidak halangi saya dari bunuh diri? Kenapa Allah izinkan Setan mengganggu kita?”

[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Di dunia ini, Allah tidak punya peran memaksa manusia ambil tindakan. Kita diciptakan oleh Allah dan diberikan kebebasan MEMILIH, dan nanti akan ada balasan disebabkan pilihan itu. Kalau Allah menghendaki, kita tidak pernah berada di bumi, tetapi lahir di Surga, beriman, dan tidak pernah ada ujian di dunia. Tetapi Allah menghendaki bahwa kita diuji. Jadi apa boleh buat? Dan dunia ini tidak “nyata”, jadi untuk apa merasa pusing?

Dari Al-Mustaurid bin Syaddad ra. yang berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?" (HR. Muslim No.7126)

Kalau Allah diharapkan “hilangkan semua kejahatan” maka itu setara dengan berharap guru sekolah hilangkan semua pertanyaan sulit dan semua aturan dalam ujian sekolah. Jadi pertanyaan boleh dijawab ABCD, semuanya benar, dan kertas dicoret saja juga benar, dan kertas disobek dan dibuang juga benar. Lalu guru itu dicap, “Maha Baik Hati” karena semua murid lulus ujian itu tanpa kesulitan. Mau diobati oleh dokter yang “lulus” dari ujian seperti itu? Apakah ujian tanpa kesulitan merupakan “ujian”? Di dunia ini, kalau kita mengaku beriman, maka Allah jamin bahwa kita akan diuji!

155. Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
157. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al Baqarah 2:155-157)

Jadi bumi ini adalah tempat ujian, dan setiap orang dapat ujian yang berbeda. Ada yang diuji dengan kekayaan atau kemiskinan, kesehatan atau penyakit, kemudahan atau kesulitan, dsb. Banyak orang asing menolak belajar agama karena merasa “sudah hidup di surga” jadi buat apa harus percaya dan berdoa pada Tuhan? Tuhan tidak dibutuhkan (kata mereka)!

Kejahatan ada di sini agar setiap orang bisa memilih untuk melakukan kejahatan atau tidak. Dan korban bisa memilih untuk menjadi marah pada Allah atau tidak. Dan yang tidak alami kejahatan diuji juga, apa mereka bersyukur atau kufur nikmat? Jadi “kejahatan” menjadi bagian dari ujian di dunia bagi semua orang, termasuk orang yang tidak mengalaminya.

Dalam hukum Islam, bunuh diri dilarang karena kebanyakan pelaku merasa putus asa. Artinya putus asa adalah: “Tidak mungkin Allah bisa mengubah keadaan saya menjadi lebih baik!!” Jadi orang yang putus asa dan bunuh diri melakukan 3 hal: 1) Rampas Hak Allah untuk tentukan kematian setiap manusia, 2) Menghina Allah karena anggap Allah tidak sanggup memberikan kebaikan lagi, 3) Dan abaikan larangan dari Allah. Bisa saja Allah mencegah orang yang mau bunuh diri. Tetapi Allah berikan kita kebebasan memilih. Ada orang yang diuji dengan kondisi “putus asa” lalu Allah menyaksikan pilihannya. Apa bunuh diri, atau berserah diri dan mohon pertolongan dari Allah?

Kalau Allah menghendaki, tidak ada Setan. Jadi kenapa harus ada Setan? Mundur dulu. Kenapa ada buah terlarang di Surga bagi Nabi Adam AS? Fungsinya adalah sebagai ujian dari Allah. Nabi Adam dikasih kebebasan. Setan juga dikasih kebebasan. Dan manusia yang mau ikuti Setan juga dikasih kebebasan.

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS. Al-Ankabut 29:2-3)

Kehidupan di bumi ini hanyalah ujian, dan bumi ini tidak nyata. Ada hadits panjang dalam Sahih Muslim yang jelaskan, nanti di surga, manusia yang sangat menderita di bumi akan ditanya, apakah pernah merasakan penderitaan? Dan mereka akan jawab, “Tidak”, karena kenikmatan di Surga begitu luar biasa sehingga kesulitan di dunia dilupakan. Pembunuhan, penyakit, pemerkosaan, badan yang cacat, kemiskinan, kelaparan, perang, dan lain-lain akan dilupakan semua setelah rasakan kenikmatan Surga sesaat saja. Dalam Surah Al-Mu'minum (23:112-114), manusia menduga waktu di dunia hanya sehari atau setengah hari saja, karena begitu terlupakan. Jadi semua yang terasa “buruk” sekarang adalah bagian dari Ujian Allah. Dan masa depan yang baik ada di Tangan Allah dan diberikan oleh Allah kepada orang yang lulus Ujian-Nya.

Semoga bermanfaat.
Wa billahi taufiq wal hidayah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

13 May, 2024

Apa Alasan Logis Shalat Jumat 2 Rakaat Dan Bukan 4?

[Pertanyaan]: Gene Netto Terima kasih. Bismillah. Saya penasaran dengan cara Bapak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sang muallaf dalam cerita kemarin. “Kenapa Shalat Jumat 2 rakaat dan bukan 4? Alasan logisnya?”

[Jawaban]: Assalamu’alaikum wr.wb. Kita lakukan 2 rakaat dan bukan 4 karena kita diwajibkan mengikuti contoh ibadah dari Rasulullah SAW, jadi apa saja yang dilakukan oleh Nabi menjadi wajib bagi kita. Tanpa perlu dikasih “penjelasan logis”. Wajib taat saja. Logis, betul? Nabi berikan contoh, kita ikuti contohnya. Tetapi kita juga punya kebebasan jadi kalau mau mencari alasan logis yang lain, maka boleh. Tetapi itu sebatas pemikiran kita, dan tidak ada jaminan bahwa itu merupakan alasan “yang benar”. Hanya Allah tahu apa yang “benar” dalam hal ini.

Shalat Jumat berbeda dengan shalat yang lain. Menjadi lebih lama karena ada khutbah. Jadi kalau tetap 4 rakaat, akan menjadi lebih panjang lagi. Jadi mungkin sebagai keringanan (agar waktu yang habis tidak terlalu lama), cukup 2 rakaat saja dan ada tambahan 2 khutbah (yang seharusnya) singkat dan memberikan ilmu kepada jemaah. Dibuat berbeda agar jelas bukan “shalat Dzuhur”. Juga bisa dilihat kemiripan antara shalat “khusus” lain seperti Idul Fitri dan Idul Adha, yang juga 2 rakaat saja.

Jadi mungkin itu termasuk alasan logis kenapa dibuat berbeda. Agar lebih mudah, agar jelas bukan Dzuhur, cukup 2 rakaat karena ada juga 2 khutbah, dan agar mirip dengan Idul Fitri dan Idul Adha yaitu 2 shalat khusus lain yang juga 2 rakaat. Dan juga terlihat berbeda dari hukumnya. Misalnya, shalat Dzuhur boleh saja ditunda kalau ada alasan. Jadi kalau adzan jam 12, tetapi seseorang mau shalat Dzuhur sendirian pada jam 2, maka boleh. Tetapi tidak ada yang bisa tinggalkan shalat Jumat pada jam 12, lalu “shalat Jumat sendiri di kamar” pada jam 2 siang. Jadi Jumat dan Dzuhur jelas “tidak sama” dan aturan shalatnya menjadi “tidak sama” juga, jadi tidak perlu dipaksa “harus sama” dengan jumlah rakaat yang sama.

Semoga cukup jelas.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...