Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (562) islam (543) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (10) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (37) renungan (169) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (6) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)
Showing posts with label pemerintah. Show all posts
Showing posts with label pemerintah. Show all posts

06 September, 2022

Satu Anak Dicabuli Bapak Tiri, Kenapa Menteri Harus Datang Ke TKP?

Saya bingung dengan berita ini. Setiap hari ada anak yang menjadi korban pencabulan di seluruh Indonesia dan beritanya mudah dicari lewat Google. Anak-anak itu dicabuli oleh bapak tiri dan kandung, paman tiri dan kandung, kakek tiri dan kandung, sepupu, kakak ipar, guru sekolah, guru olahraga, guru ngaji, ustadz, sopir angkot, tetangga, penjaga warung, dll. Di seluruh negara, mungkin ada puluhan ribu kasus per tahun. Atau lebih. (Tidak ada yang cukup peduli sampai kumpulkan data yang akurat!)

Ada begitu banyak kasus sampai saya abaikan beritanya (tidak dibahas di Facebook saya) kalau korbannya hanya 1 anak saja. Jadi kenapa Mensos perlu datang ke sebuah kota, ke polsek, dan ke tempat korban, hanya untuk diskusi langsung dengan satu anak itu? Kenapa begitu peduli pada satu korban dan tidak pernah datang ke rumahnya puluhan ribu korban yang lain?

Seharusnya seorang menteri yang peduli pada anak bertindak di dalam pemerintah untuk membangun sistem pendidikan di mana diwajibkan "pelatihan anti-pencabulan" di sekolah, pesantren, dan panti asuhan agar anak sadar ada bahaya. Setiap tempat seperti sekolah dll. bisa diwajibkan berikan pelatihan setiap tahun, dan pasang beberapa poster besar di tempat umum yang berikan nomor telfon, situs, alamat, dan nama orang yang bisa dihubungi bagi anak yang menjadi korban.

Seorang menteri juga bisa marah pada 3 juta guru yang tidak mau bertindak secara aktif untuk mencari korban di kelas masing-masing. Guru bisa diwajibkan selamatkan korban, daripada bersikap "bukan urusan saya".  Setiap kali ada kasus baru, semua guru dan orang dewasa yang kenal korban selalu menyatakan, "Saya tidak menduga!" Padahal "ciri-ciri seorang korban" sudah ketahuan dan bisa dicari (seperti halnya dokter mencari penyakit dari gejalanya).

Apa manfaatnya seorang menteri datangi 1 kantor polisi? Yang dibutuhkan adalah usaha bangun sistem nasional untuk melindungi 80 juta anak Indonesia. Konperensi pers di lokasi satu korban tidak terlihat manfaatnya bagi puluhan ribu korban yang lain. Jadi siapa yang mau bertindak untuk melindungi dan menolong mereka?
-Gene Netto

Anak SD di Sidoarjo Jadi Korban Asusila Ayah Tiri dan Ibu Kandung, Mensos Risma Geram
https://jatim.jpnn.com

13 October, 2021

Anak Indonesia Menjadi Yatim Piatu Karena Covid-19, Kenapa Pemerintah Mau Peduli?

Pertanyaan serius: Kenapa harus ada yang peduli pada anak yatim yang orang tuanya menjadi korban Covid? Selama puluhan, tidak ada kepedulian terhadap ratusan ribu, atau jutaan (?) anak yatim di Indonesia. Saya tidak bisa sebutkan jumlah tepatnya karena tidak punya data. Dulu saya pernah hubungi beberapa kementerian, beberapa politikus, anggota DPR, dan mantan pejabat yang saya kenal. SEMUANYA mengaku tidak ada yang punya data tentang jumlah anak yatim di seluruh Indonesia. Artinya, selama ini, anak yatim tidak pernah merupakan prioritas pemerintah. Dibiarkan cari nafkah hidup sendiri, tanpa kepedulian dari para pemimpin negara.

Syukur kalau mereka dapat bantuan saudara. Syukur kalau masuk pesantren atau panti asuhan. Syukur kalau ada lembaga seperti Muhammadiyah, NU, universitas, atau masjid besar yang salurkan bantuan secara rutin. Dan kalau tidak? Buat apa mereka dipikirkan? Kalau mereka hidup dalam kemiskinan, kesulitan, putus sekolah, menjadi kuli atau tukang, diperalat orang dewasa, dipaksa kerja tanpa gaji yang benar, diancam, disiksa, dianiaya, diperkosa, disodomi, atau dibunuh, buat apa pemerintah perlu peduli?
Mereka hanya anak yatim, bukan anaknya orang elite!!

Sekarang, secara tiba-tiba, sudah muncul suatu "kepedulian" di berbagai daerah. Tapi hanya dari pejabat lokal atau pemda, dan belum terlihat kepedulian nasional. Walaupun Wakil Presiden seorang mantan Ketua MUI, walaupun ada 200 juta Muslim di negara ini, walaupun banyak Muslim kaya menjadi pejabat, tetap tidak terlihat kepedulian yang benar terhadap nasibnya anak yatim. Apalagi anak dhuafa. Jadi kalau para pemimpin Indonesia bisa hidup selama puluhan tahun, dan memperkaya diri, dan mengejar kekuasaan bagi mereka dan saudaranya, tanpa pernah peduli pada jutaan (?) anak yatim di seluruh negara, kenapa mau peduli sekarang, hanya karena ada Pandemi Corona?

Sejak dulu ada ratusan ribu, atau jutaan (?) anak yatim di Indonesia, yang hidup tanpa bantuan jelas dari pemerintah. Sudah merdeka 70 tahun, tapi masih belum dipedulikan. Tapi setelah beberapa anak jadi yatim disebabkan Pandemi Corona, simsalabim, pemerintah berubah dan siap kasih bantuan. Dan bagi anak yang menjadi yatim tahun 2019 sebelum pandemi? Ternyata, mereka tidak usah dibahas…!
-Gene Netto

Anak-Anak Yatim Piatu Korban Covid-19, Siapa Peduli?
https://news.detik.com

Pemerintah Siapkan Bantuan Sosial Untuk Yatim Piatu Akibat COVID-19
https://www.voaindonesia.com

Kemensos Siapkan Bansos Yatim Piatu Covid Rp300 Ribu Sebulan
https://www.cnnindonesia.com

4 Ribu Anak DKI Yatim Piatu Akibat COVID-19, Pemprov Siapkan Bantuan
https://news.detik.com

13 March, 2021

Guru PNS Dan Honorer Tidak Sama?

Ada yang mengatakan bahwa guru PNS dan honorer tidak bisa disamakan. Guru PNS sudah lulus dari tes, dikasih gaji penuh, dan bayar premi setiap bulan. Jadi wajar ada asuransi jiwa, dan tidak perlu diprotes. Jangan samakan antara guru PNS dan honorer.

Saya mau bertanya, dari sisi keadilan saja, apa kita juga bersikap begitu terhadap prajurit TNI honorer, polisi honorer, jaksa honorer, penjaga penjara honorer, dll.? Mereka juga dikasih gaji 600 ribu per bulan, sering dipotong, dibayar telat 6 bulan, tapi di tempat kerja dikasih beban kerja yang sama dengan rekan kerja yang "PNS"?

Ohh, maaf, tidak ada TNI honorer, yang disuruh melindungi negara dgn gaji 600 per bulan, keluarga hidup dalam kemiskinan, dan setelah selesai tugas, harus kerja 5 jam lagi sebagai tukang ojek agar istri dan anak bisa makan. Begitu juga polisi honorer tidak ada. Jaksa honorer dengan gaji 600 ribu mau penjarakan koruptor yang tawarkan 10 miliar kalau bisa bebas? Penjaga penjara honorer?

Di mana hati nurani 2 juta guru PNS yang melihat ketidakadilan yang menimpa 1 juta guru honorer, lalu bersikap, "Kerja saja secara ikhlas, nanti Allah yang kasih rezeki!" Tapi buat diri sendiri, diharapkan gaji penuh, dibayar tepat waktu, tanpa potongan, asuransi penuh, dan awas kalau hak saya dirampas! Seharusnya 1 juta guru honorer bisa berharap dapat kepedulian, persaudaraan, dan persatuan dari 2 juta guru PNS. Ditambah lagi kepedulian dari 60 juta siswa dan 100 juta orang tua. Ternyata tidak. Dibiarkan menderita sendiri puluhan tahun, tapi dengan beban kerja yang sama.

Jutaan orang siap perang melawan Belanda dulu agar Indonesia bisa merdeka. Kenapa hasilnya begini? Kemerdekaan dibeli dengan darah dan nyawa. Kenapa tidak menghasilkan persatuan dan kepedulian terhadap sesama? Apa tidak malu?
-Gene Netto

06 March, 2021

Tugasnya Siapa Melindungi Anak Indonesia?

[Komentar]: Bukan tugas rakyat yang harus peduli. Pemerintah yang harus sadar. Tidak usah diimbau dimohon dan macam2 pada rakyat, kasihan tidak bisa apa2. Penjahatnya sudah keterlaluan sadis dan ganas.

[Gene]: Pemerintah di negara demokrasi adalah cermin dari rakyat. Ketika rakyat diam dan tidak peduli dan tidak protes, pemerintah juga bisa cuek, karena tidak ada ruginya.
Tidak pernah ada berita ttg seorang ibu rumah tangga yg bertemu presiden, lalu bertanya ttg apa yang akan presiden lakukan utk melindungi 80 juta anak Indonesia dari pemerkosaan dan sodomi. Hanya ada berita ribuan ibu rumah tangga ketemu presiden, lalu sangat gembira seperti anak kecil yang ketemu artis, minta selfie, dan pulang ke rumah untuk ceritakan kepada semua teman sudah dapat selfie sama pejabat.

Masa depan 80 juta anak Indonesia? Cuek saja! Yang penting sudah selfie. Tidak usah minta kepedulian, pelayanan, perhatian, atau tanggung jawab dari pejabat tinggi. Cukup selfie saja!!  Kalau rakyat tidak berubah, pemerintah tidak akan berubah.

Bagaimana kalau 1 juta ibu dan bapak begitu peduli pada masalah kekerasan terhadap semua anak Indonesia, sehingga setiap hari mereka selalu bertanya, di semua tempat, dan protes kepada semua wartawan, dan demo, dan menulis surat, dan masuk tivi dan radio, dan bahas perkara ini di semua ranah publik sehingga menjadi topik nomor satu di seluruh negara, setiap hari, sepanjang tahun...?

Masa semua pejabat bisa abaikan tuntutan yang begitu besar dan luas? Tidak akan bisa. Tapi sekarang mereka bisa cuek, karena 100 juta orang tua hanya mau memikirkan anaknya sendiri, dan cuek saja kalau anak tetangga diperkosa, disodomi, dianiaya, atau dibunuh. Hampir semua orang menunggu anak sendiri mengalami masalah dulu, baru mulai peduli (sedikit) karena terpaksa. Jadi bukan pemerintah yang salah karena tidak peduli, tapi rakyat yang salah karena tidak pernah ada usaha membuat pemerintah peduli.
-Gene Netto

09 February, 2021

Jokowi Minta Masyarakat Lebih Aktif Sampaikan Kritik dan Masukan

Orang asing boleh ikut mengritik pemerintah? Tentu saja dengan niat yang baik utk membangun kesadaran ttg hal2 yang perlu diperhatikan dan diperbaiki. Soalnya, yang saya alami selama ini, ketika orang asing membahas pemerintah Indonesia, banyak orang menjadi sensi. Memang ada sejarah penjajahan, dan ada sebagian orang barat yang ingin menguasai bisnis dan politik dunia. Tapi juga ada banyak orang asing yang berniat baik dan merasa yakin Indonesia bisa bangkit dan menjadi pemimpin dunia. Di sini, 200 juta Muslim yg buktikan bahwa Islam dan sistem demokrasi bisa jalan dengan baik. Menjadi contoh bahwa orang Muslim juga peduli pada konsep baik seperti demokrasi, supremasi hukum, keadilan, kebenaran, dsb.

Jadi saya setuju dengan presiden bahwa rakyat harus aktif dan terlibat dalam sistem demokrasi, dan perlu aktif mengritik. Sudah saya lakukan selama 25 tahun di sini, dengan selalu ajak umat Islam introspeksi, berpikir, melakukan analisis, buka hati untuk terima kritikan dari mana saja (termasuk dari non-Muslim, dan orang asing), dan selalu mencari jalan yang lebih baik. Dan insya Allah ada banyak orang asing yang juga bisa terlibat dalam proses itu, kalau siap didengarkan. Rakyat Indonesia hanya perlu buka hati dan buang rasa sensi dan gensi. Jangan selalu curiga bahwa semua orang asing ingin merusak Indonesia. Coba terima masukan dan kritikan dari seluruh dunia, dan kaji apa yang dikatakan, bukan siapa yang bicara. Dan insya Allah umat Islam akan dapat manfaat yang luas, dan bisa bangkit, bersatu, dan menjadikan Indonesia pemimpin dunia dalam waktu yang dekat. Kalau kita terbuka untuk terima masukan dan belajar terus!
-Gene Netto

Jokowi Minta Masyarakat Lebih Aktif Sampaikan Kritik dan Masukan
Kompas.com - 08/02/2021
https://nasional.kompas.com

Banyak pihak yang mengatakan Jokowi lebih baik mencabut lebih dulu UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Selain itu, ada pula yang mengatakan untuk lebih baik hapus lebih dahulu Pasal 310 KUHP tentang pencemaran nama baik.
https://depok.pikiran-rakyat.com

23 June, 2020

Kita Tidak Tahu Buron FBI Sudah Masuk Indonesia!

Saya sangat bingung dengan berita ini. Ini masalah yang sangat serius, dengan makna yang sangat luas. Seorang penjahat masuk Indonesia. Kali ini, dia seorang pedofil (antara lain). Bagaimana kalau dia seorang teroris, atau bandar narkoba, atau "pemberontak bayaran" yang ditugaskan merusak NKRI dan membuat Indonesia pecah? (Sebagai contoh saja.)

Si penjahat masuk Indonesia dengan visa turis (yang berlaku selama 30 hari) pada 5 November  2019. Sesudah itu, FBI dan Interpol keluarkan Red Notice pada 9 Desember 2019. TUJUH BULAN KEMUDIAN, dia ditangkap polisi. Apa karena dicari setelah tidak keluar dari Indonesia setelah 30 hari? Tidak. Dia bisa tinggal dgn tenang di Kebayoran Baru sampai rakyat melaporkan dia karena melihat anak kecil keluar masuk rumahnya. Rakyat yang curiga. Rakyat yang laporkan. Red Notice yang dikeluarkan 7 bulan yang lalu tidak ada artinya. Kenapa bisa begitu?

Mungkin kemarin seorang teroris juga masuk Indonesia, dan belum ada Red Notice Interpol karena kebetulan belum dicari. Masuk dengan visa turis, dan setelah 7 bulan, atau 1 tahun, atau 3 tahun, bisa tinggal di tengah Jakarta tanpa masalah. Imigrasi dan Polisi sama-sama angkat tangan dan merasa tidak bisa melakukan apa apa.

Mohon maaf, apa begitu rusaknya sistem intelijen Indonesia? Sistem Imigrasi tidak keluarkan peringatan otomatis untuk setiap 1 orang asing yang overstay visa? Peringatan Red Notice dari Interpol dll. tidak secara otomatis dibagikan dengan Imigrasi untuk melacak orang itu? Di banyak kantor, kalau mesin fotokopi kehabisan kertas, teknisi IT dapat peringatan otomatis di komputernya! Tapi Imigrasi dan Polisi Indonesia, dengan anggaran ratusan milyar rupiah, tidak sanggup beli atau menciptakan sistem IT yang terintegrasi? Kenapa Polisi dan Imigrasi Indonesia bisa kalah dengan mesin fotokopi yang begitu canggih?

Pertanyaan serius: Ada berapa banyak penjahat lain yang sudah masuk Indonesia dan "tidak ketahuan" oleh Imigrasi dan polisi pada saat ini? Apa yang perlu terjadi sehingga masalah ini menjadi prioritas paling tinggi? Siapa yang akan melindungi rakyat Indonesia dari orang jahat, kalau Imigrasi dan polisi tidak sanggup melakukan apa-apa dan menunggu laporan dari rakyat? Semoga disadari betapa besarnya masalah ini. Semoga rakyat Indonesia selalu di dalam perlindungan Allah dan semoga Polisi dan Imigrasi segera perbaiki sistem IT-nya agar tidak dipermalukan oleh kualitas kerjanya mesin fotokopi.
-Gene Netto

Menkum HAM Jelaskan soal Russ Medlin Buron FBI Bisa Masuk ke RI
Nur Azizah Rizki Astuti – detikNews, Senin, 22 Jun 2020 Jakarta - Menteri Hukum dan HAM (Menkum HAM) Yasonna Laoly menjelaskan alasan buron FBI Russ Medlin bisa masuk ke Indonesia. "Ini soal buronan FBI yang lolos ke Indonesia. Memang waktu dia masuk karena belum ada red notice, kita tidak bisa me... sistem kita tidak ada, Pak," kata Yasonna dalam rapat dengan Komisi III DPR, Senin (22/6/2020).
https://news.detik.com

Ia menjelaskan, awal penangkapan terhadap pelaku berdasarkan adanya informasi dari warga sekitar yang sering melihat tamu anak perempuan keluar-masuk rumah tersebut yang diperkirakan masih di bawah umur atau belum dewasa.
https://www.merdeka.com

05 January, 2020

Temuan LSM di Lampung: 12 Siswi SMP Hamil Bersamaan, Kondom Laris Manis di Apotek Dekat Kampus

Di satu SMP saja. Ada 12 siswi yang hamil di saat yang sama. Bagaimana kalau dikumpulkan data dari ratusan ribu sekolah setiap bulan? Berapa totalnya anak yang menjadi hamil di luar nikah setiap bulan, tapi kita tidak tahu? Ketika pemerintah sibuk mengurus proyek2 besar yang bisa memperkaya teman2 mereka di kalangan elite, sudah terjadi perubahan yang serius di lingkungan anak. Tapi tidak mau diperhatikan. Kasihan anak Indonesia. Mereka butuh pemimpin yang peduli pada masa depan anak Indonesia, bukan pemimpin yang peduli pada masa depan proyek bagi orang elite.

Siapa yang mau bertanggung jawab pada masa depan anak di negara ini? Jangan serahkan kepada pemimpin. Mereka sibuk kumpulkan harta dan kekuasaan dan mengejar pencitraan (untuk dapat lebih banyak harta dan kekuasaan). Jangan serahkan kepada guru sekolah. Banyak guru hanya mau fokus pada tugas mengajarkan ilmu dari buku teks, kumpulkan nilai, dan mengurus beban administrasi yang besar.

Jangan serahkan ke guru agama. Mereka sibuk mengajarkan fiqihnya ini dan itu, dan sibuk membahas "kemenangan di surga" terus, tanpa mau fokus pada kehidupan nyata umatnya. Dan jangan serahkan kepada orang tua. Mayoritas dari orang tua tidak pernah belajar caranya menjadi orang tua. Dilaksanakan saja, tanpa persiapan, pelatihan ataupun izin. Jadi siapa yang mau mengurus 80 juta anak Indonesia?

Kata Setan: "Saya mau urus mereka! Serahkan kepada saya saja!!!"

Kata para pemimpin, guru sekolah, guru agama, dan orang tua, "Alhamdulillah ada pihak lain yang mau bertanggung jawab. Yang penting, bukan urusan saya!!!"
-Gene Netto

Temuan LSM di Lampung: 12 Siswi SMP Hamil Bersamaan, Kondom Laris Manis di Apotek Dekat Kampus
Selasa, 31 Desember 2019 TRIBUNKALTIM.CO - Fakta mengejutkan datang dari hasil survei Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) saat melakukan penelitian di sejumlah sekolah menengah Lampung. Temuan mereka, gadis belia hamil massal. Sebanyak 12 siswi SMP hamil bersamaan dan berada di dalam sekolah yang sama.
https://kaltim.tribunnews.com

31 December, 2019

Ahmad Dhani Bebas dari Penjara

Mengucapkan satu kata seperti "idiot" dan pelaku bisa masuk penjara 1 tahun, bersama pembunuh, perampok dan pemerkosa. Pemerintah melindungi rakyat dari perasaan sakit hati, seperti halnya orang tua melindungi balita dari perasaan sakit hati. Orang tua tahu anak mereka ber-IQ rendah, tidak bisa berlapang dada, dan tidak bisa kontrol emosinya karena belum dewasa. Lalu pemerintah mengharapkan apa dari rakyat kalau sikapnya sama seperti orang tua terhadap balita? Kapan boleh menjadi dewasa?

Sayang sekali kalau tidak boleh ada hak bicara bebas di negara ini. UUnya sudah ada, tetapi dipangkas oleh DPR dan pemerintah! Membahas agama lain masuk penjara, membahas agama sendiri masuk penjara, menyampaikan pendapat pribadi secara jujur masuk penjara. Rakyat diharapkan selalu takut bicara jadi lebih baik rakyat berbohong terus. Itu lebih aman daripada ungkapkan pendapat dan perasaan secara jujur.

Pasal pencemaran nama baik dan pasal2 lain selalu menanti kalau ada yang berani bahas apa yang dipikirkan secara jujur. Terbukti satu kata sudah cukup untuk menjadi penyebab masuk penjara! Di negara2 maju, orang yang paling berbahaya yang masuk penjara. Di Indonesia, orang yang membuat satu orang lain merasa sakit hati juga bisa masuk penjara! Aneh betul. Tapi rakyat takut protes. Di negara barat, ada hak bicara bebas, dan hal itu menghasilkan perdebatan pro dan kontra. Di Indonesia, diam dan taat lebih diutamakan daripada berpikir sendiri dan banyak bertanya.

Korea Utara, Rusia dan Cina akan kirim pujian bagi pemerintah Indonesia! Mereka sudah duluan membuat rakyatnya takut bicara! Tapi apa ada yang bisa menjelaskan kenapa Indonesia mau meniru mereka? Yang sangat takut pada hak bicara bebas selalu membahas "kerukunan". Tapi yang mereka puji adalah kerukunan palsu, di mana orang senyum di depan muka kita (karena terpaksa, karena takut jujur) dan menghujat kita di belakang punggung. Itu bukan kerukunan.

Terlihat di negara maju. Orang naik panggung, saling menghujat dan menghinakan dan mengatakan ide2 pihak lawannya jelek dan buruk. Lalu setelah acara selesai, mereka ngopi bersama dan diskusi sebagai kawan. Kenapa? Karena ada kerukunan yang benar. Mereka saling tidak setuju, tapi bisa menghargai hak orang lain. Di Indonesia tidak. Kita harus pura2 rukun, padahal membenci orang lain, tapi kebencian itu tidak boleh diungkapkan. Kasihan anak Indonesia yang tidak mau dikasih kebebasan dari pemerintahnya sendiri. Apa ini hasil perjuangan kemerdekaan? Rakyat yang takut bicara? Apa bedanya dengan zaman penjajahan?  
-Gene Netto

Ahmad Dhani Bebas dari Penjara
https://www.kompas.com

10 December, 2019

Saat Menteri Adu Akting di depan Presiden

Saya sudah berusaha berkali-kali untuk melihat sisi "baik" dari acara ini. Belum berhasil. Seorang menteri pendidikan yang baru dilantik punya waktu kosong untuk menjadi pelawak dan menghibur presiden. Jokowi diundang ke acara anti-korupsi dengan KPK tapi tidak mau hadir. Malah pergi ke sebuah sekolah dan nonton menteri menjadi pelawak.

Wartawan selalu tanya ttg program kerja 100 hari dari menteri baru. Mungkin ini pertama kali dalam 70 tahun merdeka seorang menteri punya program "menjadi pelawak untuk menghibur presiden". Begitu tidak sibuk? Begitu sedikit tugasnya? Manfaatnya apa dari menjadi pelawak satu hari? Setahu saya tidak ada hubungan antara acara komedi dari menteri dan pencegahan korupsi di masa depan.

Ada atap sekolah yang ambruk, anak dan guru luka-luka, dan ada yang wafat. Ada sekolah dengan 3 guru PNS dan 25 guru honorer. Ada guru honorer yang digaji 300 ribu per bulan, dan menunggu 6 bulan untuk dapat gaji itu. Guru di pelosok bisa habis gajinya untuk beli sembako, karena begitu mahal tinggal di sana. Setiap kali ganti menteri, ganti kurikulum juga, dan membuat 3 juta guru pusing. Setiap ganti kurikulum, buku teks ganti juga, dan membuat 100 juta orang tua pusing. Dari 60 juta siswa, ada jutaan yang tidak sampai kelas 3 SMA karena biaya sekolah begitu mahal. Dana pendidikan korupsi. Dana BOS dikorupsi. Ujian Nasional sudah dilarang oleh MA karena melanggar konstitusi, tapi masih perlu "dikaji dulu" oleh menteri pendidikan yang mengaku tidak mengerti pendidikan.

Tapi menteri pendidikan dan dua menteri lain punya waktu kosong untuk menjadi pelawak dan menghibur presiden selama 1 hari. Maaf, saya tidak bisa melihat sisi baiknya. Kasihan anak Indonesia yang dapat pemimpin negara seperti ini. Kerja, kerja, kerja. Daripada minta menteri menjadi pelawak, lebih baik presiden dan para menteri fokus pada masa depan 80 juta anak Indonesia.
-Gene Netto

Saat Menteri Adu Akting di depan Presiden: Pentas Prestasi Tanpa Korupsi
https://www.youtube.com/watch?v=GsaSOrP0leo

09 December, 2019

Warga NTT Sangkal Menista Yesus: Saya Pertanyakan Agama Saya, Kok Dipenjara?

Dengan adanya UU 156 penistaan agama (tanpa definisi yg jelas) dan UU ITE, kita hanya perlu tunggu saja pemeluk agama yang sama saling melaporkan. UU ini sangat buruk, dan merusak masyarakat. Pemerintah anggap UU itu menjaga kerukunan. Tapi yang didapatkan hanya kerukunan palsu. Orang yang diam karena takut masuk penjara tidak sama dengan orang yang menerima pendapat yang berbeda.

Kondisi ini membuat rakyat Indonesia setara dengan anak balita. Banyak orang tua melihat anaknya lari, tabrak kursi, jatuh, dan menangis. Orang tua datang ke balita, dan suruh jangan menangis. Kursi yang jahat! Anak tidak bersalah! Kursinya ditampar dan disalahkan. Ini sebuah pola pendidikan yang umum, tapi salah. Anak tidak dididik untuk bersikap dewasa, berlapang dada, dan menjaga diri sendiri. Kesalahan dilimpahkan pada pihak yang lain. Anak yang sakit hati harus dilindungi dari "kejahatan" pihak lain yang menjadi penyebab sakit hati.

Pemerintah Indonesia sepertinya senang dengan sistem pemikiran seperti itu sejak masa Orde Baru. Rakyat dianggap setara dengan anak balita, yang perlu diarahkan dan dilindungi oleh pemerintah. Rakyat tidak bisa mengurus diri sendiri, atau menjadi dewasa. Ketika terjadi masalah, rakyat diharapkan menunggu pemerintah datang, mengusap kepala rakyat, dan "memukul" pihak yang bikin rakyat sakit hati. Rakyat tidak perlu dewasa dan menerima kenyataan ada orang yang punya pendapat yang buruk di dunia ini. Pemerintah akan melindungi rakyat, agar rakyat selalu "senang" dan tidak perlu diganggu dengan pemikiran yang berat.

Indonesia akan maju lebih cepat, dan lebih siap menjadi pemimpin dunia, kalau ada kebebasan bicara di sini. Yang sangat takut memberikan hak bicara bebas pada rakyat hanyalah para diktator di seluruh dunia.
-Gene Netto

Warga NTT Sangkal Menista Yesus: Saya Pertanyakan Agama Saya, Kok Dipenjara?
2019/11/10 Andi Saputra – detikNews. Alor - Lamboan Djahamao dinyatakan Mahkamah Agung (MA) telah menista agama dan dijatuhi hukuman 6 bulan penjara. Lamboan yang juga penganut Protestan itu merasa janggal dengan putusan itu karena ia mempertanyakan keyakinan yang dianutnya yaitu kelahiran Yesus pada 25 Desember.
https://news.detik.com

21 November, 2019

Biarawati di Perancis Dilarang pakai Kerudung Suster di Rumah Jompo

Seorang biarawati di Perancis sudah masuk usia pensiun. Setelah mengabdi di Gereja 50 tahun, dia kembali ke kota asalnya, dan lamar untuk masuk rumah jompo milik negara (seperti haknya semua warga biasa di sana). Mereka mau terima, tetapi dengan syarat: kerudung suster yang dipakai sebagai simbol pengabdian dalam agamanya wajib dicopot. Juga dilarang memakai kalung salib kalau "terlalu besar".

Ini efek dari hukum di Perancis yang melarang semua simbol agama dalam semua instansi milik negara (sekolah, universitas, gedung pemerintah dan pemda, dll.). Dianggap hukum "sekuler" ini membuat semua orang menjadi "sama" dan "bebas" karena tidak "terganggu" oleh agamanya orang lain. Di sana diperdebatkan oleh rakyat, tapi sampai saat ini, pihak yang melarang menang di atas pihak yang ingin memberikan kebebasan untuk memakai pakaian apa saja, termasuk pakaian agama.

Di banyak negara barat, kebebasan merupakan hasil perjuangan ratusan tahun, karena dulu rakyat ditindas dengan banyak larangan oleh raja, penguasa, atau pemerintah yang tidak peduli pada rakyat. Dari perjuangan melawan penindasan itu, muncul kebebasan mutlak (dengan beberapa larangan khusus saja). Perancis malah memaksa rakyat taat pada kemauan pemerintah utk sembunyikan agama, dan mereka anggap itu "paling bebas". Ini salah satu efek negatif ketika agama dibuang jauh2 dari pemerintahan.
-Gene Netto

French nun misses out on retirement home place over veil ban

19 November, 2019

Atta Halilintar Dilaporkan ke Polisi atas Dugaan Penistaan Agama


Ini kondisi Indonesia sekarang. Satu kalimat, satu tindakan, bisa menjadi penyebab  pelaku kena pasal penistaan agama dan masuk penjara. Cukup satu orang yang merasa dalam hatinya, "Saya tersinggung atas nama agama saya" dan pelaku bisa ditangkap. Tidak ada kebebasan bicara. Tidak ada kebebasan beragama. Yang ada hanyalah kebebasan untuk "tidak pernah berbeda pendapat dengan semua orang yang lain". Hanya ada satu bentuk kebenaran, yang dimiliki orang yang merasa sebagai korban. Pendapat orang lain tidak penting.

Satu orang yang merasa "tersinggung", atas nama sebuah agama dengan 1,8 milyar pengikut, berhak penjarakan orang lain untuk mengatasi rasa sakit hati pribadinya. Definisi "penghinaan" milik 3 hakim. Niat dan tujuan pelaku tidak penting. Permintaan maaf dari pelaku tidak penting. Yang penting hanya "korban" yang merasa agamanya telah disakiti oleh 1 kalimat atau 1 tindakan. Toleransi berasal dari kemampuan untuk tidak setuju dengan orang lain dan tetap sopan dan bersahabat. Sedangkan di sini, toleransi diartikan semua orang takut membahas agama karena terancam masuk penjara.

Semoga pemerintah punya rencana bangun banyak penjara baru. Soalnya, dengan pasal penistaan agama, pembahasan agama apapun oleh siapapun (termasuk membahas agama sendiri) menjadi penuh risiko. Kasihan anak Indonesia yang harus hidup di negara seperti ini.
-Gene Netto


Kalau Presiden Buruk, Di Amerika Boleh Ditampilkan, Di Indonesia Bisa Masuk Penjara

Dalam video ini, HANYA ada perkataan Presiden Trump sendiri. Tapi dikemas kembali untuk menunjukkan beberapa sifat buruknya. Dia selalu cap diri "paling baik" dalam berbagai hal. Dia mengaku punya banyak "teman". Dia menghitung sampai "nomor paling besar". Dia selalu berlebihan, selalu menyatakan "milyaran" tentang hal apapun.

Trump terbukti berbohong lebih dari 10 ribu kali sejak menjadi presiden. Video ini menjadi bagian dari sifat buruk Trump, yang ingin ditampilkan. Di Amerika boleh. Ada hak bicara bebas. Tetapi di Indonesia, presiden wajib "dihormati" dan definisi hormat terserah pemerintah. Jadi kalau ada video seperti ini yang dibuat tentang Jokowi, walaupun bermanfaat untuk rakyat, maka pelaku dan orang yang sebarkan bisa terancam dengan penjara. Terserah pemerintah menggangap suatu video sebagai penghinaan atau tidak.

Indonesia akan menjadi lebih baik kalau ada hak bicara bebas. Kalau kita tidak suka pendapat orang lain dalam suatu hal, cukup kita berhenti mendengarkan mereka. Penjara bukan solusi, karena hanya membuat rakyat takut bicara, tanpa manfaat yang jelas bagi negara. Negara yang paling anti terhadap hak bicara bebas hanyalah negara diktator. Kenapa Indonesia tidak berani memberikan kebebasan terhadap rakyat? Indonesia adalah negara demokrasi milik rakyat, bukan milik orang yang menjadi pejabat sementara.
-Gene Netto

Trump Talk: All Our Best Mashups In One Video

Nabi Muhammad Dibandingkan, Sukmawati Dipolisikan

Ini efek buruk dari pasal 156 dan UU ITE. Orang yang "bicara" bisa masuk penjara, selama 2 tahun, ditaruh di sel yang sama dengan pembunuh, pemerkosa, dan perampok. Kalau membahas agama lain, cukup mengucapkan 1 kalimat, dan cukup 1 orang merasa tersinggung, kita bisa masuk penjara. Ditangkap polisi, ditahan menunggu persidangan, lalu 3 hakim akan memutuskan sendiri apa 1 kalimat itu telah "menistakan agama" tersebut. Membahas agama lain berbahaya. Membahas agama sendiri berbahaya. Siapapun, di mana pun, dari ucapan apapun, dengan niat apapun, bisa masuk penjara.

Tidak ada pengecualian untuk orang yang melakukan "diskusi agama". Atau untuk orang yang melakukan perbandingan agama secara akademis. Cukup 1 kalimat. Cukup 1 orang yang mengangkat diri menjadi korban. Tidak penting niat pelaku apa. Tidak penting 2 milyar manusia lain TIDAK merasa tersinggung. Satu orang yang angkat diri menjadi "korban sakit hati" menjadi cukup untuk penjarakan orang lain.

Pasal2 ini merusak kemajuan Indonesia, dan membuat rakyat takut bicara. Kita tidak bisa tahu isi hati orang yang sebenarnya, karena kebanyakan orang akan takut buka mulut dan bicara dgn jujur ttg apa yang mereka pikirkan. Negara ini menjadi penuh dengan pembohong dan orang munafik, yang terpaksa rahasiakan isi hati mereka agar tidak masuk penjara. Sejarah di negara lain membuktikan bahwa kondisi seperti itu akan timbulkan kerusakan dan perpecahan di jangka panjang. Indonesia akan maju lebih cepat kalau rakyat boleh bicara secara bebas dan kita bisa tahu secara pasti siapa teman dan siapa yang musuh. Tapi dalam kondisi sekarang, semua orang terpaksa pasang topeng, dan kita tidak tahu apa-apa...
-Gene Netto

Nabi Muhammad Dibandingkan, Sukmawati Dipolisikan

06 November, 2019

Gedung Sekolah Dasar di Pasuruan Ambruk, 1 Guru dan 1 Murid Tewas

Seorang guru wafat di kelas? Pemerintah akan bertindak secepatnya, dan segera melakukan penyelidikan… untuk cek apa celananya guru itu cingkrang atau tidak! Setelah diselediki, ternyata, hanya seorang guru biasa dan anak yang tewas bukan anaknya orang elit. Jadi apa lagi yang sekiranya perlu dipedulikan oleh pemerintah?

Atap sekolah ambruk sudah BIASA! Ini Indonesia. Siapa yang mengharapkan sekolah dibangun tanpa korupsi pembangunan? Yang penting, celana para gurunya tidak cingkrang, dan para anak yang menjadi korban tidak punya hubungan dengan keluarga orang elit. Anak Indonesia bisa mati, atau diperkosa, atau disodomi, setiap hari, di seluruh negara, tapi fokus pemerintah ada pada busana pria.

Dari ratusan kali ada berita tentang atap ambruk, setahu saya, jumlah orang dari dinas pendidikan dan kontraktor yang ditangkap polisi dan masuk penjara adalah NOL. Mungkin karena korbannya bukan keluarga orang elit. Coba bayangkan hebohnya negara ini, kalau kemarin cucu presiden mati di sekolah setelah atap ambruk. Mungkin seratus orang akan ditangkap langsung dan ada berita non-stop selama satu minggu ttg korupsi pembangunan!

Di Jepang, sekalipun ada gempa 7 skala richter, sekolah 4 lantai tetap berdiri kokoh. Sebaliknya, di Indonesia, tanpa gempa, tanpa badai, tanpa angin, gedung sekolah 1 lantai bisa ambruk sendiri! Luar biasa! Mungkin suatu hari akan bisa masuk buku Rekor Guinness, mendapatkan "rekor dunia paling banyak atap sekolah ambuk dalam satu tahun". Kasihan anak Indonesia dapat pemimpin seperti ini.
-Gene Netto

Gedung Sekolah Dasar di Pasuruan Ambruk, 1 Guru dan 1 Murid Tewas
Reporter: Antara. Editor: Yudono Yanuar. Rabu, 6 November 2019 TEMPO.CO, Jakarta - Atap gedung Sekolah Dasar Negeri Gentong, Kota Pasuruan, Jawa Timur, ambruk, menyebabkan seorang guru dan seorang murid tewas. Insiden, yang terjadi Selasa pagi, 5 November 2019 ini, juga menyebabkan 11 murid lainnya cedera.

Video:
Gedung Sekolah di Pasuruan ini Roboh

Atap SDN Gentong di Pasuruan Ambruk


31 October, 2019

Nadiem Akan Melakukan Disrupsi Pada Sistem Pendidikan Kita?

Ada artikel baru yang membahas teori "disrupsi" (perubahan sistemik dan massal secara mendadak). Katanya, Pak Nadiem dilantik menjadi menteri pendidikan karena Jokowi yakin Nadiem bisa melakukan disrupsi pada sistem pendidikan kita. Jawaban saya: Emang begitu gampang ya?!

Pendapat dalam artikel itu hanya lihat masa depan pendidikan dari satu sisi saja. Semua guru tahu kebanyakan siswa justru SULIT belajar sendiri. Tergantung konteks, bahan, tingkat kesulitan bahan, tujuan unit pendidikan itu, dan sebagainya. Kemampuan banyak manusia untuk belajar sendiri terbatas. Dibutuhkan guru yang lebih ahli untuk menolong dan mengarahkan. MOOC (sistem bahan matakuliah gratis online) sudah lama ada. Dampak terhadap sistem pendidikan formal mimimal. Begitu juga Khan Academy. Menolong dan bermanfaat, tapi bukan penggantinya sebuah sistem pendidikan.

Dan perlu dipahami bahwa membaca dan memahami teks BUKAN pencapaian satu-satunya yang didapatkan dari sebuah pelajaran. Ada jauh lebih banyak aspek (perkembangan kognitif, sosial, budaya, bahasa, agama, dll.) yang didapatkan di dalam kelas ketika belajar sama guru. Dan tugas guru adalah untuk menyadari ketika siswa belum paham, atau bahkan salah paham, dan mengarahkan.

Saya bisa membaca teks ttg sistem keadilan negara dan merasa paham sendiri. Lalu bagaimana kalau tiba2 pemerintah mulai menahan ratusan ustadz untuk "dididik kembali agar tidak menjadi radikal"? Sekelompok orang yang belum bersalah apa boleh ditahan pemerintah? Kalau dibuat aturannya, apa saya harus taat pada pemerintah? Kapan saya harus taat? Kapan saya harus protes? Dasar protes saya dari mana? Dan sebagainya. Tugas guru bukan hanya untuk mendidik "tata cara" memahami dan melakukan suatu hal, tapi juga menyampaikan dan mengarahkan pengertian siswa. Ada tugas sosial-budaya-nasionalis yang tidak bisa diserahkan pada buku teks saja.

Mengatakan Nadiem bisa melakukan disrupsi terhadap sistem pendidikan nasional adalah sebuah ASUMSI tanpa dasar. Soalnya sistem itu penuh korupsi, fasilitas yang minim, guru yang gajinya rendah dan dibayar telat, siswa yang motivasi belajarnya rendah dan daya membaca dan berpikir juga rendah, dll. Mohon maaf, tapi membuat satu aplikasi yang meniru Uber dan tambahkan motor tidak memberikan kemampuan dan kualifikasi kepada Pak Nadiem untuk mengubah sistem pendidikan nasional.

Dan kalaupun dia berusaha melakukan perubahan, dari idenya sendiri, maka itu merupakan eksperimen terhadap puluhan juta anak Indonesia karena bisa berhasil dan juga bisa gagal total, jadi 5 tahun terbuang dalam eksperimen itu, dan siswa yang sudah lulus SMA tidak bisa diminta mulai sekolah lagi dgn sistem yang lain. Semua ahli pendidikan sudah tahu: perubahan terhadap sistem pendidikan negara TANPA didukung oleh riset merupakan eksperimen terhadap anak. Apakah orang tua Indonesia siap anak mereka menjadi kelinci percobaan?
-Gene Netto

29 October, 2019

Bagaimana Bisa Tahu Keburukan Sekolah Swasta Bilingual?

[Komentar]: Kita harus dapat info yg akurat dari sekolah swasta, baru dapat infonya dari Mr Gene, thx ..Barakallah...

[Gene]: Kalau anda bertanya ke sekolah2 swasta itu (bisnis for profit) anda akan dikasih tahu semua kebaikan dan prestasinya. Mereka dijamin tidak akan jujur ttg keburukan dan kegagalannya.

Contoh: Di sebuah sekolah swasta bilingual di Jakarta, ada siswi yang dicabuli bbrp siswa di dalam kelas. Dia trauma mendalam dan tidak bisa kembali ke sekolah. Semua anak laki2 itu dikeluarkan. Para guru diancam kalau buka mulut ttg kejadian itu, mereka akan dipecat dan dituntut dgn pasal pencemaran nama baik. Bapak dari anak perempuan itu ditawarkan puluhan juta rupiah, tapi dgn syarat dia tanda tangani pernyataan hukum utk tidak bicara dan tidak menuntut (Non-Disclosure Agreement), dengan ancaman hukuman yang serius kalau melanggar perjanjian.

Bapak itu suruh mereka simpan saja uangnya, menolak berikan tanda tangan, dan tinggalkan sekolah itu. Saya tanya kenapa tidak lapor ke polisi? Dia bilang anaknya terlalu trauma (hampir diperkosa di dalam kelas). Jadi bapaknya sangat takut pada kondisi mental anaknya, kalau harus berikan kesaksian.

Untuk kasus seperti ini, ada dua golongan orang: Kelompok pertama adalah orang yang tahu secara pasti ttg kejadian itu (dan mereka diancam oleh pengacara mahal agar takut buka mulut). Kelompok kedua adalah semua orang lain, yang tidak tahu apa-apa. Di sekolah swasta yang mahal, kasus seperti itu akan ditutupi kalau bisa. Hanya bisa bocor kalau ada laporan ke polisi dan media. Tapi kalau ancaman pengacara dan bayaran puluhan juta berhasil, calon orang tua baru tidak akan tahu. 

Anda mengira hal buruk seperti itu hanya bisa terjadi di satu sekolah saja? Dari mana anda mau dapatkan info yang akurat kalau sekolah swasta selalu tertutup, demi profit dan kelangsungan bisnis mereka? Anak anda tidak penting. Bisnis mereka yang penting! Jadi selama ada pasal pencemaran nama baik dan UU ITE, anda hanya akan dikasih info yang menggembirakan tentang sekolah swasta yang mahal seperti itu! Ucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia, yang utamakan bisnisnya orang elit di atas keselamatan anak Indonesia. Pemerintah dan orang elit selalu takut bisnis mereka akan terganggu kalau rakyat Indonesia dapat hak bicara bebas.
-Gene Netto

Menteri Bukan Posisi Profesi Tapi Posisi Politik?

[Komentar]; Pak, Menteri itu bukan posisi profesi tapi posisi politik.

[Gene]: Jadi Menteri Kesehatan dgn latar belakang sebagai pemilik toko swalayan boleh? Dan Menteri Pertahanan dgn latar belakang sebagai pengusaha busana wanita boleh? Dan Menteri Hukum dan HAM dengan latar belajar sebagai guru TK boleh? Dan Menteri Keuangan dengan latar belakang sebagai DJ boleh? Dan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dengan latar belajar sebagai pemangkas rambut boleh? Dan...

Tidak perlu ILMU atau keahlian? Tidak perlu latar belakang yang terkait? Boleh menjadi menteri walaupun mengaku tidak mengerti apa-apa dan mulai dari nol? Kasihan anak Indonesia dan masa depan bangsa ini kalau semua pernyataan itu dianggap benar!
-Gene Netto

Apa Agama Dan Urusan Pribadi Menteri Boleh Dibahas?

[Komentar]: Inilah mengapa Indonesia sulit maju, mengapa selalu mempertanyakan agama untuk org yg menjadi pemimpin? Kenapa gak mempermasalahkan agama pemilik FB, WA, dan sosmed yg umumnya pemilik non muslim?

[Gene]: Karena pemilik FB, WA dan sosmed lain BUKAN pejabat negara Indonesia yang digaji oleh rakyat Indonesia. Ketika seseorang menjadi pejabat di sini, dan segala sesuatu dari air di kamar mandi rumah menterinya, sampai ke karpet di kantornya, dan bensin utk mobilnya, dan tagihan HP-nya, dan perjalanan ke manca negara, dan makanan lezat di hotel bintang lima DIBAYAR oleh rakyat lewat UANG RAKYAT, maka seluruh unsur kehidupan orang itu yang memimpin dan menjadi contoh nyata bagi anak Indonesia menjadi URUSAN RAKYAT juga!

Contoh: Seorang pengusaha menjadi menteri (atau gubenur, atau bupati, dll.). Dia mengaku Muslim, tapi sudah murtad dan pura2 Muslim di depan umum, utk tujuan "politik". Orang lain tidak tahu, jadi mempersilahkan dia menjadi imam shalat. Dia mau, karena dapat pencitraan. Tapi, shalatnya tidak sah dan shalatnya orang lain menjadi rusak. Dia tidak boleh rahasiakan status non-Muslim itu karena ada pengaruh terhadap Muslim lain! Lalu, dia juga membuat berbagai keputusan. Dinilai merugikan umat Islam, tapi pendukungnya bilang, "Tenang, dia Muslim juga, berbaik sangka!" Tapi ternyata, dia seorang musuh dalam selimut.

Itu baru urusan agama saja. Kalau yang lain, juga patut diselediki. Kalau dia sering curang dalam bisnis, tidak bayar hutung, ingkari janji, berbohong, korupsi, mencuri hak orang lain, merugikan rakyat miskin, menyogok hakim, menghinakan kaum dan suku lain, melakukan pelecehan terhadap staf perempuan, selingkuh, suruh pacarnya aborsi, akrab dengan kriminal berbahaya, melakukan KDRT, dan lain-lain, apakah anda kira itu "urusan pribadi" dan rakyat tidak berhak TAHU ttg kualitasnya orang itu?

Kalau berpikir dengan akal sehat, kita yang bayar pajak (gaji dia) berhak utk tahu. Apalagi kalau keburukan itu bukan "aib masa lalu", tetapi keburukan aktif yang masih berlanjut! Dia terima gaji dari kita. Jadi kalau dia orang jahat, atau buruk, atau punya rencana buruk, atau sering melanggar hukum negara, atau mau merusak negara, atau hanya mau menguntungkan diri sendiri, maka kita berhak tahu dan membahasnya. Dan kalau para pejabat tidak setuju diperhatikan begitu dalam oleh rakyat dalam sebuah negara demokrasi, ada solusinya: Jangan menjadi pejabat.
-Gene Netto

Nadiem Punya Konsep Sendiri: Bahasa Inggris Wajib?

[Komentar]: Kalau dilihat dari video ini sepertinya Nadiem punya konsep sendiri tentang pendidikan yang lebih cocok dengan arah dunia ke depan.

[Gene]: Lihat poin pertama, Bahasa Inggris wajib dari SD. Mungkin banyak orang senang. Tapi mohon maaf, saya seorang "guru bahasa asing" yang resmi dan terdaftar dengan pemerintah di Australia. Saya masih belajar dan membaca riset sampai sekarang (sudah 25 tahun). Kalau mau mewajibkan bahasa Inggris dari SD, ada BANYAK hal yang perlu diperhitungkan. Sekarang, saya bertanya, coba anda menjawab:

1.    Apa ada kemampuan guru Indonesia untuk mendidik 50 juta siswa dalam bahasa Inggris, sampai lancar? Ingat guru anda dulu, berikan nilai dari 1-10. Berapa persen guru sanggup mengajar bahasa Inggris?
2.    Dalam pelatihan "guru bahasa Inggris" di DKI, saya diminta bicara dalam bahasa Indonesia, karena guru2 itu mengaku tidak mengerti bahasa Inggris. Berapa persen dari guru bahasa Inggris tidak mengerti bahasa Inggris?
3.    Kalau guru bahasa Inggris belum berkualitas, perlu dilatih. Siapa yang akan melatih ratusan ribu guru itu? Dengan program apa?
4.    Siapa yang akan bayar untuk penyewaan tempat, listrik, konsumsi, sertifikat, dll. dalam pelatihan itu? Pemerintah? Guru? Sekolah? Harganya berapa?
5.    Perlu pelatihan berapa tahun sampai ratusan ribu guru dijamin lancar dan sanggup mengajar? Berapa kali pelatihan? 10? 50? 100? Di jam sekolah? Di waktu libur? Guru diliburkan utk ikut pelatihan? Penggantinya siapa?
6.    Jumlah pelatih ada berapa? Satu pelatih bisa melatih berapa orang? Para pelatih itu harus keliling Indonesia untuk puluhan tahun? Atau 5 tahun saja, sampai ganti menteri?
7.    Apa yang akan terjadi terhadap bahasa daerah? Di rumah pakai bahasa (A) dengan ibu, dan di sekolah wajib pakai bahasa Indonesia (B) dan bahasa Inggris (C). Apa pengaruh sosialnya kalau orang tua dan kakek nenek tidak mengerti bahasa Inggris, dan kurang lancar dalam bahasa Indonesia? Riset tentang pengaruh bahasa asing terhadap hubungan sosial antar generasi mengatakan apa? Apa pengaruhnya terhadap identitas negara dan budaya? Bagaimana kalau anak anggap orang tua sendiri "kampungan" karena tidak lancar dalam bahasa Inggris? Dampak sosialnya apa? Bagaimana kalau 80% bahasa daerah punah?
8.    Riset mengatakan apa tentang cara mendapatkan bahasa asing? Sebaiknya dimulai dari usia apa? Sejak dini, sebelum anak bisa membaca dan menulis? Atau menunggu lancar dalam bahasa Indonesia dan bisa membaca dan menulis? Apa pengaruhnya dari dua sistem yang bertentangan itu di jangka panjang?

Mau saya teruskan dengan 100 pertanyaan lagi? Ini BUKAN perkara sederhana. Riset terhadap anak "bilingual" sangat banyak. (Dan itu hanya bahas dua bahasa saja.) Hasilnya bervariasi dan masih diperdebatkan di kalangan ahli bahasa dan ahli sosial sampai sekarang. "Dasar" dari seorang manusia adalah bahasa karena semuanya berasal dari bahasa. (Coba jelaskan "Tuhan" kepada anak yang tuli. Mau katakan apa?)

Jadi, kalau anda senang melihat presentasi "bahasa Inggris wajib dari SD" dari seorang ahli bisnis, mohon maaf, saya hanya bisa gelengkan kepala. Mungkin anda setuju. Tapi tolong dipahami bahwa anda setuju karena belum pernah pelajari riset tentang tata cara belajar bahasa asing. Jadi tidak mengerti dampak luasnya terhadap budaya, hubungan sosial, dan perkembangan kognitif (cara berpikir). Mungkin banyak orang akan terlibat dalam pembuatan program baru itu. Tapi apa mereka akan membahas pertanyaan2 di atas? Atau hanya bergembira karena ada dana "proyek bahasa asing"? Dan nanti menteri berikutnya akan mengubah semuanya lagi! Tolong berpikir lagi.
-Gene Netto

Presentasi MENDIKBUD (NADIEM MAKARIM) : Pengembangan SDM Indonesia dan Revolusi Mental

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...