Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

07 June, 2023

Shalatnya Bolong Selama Puluhan Tahun, Tapi Berubah Setelah Diskusi Satu Kali

Assalamu’alaikum wr.wb. Kemarin saya ketemu dua pria yang berusia 50 tahun, tetapi belum rajin shalat. Katanya, shalat subuh jarang, dan shalat Dzuhur, Ashar, atau maghrib bisa "hilang" karena sibuk dengan rapat di kantor atau ada banyak tugas. Saya berikan motivasi dan penjelasan agama dari ayat dan hadits, dan berikan saran untuk coba mulai shalat 5x per hari, walaupun telat. Ditambahkan dengan lebih banyak berdzikir dan berdoa, dan mohon pertolongan Allah agar bisa berubah.

Saya bertanya, apakah ada waktu untuk tinggalkan rapat dan buang air kecil, atau rokok di luar gedung, atau ambil kopi? Katanya, ADA! Saya bilang, berarti juga ada waktu untuk shalat, betul?! Kalau bisa pamit dari rapat untuk pergi ke WC, sebelum kembali, lakukan shalat Ashar sekaligus. Setelah kami diskusi beberapa jam, mereka bilang ingin mulai berusaha.

Dan alhamdulillah, dalam 1 hari saja, dua-duanya sudah berubah dan merasa sanggup shalat 5 waktu, walaupun kesiangan sedikit untuk shalat subuh. Yang penting adalah niatnya untuk shalat dulu. Saya jelaskan: Coba pikirkan anak buah di kantor yang wajib input data di komputer, lalu kadang dia abaikan, jadi setiap hari ada data yang tidak lengkap. Pasti marah, betul? Tapi bagaimana kalau dia berubah, dan mulai input data yang benar, walaupun kadang sedikit telat. Tapi data di komputer lengkap dan bisa dipakai secara baik. Pasti merasa lebih senang dengannya, betul? Mereka setuju.

Begitulah kondisi kita di hadapan Allah. Kalau puluhan tahun shalatnya tidak lengkap, Allah tidak mau pedulikan masa lalunya itu. Kalau ada niat memperbaiki diri, maka Allah akan terima usaha kita yang dilakukan saat ini, walaupun masih belum terasa "sempurna". Diusahakan saja dulu, dan yakin Allah akan menolong…

53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Az Zumar 39:53)

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Kebahagiaan Allah dengan taubat hamba-Nya lebih besar daripada kebahagiaan seseorang yang menemukan kembali untanya yang penuh dengan barang-barang setelah hilang di padang tandus." (Sahih Bukhari No. 321, Sahih Muslim No. 6611)

Siapa saja bisa berubah, kapan saja, asal ada kemauan untuk menjadi lebih baik dan ada teman yang bisa berikan motivasi dan dukungan yang dibutuhkan.
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

06 June, 2023

Hasil Diskusi Dengan Pemuda Yang Murtad

Assalamu’alaikum wr.wb. Kemarin saya bertemu seorang pemuda yang murtad. Dia mengaku sudah 2 tahun merasa bukan Muslim sejak menjadi mahasiswa di luar kota. Katanya, tidak ada "perasaan hati" ketika shalat dan hanya menjadi Muslim karena keturunan, jadi bukan pilihan dia. Saya jelaskan kebenaran Islam. Dia mengaku bahwa semuanya betul, benar, sah, dan masuk akal. Allah menciptakan manusia dan alam semesta, Allah yang berikan ujian di dunia ini, Allah yang membuat aturan ujian, Allah yang kirim para nabi agar kita tahu aturan untuk lulus ujian, Allah yang tentukan Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, Allah yang berikan Al Quran, Allah yang menjadi Pemilik Surga, dan Allah yang tentukan siapa yang berhak masuk surga. Benar, sah, dan masuk akal. Dia setuju terus.

Lalu dia kembali terus ke "perasaan hatinya" dan fakta bahwa orang tua memilih Islam bagi dia. Saya tanya, kenapa menerima yang "baik dan benar" dari pihak lain mau dianggap masalah? Apa mau DO dari kampus, kerja, kembalikan uang kuliah kepada orang tua, lalu kuliah lagi dari nol dengan uang sendiri? Atau mau terima "jalan pintas" yang dikasih oleh orang tua, tanpa perlu bersusah payah cari jalan sendiri? Dia mau terima jalan pintas. Saya kasih berbagai contoh lain, seperti misalnya kita terima obat dari dokter, tanpa perlu kuliah kedokteran sendiri lalu ciptakan obat sendiri dari nol. Kita naik pesawat tanpa perlu pelajari cara menciptakan pesawat dan cara menjadi pilot.

Dalam semua contoh yang dikasih, dia setuju, mau terima jalan pintas, yaitu orang lain sudah pelajari dan kasih hasil terbaik kepada kita dan tidak perlu dimulai lagi dari nol secara perorangan. Tetapi khusus dalam ranah agama, dia tidak mau, dan merasa Islam harus ditolak, lalu dilakukan proses panjang pelajari agama sendiri dari nol. Hanya untuk agama. Dalam semua perkara lain, tidak perlu belajar sendiri karena jalan pintas (terima keahlian dari orang lain) lebih mudah dan enak.

Jadi hatinya keras, dan dia menolak menggunakan logika karena lebih utamakan perasaan hati. Saya bahas 5 pengaruh terhadap manusia: Allah, para nabi, malaikat, Setan dan nafsu manusia. Kalau berada di jalan yang benar maka sudah sejalan dengan Allah, nabi, dan malaikat. Tapi kalau berjalan sendiri (menjauhi Allah), yang tersisa hanya Setan dan nafsu manusia sebagai pengaruh. Kalau logika ditinggalkan, hanya ada perasaan hati, dan perasaan bisa dipengaruhi oleh Setan juga. Jadi logika lebih penting daripada perasaan. Akal yang sehat begitu penting dalam Islam sampai orang gila, pikun, dan balita tidak wajib shalat. Dasar ibadah kepada Tuhan adalah waras dulu dan sadar kenapa butuh Tuhan. Bukan punya "perasaan" menyenangkan dalam hati ketika beribadah.

Kepada para orang tua, tolong perhatikan anak-anak anda, terutama kalau shalatnya tidak rajin. Pastikan mereka memikirkan agama dengan akal yang sehat dan tidak terpengaruh untuk mencari "perasaan hati" di luar Islam. Kebenaran berasal dari akal yang sehat, yang menyadari bahwa Allah menciptakan manusia dan Allah yang membuat aturan tentang siapa yang berhak masuk surga. Jadi kita punya pilihan, berpikir dengan akal yang Allah berikan lalu taat kepada Allah, atau cari perasaan hati dan menjauhi Allah. Kalau anak anda punya banyak pertanyaan, tolong pastikan mereka segera dibantu mendapat jawaban. Jangan tinggalkan mereka untuk merenung sendiri dalam kebingungan bertahun-tahun.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...