Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (562) islam (543) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (10) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (37) renungan (169) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (6) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

18 August, 2007

Para Janda Bertahan Hidup Di Iraq

Al Jazeerah melaporkan bahwa banyak janda di Iraq sekarang terpaksa menjadi pelacur karena tidak ada cara yang lain bagi mereka untuk menghasilkan uang.

Rana Jalil, 38 tahun, menjadi pelacur setelah suaminya wafat dan tidak ada uang untuk membeli makanan bagi keempat anaknya. Tidak ada kesempatan kerja bagi perempuan di negara Iraq sekarang.

Setelah suaminya wafat, seorang dokter menyatakan bahwa anaknya sudah kurang gizi, dan dia merasa terpaksa melakukan apa pun yang menghasilkan uang demi kepentingan anaknya. Tetapi klien seks yang pertama justru memukul dan memperkosanya karena dia menjadi ragu-ragu dan tiba-tiba menolak berzina. Tetapi setelah dia membawa pulang makanan yang dibeli dengan uang yang didapatkan dari klien seks pertamanya, dia menjadi merasa lebih tenang dan menyadari bahwa “kehormatan” seorang ibu tidak ada makna bila anaknya kelaparan.

Sebelum serangan AS ke Iraq, semua janda mendapatkan kompensasi dan pendidikan gratis dari negara. Bahkan ada yang mendapatkan rumah gratis juga. sekarang semua fasilitas itu telah lenyap. Menurut LSM bernama Women's Freedom in Iraq (OWFI), 15% dari janda di Iraq sedang menjadi pelacur atau melakukan nikah mut’ah (nikah kontrak) supaya bisa bertahan. Para pemilik usaha merasa takut untuk memberikan pekerjaan kepada janda tersebut karena takut bisnis mereka akan diserang oleh para pemberontak.

LSM ini telah mendata 4000 wanita yang telah hilang, dengan 20% berada di bawah umur 18 tahun, sejak mulainya perang pada tahun 2003. OWFI merasa yakin bahwa perempuan tersebut telah diculik dan dijual sebagai pekerja seks (secara terpaksa) di negara-negara lain di luar Iraq.

Karena negara masih dalam keadaan perang, sangat sulit untuk mendapatkan statistik yang sah, tetapi Departemen Urusan Wanita Iraq menyatakan ada 350.000 janda di Baghdad saja, dan lebih dari 8 juta di seluruh negara.

Ada juga keluarga yang merasa terpaksa menjual anak perempuannya. Abu Ahmad, seorang bapak yang badannya cacat dan isterinya telah wafat, menjual anak perempuannya bernama Lina kepada seorang warga Iraq yang kembali ke Iraq (dari luar negeri) untuk “membeli” pekerja seks. Abu Ahmad menyatakan bahwa dia tidak sanggup lagi membeli makanan buat anak-anaknya. Dia menyatakan pada Al Jazeera bahwa “Di mana saja dia (Lina) berada, paling sedikit dia mendapatkan makanan yang cukup. Saya mempunyai 3 anak perempuan dan satu anak laki-laki yang lain, dan uang yang saya dapatkan untuk Lina cukup untuk membesarkan anak saya yang tersisa itu.”

Abu Ahmad didatangi oleh seorang ibu bernama Shada yang bekerja sebagai calo. Dia mencari anak perempuan yang bisa dijual ke geng orang Iraq yang mengatur tempat pelacuran di negara-negara Arab yang lain. Ibu Shada mengatakan bahwa tugas dia adalah untuk meyakinkan wanita muda bahwa ada kehidupan yang lebih nikmat di luar negeri. Mereka dijanjikan makanan, tempat tinggal, dan $10 per hari bila mereka siap melayani minimal 2 klien per hari.

“Yang terpenting bagi kita adalah perawan karena mereka bisa dijual dengan harga yang sangat mahal pada jutawan Arab.”

Kata OWFI, kasus seperti si Lina ini menjadi biasa sekarang karena banyak orang yang terjerumus dalam kemiskinan dan ada keluarga yang siap menjual anak perempuannya kepada para trafiker untuk harga di bawah $500.

Suha Muhammad, 17 tahun, dijual pada geng Iraq oleh Ibu kandungnya setelah bapaknya terbunuh. Dia dibawa ke Yordan di mana dia diperkosa oleh 4 lelaki. Suha dijual ke sebuah geng yang menyediakan perempuan untuk VIP di Syria dan sering dibawa ke Amman, Yordan, untuk melayani VIP di situ juga.

Setelah 6 bulan, Suha kabur dan ada sebuah keluarga Iraq yang membantunya dengan membawanya ke kantor Imigrasi di mana di berhasil mendapatkan paspor untuk kembali ke Iraq. “Sekarang tante membesarkan saya di Baghdad. Tante tidak bisa bayangkan bahwa Ibu bisa menjual saya, tetapi sayangnya, perempuan di Iraq tidak dianggap penting dan tidak dihormati.”

Nirmeen Lattif, 27 tahun, menjadi pelacur setelah suaminya wafat. Keluarga suaminya tidak sanggup memberikan nafkah hidup kepada dia dan anaknya. Dia tidak ingin berfikir tentang pekerjaannya yang tidak terhormat itu. Di mengatakan “Saya memikirkan anak saya, hanya anak saya. Tanpa uang kita akan mati kelaparan di pinggir jalan.”

**Kesimpulan: SELAMAT KEPADA GEORGE BUSH sebagi penghancur negara dan penghancur keluarga**

Original article:

Sex for survival

By Afif Sarhan in Baghdad

Al Jazeerah English News


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...