Search This Blog

Labels

alam (8) amal (97) anak (317) anak yatim (117) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (64) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (69) hukum islam (51) indonesia (586) islam (559) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (372) kesehatan (97) Kisah Dakwah (11) Kisah Sedekah (11) konsultasi (13) kontroversi (5) korupsi (28) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (53) my books (2) orang tua (10) palestina (34) pemerintah (138) Pemilu 2009 (63) pendidikan (519) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (46) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (37) renungan (192) Sejarah (5) sekolah (90) shalat (10) sosial (323) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

Popular Posts

25 March, 2025

Orang Muslim di Indonesia Buang 2.619 Triliun Rupiah Setiap Tahun Untuk Rokok

Assalamu’alaikum wr.wb. Data dari tahun 2024: Cukai rokok 10% menyumbang 216,9 Triliun Rupiah pada kas negara. Jadi total dana yang dihabiskan rakyat mayoritas Muslim untuk beli rokok adalah 10 kali lipat, yaitu 2.169 TRILIUN RUPIAH. Yang dibakar! Tanpa manfaat! Setiap tahun!

Apa anak yatim hidup dalam keadaan sejahtera? Tidak. Banyak orang mengaku "tidak punya uang" untuk bantu anak yatim dan dhuafa terus. Beli buku untuk mencerdaskan anaknya sendiri tidak bisa. Orang tua tidak punya uang. Banyak anak putus sekolah setelah SD atau SMP. Orang tua tidak punya uang. Berkurban pada Idul Adha tidak bisa. Tidak punya uang. Tetapi di saat yang sama, umat Islam bisa bakar 2.169 Triliun Rupiah secara sia-sia. Setiap tahun. Jadi yang paling merugikan umat Islam di Indonesia hanya ada satu pihak: Umat Islam sendiri.

11. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(QS. Ar-Ra’d 13:11)

Umat Islam bisa bangkit, bersatu, dan menjadi pemimpin dunia, dengan negara yang kuat dan sejahtera, dan teknologi yang maju. Tetapi harus siap berubah dulu. Tidak ada pihak lain yang merugikan kita. Kita yang dapat rahmat yang luas dari Allah SWT lalu kita sendiri yang lalai dan tidak mensyukuri rahmat itu. Lebih buruk lagi, kita dikasih rezeki dari Allah, lalu kita BAKAR, dan sesudahnya komplain bahwa kita "miskin". Bukan Allah yang membuat kita miskin. Kita sendiri yang perlu introspeksi.

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Penerimaan Cukai Hasil Tembakau (CHT) Mencapai Rp 216,9 Triliun Pada 2024.
https://www.liputan6.com







17 March, 2025

"Maaf Pak, Tarifnya Berapa? Apa Permintaan Khusus Apa?”

Assalamu’alaikum wr.wb. Pada suatu hari, ada ibu dari sebuah yayasan yang telfon saya. Dia mau undang saya berceramah untuk anak-anak yang sakit di rumah singgah, dalam acara buka puasa bersama. Katanya banyak anak yang depresi, jadi butuh ceramah motivasi untuk menghibur hatinya dan membuatnya semangat. Lalu, seperti yang dilakukan dengan para penceramah sebelumnya, ibu itu merasa "terpaksa" bertanya tarifnya berapa. Saya jawab tidak ada tarif (karena arahan dari guru saya begitu).

Dia masih bertanya lagi, "Maaf, dibutuhkan berapa untuk biaya transportasi dan lain-lain?" Saya jawab lagi tidak ada tarif dan tidak perlu jumlah uang tertentu. Dia belum percaya, dan bertanya terus. Tolong disebutkan angkanya berapa, butuh dana berapa, karena takutnya kalau nanti pembayarannya tidak sesuai harapan, saya bisa kesal dan nanti tidak mau diundang lagi. Saya tetap mengatakan tidak ada tarif.

Lalu, perlu dijemput jam berapa? Saya jawab, tidak perlu dijemput. Taxi banyak, jadi tidak perlu merepotkan panitia. Dia masih bertanya lagi karena takut saya tidak akan datang kalau tidak dijemput oleh mereka. Saya tetap menolak. Ada taxi, GoCar, GrabCar, Gojek, GoOnta, dan lain-lain. Jadi insya Allah sangat mudah untuk sampai lokasinya dan tidak perlu dipikirkan oleh mereka. Saya kira sudah selesai. Ternyata belum.

"Maaf Pak, ada permintaan khusus apa?" Permintaan khusus?? Seperti apa? Saya kurang paham. "Untuk makanannya, Pak. Kita harus sediakan apa untuk Pak Ustadz?" Kok harus ada permintaan khusus? Emangnya Katy Perry atau Justin Bieber yang mau datang? Saya jawab, apa saja boleh Bu. Dia bertanya lagi, "Apa Pak Ustadz bersedia makan nasi kotak bersama anak-anak yang sakit?" YA ALLAH!! Sekali lagi saya jelaskan tidak usah pikirkan makanan khusus, atau transportasi, atau dana. Yang dikasih kepada anak-anak sudah cukup baik untuk saya juga, insya Allah.

Dia masih bertanya terus. "Apa tidak ada permintaan khusus sama sekali untuk makanannya?" Saya jawab, "Mohon makanannya untuk saya jangan dikasih racun ya!!" Itu saja permintaan khususnya. Hahaha. Alhamdulillah, dia bisa ketawa dengan keras. Saya bertanya, apa sering ada permintaan khusus kalau dari calon penceramah? Katanya, biasanya ada.

Boleh saya minta contohnya? Katanya, ada ustadz yang minta disediakan EQUIL untuk air minum. Aqua biasa tidak cukup baik ternyata. Buat anak yatim oke saja, tetapi untuk ustadz harus ada Equil. Saya hampir saja minta contoh yang lain, tetapi takutnya kalau dapat terlalu banyak info miring tentang para penceramah, saya bisa merasa kecewa dan puasa saya terganggu. Jadi saya tidak bertanya lagi.

Bagi saya, yang penting adalah tanggal ceramah sudah dicatat, nama dan nomor ibu itu sudah disimpan, saya bisa datang dan pulang sendiri naik taksi, dan saya bisa makan dan minum bersama anak-anak yatim, dan tidak ada permintaan khusus apapun (selain tidak dikasih racun! Hehe). Dan semoga ibu itu tidak pingsan karena begitu kaget.

Guru saya, alm. KH Masyhuri Syahid, mengajarkan saya sejak pertama kali saya diundang memberikan ceramah, lebih dari 25 tahun yang lalu: Kalau mau berceramah dan menyampaikan ilmu agama Islam kepada yang membutuhkannya, hendaknya karena Allah saja. Tetapi kalau tidak mau berceramah karena Allah, demi kemajuan umat, tanpa ada segudang permintaan, lebih baik diam saja di rumah dan dzikir sendiri saja. Masih dapat pahala, tetapi tidak akan mengganggu orang lain yang mau menuntut ilmu! Sayangnya, mungkin banyak orang tidak dapat arahan seperti itu dari gurunya, jadi setiap kali mereka terima undangan ceramah, sudah disiapkan daftar panjang permintaannya. Syukur Nabi Muhammad SAW tidak pernah berbuat begitu... Jadi yang melakukannya sedang mengikuti contoh siapa ya?

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...