BACA SEMUANYA! Beginilah nasibnya orang kecil di Indonesia?
Umat Islam yang menjadi mayoritas seharusnya malu karena tidak bisa menegakkan
KEADILAN. Rasulullah SAW akan katakan apa kl melihat negara ini? -Gene Netto
Nasib Pedagang Cobek: Ditodong Pistol, Masuk Penjara,
Terjerat Utang
Kamis , 19 January 2017, Rep: Singgih Wiryono/ Red: Joko
Sadewo, Republika/Singgih Wiryono,
REPUBLIKA.CO.ID, Malang nian nasib Tajudin, pedagang cobek
asal Bandung ini. Sekalipun pengadilan negeri sudah memutus bebas dirinya,
pihak Jaksa masih belum puas dan tetap mengajukan kasasi atas kasusnya. Tajudin
tak pernah menyangka dirinya harus berurusan dengan hukum lantaran mengajak
kedua anak kerabatnya, yang berasal dari kampung, untuk ikut berjualan cobek.
Hingga kini, pria asal Pagalarang, Bandung itu, tidak mengerti hukum apa yang
sudah dilanggarnya.
Tajudin mengaku ditangkap di sekitar rumahnya, di daerah BSD Regency. Sekitar
pukul 02.00 WIB, seorang polisi berpakaian mendekati dan langsung menodongkan
senjata api pada dirinya. "Saya ditangkap di tengah jalan. Disergap begitu
aja. Saya kaget, ini polisi apa penjahat, kan pakai pakaian preman semua. Kan
saya bingung. Malem jam 02.00 WIB kan bawa motor, langsung dibawa kapolres.
Waktu itu dia nanyain, itu punya siapa? saya bilang nggak tahu. Akhirnya saya
dipukul pakai sandal," katanya saat konferensi pers, Rabu (18/1).
Tajudin kemudian dibawa ke Polres daerah Bintaro. Di sana dia disebut sudah
mempekerjakan anak di bawah umur. Tajudin pun terkejut. Saat investigasi, dia
mengaku mendapat paksaan yang mengharuskan dia mengaku mempekerjakan anak-anak
di bawah umur, untuk berjualan cobek keliling.
"Diomelin harus ngaku saya mempekerjakan anak di bawah umur. Saya mah
nggak ngerti, pasal apalah, pasal 88 yang mempekerjakan di bawah umur,
Perdagangan manusia. Saya jawab, saya bukan dagang orang, saya dagang cobek
Pak," kata Tajudin polos. Setelah diberikan pertanyaan beruntut selama dua
hari untuk keperluan BAP, nasibnya kian tak jelas. Ia dipindahkan dari sel
tahanan Polres Bintaro ke Polsek Serpong.
Di Serpong, Tajudin menjalani masa tahanan selama 3 bulan 20 hari. Saat itu,
Tajudin mengaku diperintahkan menandatangani sebuah berkas, yang dia sendiri
tidak tahu apa isi dari berkas tersebut. "Saya tanya, Pak ini kertas
apaan? dijawab, udah tanda tangan aja! Saya mau baca dulu. Lu mau pulang atau
ke rutan? Saya jawab saya mau pulang, akhirnya saya tanda tangan,"
jelasnya.
Setelah menandatangani berkas tersebut, janji bebas tak kunjung dirasakan
Tajudin. Malah, Tajudin kembali dipindah ke Rutan Jambe. Hukum seperti tak
punya ampun atas kesalahpahaman yang diterima Tajudin. Padahal saat ditahan
istrinya sedang hamil empat bulan. Dalam tahanan ia tidak bisa memberi ataupun
menerima kabar dari keluarganya, yang sedang berada di Bandung. Setelah
pengadilan memutuskan dia tak bersalah, Tajudin bisa pulang dan bertemu dengan
keluarga. Ia akhirnya bisa melihat buah hatinya, yang lahir saat dia masih di
sel tahanan.
Namun Tajudin kembali harus dibuat pusing kepala. Ia mendapat cerita dari
tetangganya tentang utang-piutang yang ia tidak tahu. Jumlahnya pun bagi
Tajudin sangat besar, mencapai Rp 41,5 juta. "Ada yang kasih tahu, katanya
pinjam uang, semuanya dihitung-hitung Rp 41,5 juta. Nggak tahu katanya
dibohongin, ada yang nipu ke mertua saya," katanya.