Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

05 January, 2008

“Selamat Natal” Dan Kewajiban Menuruti Keputusan Ulama


[Email ini dibuat untuk menjawab komentar dari seorang teman, yang merasa orang Muslim boleh mengucapkan Selamat Natal kepada orang Kristen. Setelah diberitahu bahwa ulama melarangnya, dia malah mengatakan tidak peduli dengan pendapat ulama.

Saya mohon maaf karena tulisan ini menjadi cukup panjang, tetapi saya tidak merasa tenang kalau disingkat2 hanya untuk menghemat waktu, dan kemudian, ilmu yang dibutuhkan tidak bisa disampaikan dengan benar. Mohon maklum. Mohon maaf bila tidak berkenan. Silahkan membaca.]

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Dear Pak Budi (nama samaran),

Saya merasa cukup sedih dengan sikap bapak yang selalu siap mendukung argumentasi dari komunitas JIL. (Yang saya maksudkan dengan JIL tidak terbatas pada anggota JIL, tetapi saya gunakan sebagai singkatan untuk komunitas besar yang mendukung ide2 pluralisme dan liberalisme dalam agama Islam. Ada juga yang sebutkan kaum Sepilis, tetapi saya lebih suka sebutkan JIL saja).

Pernyataan Pak Budi kepada saya dulu bahwa Ulil adalah genius, seperti juga Cak Nur, menunjuk bahwa bapak sangat mendukung pendapat2 mereka. Sedangkan mayoritas dari ahli agama yang saya kenal sangat menentang pendapat mereka sebagai pendapat yang menyesatkan ummat Islam.

Saya kenal Pak Budi sebagai seorang ahli di bidangnya, yang saya nilai sangat pintar, berilmu dan bijaksana, dan oleh karena itu, saya merasa sedih bahwa bapak tidak bisa sadari kekurangan di dalam pendapat2 orang JIL tersebut.

Berikut ini, saya ingin berusaha menyampaikan sebagian dari ilmu agama yang telah saya terima dari guru saya almarhum KH Masyhuri Syahid. Saya membuat tulisan ini dengan harapan bisa menjadi bahan renungan buat bapak (dan mungkin juga orang yang lain), tetapi saya tidak ingin memperdebatkan hal2 ini panjang lebar dengan bapak. Menurut saya ada perbedaan yang cukup tajam antara orang yang berdebat karena ingin menuntut ilmu dan yang berdebat karena inginkan pendapat sendiri dibenarkan dengan cara apapun.

Dari Pak Budi:

+ Come on, Gene! Kamu berlebih-lebihan dalam hal ini. Belum pernah ada situasi seperti yang kamu sampaikan tersebut dan itu hanya ada dalam imajinasimu. A very wild imagination, indeed. :-)

(Dari Gene)

>Pak, tolong baca lagi apa yang saya sampaikan. Saya mengatakan “…bayangkan kalau semua orang Kristen diajak mengucapakan sesuatu yang bertentangan dengan aqidah mereka.” Jadi, jelas bahwa ucapan tersebut adalah rekayasa saya. Tetapi ada prinsip di belakangnya. Kalau SEANDAINYA ucapan Selamat Idul Adha diikutsertakan dengan pernyataan sebagai berikut (Misalanya) "Selamat Idul Adha dan sekaligus Selamat atas keberhasilan Juru Selamat Manusia bernama Muhammad, yang membongkar kepalsuan Trinitas dan Doktrin Gereja lain, dan membimbing ummat manusia dalam segala kebenaran, supaya mereka tinggalkan ajaran Kristiani yang sesat dan terkutuk oleh Tuhan Yang Maha Esa!"

…Maka, apakah mungkin orang Kristen mau mengucapkan kalimat2 seperti ini bila bertentangan dengan doktrin agama mereka? Saya yakin para pastor akan melarang mereka mengucapkan kalimat2 tersebut, walaupun hal itu berarti mereka tidak bisa menyambut Idul Adha atau Idul Fitri yang dirayakan tetangga yang Muslim.

Kalau mereka tidak mau ucapkan kalimat seperti itu (dan menurut pendapat saya, mereka tidak akan mau), maka kita perlu memeriksa arti dari “Selamat Natal” dan perlu berfikir apakah mungkin ucapan ini bertentangan dengan doktrin agama kita, dan bila iya, kenapa kita mau mengucapkan kalimat ini?

Kalau orang Kristen yakini bahwa Yesus adalah Tuhan yang lahir dalam bentuk manusia, dan dengan kematiannya dia menembus dosa semua ummat manusia, dan Yesus/Tuhan lahir pada tanggal 25 Desember, apakah benar dalam ajaran Islam bahwa kita ikut menyetujui perayaan lahirnya Yesus/Tuhan/Juru Penyelamat tersebut? Sebagai orang Islam, kita dilarang percaya pada Trinitas. Berarti kalau mereka malah merayakan permulaan dari sistem kepercayaan terhadap Trinitas tersebut dengan lahirnya Yesus/Tuhan (karena sebelum Yesus lahir, tidak ada konsep ini di dalam tulisan apapun, setahu saya), apakah benar kalau kita ikut merayakan atau membenarkan perayaan tersebut?

Seringkali orang JIL membuat dalil dengan Hadiths di mana Nabi Muhammad SAW berdiri saat jenazah orang Yahudi lewat. Tetapi mereka tafsirkan sesuai dengan keinginan mereka untuk merekayasa dalil. Nabi SAW memang berdiri, tetapi TIDAK BERDOA (tidak ada saksi satupun yang mengatakan Nabi SAW mengangkat tangannya dan berdoa), dan Nabi SAW juga tidak mengikuti prosesi itu ke tempat kuburan dan mendoakan jenazah di sana. Jadi tindakan Nabi SAW sebatas berdiri saja. Barangkali alasannya adalah karena “tidak berdiri” akan dianggap suatu penghinaan kasar (di zaman itu), sedangkan “berdiri saja” tanpa komentar ataupun doa tidak berkaitan dengan agama atau aqidah. Jadi, barangkali Nabi SAW tidak ingin menghinakan jenazah itu dengan tetap duduk, tetapi dia juga tidak melakukan lebih dari berdiri.

Hal ini berarti argumentasi yang sering dilontarkan orang JIL bahwa Nabi SAW “menghormati” lain agama (dengan dalil di atas, dan kemudian ditafsirkan bahwa ummat Islam boleh ikut mendoakan dan merayakan hari besar orang kafir) sungguh tidak benar karena perbuatan Nabi SAW terbatas pada tindakan “berdiri sesaat” dan tidak lebih.

Juga tidak ada hadiths satupun (setahu saya) bahwa Nabi SAW pernah sekalipun menghadiri upacara agama yang sering dilakukan orang Kristen, orang Yahudi, atau orang lain agama yang pasti cukup banyak di lingkungan itu. Jadi Nabi SAW tidak ingin bertindak kurang sopan terhadap sebuah jenazah, tetapi sebaliknya dia juga tidak ikut mendoakan atau merayakan upacara penguburan apapun bersama dengan orang kafir. Dia juga tidak merayakan semua hari-hari besar mereka, dan tidak ikut berdoa pada saat mereka merayakannya.

Selanjutnya terkait dengan hukum merayakan hari besar umat lain dan mengucapkan selamat kepada mereka, maka ia merupakan hal yang terlarang dalam agama kita. Dalilnya adalah firman Allah SWT :

“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan Az-Zuur”.(QS. Al-Furqan : 72).

Para mufassirin menerjemahkan bahwa yang dimaksud dengan menghadiri az-Zuur adalah menjadi saksi atau menghadiri hari raya agama lain atau perayaan orang-orang musyrikin. (Syariah Online)

Kesimpulannya, Nabi SAW hanya berdiri sesaat untuk 1 jenazah dan tidak lebih dari itu.

Kalau Nabi SAW tidak pernah ucapkan doa apapun bagi mereka, dan tidak pernah menghadiri upacara satupun dengan mereka, kenapa anda bisa menganggap wajar dan baik kalau kita melakukannya?

(Larangan menyembahyangkan jenazah orang munafik/kafir)

84. Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo’akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.

85. Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir.

(Surah At Taubah QS. 9:84-85)

(Jadi Allah melihat orang kafir itu sebagai musuh-Nya, dan Dia ingin mengazab mereka di dunia dan si akhirat disebabkan mereka kafir terhadap-Nya, sedangkan anda ingin menghargai dan menghormati mereka dengan cara yang tidak pernah dibenarkan oleh Nabi SAW).

Dari Pak Budi:

+Saya banyak menerima ucapan selamat hari raya dari teman-teman Kristen dan saya yakin bahwa mereka tulus. Apakah ini berarti ucapan tersebut bertentangan dengan akidah mereka dan akan membuat rusak akidah mereka? It's ridiculous. :-)

>Ya, memang tidak bertentangan. Maka, coba bayangkan kalau SEANDAINYA ucapan Selamat Idul Adha diganti dengan ucapan panjang yang saya ciptakan di atas, dan bertanya lagi kepada teman Kristen apakan mereka masih mau mengucapkannya bila para pastor menilai ucapan tersebut sangat bertentangan dengan doktrin agama mereka karena mengutuk Trinitas? Idul Adha (sebagai satu hari khusus) tidak mempunyai hubungan dengan Yesus, jadi mereka tidak merasa berat untuk mengucapkan Selamat Idul Adha. Bagaimana kalau mereka diminta ucapkan lebih dari itu dengan sekaligus mengutuk Trinitas? Apakah mereka mau?

Dari Pak Budi:

+Ucapan selamat natal TIDAK ADA HUBUNGANNYA dengan akidah. Sampai saat ini saya belum melihat argumen yang kuat mengapa mengucapkan selamat tersebut dianggap haram. Tak pernah saya baca di Al-Qur'an tentang hal ini. Rasulullah juga tidak pernah melarang (karena memang belum ada tradisi ini pada waktu itu).

>Tidak ada hubungan dengan aqidah? Apakah anda mau mengucapkan (misalnya) SELAMAT atas lahirnya Buddha sebagai Tuhan Semesta Alam? Atau SELAMAT atas lahirnya Vishnu yang Maha Menciptakan dan Maha Mematikan? Atau SELAMAT atas lahirnya Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir dari Allah SWT, yang menggantikan Nabi Muhammad SAW? Kalau seandainya hari-hari kelahiran tersebut dirayakan oleh pengikutnya masing-masing, dengan ucapan2 tersebut, apakah anda mau mengucapkan kalimat-kalimat itu bersama dengan mereka?

Apa bedanya kalimat2 di atas ini dengan mengucapkan SELAMAT atas lahirnya TUHAN SEMESTA ALAM DALAM BENTUK MANUSIA YANG DISALIBKAN UNTUK MENEMBUS DOSA SELURUH UMMAT MANUSIA, atau dalam kata lain, “Selamat Natal”?

Kalau ada seorang Muslim yang berani mengucapkan salah satu ucapan selamat di atas, maka dia telah melakukan suatu dosa besar, dan juga SYIRIK (selain yang Mirza Ghulam Ahmad, karena dia tidak dianggap Tuhan). Inilah kaitannya dengan Selamat Natal. Dan kalau argumentasi bapak terbatas pada Nabi SAW tidak melarang kita mengucapkan Selamat Natal, berarti semua dosa yang secara spesifik tidak dilarang oleh Nabi SAW juga boleh dilakukan dengan dalil “Nabi SAW tidak melarangnya”. Berarti shabu-shabu boleh dong karena “Nabi tidak melarangnya, dan tidak ada ayat al Qur'an yang membahasnya”. Tetapi sebaliknya, kalau bapak menganggap bahwa shabu-shabu tidak boleh dikonsumsi oleh ummat Islam, walaupun Nabi SAW tidak membahasnya dan tidak ada ayat al Qur'an yang menyebutkan istilah shabu-shabu, maka pendapat itu (yang haramkan shabu-shabu) adalah HASIL DARI IJMA ULAMA. Dan ijma ulama bukanlah hasil dari pemikiran satu orang, seperti orang JIL, yang sekolah di Amerika dan kembali dengan pendapat sendiri yang dikuat dengan dalil2 rekayasanya, sedangkan dalil yang kuat dari para ulama sedunia ditolak mutlak oleh dia. Dia inginkan pendapat semua ulama kalah dengan pendapat perorangan (khususnya diri dia), dan ulama tidak perlu didengarkan lagi. Justru sikap itu sangat jauh dari ajaran Islam yang telah disampaikan oleh Nabi SAW.

Saya sangat kuatir terhadap bapak disebabkan pernyataan ini:

Dari Pak Budi:

+ Mengenai ucapan selamat natal ini, let me tell you, […] saya tidak peduli apa argumen ulama

Dan juga:

+ Jadi pengharaman tersebut hanyalah PENDAPAT beberapa ulama yang juga bisa salah.

>Bukan beberapa Pak, tetapi yang terkahir saya baca tentang perkara ini, malah mayoritas ulama dunia menyatakan haram untuk mengucapkan Selamat Natal dan juga haram untuk ikut merayakannya. (Jumlah ulama di dunia sulit ditentukan, tetapi bisa diperkirakan lebih dari jutaan orang, bahkan Insya Allah mencapai puluhan juta orang). Tentu saja bisa ditemukan beberapa orang yang izinkan, terutama yang di Eropa atau Amerika. Sebuah pendapat dari minoritas cendekiawan Islam harus dikaji lebih dalam, dan tidak benar kalau kita mendapatkan pendapat minoritas (yang mungkin terbatas pada beberapa orang, atau puluhan orang saja) dan langsung mengatakan “Pendapat ini lebih benar dari yang lain karena saya suka, dan karena dia berfikir seperti orang barat yang saya senangi, dan automatis pendapat ini berlaku bagi semua Muslim di seluruh dunia”.

Daripada mendatangi agama dengan sikap “Saya ingin belajar dan mengetahui ‘apa’ yang benar, dengan rasa hati-hati karena takut salah,” bapak dan orang JIL malah datang dengan sikap “Saya sudah pasti benar dan tidak perlu hati-hati atau takut salah karena pendapat saya disetujui filosof barat, jadi saya pasti benar, dan mayoritas ulama di dunia (jutaan orang) harus mengikuti saya.”

Jadi kalau bapak tidak ingin terima pendapat dari mayoritas ulama di dunia, dan sengaja mencari-cari pendapat minoritas yang lebih disukai, berati bapak sedang mengubah citra agama dan berusaha untuk menciptakan agama yang sesuai dengan pikiran bapak sendiri. Masalahnya adalah, pendapat bapak bertentangan dengan mayoritas ahli agama, dan keputusan bapak untuk menerima pendapat minoritas dan membuang yang mayoritas tidak didasari ILMU yang dimiliki bapak di bidang fiqh dan tafsir, tetapi didasari “perasaan” atau “nafsu/emosi”. Itu sebabnya pendapat bapak bisa menjadi keliru sekali dengan sangat mudah. Mohon baca hadiths berikut ini:

Hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Thabrani:

“Ummatku tidak mungkin bersepakat atas kesesatan.”

Dan juga, Dari Abu Bashrah ra, bahwa Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan ummatku atau ummat Muhammad berkumpul (bersepakat) di atas kesesatan” (Tirmidzi no.2093, Ahmad 6/396)

Artinya dari hadiths ini adalah ALLAH AKAN MEMBIMBING MAYORITAS DARI ULAMA MUSLIM di dunia untuk menentukan yang benar lewat kesepakatan. Jadi pendapat minoritas, yang tidak bisa diterima oleh mayoritas ulama, adalah pendapat yang perlu dikaji ulang. Tidak mungkin (menurut hadiths2 ini) bahwa Allah akan membiarkan ulama membuat ijtihad (keputusan) atas kesesatan. Jadi kalau ulama berkumpul, saling memberikan pendapat, dan semuanya setuju bahwa mengucapkan Selamat Natal adalah haram, tetapi ada sedikit sekali orang (mungkin hanya puluhan atau ratusan saja, dari total puluhan juta) yang tidak sepakat, seperti misalnya orang JIL, berarti mereka itu yang salah dan opini mayoritas ulama yang bersepakat atas kebenaran hal tersebut adalah pendapat yang benar.

Kalau bapak ingin berargumentasi: “Bisa saja orang JIL yang benar dan mayoritas ulama salah, dan mereka belum bisa paham karena belum pelajari ‘hermeneutika’”, maka itu berarti bapak tidak percaya bahwa Allah bisa membimbing mayoritas ulama dalam kebenaran.

Nabi SAW sendiri mengatakan “Allah tidak akan menjadikan ummat Islam berkumpul di atas kesesatan” yang berarti ulama akan memberikan ijithad yang didasari kesepakatan bersama, yang diyakini semuanya benar, dan keputusan itulah yang merupakan hasil dari bimbingan Allah.

Lalu bapak datang dan SEOLAH mengatkan “Komunitas JIL (yang sedikit) lebih benar dari semua ulama (jutaan ahli agama) yang dibimbing Allah supaya tidak bersepakat atas kesesatan. Orang JIL lebih tahu. Orang JIL sudah belajar hermeneutika dari profesor kafir, jadi mereka lebih paham kebenaran agama Islam daripada puluhan juta ulama (mayoritas) yang HANYA SEBATAS DIBIMBING ALLAH. Coba kalau mereka tinggalkan bimbingan Allah itu dan menggali ilmu hermeneutika yang benar di Universitas Harvard dengan professor yang kafir. Baru setelah itu mereka akan menjadi paham agama secara benar dan bimbingan Allah yang menjadi pegangan mereka selama ini tidak akan diperlukan lagi karena bisa diganti dengan bimbingan filosof barat yang kafir, dan tentu saja itulah lebih benar daripada bimbingan Allah!”

Seolah-olah bapak bicara seperti itu, karena kesan seperti ini yang saya dapatkan dari bapak dan orang2 lain yang mendukung JIL.

59. Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

(Surah An-Nisa QS. 4:59)

Ada perbedaan pendapat tentang apa yang dimaksudkan dengan istilah “ulil amri” (‘yang berkuasa’) dalam ayat ini. Pendapat dari mayoritas ulama adalah bahwa ulil amri berarti dua komunitas sekaligus: 1.Pemerintah, 2.Ulama. Jadi kita diwajibkan mengikuti pemerintah dalam menetapkan X sebagai suatu hukum. Dan kita juga diwajibkan menuruti ulama (mayoritas dari ulama) dalam menetapkan X sebagai suatu hukum. Kalau kita ingin berpisah dan menetapkan kebenaran sendiri, dengan abaikan apa yang dikatakan pemerintah, atau para ulama, dan hanya ingin membenarkan pendapat orang JIL di atas segala-gala, maka hal itu sudah jelas tidak benar.

Jadi, kalau bapak bisa memahami kedudukan ulama di dalam ummat Islam, memahami perintah Allah untuk menuruti ulama (ulil amri), dan memahami janji Nabi Muhammad SAW bahwa “ummat Islam tidak akan bersepakat atas kesesatan”, berarti sangat disayangkan bila bapak bisa tinggalkan ayat Allah, tinggalkan hadiths Nabi SAW, dan tinggalkan contoh Nabi SAW, hanya karena sangat semangat mengikuti kaum minoritas yang ingin berpendapat sendiri (komunitas JIL, didukung oleh orang2 kafir), tanpa mayoritas dari ulama ikut mendukung pendapatnya.

115. Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

(Surah An-Nisa QS. 4:115)

Yang menjadi contoh dalam kehidupan bapak, apakah orang JIL atau Nabi Muhammad SAW? Silahkan pilih salah satu sebagai contoh yang terbaik karena sesungguhnya hanya satulah dari mereka yang pasti hidup di dalam bimbingan Allah karena hanya satulah dari mereka yang pasti diutus oleh Allah untuk membimbing kita.

Dari Pak Budi:

+Selain itu, tidak semua perbuatan itu harus dicari contohnya pada Rasulullah. It's impossible. Contohnya kita berdiskusi lewat internet ini ya apa ada perintah dan anjurannya? :-) Apa kita melakukan upacara, rekreasi, cuti, makan di restoran, dll. harus cari dalilnya dari hadis dulu?

>Impossible? Apakah tidak mungkin kita mengambil contoh dari Nabi SAW dalam semua perkara? Barangkali bapak kurang paham bedanya antara hal yang “prinsip” dengan hal yang “teknis”. Kalau Nabi SAW mengajarkan kita, maka yang diajarkan adalah hal yang prinsip; contoh perbuatan paling baik yang bisa diikuti dalam lingkungan mana saja. Tetapi caranya kita aplikasikannya adalah hal yang teknis, dan Nabi SAW tidak melarang kita untuk menggunakan sistem teknis baru yang sesuai dengan lingkungan atau zaman kita masing-masing. Contoh dari bapak:

1. Internet? Kita sudah diajarkan cara yang benar untuk diskusi oleh Nabi SAW. Bicara dengan jujur, tidak menghinakan, tidak memfitnah, mengunakan ilmu untuk memutuskan perkara, tidak menimbulkan maksiat atau dosa, dan sebagainya. Ini hal-hal yang prinsip. Soal bagaimana kita berdiskusi atau berbicara (empat mata, lewat telfon, surat, internet, dll.) maka itu hal yang teknis saja. Selama tidak melanggar syariah, kita dipersilahkan menggunakan cara teknis apa pun untuk “bicara”. Dasar-dasar “pembicaraan yang baik dan benar” (hal-hal prinsip) sudah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan kita tinggal mengikutinya dengan cara teknis manapun. Atau tidak.

2. Upacara apa? Cara berkumpul sudah dicontohkan Nabi SAW. Menghargai tamu, tidak berkumpul untuk merencanakan maksiat, bicara dengan jujur dan tidak membuat janji palsu, cara bersumpah, cara membuat kesepakatan, dan sebagainya. Teknisnya terserah kita.

3. Rekreasi? Olahraga boleh. Ikuti olahraga yang mana saja terserah kita. Berkumpul dengan orang lain untuk melakukan kebaikan sudah dicontohkan oleh Nabi SAW (menjaga kesehatan tubuh lewat olahraga adalah kebaikan) dan ada cara-caranya yang benar dan salah. Teknisnya terserah kita. Contoh yang benar, laki-laki kumpul untuk main bola bersama (tanpa tingalkan sholat yang wajib, tentu saja). Menghitung skor secara jujur dan tidak curang dalam pertandingan adalah kewajiban. Contoh yang salah, laki dan perempuan bercampur di kolam renang yang sama, dengan mengunakan celana renang Speedos dan bikini. Contoh perbuatan yang ‘benar’ sudah ada dari Nabi SAW, teknisnya terserah kita.

4. Cuti? Mau ke mana kita, untuk apa, dan kenapa? Jangan pergi untuk melakukan yang haram, jangan mubazir atau boros, harus menggunakan uang kita dengan bijaksana, sholat tetap jalan dengan benar, dan seterusnya. Teknisnya terserah kita. Cuti di Puncak dengan teman selingkuh jelas tidak boleh. Cuti di Singapura untuk main judi di kasino jelas tidak boleh. Tetapi cuti bersama isteri dan anak di Solo, untuk bersilatulrahim dengan keluarga besar, dan sekaligus mengantarkan rezeki buat nenek, dan sekaligus memberikan ceramah di masjid kecil di sana, dan traktir saudara makan kepiting ramai2, dan antarkan sedekah ke panti asuhan di pinggir kota sekaligus lihat2 keindahan sawah, adalah benar. Selama tidak ada pelanggaran syariah, teknisnya terserah kita.

5. Makan. Adab makan sudah dicontohkan Nabi SAW. Makan yang halal, cuci tangan sebelum makan, beroda, makan dengan tangan kanan, tidak makan yang berlebihan, jangan mubazir, dsb. Teknisnya terserah kita. Mau duduk gaya lesehan dan makan dengan tangan kanan boleh, mau duduk di meja dan pakai sendok boleh. Mau makan di luar angkasa dengan makanan cair yang harus disedot, boleh. Terserah kita.

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(Surah Al-Imran QS. 3:31)

Artinya ayat ini adalah bila kita benar-benar mencintai Allah, seperti yang kita katakan secara lisan, maka kita diwajibkan mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW. Bagi orang yang dengan enteng tinggalkan contohnya (dengan membuat argumentasi bahwa Nabi SAW tidak bisa diikuti dalam semua perkara seperti ‘chatting di internet’) maka mereka justru membuktikan bahwa mereka TIDAK mencintai Allah. Nabi SAW SELALU bisa digunakan sebagai contoh dalam kehidupan kita. Kalau bapak bisa memikirkan suatu perkara di mana Nabi Muhammad SAW tidak bisa menjadi contoh, tolong informasikan saya. Selamat mencari (karena saya belum tahu satupun!)

Dari Pak Budi:

+Mengucapkan selamat natal adalah perbuatan muamalah dan tidak ada hubungannya dengan akidah. Akidah kita sudah jelas dan tidak akan terganggu ataupun goyang atau tertukar hanya karena mengucapkan selamat natal. Alangkah muskilnya jika dikatakan ada orang yang rusak akidahnya hanya karena mengucapkan selama natal. Selama hidup saya belum pernah saya dengar ada orang yang rusak akidahnya karena mengucapkan selamat natal. Itu cuma mitos yang disebarkan oleh ulama tertentu.

>Sudah dijelaskan di atas. Ucapan itu mengandung makna syirik, dan kalau ummat Islam diperbolehkan melakukan syirik terus-terusan, maka hasilnya adalah kerusakan aqidah di jangka panjang. Di jangka pendek, berdosa besar, dan juga perlu diingat bahwa Allah tidak mengampuni dosa syirik. Kenapa bapak mau ambil risiko, padahal orang kafir yang ucapakan “selamat atas lahirnya Tuhan dalam bentuk manusia” itu adalah musuh Allah yang akan menerima hukuman keras di hari kiamat? Kenapa di dunia ini, bapak menyibukkan diri dengan menghargai perasaan mereka lebih dari menjaga kebenaran agama Allah supaya tidak tercampur syirik? Kenapa bapak lebih memikirkan perasaan hati kaum kafir daripada perasaan Hati Allah? Bagaimana kira-kira perasaan Allah ketika kita melihat syirik sebagai dosa kecil, ataupun “syirik” sudah tidak lagi dinilai sebagai syirik dan kita juga tidak mau berhati-hati lagi terhadapnya?

Saya sungguh sedih membaca pernyataan bapak ini:

+Mengenai ucapan selamat natal ini, let me tell you, […] saya tidak peduli apa argumen ulama (mau yang dalam negeri maupun yang luar negeri, jaman dulu maupun jaman sekarang) dalam soal larangan ucapan selamat ini. Saya akan tetap mengucapkan selamat natal, Gong Zi Fat Choi, hari Saraswati, etc kepada teman-teman saya. Saya bahkan akan mendoakan mereka dengan "God Bless You" yang artinya sama dengan "Semoga Tuhan memberkati Anda sekeluarga". Ya! Saya akan berdoa sebanyak-banyaknya bagi sesama umat manusia.

Bagaimana kalau Tuhan 'tidak ridha' dengan sikap saya tersebut? :-)

Mana mungkin! :-

>Bagaimana mungkin Allah tidak ridho? Munkgin Allah tidak ridho karena bapak merasa sedang melakukan “kebaikan” walaupun mayoritas ulama di dunia sudah menyatakan hal tersebut adalah haram. Saya ingin aplikasikan argumentasi ini pada contoh yang lain, dan Insya Allah menjadi jelas kenapa sikap ini sangat keliru. Contoh:

1. Saya tidak peduli argumen apa para ULAMA (AHLI) KEDOKTERAN. Merokok adalah baik untuk kesehatan! Saya merokok dan saya tidak mungkin kena kanker nanti.

2. Saya tidak peduli argumen apa para ULAMA PSIKOLOGI. Kalau saya menghajar anak saya setiap hari dan menghinakannya terus-terusan, dia akan belajar untuk nurut dengan saya. Tidak mungkin dia menjadi sakit jiwa, kecanduan narkoba, atau coba bunuh diri disebabkan perlikau saya terhadapnya.

3. Saya tidak peduli argumen apa ULAMA LINGKUNGAN. Hutan Indonesia sangat luas dan saya akan menebang pohon sebanyak-banyaknya dan mengekspornya ke Cina sebelum orang lain mengambilnya. Tidak mungkin ada dampak terhadap lingkungan bila semua pohon hilang dalam hutan negara ini.

Dan seterusnya. Apakah sikap ini yang paling baik dalam proses “menuntut ilmu untuk mencari kebenaran”? Bukannya lebih baik berhati-hati karena takut salah, terutama kalau para “ulama” yang sangat ahli di bidangnya masing-masing sudah memberikan peringatan bahwa kita sendiri yang salah? Apakah wakar kalau kita mengabaikan ilmu mereka dan langsung bertindak sesuai dengan kemauan ktia sendiri?

Karena bapak adalah seorang ahli pendidikan (dari kalangan ulama pendidikan, Insya Allah) saya ingin memberikan satu contoh lagi. Bayangkan kalau bapak datang sebagai ahli pendidikan untuk melatihkan guru. Lalu ada seorang guru, yang sangat minim ilmu pendidikannya (yang hanya lulus SD), yang bicara seperti ini kepada bapak:

“Mengenai ‘active learning’ ini, let me tell you, Bapak, saya tidak perduli apa argumen ulama pendidikan (mau yang dalam negeri maupun yang luar negeri, jaman dulu maupun jaman sekarang) dalam soal larangan mengajar dengan selalu berpusat pada guru. Saya akan tetap mengajarkan dengan cara anak-anak wajib nurut dengan kemauan saya, wajib mencatat apa yang saya tulis di papan tulis dan tidak boleh berargumentasi sendiri, etc. di dalam kelas saya. Saya bahkan akan mendoktrin mereka sehingga mereka hanya bisa setuji pendapat saya bila ingin lulus dari ujian karena hanya pendapat saya yang benar di dalam kelas! Ya! Saya akan mengajar dengan cara yang bapak katakan buruk dan ketinggalan zaman. Bagaimana kalau Tuhan 'tidak ridha' dengan sikap saya ini terhadap anak-anak, yang dipaksakan nurut dengan gurunya? Mana mungkin!”

Bagaimana pak? Bisa terima sikap seperti ini dari seorang guru yang sedang ikuti training? Dia seharusnya datang dengan sikap “Saya ingin belajar ‘apa’ yang benar di bidang pendidikan, dengan rasa hati-hati karena takut salah,” tetapi saat dia hadapi bapak dan para ulama pendidikan, dia malah bersikap “Saya sudah pasti benar dan tidak perlu hati-hati atau takut salah karena pendapat saya disetujui pemerintahan Orde Baru, jadi saya pasti benar, dan mayoritas ulama pendidikan di dunia perlu mengikuti cara didik saya.”

Bagaimana perasaan bapak kalau menghadapi orang seperti ini yang jelas-jelas tidak paham pendidikan, mengajarkan anaknya dengan cara yang sangat buruk, dan memberikan hasil yang buruk, tetapi pada saat kaum ulama pendidikan ingin memberikan ilmu yang benar kepadanya, dia malah menolak ilmu mereka hanya karena dia ingin benar sendiri, dan tidak peduli pada pendapat ahli pendidikan? Bukannya bapak akan merasa sangat sedih dan kecewa pada guru itu? Kalau iya, saya ingin bertanya kenapa bapak justru menunjukkan sikap yang sama terhadap para ulama agama Islam yang ingin mengajarkan yang benar kepada bapak, tetapi bapak menolak dengan alasan “Saya tidak peduli pada jutaan ahli agama di dunia ini! Hanya pendapat komunitas JIL yang benar!”

109. Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang jadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)?

(Surah An-Nisa QS. 4:109)

KESIMPULAN

Bapak, dengan penuh kehormatan, saya ajak bapak untuk merenungkan semua ayat, hadiths, dan komentar di atas. Bila bapak ingin bertanya lagi (dengan niat belajar), silahkan. Insya Allah saya, atau orang lain yang ilmunya lebih tinggi, bisa menjawab semua pertanyaan bapak sehingga bapak menjadi puas, dan bisa tinggalkan komunitas JIL, dan orang-orang yang sependapat dengan mereka. Tetapi kalau bapak hanya membalas tulisan ini dengan niat membantah karena bapak merasa benar sendiri (walaupun bertentangan dengan jutaan ulama Islam di dunia) maka, mohon maaf, saya tidak tertarik untuk berdebat lagi tentang perkara ini. Waktu saya sudah habis berjam-jam untuk membuat tulisan ini. Hal itu saya lakukan dengan niat membagi ilmu yang telah saya terima dari guru saya. Waktu beliau lebih banyak yang habis untuk mengjarkan saya, dan saya dulu juga sering berdebat dengannya. Tetapi saya berdebat untuk mencari kebenaran. Soalnya, suatu argumentasi yang benar bisa bertahan terhadap pertanyaan dari seorang pelajar. Dan setelah semua pertanyaan saya dijawab dengan baik dan benar oleh Kyai Masyhuri, saya tidak berdebat lagi, dan mencatat ilmu yang telah beliau sampaikan.

Dengan penuh kehormatan, saya mohon bapak membaca tulisan saya yang sederhana ini lebih dari satu kali dan benar-benar merenungkannya. Kalau bapak ingin mencari kebenaran, saya yakin Allah akan mengutus seseorang yang sanggup menjawab semua pertanyaan bapak sehingga bapak menjadi yakin atas kebenaran tersebut. Tetapi hal itu hanya bisa terjadi bila bapak berniat mencari kebenaran. Kalau tidak, bapak sebatas ingin berdebat karena mau dibenarkan sendiri, walaupun hal itu berarti bapak harus melawan ilmu yang Allah berikan kepada para ulama kita.

Dengan penuh kehormatan, saya mohon agar bapak mencari seorang ustadz yang mempunyai nama baik di masayarakat dan bergabung dengan pengajiannya. Datang dengan niat menutut ilmu dan silahkan bertanya-tanya kepadanya. Tetapi kalau dia sudah menjawab, dan menjelaskan dalilnya, tidak benar kalau bapak langsung menolak semuanya hanya karena bertentangan dengan pendapat pribadi bapak (yang sudah dibentuk oleh pemikiran JIL).

Saya mohon Allah memberi petunjuk dan hidayah kepada bapak, dan membuka mata bapak supaya bapak bisa melihat kelemahan dari argumentasi orang JIL. Insya Allah, bapak bisa mendapatkan semua jawaban yang diinginkan dari seorang alhi agama di dekat rumah bapak, dan Insya Allah ilmu dari ustadz itu akan sesuai dengan apa yang saya sampaikan di atas. Ini jawaban yang terbaik dari saya dan Insya Allah sesuai dengan ilmu yang telah saya terima dari guru saya almarhum KH Masyhuri Syahid. Oleh karena itu, Insya Allah jawaban dari ustadz yang lain tidak akan bertentangan dengan tulisan saya ini.

(Saya mohon maaf karena tulisan ini menjadi panjang, tetapi saya tidak merasa tenang kalau disingkat2 hanya untuk menghemat waktu, dan kemudian, ilmu yang dibutuhkan tidak bisa disampaikan dengan benar. Mohon maklum. Mohon maaf bila tidak berkenan).

Semoga bermanfaat bagi bapak dan pembaca yang lain.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Wabillahi taufiq walhidayah. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Gene


31 December, 2007

Bersuci Dengan Tissue Toilet

Pertanyaan:

Bolehkah kita bersuci dg hanya memakai tissue toilet?

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Kertas tissue termasuk benda yang bisa digunakan untuk membersihkan diri dari buang air kecil atau buang air besar. Dalam bahasa fqihnya, menggunakan benda selain air yang digunakan untuk istija` disebut "istijmar" .

Memang praktek aslinya dahulu di masa Rasulullah SAW lebih banyak menggunakan batu. Yaitu tiga buah batu yang berbeda yang digunakan untuk membersihkan bekas-bekas yang menempel saat buang air.

Dasarnya adalah hadits Rasulullah SAW :

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang beristijmar (bersuci dengan batu) maka hendaklah berwitir (menggunakan batu sebanyak bilangan ganjil). Siapa yang melaksanakannya maka dia telah berbuat ihsan dan siapa yang tidak melakukannya tidak ada masalah." (HR. Abu Daud, Ibju Majah, Ahmad, Baihaqi dan Ibnu Hibban)

Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bila seorang kamu datang ke WC maka bawalah tiga buah batu, karena itu sudah cukup untuk menggantikannya."(HR. Abu Daud, Baihaqi dan Syafi`i).

"Janganlah salah seorang kamu beristinja` kecuali dengan tiga buah batu." (HR. Muslim)

Tentang ketentuan apakah memang mutlak harus tiga batu atau tidak, para ulama sedikit berbeda pendapat. Pertama, kelompok Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah mengatakan bahwa jumlah tiga batu itu bukan kewajiban tetapi hanya mustahab (sunnah). Dan bila tidak sampai tiga kali sudah bersih maka sudah cuukp.

Sedangkan kelompok Asy-Syafi`iyyah dan Al-Hanabilah mengatakan wajib tiga kali dan harus suci / bersih. Bila tiga kali masih belum bersih, maka harus diteruskan menjadi empat, lima dan seterusnya.

Sedangkan selain batu, yang bisa digunakan adalah semua benda yang memang memenuhi ketentuan dan tidak keluar dari batas yang disebutkan :

Benda itu bisa untuk membersihkan bekas najis.

Benda itu tidak kasar seperti batu bata dan juga tidak licin seperti batu akik, karena tujuannya agar bisa menghilangkan najis.

Benda itu bukan sesuatu yang bernilai atau terhormat seperti emas, perak atau permata. Juga termasuk tidak boleh menggunakan sutera atau bahan pakaian tertentu, karena tindakan itu merupakan pemborosan.

Benda itu bukan sesuatu yang bisa mengotori seperti arang, abu, debu atau pasir.

Benda itu tidak melukai manusia seperti potongan kaca beling, kawat, logam yang tajam, paku.

Jumhur ulama mensyaratkan harus benda yang padat bukan benda cair. Namun ulama Al-Hanafiyah membolehkan dengan benda cair lainnya selain air seperti air mawar atau cuka.

Benda itu harus suci, sehingga beristijmar dengan menggunakan tahi / kotoran binatang tidak diperkenankan. Tidak boleh juga menggunakan tulang, makanan atau roti, kerena merupakan penghinaan.

Bila mengacu kepada ketentuan para ulama, maka kertas tissue termasuk yang bisa digunakan untuk istijmar.

Namun para ulama mengatakan bahwa sebaiknya selain batu atau benda yang memenuhi kriteria, gunakan juga air. Agar isitnja` itu menjadi sempurna dan bersih.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Sumber: Syariah Online

Anjing najis?


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Saya juga punya pertanyaan, sampai saat ini saya masih sangat bingung soal memelihara anjing di rumah. banyak sekali teman saya yg muslim tapi mereka memelihara anjing di rumah mereka.. dengan alasan; asalkan air liur si anjing tidak masuk dalam tempat minum atau menjilat piring atau peralatan makan dan minum mereka, berarti tidak najis???

Memang ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang anjing, apakah seluruhnya yang najis atau hanya air liur, kotoran, dsb. Tetapi hadiths mengenai orang yang memilihara anjing ada dan jelas sekali. Memelihara anjing tidak boleh, dan tidak ada hubungan dengan apakah dia menjilat piring atau tidak. Dilarang kecuali untuk berburu, dan menjaga rumah/gedung (dengan cara diikat pada bagian depan/belakang rumah, dan tidak bebas untuk jalan ke mana2 di dalam rumah). Kalau zaman sekarang, juga perlu ditanyakan kalau anjing masih dibutuhkan untuk fungsi itu, sedangkan orang berburu dengan senapan, bukan panah, dan gedung bisa dipasang alarm. Berarti gunanya anjing untuk hal-hal tersebut juga perlu dikagi ulang. Kalau sudah tidak dibutuhkan lagi, tidak ada alasan untuk sengaja mempertahankan hanya karena ada hadiths yang membolehkan (tetapi tidak mewajibkan).

ini bener2 bikin saya bingung, krn banyak juga yg benar2 menentang memelihara anjing bagi seorang muslim.

Jangan bingung. Di dalam semua perkara tidak mungkin 100% dari semua manusia bisa sepakat. Kalau kamu dukung kapitalisme, ada pula yang mendukung komunisme. Kalau kamu anggap aborsi haram, ada yang setujui. Kalau kamu dukung hukum mati, ada yang menolak, dan sebagainya. Jadi tidak perlu bingung. Yang perlu adalah sikap “siswa” yang selalu siap belajar, mengkaji lebih dalam, dan membandingkan beberapa pendapat untuk mencari yang bisa kita terima dan akui di atas yang lain.

apalagi saya tinggal di belanda, yg setiap hari saya melihat bahkan apabila berkunjung ke rumah saudara suami, mereka semua punya anjing, yg kadang2 jalan dekat saya atau mengendus2 kaki saya.

Berarti kaki kamu harus dibersihkan sebelum bisa sholat (kalau sudah yakin menjadi basah dari air liurnya anjing). Kalau celana yang kena, maka celana yang kotor dan harus dibersihkan atau dibuka untuk sholat.

Mertua saya kadang2 juga suka menitipkan anjingnya kalau dia sedang ada urusan sekitar 2 atau 3 jam..nah saya jadi risih kan?

Dititipkan di mana? Diikat di depan rumah? Atau ditaruh di dalam rumah di mana kamu sholat? Coba jelaskan kepada mereka bahwa anjing tidak boleh dipelihara oleh orang Islam, dan rumah kamu perlu dijaga kebersihannya untuk sholat. Insya Allah mereka terbuka untuk menerima agama dan budaya yang berbeda. Kalau mereka mau titipkan saudara mereka yang suka membakar rumah orang (dia arsonis), atau suka mencuri barang orang (dia pencuri/maling), apakah kamu juga terima dengan lapang dada? Kalau mereka mengatakan bahwa mereka merasa sayang pada anak itu (padahal dia sering mengganggu orang lain), apakah kamu juga harus sayanginya dan menerimanya di rumah kamu?

karena gak enak mau menolak, sementara beliau baik banget dan selalu penuh perhatian, masa dititipin anjing 2 jam keberatan?? itu yg bikin saya bingung.

Kalau mereka mau titipkan orang yang baru keluar dari penjara dan terkenal sebagai pemerkosa, apakah kamu terima juga? Mertua baik hati, dan mau mencari tempat tinggal untuk si kriminal itu (mungkin dia masih saudara jauh), tetapi karena belum ada, mereka titipkan di rumah kamu untuk satu malam? Terima? Atau menolak karena kepentingan kamu lebih utama daripada kebaikan hati mereka? Kalau pemerkosa atau pencuri akan ditolak, kenapa anjing harus diterima?

Jadi, coba menolak dengan cara yang baik dan sopan. Bukan menolak dengan keras. Kalau mereka bersikeras bahwa tidak ada solusi selain dititipkan pada kamu maka cari solusi yang bijaksana. Misalnya, di negara barat, toko binatang menjual kotak plastik besar untuk mentransportasi binatang di dalam mobil. Minta mertua beli satu, dan pada saat anjing dibawa ke rumah, harus dibawa langsung dalam kotak tersebut. Anjing bisa tidur saja di dalamnya, dengan makanan dan air sendiri, dan tidak boleh keluar dari kotaknya. Ini tidak berbeda dengan keadaan di mana anjing menginap di klink dokter hewan atau dibawa keluar kota. Insya Allah mereka siap menerima solusi ini yang sama-sama tidak memberatkan.

Segabai tambahan informasi, coba baca yang berikut:

Memelihara Anjing Di Rumah

Pertanyaan:

Bagaimana hukum memelihara anjing sebagai hewan pengamanan di rumah?

Terima kasih

Devina

Jawaban:

Assalamu alaikum wr.wb.

Para ulama sepakat melarang memelihara anjing kecuali untuk suatu kebutuhan. Misalnya untuk berburu, untuk menjaga sawah, menjaga ternak, dan kebutuhan lainnya selagi tidak ada larangan syariah.

Dari Abu Hurayrah, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang memelihara anjing, kecuali anjing untuk menjaga ternak, berburu, atau menjaga sawah, maka berkuranglah pahalanya setiap hari satu qirath (sebesar gunung Uhud).” (Muttafaq alaih).

Selanjutnya para ulama berbeda pendapat mengenai anjing yang digunakan selain untuk berburu dan menjaga ternak atau sawah. Misalnya anjing untuk menjaga rumah, anjing pelacak, dsb. Pendapat yang kuat adalah selama pemeliharaan anjing itu dibutuhkan dan memberikan manfaat secara syariah, maka ia diperbolehkan sesuai dengan dalil hadis di atas. Sebab, masalah utama dari memelihara anjing adalah kemaslahatan atau kemanfaatan. Selama anjing itu memberikan manfaat bagi manusia, ia boleh dipelihara. Adapun menjadikan anjing hanya sebagai hiburan, mainan, dan perhiasan, dan sejenisnya, ia dilarang oleh Islam. Hal itu karena melihat kepada najis dan dampak buruk lainnya yang terdapat pada anjing.

Demikian. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Wassalamu alaikum wr.wb.

Sumber: Syariah online

Silahkan baca juga:

Najisnya Anjing?

Najis Dari Anjing

Jilatan Anjing

Mengapa Anjing Najis

Apakah Bulu atau Kotoran Anjing Sama Seperti Liur Anjing

Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

Sahkah Shalat Jamaah Diimami Anak Kecil?


Jumat, 30 Nov 07 11:26 WIB

Asalamu'alaikum Wr. Wb.

Ustadz yang baik, Saya seorang perempuanmemiliki seorang adik kecil laki-laki yang belum baligh dan masih SD. Untuk membiasakannyasholat, saya sering mengajaknyasholat jamaah berdua. AgarIa lebih semangat, saya memyuruhnya menjadi imam. Pertanyaanya: Sahkah sholat berjamaah kami? Dan bagaimana shaf yang seharusnya, berdiri sejajar dengannya atau berdiri dibelakangnya?

Terimakasih Ustadz atas jawabannya. Semoga Allah senantiasa merahmati Ustadz dan keluarga.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Greeny

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Prinsip dasarnya dalam urusan shalat jamaah adalah apabila imamnya sah dalam melakukan shalat. Bila shalatnya imam sah, maka sah pula keberjamaahan shalat tersebut. Sebaliknya, bila shalat imam tidak sah, maka tidak sah pula jamaah itu.

Shalatnya seorang anak kecil yang belum baligh, sebenarnya sah-sah saja. Sebabsyarat sah sebuah shalat tidak bergantung apakah seseorang sudah baligh atau belum. Baligh adalah syarat wajib, bukan syarat sah.

Syarat wajib dengan syarat sah berbeda. Maksud dari syarat wajib adalah apabila syarat-syarat itu sudah terpenuhi, maka yang bersangkutan jadi wajib hukumnya untuk melakukan shalat atau ibadah lainnya. Dan sebaliknya, bila syarat wajib belum terpenuhi, maka yang bersangkutan tidak wajib atau belum diwajibkan untuk melakukan ibadah tersebut.

Kondisi seorang anak yang belum baligh menunjukkan bahwa dirinya sebenarnya belum lagi diwajibkan untuk melakukan shalat. Kalau dibilang belum diwajibkan, berarti seandainya dia tidak mengerjakannya, maka tidak ada dosa atasnya. Namanya saja belum wajib, berarti hukumnya cuma sunnah. Seandainya tidak dikerjakan tidak mengapa, tapi kalau dikerjakan, sebagaimana makna sunnah, dia akan dapat pahala.

Sedangkan yang dimaksud dengan syarat sah adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar shalat itu menjadi sah untuk dikerjakan. Misalnya, menghadap kiblat, suci dari najis, suci dari hadats kecil dan besar, sudah masuk waktu, menutup aurat dan seterusnya. Tapi urusan sudah baligh atau belum, ternyata tidak termasuk dalam syarat sah.

Jadi kalau ada anak kecil melakukan shalat fardhu dengan melengkapi syarat wajib, rukun dan kewajibannya, maka shalatnya sah. Walaupun jatuhnya bagi dirinya bukan wajib, melainkan menjadi shalat sunnah.

Bermakmum di belakang Imam yang Shalat Sunnah

Bermakmum dengan iman yang shalatnya shalat sunnah, sementara makmumnya berniat shalat fardhu, dibenarkan dan dibolehkan dalam syariat. Dengan demikian, keimaman seorang anak kecil yang belum baligh atas makmum yang sudah baligh, tidak menjadi masalah. Hukumnya tetap dianggap shalat berjamaah.

Dasar atas kebolehan anak kecil menjadi imam buat orang dewasa adalah sabda Rasulullah SAW:

Dari Jabir bin Abdillah bahwa Amr bin Salamah radhiyallahu a'nhu berkata, "Aku telah mengimami shalat jamaah di masa Rasulullah SAW sedangkan usiaku saat itu baru tujuh tahun. (HR Bukhari).

Dan menurut ulama dalam mazhab As-Syafi'i, bahkan meski shalat itu shalat Jumat, tetap sah bila diimami oleh seorang anak kecil yang baru mumayyiz. Meski dengan karahah (kurang disukai).

Pendapat Yang Berbeda

Namun tidak bisa kita tampik bahwa selain hadits Shahih Bukhari di atas, ada juga dalil yang secara pengertiannya justru menyatakan tidak sah bila yang jadi imam seorang anak kecil. Hadits itu sebagai berikut:

Al-Atsram meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas radhiayllahu anhuma bahwa: Janganlah seorang anak kecil mengimami shalat jamaah kecuali setelah bermimpi.

Sehingga menurut ulama kalangan mazhab Al-Hanafiyah, tidak sah bila anak kecil menjadi imam shalat, baik shalat fardhu atau pun shalat sunnah. Sedangkan ulama di kalangan mazhab Malik dan Hanabilah, yang tidak sah hanya untuk shalat fardhu, sedangkan untuk shalat sunnah, hukumnya sah.

Pendapat yang menurut kami lebih kuat adalah pendapat di atas, yang juga merupakan pendapat mazhab Asy-Syafi'iyah. Hal itu karena dalilnya sangat kuat, di mana Al-Bukhari menshahihkan hadits tentang Amr bin Salamah yang mengimami shalat jamaah saat beliau masih berusia 7 tahun.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Sumber: Era Muslim

Membuat Anak Senang Membaca

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Ada seorang ibu bertanya kepada saya bagaimana bisa membuat anaknya mencintai buku, sedangkan dia sendiri jarang membaca karena menjadi ngantuk. Dan dia juga kuatir bahwa anak akan sobek halaman buku kalau dibelikan, jadi dia ragu-ragu untuk beli buku. Berikut adalah jawaban saya. Semoga bermanfaat.

Buat orang tua yang ingin membuat anaknya rajin membaca buku, dan juga mencintai buku, maka tidak ada cara selain anak itu harus diajak membaca buku. Jangan takut buku akan dirusak. Hal itu sangat mudah diatasi (dijelaskan sebentar lagi).

Pertama, beli satu buku dulu, dan baca bersama dengan anak. Jangan sekedar membaca tetapi juga bertanya2 tentang gambar2 yang ada hal2 menarik di dalamnya (Ada berapa semut di sini? Di mana selimutnya? Mobilnya warna apa? dsb.) Dengan demikian, membaca buku menjadi kegiatan interaktif bagi anak, sekaligus mereka bisa menikmati waktu khusus untuk bergaul dengan orang tuanya (atau abang/kakak/ Om/Tante/ Kakek/Nenek, dsb.).

Waktu yang baik adalah pada saat anak mau tidur malam atau tidur siang. Nanti akan menjadi kebiasaan, dan juga merupakan waktu penting yang bisa digunakan orang tua untuk bergaul dengan anak. Kalau baca buku pada jam 9 malam sebelum tidur, maka tidak apa2 kalau menjadi ngantuk. Kalau sudah dikerjakan untuk 2 minggu, nanti Insya Allah menjadi kebiasaan dan anak bakalan minta terus, jadi orang tua harus siap membuat rutinitas baru ini.

Biarkan anak memilih buku yang ingin dibacakan (kalau sudah ada beberapa). Anak senang kalau cerita yang sama diulang berkali-kali sampai dia menghafalkannya. (Saya pernah dipukul keponakan karena untuk menyingkat waktu, saya loncat dari kalimat pertama sampai kalimat terakhir di dalam halaman pertama, tanpa tahu cerita sudah dihafalakan oleh dia. Umurnya anak itu 3 tahun, dan dia tahu kalau satu kalimat tidak dibaca, dan menjadi marah. Ceritanya harus sama terus!)

Kalau sudah selesai baca buku untuk pertama kali, sekarang saatnya untuk membuat perjanjian sama anak. Setelah baca buku pertama, bertanya kalau anak suka. Dia pasti bilang iya. Bertanya kalau mau dibelikan lagi. Dia pasti bilang iya.

Bikin janji: “Ibu janji untuk beli buku lagi, tetapi hanya kalau semua buku dijaga dan tidak disobek!” Jelaskan bahwa buku mahal, dan kalau disobek, maka uang Ibu habis dengan sia-sia. Kalau uang Ibu habis, tidak bisa belikan buku lagi karena harus menghemat uang untuk beli susu, dsb. Jadi kalau buku dipelihara dengan baik, Ibu akan belikan buku terus.

Jadi, sekarang anak harus memilih sendiri: mau jaga buku supaya dapat lagi, atau tidak? Mendorong anak untuk mengulangi perjanjian sama Ibu, supaya dia menjadi hafal. Dan percapakan yang sama perlu diulang beberapa kali dalam satu minggu sebelum dibelikan buku lagi. Ini untuk tekankan bagi anak bahwa peraturan sudah jelas, dan dibuat dengan persetujuan anak. Jadi, kalau anak tidak dibelikan buku lagi (karen buku pertama disobek), maka itu konsekuensi daripada perbuatan anak sendiri dan merupakan “pilihan dia”.
Ibu: “Kalau buku disobek..?

Anak: “…tidak dibelikan lagi.”
Ibu: “Tetapi kalau buku dijaga baik-baik…?”
Anak: “…akan dibelikan lagi.”
Ibu: “Kamu mau yang mana? Pilih sendiri ya!”

Anak kecil sangat egois dan pasti memilih yang terbaik bagi dirinya. Kalau dia tahu bisa dapat lagi dengan menjaga buku pertama, dia pasti akan berusaha menjaganya (tetapi belum tentu langsung bisa, tergantung umurnya, jadi Ibu harus bersabar dan siap coba lagi kalau gagal pertama kalinya).

Kalau sudah lewat beberapa hari dan buku masih dijaga, belikan lagi. (Yang gampang adalah beli 5-10 sekaligus, dan simpan di lemari/kantor. Bagikan satu per satu selama berapa minggu/bulan. Satu minggu, satu atau dua buku tidak terlalu berat untuk kebanyakan orang tua, dengan harga buku sekitar 20.000.)

Sekarang masuk fase pelajaran, di mana anak sedang belajar untuk menjaga suatu barang. Kalau skil ini belum pernah diajarkan orang tua sebelumnya, wajarlah kalau sebagaian anak tidak bisa langsung berhasil. Tetapi jangan sampai gagal satu kali lalu Ibu langsung berhenti. Ibarat anak belajar naik sepeda; kalau dia jatuh pertama kali apakah wajar kalau sepedanya diambil dan tidak pernah ditawarkan lagi, atau apakah lebih wajar kalau anak dibantu untuk bercoba lagi?

Jadi, orang tua juga harus flexibel. Jangan samapi ada satu halaman sobek sedikit pada saat lagi main (mungkin tidak sengaja, atau disobek adik yang masih kecil), lalu Ibu langsung marah dan menolak beli buku lagi. Jangan begitu. Anak tidak akan merasa bersalah, tetapi disalahkan oleh Ibu, dan penyediaan buku yang sangat dihargai anak menjadi putus. Anak bakalan menjadi marah atau kesal. Jadi, kalau satu buku disobek, jangan berikan buku lagi untuk dua minggu, tetapi setiap hari bicara sama anak tentang buku dan bagaimana caranya memelihara buku. Misalnya, setelah membaca, taruh di lemari/rak buku, dan jangan tinggalkan di kasur. Kalau anak sudah kelihatan berusaha menjaga buku lagi, kembali berikan secara rutin.

Ibu harus ingat bahwa anak tetap anak, dan sangat mustahil bahwa seorang anak bisa bertanggungjawab penuh terhadap koleksi buku tanpa terjadi masalah. (Orang dewasapun banyak yang tidak bisa menjaga amanah, jadi jangan bersikap terlalu keras terahadap anak yang belum bisa).

Insya Allah dengan demikian, anak belajar bertanggungjawab terhadap barang miliknya, jadi senang membaca (terutama kalau baca selalu berserta orang tua setiap malam sebelum tidur), anak juga mendapatkan nikmat cerita yang mengajarkan moral, dan sekaligus mendapatkan kosa kata dan tata bahasa yang baik, yang akan membantu dalam semua pelajaran sekolah.
Kalau anak ulang tahun, jangan langsung beli Play Station. Lebih baik ajak ke toko buku dan suruh anak memilih sendiri 10 buku favorit.

Salah satu buku yang ingin saya rekomendasikan kepada orang tua adalah seri Frankin. Gambarnya sangat bagus, ceritanya bagus, dan mengajarkan moral kepada anak. Ada terjemahan bahasa Indonesia, dan saya sangat suka karena kulitas gambarnya serta ceritanya. Buat orang tua yang Muslim, yang kuatir pada judul yang tidak islamiah, maka tidak usah beli buku yang itu, seperti Franklin dan Peri Gigi, atau Hadiah Natal. Kalau anak bertanya kenapa, cukup jelaskan bahwa kita orang Islam dan tidak percaya pada Peri Gigi atau Natal, dan tidak perlu dijelaskan lebih dalam lagi. Cukup mengatakan Ibu tidak ingin beli yang itu. Nanti anak juga lupakan, Insya Allah. Selain dari itu, seri ini sangat bagus dan bisa digunakan untuk membahas beberapa perkara dengan anak. Misalnya, pada saat anak ketahuan berbohong, Ibu cukup bertanya: “Masih ingat apa yang terjadi pada saat Franklin berbohong pada teman-temannya?” Kalau anak bilang tidak tahu, walaupun dia sudah hafal ceritanya jadi pasti tahu, Ibu bisa jawab sendiri: “Temannya menjadi marah dan tidak mau main dengan Franklin lagi sampai dia minta maaf.” Dan setelah pulang ke rumah, Ibu bisa ajak anak baca buku Franklin Berbohong lagi dan membahas kenapa orang yang berbohong itu tidak disenangi teman-temannya.

Dari seri-seri buku anak yang dihasilkan di Indonesia, saya masih cari yang bagus, dan kemarin terakhir kali saya mencari, saya anggap seri Franklin termasuk yang paling bagus di Gramedia.
Semua buku yang diberikan kepada anak juga bermanfaat, Insya Allah. Dan sebaiknya dimulai dari umur 1-2 tahun dengan memberikan buku yang punya halaman sangat tebal, yang dibuat khusus untuk anak kecil. Isi buku cukup gambar, dan foto2 barang seperti mobil, bunga, dsb. Dari awal yang sederhana ini, Insya Allah anak menjadi senang “membaca” buku. Buat anak 1-2 tahun, membaca buku berarti dia memegang buku dan bisa menjawab pertanyaan dari orang tua (Mobilnya mana? Warna apa? dsb.). Pada umur 2-3 ke atas, mulai dibacakan buku setiap malam bersama dengan orang tua (sebelum umur ini juga boleh). Pada umur 6-7 ke atas, lebih baik membagi waktu supaya ada saat di mana anak membaca buku sendiri, dan juga ada saat di mana orang tua bacakan. (Dan adik2 boleh ikut mendengar juga).

Jangan takut beli buku apa saja buat anak. Sesuaikan dengan kesukaan mereka. Buat keponakan saya, laki-laki berumur 3 tahun dan 6 tahun, dibelikan buku Fraklin, buku truk, buku mobil, buku stiker, buku dinosaurus, dsb. Hampir semuanya masih dalam keadan cukup baik setelah 2-3 tahun. Ada yang sobek sedikit, dan itulah bagian dari proses belajar bagi anak, jadi tidak apa apa. Kalau saya lihat halaman yang sobek pada saat kita sedang baca buku, saya bertanya (tanpa marah) siapa yang menyobek, dan kenapa, dan tekankan bahwa sekarang gambar/teks tidak kelihatan, biar anak merasa rugi sendiri.

Sedikit diluar topik, saya juga sarankan untuk semua orang tua yang Muslim agar beli buku Tahapan Mendidik Anak - Teladan Rasulullah SAW. Tidak ada kaitan dengan topik di atas, tetapi secara umum, saya anggap buku ini sangat berharga untuk semua orang tua. Saya cukup kaget membaca buku ini karena isinya sesuai dengan ilmu pendidikan yang “terbaru” yang saya dapatkan di kampus di Australia. Saya anggap ilmu yang saya pelajari itu “baru” karena berbeda dengan ilmu pendidikan negara barat dari 20 tahun sebelumnya, tetapi setelah baca buku ini, saya baru sadar bahwa kebanyakan yang saya belajar tentang pendidikan anak dan psikologi anak telah dicontohkan 1.400 tahun yang lalu oleh Nabi kita (yang selalu memberikan pengarahan dengan lembut, dan sudah mengerti sifat anak2 dan bagaimana mendidiknya dengan cara yang terbaik). Kalau ingin beli kado buat teman yang sudah berkeluarga, saya sangat anjurkan buku ini. Insya Allah masih tersedia di Gramedia dan Gunung Agung.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

28 December, 2007

Bush Merencanakan Pemotongan Besar Terhadap Dana Anti-Teror Di Amerika Serikat!


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Ini sungguh aneh.

George Bush sudah meyakinkan seluruh dunia akan bahayanya terorisme. Seluruh dunia dibujuk dengan cara yang halus maupun kasar supaya menuruti kemauan Bush untuk menyerang “sebuah istilah”.

“Terror” adalah sebuah istilah dan juga perasaan, dan “terrorism” bisa dikatakan “taktik perang” yang telah digunakan sewaktu-waktu di dalam sejarah peperangan bangsa2. Jadi, perang terhadap “terror” (“War on Terror”) ibarat perang terhadap “kesedihan”, “kecapaian”, “kemarahan” dan seterusnya. Perasaan seperti ini tidak bisa dihilangkan dengan perang. Bagaimana kalau kota anda dijatuhkan bom dengan tujuan menghapus “kesedihan” di semua lapisan masyarakat? Apakah bisa berhasil? Apakah bom bisa menghilangkan perasaan dan emosi tersebut dari semua benak manusia?

Dan taktik seperti terorisme tidak bisa dihilangkan dengan perang karena semua taktik yang lain juga tidak mungkin dihilangkan dengan perang. Misalnya, apakah bisa dilakukan perang terhadap “penyerangan malam” (sebuah taktik), atau perang terhadap “penghancuran jalur2 suplai” (sebuah taktik), dan seterusnya?

Jadi perang terhadap “teror” sudah sangat aneh, dan seluruh dunia diwajibkan nurut dengan kemauan Bush untuk menciptakan perang jangka panjang, yang tidak bisa dimenangkan dengan cara apa pun.

Selanjutnya, yang menjadi sangat aneh di dalam perang ini (di atas yang baru saja disebutkan) adalah berita terbaru bahwa George Bush merencanakan PEMOTONGAN BESAR TERHADAP DANA ANTI-TEROR DI AMERIKA SERIKAT!

Apakah bisa dipahami? Seluruh dunia diwajibkan menjadi takut terhadap teror, diwajibkan bertindak melawan teror, dan diwajibkan mengejar “teroris” di wilayah masing2, sedangkan Bush sendiri mau memotong dana yang dikeluarkan untuk melawan terorisme!!??!!??!!

Pemotongan tersebut mencapai lebih dari 50% dari anggaran sekarang.

“The Homeland Security Department…wanted to provide $3.2 billion to help states and cities protect against terrorist attacks in 2009, but the White House said it would ask Congress for less than half - $1.4 billion, according to a Nov. 26 document.”

Artinya, Homeland Security Department ingin memberi $3,2 milyar pada setiap negara bagian (state) dan kota-kota besar, tetapi Gedung Putih merasa kurang dari setengah, hanya $1,4 milyar, sudah cukup. Rencana terbaru dari Bush akan (dengan sengaja) MENGHILANGKAN banyak program2 keamanan di pelabuhan dan tempat transit, dan juga program tim2 darurat (seperti tim SAR) dalam anggaran 2009.

Kata Senator Barbara Boxer, Democrat-California, “Pemerintahan Bush beranjak dari wilayah ke wilayah di dalam negara kita dan membuat masyarakat takut [akan diserang oleh teroris], tetapi pada saat mereka [=pemerintahan Bush] harus membayar sesuai dengan ucapannya, mereka mengatakan ‘Maaf, bank sudah tutup’.”

Rencana baru Bush membuat negara bagian California sangat kuatir karena 47% dari semua barang yang diimpor ke AS masuk lewat pelabuhan California, tetapi mereka akan kehilangan $220 juta dalam rencana baru Bush. Mereka sudah sadari bahwa satu saja penyerangan teroris terhadap pelabuhan California bisa sangat menganggu ekonomi bangsa.

Homeland Security minta $900 juta untuk bantu melindungi kota-kota yang dianggap sasaran utama serangan teroris. Tetapi Gedung Putih hanya bersedia memberikan $400 juta, dan hanya boleh dibagi antara 45 wilayah tertentu.

Juga dijelaskan di dalam artikel ini bahwa sebagian dari program2 yang menerima dana dari pemerintahan federal dianggap kurang efektif, dan kurang dibutuhkan. Walaupun begitu, pemotongan besar yang dilakukan Bush tidak memberi isyarat yang baik bagi bangsa2 lain yang dibuat takut oleh Bush, dan dibujuk untuk menemaninya melanggar hukum internasional, mengabaikan hak2 tahanan perang, mengabaikan PBB, dan mengikuti dia menyerang sebuah perasaan (“terror”).

Seharusnya Bush malah menambahkan dana buat program anti-teror di AS, daripada berusaha menghemat uang supaya bisa digunakan untuk menyerang dan menghancurkan kota2 di Iraq, yang sangat merugikan masyarakat sipil, dan sangat mengganggu proses belajar anak kecil yang banyak menjadi pengungsi sekarang. Bush sudah jelas tidak peduli pada keamanan bagi anak yang tidak berdosa di Iraq, dan sekaligus juga terbukti tidak peduli pada keamanan buat anak yang tidak berdosa di Amerika Serikat.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Read the full article:

White House to Cut Anti Terror Funds

The Associated Press

Friday 30 November 2007

Sumber: Truthout

Gereja Katolik Di AS Terpaksa Menjual Gedung Untuk Bayar Kasus Pelecehan Sekual

Ini berita yang sungguh menyedihkan. Uskup di Los Angeles, California, terpaksa menjual gerejanya untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya. Kenapa mereka butuh uang? Bukan untuk santunan anak yatim. Bukan untuk program sosial. Mereka butuh banyak uang tunai untuk membayar tuntutan dari korban pelecehan seksual setelah mereka dianiaya atau diperkosa oleh sebagaian pastor selama bertahun-tahun!

Kantor utama yang digunakan sang uskup akan dijual, dan mungkin sebanyak 50 gedung yang lain yang juga milik Gereja akan dijual pula. Uang yang dihasilkan akan dibagi-bagi antara ratusan korban yang telah mentuntut Gereja Katolik di pengadilan.

Perkiraan terbaru adalah total pengeluaran oleh Gereja untuk menyelesaikan semua kasus ini bisa mencapai $1 milyar.

Dalam salah satu persidangan, Gereja Katolik menyetujui pembayaran sebesar $660 juta untuk meneyelsaikan ratusan kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor. Pembayaran ini merupakan pengeluaran yang terbesar yang pernah dilakukan oleh satu wilayah kekuasaan uskup (disebut satu “diocese”).

Beberapa kasus yang lain masih belum tuntas.

Read the full articles here:

LA Church sale to fund sex claims

Story from BBC NEWS:

Judge Approves $660-Million Clerical Abuse Settlement

By Tami Abdollah and John Spano

The Los Angeles Times

23 December, 2007

Kapan Indonesia Menjadi Seperti Jepang?


Saya dikirim artikel ini dari seorang teman. Kapan Indonesia bisa seperti ini? Dan apakah ada yang bisa menjelaskan kenapa negara yang penuh dengan orang kafir bisa seperti ini, sedangkan negara yang penuh dengan orang yang beriman bisa mewujudkan yang sebaliknya? Kapan bangsa ini akan maju dan meniru negara orang kafir?

Catatan Perjalanan

Dongeng dari Jepang

Oleh Yuli Setyo Indartono

Rabu, 13 September 2006 06:18:38

>Kantor pemerintahan dan pelayanan public

Anda pernah melihat sekelompok semut? Nah, begitulah kira-kira situasi kantor pemerintahan daerah di Jepang. Tidak ada "semut" yang diam termangu, apalagi membaca koran; seluruh karyawan kantor senantiasa bergerak, dari saat bel mulai kerja hingga pulang larut malam.

[…]

Tata ruang kantor khas Jepang: mulai pimpinan hingga staf teknis duduk pada satu ruangan yang sama - tanpa sekat; semua bisa melihat bahwa semuanya bekerja. Satu orang membaca koran, pasti akan ketahuan. Aksi yang bagi saya dramatis ini masih ditambah lagi dengan aksi lari-lari dari pimpinan ataupun staf dalam melayani masyarakat. Ya, mereka berlari dalam arti yang sesungguhnya dan ekspresi pelayanan yang sama seriusnya. Wajah mereka akan menatap anda dalam-dalam dengan pola serius utuh diselingi dengan senyuman. Saya hampir tak percaya dengan perkataan kawan saya yang mempelajari sistem pemerintahan Jepang, bahwa gaji mereka - para "semut" tersebut - tidak bisa dikatakan berlebihan. Sesuai dengan standard upah di Jepang. Yang saya baca di internet, mereka memiliki kebanggaan berprofesi sebagai abdi negara; kebanggaan yang menutupi penghasilan yang tidak berbeda dengan profesi yang lain.

[…]

Mengetahui bahwasanya saya adalah orang asing yang kurang lancar berbahasa Jepang, saya mendapatkan "fasilitas" diantar kesana-kemari pada saat mengurus berbagai dokumen untuk mengajukan keringanan biaya melahirkan istri saya. Hal ini terjadi beberapa kali. Seorang senior saya pernah mengatakan, begitu anda masuk ke kantor pemerintahan di Jepang, maka semua urusan akan ada (dan harus ada) solusinya. Lain hari saya membaca prinsip "the biggest (service) for the small" yang kurang lebih bermakna pelayanan dan perhatian yang maksimal untuk orang-orang yang kurang beruntung.

>Pasar, pertunjukan kejujuran dan perhatian

>Polisi, sistem yang bekerja dan melindungi

>Lingkungan hidup dan transportasi

Baca artikel lengkap di sini: Berita Iptek.com

19 December, 2007

Kisah satu anak miskin




Assalamu’alaikum wr.wb.,

Barangkali Wapres benar. Kondom sangat utama untuk dipikirkan seorang Wapres.

Barangkali Gubenur benar. Busway yang habiskan ratusan milyar dan bikin jalan lebih macet lagi untuk layani minoritas dari masyarakat, dengan sekaligus makan subsidi cukup besar, lebih utama untuk dipikirkan seorang Gubenur.

Barangkali Walikota benar. Kuburan yang perlu dibongkar supaya tanah wakafnya bisa dijual kepada pengusaha yang ingin membangun apartemen di atasnya (walaupun melanggar hukum syariah 100%) lebih utama untuk dipikirkan seorang walikota.

Mereka pasti benar. Urusan mereka pasti sangat penting karena mereka adalah pejabat negara. Tidak mungkin mereka akan utamakan hal-hal yang tidak utama.

Tidak mungkin ada hal yang lebih utama, yang bisa mengisi waktu mereka untuk mencari solusinya, seperti layanan kesehatan untuk anak miskin.

Tidak mungkin. Kondom saja. Busway saja. Apartemen saja.

Itulah yang terpenting. Mereka pasti benar.

Bayangkan kalau seandainya Nabi Muhammad SAW lahir di sini, pada zaman ini. Bagaimana beliau bisa bertahan hidup terus (sebagai seorang anak yatim yang seringkali diabaikan masayarakat)? Saya yakin semua Nabi Allah dijaga, dan mendapatkan takdir yang ditentukan Allah. Tetapi untuk sementara, coba bayangkan kalau seandainya Allah tidak intervensi untuk menjaga dan meyelamatkan Nabi pada saat masih seorang anak yang yatim dan miskin di Indonesia, dan mempersilahkan kita menjaga semua anak yatim untuk menguji tingkat kepedulian kita dan kasih sayang kita terhadap mereka semua?

Kalau bukan Allah yang menjaganya, siapa yang kira-kira akan peduli kepadanya? Kira-kira siapa yang mau menjaga semua anak yatim karena kuatir bahwa Nabi kita ada di antaranya, atau minimal untuk mengingat perjuangan Nabi dan menghormatinya? Tentu saja bukan pejabat pemerintah.

Saya dulu sering melihat anak yatim di panti dan berfikir “Dulu ada orang seperti kita yang melihat Nabi Muhammad SAW setiap hari, pada saat dia ‘hanya’ anak yatim, dan mereka sama sekali tidak tahu masa depannya bagaimana.” Apakah mereka merasa terdorong untuk berbuat baik kepadanya hanya karena dia seorang anak yatim yang tidak berkuasa? Lalu saya berfikir bahwa saya harus berbuat sebaik mungkin pada anak di depan saya itu karena saya sama sekali tidak tahu dia akan menjadi apa di masa depan. Bisa jadi dia ditakdirkan Allah menjadi pemimpin negara, imuwan penting, orang alim atau Kyai besar bagi ummat Islam. Lalu saya pikirkan semua anak yatim lain yang tidur tanpa merasakan kasih sayang dari pemerintah maupun masyarakat, dan saya ingat pada Nabi Muhammad SAW yang mengalami masa sebagai anak yatim juga.

Nabi Allah Muhammad SAW tidak ditakdirkan menderita di bahwa ketidakpedulian pemerintah Indonesia dan kita semua pada zaman ini. Bagaimana kalau seandainya kita bisa melihat Nabi kita sedang menderita karena lapar dan sakit pada saat dia masih seorang anak yatim, padahal kita tahu dia akan menjadi Nabi kita? Bukannya hati kita pasti sakit sekali melihatnya? Tetapi kita tidak memandang anak yatim yang lain dengan rasa kasih sayang yang setara. Mereka hanya anak yatim biasa, yang miskin dan tidak berdaya. Mereka bukanlah Nabi kita.

Nabi Muhammad SAW dijaga oleh orang-orang di sekitarnya (atas izin Allah).

Anak yatim dan anak miskin di Indonesia belum tentu bisa begitu beruntung.

Silahkan membaca. (Dari teman yang kirim ke milis).

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

*********************



Saya sedang mengawasi ulangan akhir semester waktu Ibu Galuh, salah seorang pengurus sekolah, mendatangi. "Wah Bu, gimana ya? Itu Imam ditolak di rumah sakit. Sekarang dibawa ibunya kesini"

Imam, anak terpandai di kelas 1 rupanya sakit. Pantas tiga hari kemarin dia tidak masuk. Imam boleh dikatakan jauh lebih pandai daripada hampir semua teman sekelasnya. Dua minggu yang lalu kami memberi ujian akhir SD edisi tahun lalu, edisi yang harus mereka kerjakan tahun lalu agar lulus SD. Hal itu kami lakukan untuk mengevaluasi, kemudian mengelompokkan mereka, dan memberi remedial karena matematika anak-anak itu luar biasa memprihatinkan. Nyaris semuanya dapat 10. Imam dapat 87. Yang terdekat dengannya adalah seorang anak perempuan, Rosita, dengan nilai 76.

Mengingat nilai kelulusan SD adalah 4.5, kami heran bagaimana mereka bisa lulus. Soal yang kami berikan adalah soal yang mereka dapat dalam ujian SD yang mereka lalui kurang dari setahun yang lalu.

Saya keluar bersama bu Galuh menemui Imam dan ibunya. Di ruang duduk bangunan serba guna yang jadi lokasi SMP terbuka itu, Imam terbaring lemas di sofa panjang satu-satunya yang ada disitu. Dokter puskesmas kemarin memberitahu bahwa dia mungkin demam berdarah atau/dan tipus atau/dan hepatitis. Harus masuk rumah sakit.

Tapi kemarin itu dia ditolak rumah sakit karena tidak punya kartu askeskin. Hanya ibunya yang mempunyai kartu askeskin. Mengapa cuma ibu yang punya, kan harusnya seluruh keluarga punya? Iya, bu. Di RW lain mah punya semua, tapi di RW saya satu keluarga cuma dikasih satu. Seorang paramedis belakangan bercerita bahwa memang begitu karena belum lama ini pemerintah kota kehabisan blanko kartu askeskin itu, jadi satu keluarga cuma dapat satu. Tapi semestinya bisa bu, karena seluruh anggota keluarga pasti sudah terdaftar di Askes. Rumah sakit juga tahu, cuma mereka tidak mau direpotkan karena prosedurnya menjadi lebih rumit untuk mereka. Ibu Imam memperlihatkan kartu askeskinnya. Kata "keluarga miskin" di kartu itu membuat saya miris.

Tanpa ada uang jaminan atau kartu askeskin, Imam tidak bisa masuk RS walaupun dia harus segera dirawat. Sebelum ke RS, seorang guru memberi nama seseorang yang mungkin bisa membantu. Ibu tersebut menanyakan nama tersebut, dia malah ditanyai, "Ibu kenal tidak dengan bu Lilis itu? Kalau tidak kenal ngapain ibu tanya-tanya dan mau ketemu dia?" Ibu si Imam tak bisa menjawab karena dia juga tak tahu mengapa dia harus menghubungi ibu itu.

"Kami juga diacuhkan, bu. Beberapa kali saya bicara tapi dibelakangi, mereka ngobrol saja sendiri seperti saya tidak ada." Ayah Imam akhirnya marah dan mengajak pulang. Seorang perawat merasa kasihan dan memanggil mereka. Dia menyuruh agar labnya saja yang segera dilakukan dulu, perawat tersebut akan menjamin. Ternyata lab tidak terima karena tetap harus bayar dulu.

Tidak pelak lagi petang itu jadi petang yang sibuk untuk kami. Paramedis yang memberi reko dan bekerja di RS itu, yang sedang cuti, dipanggil juga. Dia adik Ibu Nur, guru yang kami minta jadi koordinator SMP terbuka kami. Urusan dievaluasi. Kami memutuskan langkah-langkah. Besok paginya bu paramedis yang pernah menangani administrasi di RS tersebut akan menguruskan askesnya ke kantor askes. Urusan itu diharap bisa selesai lebih cepat karena dia paham lika-likunya dan orang-orang askes mengenalnya. Besok, begitu surat-suratnya selesai, kami akan mengantarkannya ke RS. Sementara itu Ibu Nur membekali ibu Imam dengan makanan, antara lain tepung beras agar lebih mudah membuat bubur untuk Imam. Pocari Sweat yang saya belikan didisrekomendasikan oleh bu Paramedis karena kalau Imam hepatitis, minuman itu akan memperberat kerja hatinya.

Ibu Paramedis mengeluarkan stetoskopnya dan memeriksa kesehatan Imam. Lalu dia menjelaskan pada ibu Imam apa yang harus dilakukan di rumah. Imam harus istirahat total, kencing juga di kamar saja pakai pispot. Saya mengingatkan bahwa mereka bisa menggunakan ember karena saya yakin mereka tidak punya pispot. Makan harus bubur, alat makannya tidak boleh dipakai atau dicampur dengan alat makan anggota keluarga lainnya, dsb.

Saya dan Ibu Sofyan, pengajar keterampilan, kemudian mengantarkan mereka pulang. Imam nyaris tidak bisa berjalan. Saya memapahnya keluar sementara ibunya yang tidak tahu akan diantar sudah keluar duluan keluar untuk memanggil ojek.

Kijang tahun 90an yang disupiri bu Sofyan menyusuri jalan berbatu yang awal semester ini saya susuri dengan sepeda. Imam saya suruh berbaring di kursi tengah dengan kepala di atas pangkuan ibunya untuk mengurangi pengaruh goncangan mobil di jalan berbatu itu. Kami menyeberangi jalan aspal Parakan Saat. Jalan di tepi sungai itu mulai menyempit sampai akhirnya kami tiba di depan sebuah rumah petak berimpit di tepi sungai. Pintunya dilindungi anyaman plastik biru dari tempias hujan, angin dan matahari, mungkin itu limbah yang berasal dari plastik penutup tenda-tenda pinggir jalan.

Sekali lagi saya masuk ke dalam rumah yang bisa membuat stres kalau kita tinggal di dalamnya lebih lama dari sejam. Rumah itu terdiri dari tiga ruang berjajar menghadap sungai. Di ruang sebelah kiri waktu kita masuk ada sumur. Di ruang yang tengah, tempat pintu masuk, ada meja yang berisi makanan yang tidak menarik sama sekali. Saya jadi ingat pembantu saya yang kadang tetap saja membawa makanan yang menurut saya sudah tidak baik lagi walaupun saya larang dan saya suruh buang. Begitulah wajah makanan di atas meja itu. Bukan hanya tidak menarik, tetapi juga tampak seperti sisa-sisa, semua serba sepotong atau seimprit.

Di ruang sebelah kanan yang gelap (sebetulnya semua ruang gelap kecuali ruang sumur) ada ruang tidur berisi satu tempat tidur bertingkat dan lemari. Tempat tidurnya dialasi potongan-potongan kain. Kalau pun ada kasur dibawahnya, pastilah tipis sekali. Semua tampak kusut dan kumal.

Saya kira Imam berasal dari keluarga yang lebih baik kondisinya. Mungkin itu karena wajahnya yang tampak bersih dan matanya yang selalu bersinar. Ternyata kondisi keluarganya sama buruknya dengan beberapa anak yang dulu saya survei.

Kemarin, setelah melewatkan setengah hari yang melelahkan, paramedis baik itu berhasil memperoleh dokumen-dokumen yang dibutuhkan Imam. Wah, meletihkan dan makan waktu, padahal mereka kenal saya, katanya. Saya bisa membayangkan bagaimana kalau tak kenal. Entah kapan akan selesai. Jangan-jangan keburu mati anak orang.

Jam 15.30 Imam kami jemput. Kami minta ibunya menyiapkan pakaian untuk Imam di rumah sakit. Sampai di RS Ujung Berung, saya mengingatkan salah satu guru pengantar untuk mengopi semua dokumen yang ada beberapa kali. Nanti tiap loket pasti minta satu, saya meyakinkan. Beliau pergi mengopi, tapi cuma sekali. Sayang bu kalau tidak terpakai, katanya.

Benar saja. Tiap loket minta satu kopi. Entah kemana mereka menyimpan begitu banyak kopi dokumen yang harus diserahkan pasien setiap hari. Ibu Zakiah terpaksa pergi mengopi lagi.

Saya hapal birokrasi RS dalam menangani Askes karena tahun ini, waktu si sulung sakit serius dan ayahnya juga mau dioperasi sedikit, kami memutuskan menggunakan askes. Ribetnya minta ampun. Tidak usah saya ceritakan lagi. Yang jelas, tanpa pengantar dan tanpa dukungan orang terdekat, kalau ke RS pemerintah dengan Askes, orang sakit bisa-bisa bukan sembuh melainkan malah tambah parah atau jangan-jangan malah mati!

Kami masuk ke ruang UGD. Bau ruang itu tidak cocok untuk bau rumah sakit. Baunya lebih cocok untuk bau kamar kecil. Terasa lembab dan bau pesing. Aaahhhh. Dari situ, Imam ke lab untuk periksa darah. Untung disitu baunya lebih menyenangkan. Perawat menarik lengan baju Imam ke atas. Lengannya yang kurus terbuka jelas. Kalau makanannya adalah apa yang kami lihat di meja makan mereka, tidak heran anak itu bukan hanya kurus dan kecil, tapi juga nyaris tak berdaging. Bahkan kulitnya bergelayut sedikit karena kurusnya. Tak pantas untuk kulit anak kecil.

Setelah hasil tes darah keluar, kami menunggu dokter. Lalu diagnosa Imam pun keluar: hepatitis dan kemungkinan tifus. Imam harus segera masuk ruang isolasi RS, tapi Ruang Isolasi RS Ujung Berung penuh. Dia harus dirujuk ke RS Hasan Sadikin.

Ibu Zakiah, yang bawa mobil, tadi terpaksa pulang karena tamu yang datang ke rumahnya sudah terlalu lama dibiarkan menunggu. Kami memanggil taksi. Hujan rintik-rintik mulai menderas. Taksi tak jua datang. Adzan Magrib sudah tadi berbunyi. Ah, saya belum sempat menyiapkan homemade pangsit untuk isi wonton soup makan malam kami malam ini. Padahal Bogie sedang sakit. Tadi Karina juga mengatakan badannya tidak enak sepulang kuliah. Saya telpon Fatima, si bungsu, untuk membuat pangsit seperti yang bunda buat dan siapkan makan malam untuk ayah dan kakak. Untung si kecil ini tertarik masak memasak. Jam 19.00, taksi belum tampak hidungnya. Kami mulai berpikir mencari alternatif karena saat hujan taksi memang susah. Siapa yang bisa dimintai tolong? Tengah risau begitu, saya teringat seorang guru lainnya yang kadang datang dengan mobil jipnya. Untunglah dia bersedia. Saya aplusan dengan ibu itu. Diujung jalan Pacuan Kuda saya diturunkan dan pulang ke rumah untuk ganti memeriksa anggota keluarga saya sendiri yang sakit dan memastikan mereka makan malam. Hampir jam sepuluh, kedua ibu yang mengantar ke RS Hasan Sadikin itu baru bisa pulang ke rumah. Di RS Hasan Sadikin pun masalah birokrasi hampir saja membuat anak itu nyaris ditolak lagi.

Kami orang-orang terdidik ini saja pusing padahal kami sudah mengandalkan berbagai koneksi, bagaimana pula orang-orang kecil seperti keluarga Imam. Orang miskin memang harus dilarang sakit di negeri ini.

salam,

ida

17 December, 2007

Pentingnya Membaca Bagi Bangsa: Sebarkan!

Assalamu'alaikum wr.wb.,

Presentasi Power Point (PPP) ini tentang Pentingnya Membaca Bagi Bangsa sangat penting untuk dilihat semua orang tua dan guru.

http://docs.google.com/TeamPresent?docid=ddhvzsnb_12cbbqxjf6

Mohon sebarkan kepada yang lain, dengan izin penuh dari penciptanya PPP ini, Drs. Satria Dharma. Bila ada yang membutuhkan dalam bentuk file Power Point, supaya bisa melakukan presentasi sendiri di sekolah, kampus, kantor pemerintah, perusahaan swasta, pengajian, dll., silahkan kirim email kepada saya dan Insya Allah saya akan balas dengan filenya.

Email saya: genenetto [@] gmail.com

Bila ada yang ingin menghubungi Pak Satria sendiri, bisa lewat saya juga.

Wassalamu'alaikum wr.wb.,

Gene Netto


10 December, 2007

Kesempatan Beramal

Assalamu’alaikum wr.wb.

Saudara-saudara yang seiman,

Wafatnya guru tercintai saya, almarhum KH. Masyhuri Syahid telah menimbulkan kekosongan di dalam hati banyak sekali orang. Bagi saya sebagai murid, sangat terasa kehilangannya. Tetapi ada kaum yang lebih merasakannya, yaitu kaum dhu’afa, janda tua, jompo dan terutama anak yatim dan yatim piatu.

Gedung Pesantren Yatim Daarul Qur’an merupakan perwujudan dari cita-cita dan keinginan semasa beliau masih hidup. Landasan dasar yang menjadi pijakan dan tujuan berdirinya adalah – mendidik dan menyantuni anak-anak yatim. Dari sinilah almarhum K.H. Masyhuri Syahid berjuang mewujudkan cita-citanya membangun sebuah pesantren di lingkungan ibu kota untuk mengimbangi dan memberikan pelayanan pendidikan Agama dalam menanggulangi krisis akhlak dan moral anak-anak usia sekolah.

Tahun 2001 perjuangan Almarhum bersama guru-guru dan peran serta masyarakat, donatur, dermawan, memulai pembangunan Gedung Pesantren Yatim Daarul Qur’an. Fasilitas yang telah dan akan dibangun diantaranya :

1. Sarana belajar : TK, Madrasah Tsanawiyah, dan perlengkapan sarana belajar berupa alat peraga, laboratorium dan bahasa.

2. Bimbingan belajar dari Tingkat SLTP dan SLTA, pendalam dan tahfidz Al-Qur’an

3. Kursus-kursus : Komputer, Bahasa Arab, Inggris dan Mandarin

4. Asrama santri khusus yatim dan guru

5. Ruang ibadah dan olahraga

6. Sarana usaha : Koperasi, BMT (Baitul Maal wat Tamwil)

7. Sarana Sosial : Santunan anak-anak yatim, dhuafa, pemberian bea-siswa kepada anak-anak tak mampu.

8. Sarana Kesehatan : Diupayakan berdirinya Poliklinik

9. Penyediaan mobil Ambulance.

Pada saat ini, kami masih memerlukan dana untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana serta memberikan bantuan bulanan kepada anak-anak yatim dan dhuafa. 

Bantuan dapat ditransfer ke rek:

Bank Mandiri,  
Kantor Cabang Soepomo

No. 124.00.93029412 
a.n. Yayasan Darul Quran Pendidikan


Bila ada yang perlu informasi lebih lanjut, atau proposal pembangunan, tolong hubungi Pesantren langsung di nomor telfon 831 6707 atau 837 86837.
Alamat Pesantren:
Pesantren Yatim Darul Quran, Jl.Palbatu I No.21, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12810.
Website: http://www.daarulquran-tebet.org/berita
Facebook: http://www.facebook.com/pages/Yayasan-Daarul-Quran-Tebet/118528501558549 
Atas partisipasi dan bantuan Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih. Hanya kepada Allah SWT jualah semua kami kembalikan. Semoga perlindungan dan Ridho-Nya selalu menyertai kita sekalian dan semoga semua amal dan ibadah kita dapat dijadikan investasi akhirat. Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene Netto

(atas nama Pengurus Yayasan Yatim Piatu Daarul Qur'an)

09 December, 2007

Komentar Perda Syariah


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Saya tidak bisa pastikan apakah berita ini benar atau tidak. (Padang: Siswi Non-Muslim Dipaksakan Berjilbab). Dengan asumsi benar, maka guru sekolah yang salah karena membujuk non-Muslim memakai jilbab. Tetapi inti dari perkara ini adalah Perda Syariah yang membuka pintu bagi guru tersebut. Dalam perda itu, semua yang Muslim wajib memakai jilbab.

Sebagai seorang Muslim, saya juga merasa yakin bahwa perempuan wajib menutup auratnya. Yang tidak saya setujui adalah hak bagi pemerintah atau pemerintah daerah untuk MENGATUR urusan ibadah pribadi kita sesuai dengan kemauan mereka.

Coba berfikir: kenapa semua laki2 Muslim tidak diwajibkan memakai baju koko dan peci pada saat yang sama? Lalu, bagaimana kalau Pemda mewajibkan kita sholat karena sholat lebih utama daripada jilbab? Kalau seorang perempuan kelihatan tidak sholat, apakah ditangkap, dibawa ke dokter dan diperiksa haidnya? Kalau seorang laki2 tidak sholat di masjid, apakah dipenjarakan? Kalau merasa sakit, pusing, cape, sehingga mau sholat di rumah saja, sedangkan Pemda mewajibkan semua laki2 sholat di masjid, siapa yang akan melindungi hak orang yang tidak mau ke masjid dengan alasan tertentu? Bagaimana kalau ada petugas datang ke rumah saat maghrib, dan bila ada seorang laki2 di dalam rumah, ditangkap? Bagaimana kalau Pemda mewajibkan orang mampu melakukan Haji? Rekening bank kita diperiksa terus, dan kalau ada 20 juta, uang itu diambil secara paksa, dan kita dipaksakan naik pesawat untuk melakukan ibadah Haji. Niat kita menggunakan uang itu untuk membangun bisnis baru tidak diterima oleh Pemda.

Orang bisa saja mengatakan, “Ahh, hal2 seperti itu tidak akan terjadi, Gene keterlaluan!” Memang, saya tidak bisa tahu apakah hal2 seperti itu akan terjadi, tetapi PRINSIPnya sama. Apakah pemerintah (yang seringkali korup) punya hak untuk mengatur urusan ibadah pribadi kita secara terpaksa?

Di Tangerang ada Perda yang melarang perempuan keluar ke jalan setelah jam 21:00 untuk mencegah pelacuran. Kalau keluarga anda tinggal di situ, dan anda sedang di luar kota, lalu anak anda menjadi demam, dan isteri mau keluar dari rumah untuk beli obat, maka, pada saat dia injak jalan pada jam 21:01, dia telah MELANGGAR HUKUM dan bisa ditangkap dan dibawa ke kantor polisi untuk diproses.

Hal yang serupa sudah pernah terjadi terhadap seorang guru perempuan yang sedang hamil, dan dia ditahan petugas, lalu dipenjarakan selama 3 hari karena dia melanggar hukum ketika dia berada di jalan pada waktu malam. Ternyata, dia sedang pulang ke rumah pada malam itu, dan suaminya menjadi ketakutan karena tidak tahu isteri hamilnya ada di mana. Si guru itu disidang dengan tuduhan pelacuran, dan tidak diperbolehkan telfon suaminya di rumah. Hukumannya 3 hari penjara, dan suami baru tahu isterinya ada di mana setelah dilepaskan.

Apakah ini Islam? Apakah ini hak pemerintah untuk memberitahu kita bagaimana caranya beragama dengan benar atau tidak?

Maaf, saya secara pribadi tidak setuju. Saya juga tidak inginkan petugas pemerintah memeriksa sholat saya untuk mengetahui apakan sudah memenuhi syarat2 sah dari pemerintah. Kalau sujud saya kurang lama, apakah saya akan ditangkap? Kalau tangan saya tidak diangkat ke telinga untuk takbir, saya ditangkap? Bagaimana kalau ada Perda baru yang mengatur rukun2 “sholat yang sah”?

Rakyat belum berprotes pada saat pemda mengatur pakaian wanita di Padang dan di lain tempat. Rakyat belum berprotes saaat Pemda mengatur kapan kaum perempuan boleh menginjak jalan umum (yang dibuat dengan uang pajak laki dan perempuan). Kapan rakyat akan sadar bahwa Perda seperti ini, walaupun dibuat dengan niat baik, terlalu mengatur kehidupan pribadi kita?

Apa lagi yang ingin diatur Pemda sekarang? Dan dari mana mereka mendapat hak itu untuk mengatur urusan pribadi kita? Ahli agama juga nggak!

Saya sangat berharap kita semua bisa lebih cerdas dalam memikirkan dampaknya bila hal2 seperti ini diperbolehkan. Kalau jilbab boleh diatur, baju koko juga boleh, peci juga boleh, warna sarung juga boleh, sejaddah juga boleh, rukun sholat juga boleh, kapan kita berangkat haji juga boleh, pembayaran zakat juga boleh, dan seterusnya.

Saya tidak setuju kalau urusan pribadi agama saya boleh diatur oleh pemerintah.

Kalau anda tidak setuju dengan pendapat saya, silahkan berbeda pendapat. Dan kalau mau berbeda pendapat, semoga anda sedang memakai baju koko warna putih (warna lain dilarang), peci hitam (warna putih dilarang), dan sarung merek Gadjah Duduk (mereka lain dilarang, celana dilarang), karena barangkali inilah Perda paling baru yang akan muncul besok hari untuk mengatur kehidupan pribadi dan ibadah pribadi kita..…

Dan kalau memang muncul Perda ngawur seperti ini, apakah semua laki-laki akan setuju juga dan langsung beli baju koko warna putih dan membakar semua baju yang lain warna? Atau apakah hanya kehidupan wanita yang boleh diatur secara paksa oleh pemerintah?

Tunggu saja sampai isteri anda ditangkap karena berada di jalan pada jam 21:01 di Tangerang, dan kemudian dia dituduh sebagai pelacur, dan anda baru ketemu dia kembali setelah 3 hari. Mungkin kalau anda sendiri mengalami hal ini, baru anda akan sadari bahwa pemerintah mana pun tidak berhak untuk mengatur kehidupan kita dengan cara seperti itu.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...