Assalamu’alaikum wr.wb.,
Berkaitan dengan post ini di blog, Anak SD yang Gantung Diri karena Sangat Miskin, saya jadi ingat sesuatu yang baru dibaca kemarin. Saya sedang mengedit buku Syafii Antonio, Rasulullah Super Leader Super Manager, dalam bahasa Inggris. Di dalam bab 5, Pak Syafii menjelaskan sejarah Nabi SAW sebagai pedagang, dan cara beliau bersikap terhadap uang dan harta. Di dalam bab itu, ada bagian yang berikut di bawah ini.
Coba membacanya dan befikir: apakah pernah ada pejabat negara yang mengikuti contoh Nabi SAW ini? Apakah orang seperti Yusuf Kalla atau Aburizal Bakrie pernah berfikir untuk membagi uang sebanyak-banyaknya kepada orang miskin dan anak yatim tanpa rasa takut miskin? Atau apakah mereka semua begitu sibuk dengan mengurus hartanya sehingga mereka benar-benar tidak peduli pada penderitaan ummat Islam? Berapa banyak anak yatim dan anak miskin harus menderita atau bunuh diri sebelum pembesar negara menjadi peduli padanya?
Dan penyakit “peduli pada harta di dunia ini” tidak hanya diderita oleh para pembesar bangsa Indonesia. Coba berfikir: Apakah pernah ada raja Saudi yang mengikuti contoh Nabi ini?
Silahkan baca:
*****
[Dari buku: Rasulullah Super Leader Super Manager, bab 5]
Suatu ketika datang seseorang kepada Nabi SAW untuk meminta sesuatu, oleh beliau diberilah orang itu kambing yang banyak. Saking banyaknya sampai memenuhi jalan antara dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan berkata, “Masuk Islam lah kamu sekalian, sesungguhnya Muhammad bila memberi, dia seperti orang yang tidak takut miskin.”
Muhammad SAW dikhabarkan juga pernah menerima 90.000 dirham, kemudian uang itu diletakkannya di atas tikar lalu uang itu beliau bagi-bagikan kepada orang banyak, dan beliau tidak menolak permintaan siapa pun yang meminta sampai uang itu habis.
Ketika kembali dari Perang Hunain, beliau disodori uang hasil rampasan perang. Beliau berkata, “Letakkanlah uang itu di masjid dan jumlah uang itu yang terbanyak yang pernah diterimanya. Kemudian beliau shalat di masjid itu, tanpa menoleh kepada uang tadi. Ketika beliau selesai shalat beliau duduk dekat uang itu dan memberikannya kepada setiap orang yang memintanya. Kemudian baru beliau berdiri setelah uang itu habis.
*****
Apakah mungkin pengurus negara bisa seperti ini? Apakah mungkin mereka bisa begitu yakin kepada Allah sehingga mereka tidak takut miskin lagi? Atau apakah mereka membutuhkan uang yang banyak supaya bisa pamer, supaya dianggap orang hebat, supaya bisa menang dalam pemilu?
Kalau Nabi SAW ada di Indonesia sekarang, kira-kira beliau senang atau sedih pada saat bertemu dengan pengurus negara yang hidup dalam kekayaan yang sangat berlebihan, sedangkan rakyat yang miskin dan anak yatim menderita begitu banyak?
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene
Komentar lewat email:
ReplyDeleteHalo Gene,
Kalo saya melihatnya titik masalahnya adalah kurangnya keimanan kita kpd Allah dan rendahnya akhlak kita dg tidak pekanya hati para pemimpin terhadap rakyat yg dipimpinnya. Salah satu akhlak yg dicontohkan oleh Nabi dan 4 sahabat dekat nabi adalah kepekaan sosial. Lihatlah betapa Abu Bakr yg begitu pedulinya terhadap nasib Bilal yg sedang disiksa Quraisy dg membelinya seharga 2x lipat. Lihatlah betapa khalifah Umar tidak punya istana, tidur beralaskan papan, menjual kereta kerajaan yg terbuat dari emas dan uangnya dimasukkan ke dlm baitul maal, dll. Padahal saat itu dibawah kepemimpinannya, 3 emperium dunia dibawah kekuasaan khalifah Umar.
Dahulu khalifah Umar naik unta bergantian dengan pembantunya ketika berangkat ke Palestina untuk menerima kunci Baitul Maqdis, sehingga ketika sampai di pintu gerbang negeri itu, orang-orang malah mengelu-elukan pembantunya, yang kebetulan sedang dapat giliran naik unta dan Umar yang menuntunnya.
Ketika Hasan Al-Banna bepergian untuk berdakwah, konon ada orang yang mengenalinya naik kereta kelas tiga. Sebagai pemimpin tertinggi jamaah Islam terbesar di dunia, rasanya kurang pantas kalau tokoh itu naik kereta kelas kambing. Ada orang bertanya, mengapa naik kelas 3? Beliau hanya tersenyum dan menjawab, karena tidak ada kelas yang lebih rendah lagi.
Yang diperlukan pada hari ini untuk menjadi pejabat bukan program aneh-aneh, rencana yang muluk-muluk. Tapi yang dibutuhkan adalah kesederhanaan, kebersahajaan, keikhlasan dan juga persamaan derajat dengan nasib rakyat yang paling bawah.
Kalau belum bisa mensejahterakan rakyat, maka janganlah hidup dengan gaya sejahtera sendirian. Tapi tanggalkan semua kemewahan dan hiduplah bersahaja seperti rakyat. Para pemimpin kita masih jauh dari akhlak mulia. Kerja dakwah masih terbuka lebar. Hayo kita berdakwah kpd siapapun. Jangan takut berdakwah kpd atasan/bos kita. Dan pilihlah pemimpin dari golongan orang-orang yg suka berdakwah, bukan dari golongan orang-orang yg haus kpd kemewahan dunia.
Seorang hamba yg lemah,
Annisa
wah type pejabat kita sepertinya nggak kayk gitu deh ...
ReplyDeletetapi cari harta untuk 7 turunan dulu baru kalau masih sempet bagi-bagi ke yg lain ....
Helo Gene. salam kenal. saya eko. senang sekali anda juga sangat peduli pada pendidikan Indonesia. and its a really nice blog!
ReplyDeletesaya juga sedang berusaha membangun situs pendidikan dan sains di http://imperiumindonesia.blogspot.com/. Mudah-mudahan ini juga bisa bermanfaat u meningkatkan kualitas pembelajaran indonesia. salam.
Rosullah adalah contoh dan teladan umat, jika mampu talaudanilah... jika tidak mampu 'persis' seperti beliau setidaknya kerjakan yang wajibnya seperti menyantuni anak-yakim, kaum duafa, menyayanginya, membantu kaum miskin sesuai hati ingin memberi seberapa besar kemampuan memberi dan selanjutnya membayar zakat, itu harus!!!(kadang masih banyak saudara muslim kita yang sudah wajib saja tapi pura-pura atau bahkan sayang untung bayar zakat padahal itu wajib.
ReplyDeleteYUSUF KALLA, ABURIZAL BAKRI, atau siapapun mereka yang pejabat dan yang mengurus negara... Saya rasa mereka sudah mengerjakan yang WAJIB tadi dan MENYUMBANG, atau donatur apalah... (saya pernah dengar langsung ketika saya di Masjid Sunda Kelapa, Yusuf Kalla menyumbangkan 1 atau lebih mobil baru untuk mobil jenazah).
Anda tidak bisa menilai dari sudut mata 'sinisme' karena pertanyaan saya untuk anda... APAKAH ANDA SEMDIRI BERSAMA MEREKA ??? (dengan si pejabat atau yang anda subutkan namanya itu) MISALNYA, 1 DETIK, 1 MENIT, 1 JAM, 1 HARI (ini 24 jam loh???), 1 bulan atau 1 tahun dan bertahun-tahun2???....
Atau bahkan juga bersama mereka sejak masa kecil??? sehingga anda mudah sekali... "menuduh" seperti itu, TIDAK TAKUTKAH ANDA MENUDUH ATAU MEMBUKA AIB SESEORANG SAMA DENGAN 'memakan bangkai saudara-nya sendiri', tanya deh sama ustad anda benarkah hadis tersubut. Mereka itu kan SAUDARA semuslim ANDA loh???.
Dan pertanyaan saya, ANDA 'MENILAI' SESEORANG ATAU BANYAK ORANG apakah ANDA sendiri MAMPU ATAU BISA PERSIS MENIRU ROSULULLAH???..., bagaimana dengan harta anda sendiri???..., sudahkah sampai 'habis' harta anda (seperti rosul) yang anda bagi-bagikan untuk kaum miskin yang notabe-nya mereka SAUDARA MUSLIM anda juga!!!...
Maaf jika anda tersinggung..., kalau anda mau menyinggung orang harus siap di singgung ORANG!!!. ADIL bukan??? heheheh, smile...
Sebenarnya kesalahan mereka adalah tidak menjadikan diri mereka yang sudah di ‘ATAS’ itu menjadi TAULADAN buat bangsa sehingga mereka dapat membuat HIMBAUAN atau suatu GERAKAN, seperti contoh adalah “ VISIT INDONESIA YEAR 2008 “. Nah kenapa tidak membuat gerakan untuk umat…atau semua bangsa. Seperti “PEDULI BANGSA 2008”, dengan agenda apalah… dengan proyek percontohan beliau2 itu yang turun kebawah menyaksikan langsung POTRET KEMISKINAN INDONESIA.
Tapi,… saya jadi mikir jika anda PEDULI sekali dengan Indo. kenapa BUKAN ANDA saja yang manjadi PELOPOR gerakan itu…
Kan bisa di mulai dari sekala kecil saja mengajak para blogger mewujudkannya.
Menjadi PELOPOR LEBIH BAIK DARI PADA pengekor…, dan penggerak lebih baik dari pada anda terus-menerus manjadi PENGKRITIK….., apa gak capek… mikirin Indo. terus… tar cepet tua!!!.
dakwah itu wajib bagi kita. jangan karena beda prinsip, kita terpecah belah. nabi kita sangat mencintai kita. apa kita tidak merasa bersalah jika kita saling membenci namun Rosululloh sangat menyayangkan hal itu??
ReplyDelete