Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (301) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (224) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (571) islam (558) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (361) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (12) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (9) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (505) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (37) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (80) shalat (9) sosial (322) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

02 February, 2025

Banyak Anak Punya Akhlak Yang Rusak, Siapa Yang Bisa Memperbaikinya?

[Komentar]: Sekarang banyak perempuan gak bener live streaming sembari melakukan aksi asusila (hubungan intim) sama pasangannya. Diduga dapat saweran dari aplikasi live streaming. Aplikasi dan teknologi perusak moral SDM bangsa Indonesia. Pemerintah harus putar otak untuk mengatasi hal ini di tengah lapangan kerja sangat terbatas.

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Kemampuan untuk "Mengatasi" suatu masalah harus diawali dengan:
1) Menyadari faktanya ada masalah,
2) Kemampuan berpikir untuk mencari solusi
3) Kemauan untuk mencari solusi
4) Kemampuan bertindak secara aktif
5) Siap beradaptasi apabila solusi pertama tidak berhasil
6) Rencana jangka panjang untuk mencegah masalah itu muncul lagi.

Semua tahap itu belum terlihat di kalangan pejabat dan pemimpin. Kerusakan moral anak bangsa sering dibahas, tetapi semua pihak terkait buru-buru cuci tangan karena tidak ingin disalahkan, jadi juga tidak mau mengaku bertanggung jawab. Orang tua salahkan guru. Guru salahkan orang tua. Guru dan orang tua salahkan masyarakat. Masyarakat salahkan pemerintah. Pemerintah salahkan orang tua dan guru. Guru agama salahkan orang tua dan teknologi.  Penjual teknologi salahkan orang tua dan guru. Banyak pihak salahkan negara barat. Anak salahkan orang dewasa. Dan seterusnya. Tidak ada solusi karena tidak ada yang mencari solusi karena tidak ada yang merasa bertanggung jawab.

Coba berpikir. Kapan pernah dibuat mata pelajaran dan mata kuliah “Tata Cara Menjadi Orang Tua Yang Baik”? Kalau mau mengemudi mobil dan motor, ada kewajiban punya SIM. Kalau mau menjadi orang tua, tidak ada kewajiban apapun. Tidak ada pendidikan, pelatihan, pengarahan, panduan, buku teks, ujian, dll. Bebas saja menjadi orang tua dan besarkan anak dengan cara apa saja, termasuk cara yang buruk. Untuk hampir semua hal yang bisa mengganggu masyarakat kalau tidak diatur secara baik, ada proses belajar dan dapat izin. Diatur oleh pemerintah dan lembaga terkait. Demi keselamatan masyarakat. Kenapa tidak ada proses belajar serupa untuk “Menjadi Orang Tua”, walaupun itu salah satu tugas yang paling penting dalam sebuah masyarakat?

Kalau anak dibesarkan tanpa pendidikan, agama, budaya, dan moralitas yang baik, jangan salahkan orang tuanya saja. Bertanya juga, kenapa pemerintah, masyarakat, guru, dan orang tua dari zaman dulu tidak menuntut pendidikan berkualitas bagi semua manusia sebelum menjadi orang tua? Kualitas anak dan masa depan bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan sekarang. Kenapa nilai dalam mata pelajaran sekolah dianggap penting, tetapi kemampuan menjadi orang tua berkualitas tidak pernah dipedulikan? Mau memperbaiki akhlaknya anak bangsa? Mulai dengan mendidik anak sekolah sekarang, sehingga mereka sanggup melaksanakan tugasnya sebagai orang tua 10 tahun di depan.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...