Ada teman yang konsultasi dengan saya tentang bahasa Inggris. Anaknya ikut ujian di sekolah, dan ada beberapa jawaban yang salah, jadi saya jelaskan tata bahasanya. Lalu teman itu bercerita bahwa anaknya kesal. Kebanyakan anak di kelas dapat nilai tinggi, 98-100%, tetapi semuanya menyontek dengan bertanya pada AI (seperti ChatGPT) di HP, dan dikasih jawaban yang benar. Di sekolah swasta SMA itu, anak boleh pegang HP di kelas. Jadi mereka juga pakai untuk menyontek.
Saya bingung. Kok guru bisa tidak sadar? Atau gurunya tidak peduli? Berapa banyak anak sibuk menyontek terus setiap hari, dibantu oleh AI? Setelah lulus sekolah dan dapat pekerjaan, apa mereka sanggup melakukan tugasnya? Fungsinya sebuah ujian adalah untuk membuktikan kepada guru bahwa siswa itu memahami bahannya, atau tidak. Sangat bermanfaat ketika banyak anak dapat jawaban yang salah di nomor yang sama. Artinya, semuanya kurang memahami bahan yang satu itu, dan perlu diajar lagi. Dan kalau ada anak yang banyak dari jawabannya salah, menjadi jelas bahwa dia perlu bantuan tambahan, jadi gurunya bisa lebih perhatikan anak itu. Jadi kalau AI yang kasih jawaban terus, anak akan lulus ujian dan lulus sekolah tanpa kemampuan yang jelas. Dan di masa depan, menjadi pekerja seperti apa?
Seharusnya semua guru paham tentang kondisi baru ini, dan mencegah langsung dari awalnya. Kalau anak boleh manfaatkan HP dalam pelajaran di kelas, maka itu bukan masalah. Tetapi ketika mau ujian, anak perlu diwajibkan taruh HP di meja guru atau di tas. Dan guru yang baik tidak akan duduk manis di depan kelas dan main HP pada saat ujian. Seharusnya guru juga berdiri dan jalan keliling. Dilakukan untuk pastikan tidak ada yang menyontek. Tetapi juga sangat penting untuk mencari anak yang mengalami kesulitan, agar bisa dibantu. Misalnya, terlihat ada seorang anak yang belum menjawab semua soal, jadi gurunya bisa bertanya ada masalah apa. Kadang anak menjadi bingung pada saat ujian, tetapi juga takut bertanya. Jadi guru perlu perhatikan setiap murid secara langsung dan memastikan mereka sedang mengerjakan ujian secara baik dan tanpa kesulitan.
Dan kalau gurunya malas berdiri dan perhatikan semua muridnya pada saat ujian, buat apa menjadi guru? Dan kalau anggap anak menyontek dengan bantuan AI bukan masalah, buat apa menjadi guru? Fungsinya guru adalah untuk membantu siswa menjadi cerdas dan sanggup menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat. Kalau semua anak dapat nilai tinggi dalam ujian, maka itu bonus, dan bukan tujuan utamanya.
-Gene Netto
Search This Blog
Labels
20 April, 2025
Kalau Anak Sekolah Pakai AI Untuk Menyontek, Masa Depannya Bagaimana?
Celah Besar Di Tengah Jemaah Shalat Jumat Diisi Oleh Siapa?
Assalamu’alaikum wr.wb. Tadi saya datang telat ke masjid untuk shalat Jumat karena lagi sakit batuk, jadi saya kelamaan di rumah menunggu batuknya berkurang dulu. Akhirnya saya tiba pas iqamat dan takbir pertama. Saya buka sepatu dan tinggalkan di tangga (biasanya dititip) dan naik ke teras masjid. Saya ambil tempat di shaf yang kedua dari akhir, dan melihat ke depan. Ada celah besar di tengah beberapa shaf di depan saya. Tidak ada yang mau maju, tidak ada yang mau bergeser ke kiri atau kanan.
Kalau ada yang kasih saya tantangan, menang 1 juta kalau sanggup tempatkan 50 orang lagi di situ, saya siap terima karena sangat gampang. Kalau harus tempatkan 100 orang, saya masih berani terima tantangan itu. Akan lebih sulit, tetapi kalau semua orang maju, dan bergeser, saya kira masih bisa menampung 100 orang lagi. Atau lebih. Yang menjadi pertanyaan saya, ketika ada celah yang begitu besar di tengah jemaah shalat Jumat, yang mengisinya siapa? Manusia jelas tidak mau. Malaikat mau? Atau apakah setan yang paling senang di situ?
Dari Abdullah bin Umar ra., Rasulullah SAW bersabda, “Luruskan shaf, agar kalian bisa meniru shafnya malaikat. Luruskan pundak-pundak, tutup setiap celah, dan buat pundak kalian luwes untuk teman kalian. Serta jangan tinggalkan celah-celah untuk setan. Siapa yang menyambung shaf maka Allah Ta’ala akan menyambungnya dan siapa yang memutus shaf, Allah akan memutusnya. (HR. Ahmad 5724, Abu Daud 666, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Seharusnya ada kemauan di dalam hati jemaah untuk maju. Seharusnya ada kemauan untuk bergeser. Seharusnya ada kemauan untuk melakukan koordinasi dengan Imam agar jangan buru-buru mulai shalat ketika masih ada ratusan orang yang bergerak untuk mengisi shaf, dan masih ada ratusan orang lain yang malas bergerak dan perlu dikasih perintah maju. Tetapi tidak ada kemauan... Jadi ketika manusia menolak untuk maju, yang mengisi celah besar itu siapa? Malaikat atau setan?
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, “Ketika adzan dikumandangkan, setan menjauh sambil terkentut-kentut, sehingga tidak mendengarkan adzan. Setelah adzan selesai, dia datang lagi. Ketika iqamah dikumandangkan, dia pergi. Setelah selesai iqamah, dia balik lagi, lalu membisikkan dalam hati orang yang shalat: ingat A, ingat B, mengingatkan sesuatu yang tidak terlintas dalam ingatan. Hingga dia lupa berapa jumlah rakaat yang dia kerjakan.” (HR. Ahmad 8361, Bukhari 608, Muslim 885 dan yang lainnya)
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
14 April, 2025
Kenapa Info Anak Tenggelam Harus Menjadi Berita Harian?
Assalamu’alaikum wr.wb. Saya punya harapan bahwa pada suatu hari, saya bisa buka berita dan tidak ada informasi tentang santri atau pelajar yang tenggelam. Saya tidak tahu harus menunggu berapa ribu tahun sebelum hari itu datang. Yang jelas, tidak akan datang dalam waktu dekat. Setiap hari ada anak yang tenggelam, tetapi tidak ada kesan bahwa banyak orang peduli pada kondisi ini. Banyak santri dan pelajar tenggelam saat “mandi” di sungai karena tidak bisa berenang. Bisa saja dilarang, tetapi tidak ada yang melarang. Banyak juga yang tenggelam di pantai ketika berwisata. Bisa dididik bahwa laut sangat berbahaya, dan dilarang berenang, tetapi tidak ada yang melarang.
Ini masalah pendidikan. Semua anak ini tidak perlu tewas. Lihat contoh lain. Banyak anak kena demam berdarah, lalu pemerintah, pemda dan semua sekolah MENDIDIK anak tentang bahayanya nyamuk Aedes aegypti. Dipasang poster di sekolah, ada iklan di TV, ada program pemerintah, jadi hasilnya adalah semua orang termasuk anak balita juga tahu. Tetapi ketika ada arus berbahaya di sungai atau laut, kenapa tidak ada pendidikan bagi semua anak untuk hindari tempat tersebut, dan selalu waspada?
Anak yang tidak bisa berenang seharusnya dididik terus tentang risiko tenggelam kalau main di sungai, pantai, waduk dll. Dan kenapa anak yang tidak bisa berenang tidak diajarkan berenang saja? Setiap kecamatan bisa bangun kolam renang umum kalau pemerintah dan pemda punya niat. Kenapa tidak ada niat? Berapa banyak anak yang harus mati secara sia-sia tanpa ada tindakan untuk mencegah kematian itu?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
[Judul berita dari beberapa hari terakhir saja]:
- 3 Santri Tenggelam di Pantai Balekambang Malang Ditemukan
- Dua Santri Pondok Pesantren Darul Jalal Lampung Timur Tenggelam
- Santri Terseret Ombak Diselamatkan Pemancing Pakai Drone dan Kail
- Kronologi Lengkap Dua Pelajar Asal Boyolali Tewas Tenggelam di Pantai Klayar Pacitan
- 2 Orang Pelajar Terseret Arus Sungai Bengawan Madiun, 1 Hilang
- 3 Pelajar Tewas Terseret Ombak di Pantai Agam Sumbar
- Dua Pelajar SMP Dilaporkan Tenggelam di Sungai Kapuas
- Hilang Tiba-tiba saat Berenang di Sungai, Bocah 15 Tahun di Aceh Timur Ditemukan Meninggal
- Keasyikan Berenang, Pelajar kelas 6 SD di Pangkep Tenggelam di Sungai
- Pelajar di Kaur Tenggelam di Sungai, Pencarian Masih Dilakukan
- Hilang 3 Hari, Remaja Terseret Ombak di Pantai Cilacap Ditemukan Tewas