Assalamu’alaikum wr.wb. Tadi saya datang telat ke masjid untuk shalat Jumat karena lagi sakit batuk, jadi saya kelamaan di rumah menunggu batuknya berkurang dulu. Akhirnya saya tiba pas iqamat dan takbir pertama. Saya buka sepatu dan tinggalkan di tangga (biasanya dititip) dan naik ke teras masjid. Saya ambil tempat di shaf yang kedua dari akhir, dan melihat ke depan. Ada celah besar di tengah beberapa shaf di depan saya. Tidak ada yang mau maju, tidak ada yang mau bergeser ke kiri atau kanan.
Kalau ada yang kasih saya tantangan, menang 1 juta kalau sanggup tempatkan 50 orang lagi di situ, saya siap terima karena sangat gampang. Kalau harus tempatkan 100 orang, saya masih berani terima tantangan itu. Akan lebih sulit, tetapi kalau semua orang maju, dan bergeser, saya kira masih bisa menampung 100 orang lagi. Atau lebih. Yang menjadi pertanyaan saya, ketika ada celah yang begitu besar di tengah jemaah shalat Jumat, yang mengisinya siapa? Manusia jelas tidak mau. Malaikat mau? Atau apakah setan yang paling senang di situ?
Dari Abdullah bin Umar ra., Rasulullah SAW bersabda, “Luruskan shaf, agar kalian bisa meniru shafnya malaikat. Luruskan pundak-pundak, tutup setiap celah, dan buat pundak kalian luwes untuk teman kalian. Serta jangan tinggalkan celah-celah untuk setan. Siapa yang menyambung shaf maka Allah Ta’ala akan menyambungnya dan siapa yang memutus shaf, Allah akan memutusnya. (HR. Ahmad 5724, Abu Daud 666, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Seharusnya ada kemauan di dalam hati jemaah untuk maju. Seharusnya ada kemauan untuk bergeser. Seharusnya ada kemauan untuk melakukan koordinasi dengan Imam agar jangan buru-buru mulai shalat ketika masih ada ratusan orang yang bergerak untuk mengisi shaf, dan masih ada ratusan orang lain yang malas bergerak dan perlu dikasih perintah maju. Tetapi tidak ada kemauan... Jadi ketika manusia menolak untuk maju, yang mengisi celah besar itu siapa? Malaikat atau setan?
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, “Ketika adzan dikumandangkan, setan menjauh sambil terkentut-kentut, sehingga tidak mendengarkan adzan. Setelah adzan selesai, dia datang lagi. Ketika iqamah dikumandangkan, dia pergi. Setelah selesai iqamah, dia balik lagi, lalu membisikkan dalam hati orang yang shalat: ingat A, ingat B, mengingatkan sesuatu yang tidak terlintas dalam ingatan. Hingga dia lupa berapa jumlah rakaat yang dia kerjakan.” (HR. Ahmad 8361, Bukhari 608, Muslim 885 dan yang lainnya)
Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(97)
anak
(304)
anak yatim
(116)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(61)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(68)
hukum islam
(51)
indonesia
(574)
islam
(558)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(363)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(10)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(12)
kontroversi
(5)
korupsi
(27)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(52)
my books
(2)
orang tua
(10)
palestina
(34)
pemerintah
(136)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(507)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(38)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(37)
renungan
(177)
Sejarah
(5)
sekolah
(81)
shalat
(9)
sosial
(321)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
20 April, 2025
Celah Besar Di Tengah Jemaah Shalat Jumat Diisi Oleh Siapa?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment