Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)
Showing posts with label palestina. Show all posts
Showing posts with label palestina. Show all posts

16 January, 2009

Saya kecewa sekali

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Selama 1 bulan Israel berperang terhadap Gaza. Hasil yang nyata di lapangan, ada 1.135 orang Muslim yang telah dibunuh, dan 5.200 orang luka-luka, ratusan di antara mereka luka parah dan mungkin akan wafat. Dari lebih dari 6 ribu orang yang mati dan luka-luka, sekitar 40-50% adalah wanita dan anak kecil!

Tadi saya baru mendengarkan ketua Palang Merah (ICRC) di Al Jazeera, yang mengatakan ada sekitar 90.000 orang yang kehilangan rumah di Gaza (dan itu yang ketahuan). Itu sekitar 6,5% dari jumlah penduduk di Gaza. (Kalau seandainya 6,5% dari jumlah penduduk di Indonesia kehilangan rumah, berarti setara dengan 14.5 JUTA orang, atau seluruh penduduk DKI dan sekitarnya kehilangan rumah dalam 3 minggu. Bisa bayangkan?).  

Makanan hampir habis. Air hampir habis. Obat-obatan hampir habis. Listrik sering mati, bahkan sampai berhari-hari. Rumah sakit kehabisan semua kebutuhan, termasuk bensin untuk genset. Truk-truk dari PBB berhasil masuk sewaktu-waktu, kalau Mesir mengizinkan. Tetapi yang masuk rata-rata hanya 54 truk per hari sedangkan PBB mengatakan 500 truk PER HARI dibutuhkan karena tidak kurang dari 750.000 orang tidak punya sumber makanan lain di Gaza selain pemberian dari PBB (dan jumlah orang yang perlu bantuan pasti lebih sekarang). Dan sebagai tambahan penderitaan, sekarang musim dingin di sana jadi kabur dari rumah tanpa bawa baju bukan suatu hal yang bisa dilakukan dengan mudah, apalagi kalau membawa anak kecil.

Jadi, kenapa saya kecewa? Dari 3 minggu yang lalu, saya lakukan shalat jumat di masjid yang sama dekat rumah saya di Pancoran, Jakarta Selatan. Minggu pertama, khatib tidak menyebut apa-apa tentang Gaza di dalam khatbahnya padahal perang sudah berlangsung selama beberapa hari. Saya rasa bukan masalah, karena saya kira setelah shalat dia pasti akan baca doa untuk warga Muslim di Gaza yang sangat menderita. Ternyata TIDAK. Shalat berakhir seperti biasa dan semua orang bubar. 

Minggu kedua, masjid yang sama, ada khatib yang baru. Saya kira pasti orang inilah akan bicara tentang Gaza, atau kalau tidak, setelah khatbahnya dia pasti akan memimpin doa untuk orang muslim di Gaza. Ternyata TIDAK.

Hari ini saya ikuti shalat jumat lagi di masjid yang sama. Khatibnya beda lagi. Saya kira pasti orang yang INI akan menunjukkan kepedulian pada sesama Muslim di lain negara. Ternyata… TIDAK.

Tiga minggu, 3 kali shalat jumat, 3 khatib yang berbeda, 3 kali mereka menunjukkan sikap tidak peduli pada penderitaan orang Muslim di Gaza. Apa susahnya memimpin jemaah membaca Al Fatihah untuk orang muslim yang lain? Siapapun mereka, di manapun mereka, mereka adalah saudara kita. (Ternyata tidak!)

Mungkin ketiga khatib itu belum tahu bahwa ada perang di Gaza dan sudah ada 1.135 orang Muslim yang telah dibunuh oleh tentara Israel, 5.200 lainnya luka-luka, dan hampir 50% dari mereka semua adalah wanita dan juga anak kecil yang sama sekali tidak punya dosa!

Kalau seandainya ada perang di kampung ustad-ustad itu, dan seluruh saudara mereka, tetangga mereka, dan teman mereka yang beriman kepada Allah dibunuh juga, kira-kira mereka masih mau diam terus?

Saya kecewa sekali. 

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene Netto

15 January, 2009

Siapa Sebenarnya Yang Paling Perlu Membela Diri?

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Selama 20 hari sekarang, saya nonton dan baca berita tentang Gaza setiap hari. Dari awal perang terhadap warga Gaza, Israel selalu mengatakan hal yang persis sama, yaitu mereka terpaksa “membela diri” karena Hamas meluncurkan roket ke wilayah negara Israel. Karena ada roket Qassam dari Hamas, Israel merasa terancam dan “terpaksa” membela diri.

Saya mulai berfikir: apa sebenarnya yang menimpa Israel, yang membuat mereka begitu takut? Seperti apa serangan roket Qassam dari Hamas yang begitu menakutkan bagi negara Israel? Setelah saya cari di internet, ternyata ada banyak sekali foto dari Israel yang menunjukkan “kehancuran” yang terjadi setelah roket Qassam jatuh di Israel Selatan. Awalnya, saya tidak bisa tahan ketawa pada saat melihat foto-foto tersebut. Bukan karena saya tidak peduli kalau ada orang yang terluka di Israel (saya juga merasa kasihan sama anak-anak di sana), tetapi saya ketawa karena melihat begitu minim kerusakan yang disebabkan roket tersebut. Memang bisa berbahaya, tetapi sepertinya, dari foto yang ada dan juga tayangan di televisi, seorang warga Israel harus berdiri persis pada tempatnya di mana roket itu jatuh untuk kena luka. Selama perang, ternyata hanya 4 orang Israel mati dari serangan roket Hamas. Sebaliknya, sudah 1054 orang Gaza yang wafat dari serangan Israel.

Kemarin saya sudah ketawa juga karena pada saat nonton Al Jazeera, ada tayangan seorang warga di Israel Selatan yang sedang berjalan kaki pada saat sebuah roket Qassam jatuh di belakangnya. Kejadian tersebut direkam oleh CCTV di luar sebuah gedung. Roket jatuh sekitar 15-20 meter di belakang orang itu, dan dia kelihatan kaget, tetapi sesudahnya dia berjalan terus, dan sepertinya dia tidak terluka sama sekali. Saat nonton, saya hampir lupa bahwa ini berita Al Jazeera karena lebih mirip tayangan “America’s Funniest Home Videos”!

Setelah saya kopi dan bandingkan beberapa foto dari internet, kelihatan dengan jelas sekali bahwa perang ini begitu jauh dari keseimbangan, begitu jauh dari balasan yang wajar, begitu jauh dari sikap manusiawi, bahwa perlu dipertanyakan apakah orang Yahudi di Israel, pemerintah di Amerika dan pemerintah di bangsa Arab seperti Mesir masih sehat akalnya? Dari kumpulan foto ini, kelihatan sekali bahwa manusia yang sehat akalnya tidak akan menyatakan Israel sedang “membela diri”.

Justru lebih wajar kalau kita bertanya, “SIAPA YANG PALING PERLU MEMBELA DIRI DI SINI???”

Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

Israel kena roket Qassam dari Gaza


Lalu Gaza kena bom ini



Israel kena roket


Gaza kena bomb ini



Israel kena roket


Gaza dapat balasan ini




Atap rumah di Israel rusak



Atap2 rumah di Gaza rusak




Rusak tanpa asap/api


Tetapi Gaza kena ini




Satu rumah di Israel kena lubang kecil ini


Dan Gaza dapat balasan ini dari kaum yang merasa "membela diri"


Sekarang coba menjawab pertanyaan:


SIAPA YANG PALING PERLU MEMBELA DIRI DI SINI???




Pasukan Israel Tembaki Penduduk Gaza Saat Kabur

BBC dan sebuah LSM kemanusiaan bernama B'tselem di Israel sudah menerima beberapa klaim bahwa pasukan Israel telah menembaki warga sipil di Gaza yang sedang berusaha kabur dari wilayah perang. Israel sudah menyangkal keras klaim tersebut. 
Namun, wartawan BBC di dalam Gaza dan Israel sudah mengumpulkan data yang lengkap mengenai kejadian tersebut. 

Warga sipil Palestina di Gaza mengatakan bahwa pasukan Israel menembaki mereka pada saat mereka berusaha tinggalkan rumah, dan dalam beberapa kasus, mereka juga membawa bendera putih. Satu kasus yang telah diterima oleh BBC dan B'tselem menggambarkan kejadian di mana tentara Israel menembak kepala seorang wanita pada saat dia melangkah di luar rumah dengan membawa bendera putih. Dia keluar dari rumah karena memang diperintahkan keluar oleh tentara Israel lewat pengeras suara. 

Tentara Israel menyangkal laporan tersebut dan mengatakan tidak ada bukti sama sekali. 
BBC telah bicara dengan anggota keluarga lain yang mengatakan masih terkepung di dalam rumah mereka, dan kapan saja mereka berusaha keluar untuk mencari makanan dan minuman, mereka ditembaki, bahkan pada saat gencatan senjata 3 jam yang dijanjikan Israel setiap hari untuk alasan kemanusiaan. 

Israel masih menolak akses bagi wartawan internasional dan pengawas kemanusiaan, jadi sulit untuk mendapatkan bukti yang paling sah mengenai laporan ini. B'tselem mengatakan mereka juga sulit untuk mendapatkan verifikasi, tetapi masih ingin menyebarkan informasi ini ke publik.

Munir Shafik al-Najar, dari desa Khouza di jalur Gaza menjelaskan kepada B'tselem dan Palang Merah (ICRC) tentang kejadian yang menimpa keluarganya pada hari Senin kemarin. Dia mengatakan 75 anggota keluarga besar dipaksakan berkumpul di satu rumah, dan dikepung oleh pasukan Israel setelah mereka mengebom rumah-rumah di sekitarnya. Pada Senin pagi, ada pengumuman lewat pengeras suara, “Ini Tentara Israel. Kita minta semua orang keluar dari rumah dan jalan ke gedung sekolah. Wanita dulu, disusul oleh pria.”

Kata Pak Munir, mereka kirim dua wanita keluar dulu, yang pertama adalah sepupu isterinya bernama Rawhiya al-Najar, 48 tahun. Posisi tentara adalah sekitar 15m dari rumah, dan saat Rawhiya keluar, mereka menembak kepalanya. Anak perempuannya, yang berada di disebelahnya, ditembak di paha dan berhasil merangkak kembali ke dalam rumah.

Selama beberapa jam, keluarga Pak Munir telfon Bulan Sabit Merah, LSM kemanusiaan, dan juga petugas di Pemerintah Palestina untuk minta tolong mengatur bantuan bagi mereka supaya bisa tinggalkan rumah. Setelah beberapa jam, belum ada bantuan. Mereka memutuskan untuk coba lari cepat saja dan kabur dari rumah walaupun yakin akan langsung dibunuh. 

“Saat kita lari keluar dari rumah, mereka menembaki kita dengan senapan mesin besar yang berada di atas tank.” Semua orang dewasa membawa bendera putih dan Pak Munir masih memegang bendera tersebut sampai dia telfon BBC pada hari Selasa kemarin. 

Tiga saudaranya, Muhammad Salman al-Najar, 54, Ahmad Jum'a al-Najar, 27, dan Khalil Hamdan al-Najar, 80, dibunuh langsung. “Pasukan itu pasti tahu dia adalah orang yang tua karena mereka begitu dekat padanya”. 

Sebuah anggota keluarga yang lain, Riad Zaki al-Najar, memberikan keterangan yang sama pada BBC lewat telfon. “Mereka menyuruh kita berkumpul di sekolah. Kita suruh wanita keluar dulu, sesuai perintah. Anak-anak ditaruh di bahu kita dengan bendera putih di kepalanya. Saat kita keluar, dengan wanita di depan, wanita melihat tentara dan mulai teriak ‘Ada anak, ada anak’. Tetapi tentara langsung mulai menembaki kita. Tante saya dibunuh dengan peluru di kepala.”

BBC juga bicara dengan Marwan Abu Rida, seorang paramedik dari Bulan Sabit Merah, yang mengatakan di datang ke lokasi pada jam 8:10 pagi. Tetapi dia juga ditembaki dan terpaksa berlindung di dalam sebuah rumah yang dekat sampai jam 20:00 karena ada penembakan terus dari pasukan Israel. Setelah dia berhasil mencapai lokasi, dia temukan wanita yang ditembak di kepala, dan anak perempuannya yang terluka. 

Dalam jawaban tertulis, tentara Israel mengatakan bahwa penyelidikan mereka menunjukkan bahwa klaim tersebut tidak bisa dipercayai. Ditambahkan bahwa mereka selalu menghindari orang sipil dan ini semua kesalahan Hamas yang memilih untuk meluncurkan roket dari dalam wilayah penduduk sipil di Gaza. 

Laporan satu lagi juga diterima B'tselem dari Yusef Abu Hajaj, warga daerah Juhar al-Dik, di bagian selatan kota Gaza. Dia mengatakan pada B'tselem bahwa ibu dan adik perempuannya ditembak saat mereka berusaha lari dari rumah dengan membawa bendera putih. Mereka berada dalam sebuah kelompok yang juga membawa anak-anak kecil. Katanya, tank Israel menembaki rumah mereka dan setelah itu mereka diperintahkan untuk keluar, jadi mereka berusaha melarikan diri. 

ICRC menegaskan terus bahwa mereka sulit mencapai semua lokasi di mana ada keluarga yang terkepung, yang seringkali juga ada mayat dan orang terluka di lokasi tersebut. Mereka tidak bisa tanggapi puluhan panggilan karena tidak bisa dapat akses dari pasukan Israel. 

Seorang kepala keluarga, Daoud Shtewi, mengatakan pada BBC bahwa dia dan 35 anggota keluarganya telah dikepung oleh pasukan Israel di rumah mereka di bagian selatan kota Gaza selama 10 hari. “Kita bahkan tidak bisa melihat keluar dari jendela karena akan ditembak. Kita hampir kehabisan air dan makanan, dan sudah bertahan tanpa listrik selama 12 hari sekarang.”

“Ibu dan bapak saya perlu obat untuk tekanan darah tinggi dan diabet, tetapi obat kita telah habis.” Bulan Sabit Merah masih berusaha mendekati wilayah tersebut. 

Di daerah yang sama, ICRC mengatakan mereka menemukan 4 anak kecil yang menunggu di sebelah ibu-ibu mereka yang sudah mati, tanpa minuman atau makanan, selama empat hari pada minggu kemarin. Pak Shtewi mengatakan ada 17 anak di dalam sebuah rumah di wilayah yang sama. Umur mereka di antara 6 minggu sampai 15 tahun, dan juga ada 6 wanita. Mereka sudah berusaha untuk keluar dari rumah, tetapi mereka dietmbaki kalau buka pintu dan keluar. Keluarga itu sudah berkali-kali berusaha hubungi Bulan Sabit Merah.

Seorang sopir ambulance mengatakan mereka sudah punya data tentang 35 orang di lokasi tersebut, tetapi karena wilayah itu ditutup oleh militer, mereka tidak bisa masuk untuk menjemput keluarga itu. 

Juru bicara tentara Israel mengatakan Hamas meluncurkan roket dari wilayah itu juga dan menggunakan rumah milik penduduk sipil sebagai tempat meluncurkan roket. Orang yang sedang kabur dari rumah bisa saja membiarkan anggota Hamas bersembunyi di tengah kelompoknya untuk kemudian menembak pasukan Israel. Jadi, dari pandangan prajurit Israel, sebuah kelompok yang melarikan diri itu bisa dianggap musuh. Juru bicara tentara Israel juga mengatakan bahwa Hamas sering menggunakan waktu gencatan senjata selama 3 jam itu untuk meluncurkan roket, jadi pasukan Israel terpaksa membalas pada waktu yang sama. Tetapi dia juga menambahkan bahwa tentara Israel selalu berkerja sama dengan organisasi internasional supaya ambulance bisa masuk ke wilayah pertempuran.  

Penelitian dan laporan dari Hamada Abu Qammar di Gaza dan Heather Sharp, Fouad Abu Ghosh dan Raya el-Din di Jerusalem 

Israelis 'shot at fleeing Gazans' 
Story from BBC NEWS:

Klinik Untuk Ibu dan Bayi di Gaza Hancur dalam Serangan

LSM bernama Christian Aid mengatakan bahwa sebuah klink untuk ibu dan bayi di Gaza, yang didanai oleh Christian Aid dan EU (Uni Eropa), telah hancur setelah dibom oleh angkatan udara Israel. Klinik dibom dengan rudal setelah ada telfon masuk yang memberikan peringatan 15 menit untuk kabur dari gedung. 

Peralatan medis senilai ratusan ribu dolar AS telah dihancurkan dalam serangan yang terjadi pada hari Minggu kemarin (11/01/09). Tentara Israel mengatakan pada Christian Aid bahwa ada teroris di dekat lokasi tersebut. Tidak ada yang terluka dalam serangan tersebut karena gedung sudah dikosongkan sebelumnya. Petugas medis di Gaza mengatakan lebih dari 1000 orang Plestina telah dibunuh sekarang dan PBB mengatakan 40% dari mereka adalah wanita dan anak. Israel mengatakan 13 orang Israel telah wafat, dan hanya 3 dari mereka adalah warga sipil. (Dan ternyata, hanya 4 dari 13 tersebut mati karena kena roket Qassam yang diluncurkan dari Gaza ke Israel. Sisanya adalah prajurit yang mati di dalam Gaza. Berarti 4 nyawa dibalas dengan 1000 nyawa!) 

Gedung yang mengandung klinik telah ditandai dengan lambang palang merah, dan juga ada beberapa ambulance di depannya. Tetap saja seluruh gudung hancur setelah kena rudal, walaupun klinik hanya mengisi sebagian dari gedung tersebut. Klinik hancur total dalam serangan, dan semua peralatan mahal telah rusak, termasuk ultrasound, perlengkapan laboratorium, komputer, dan lain-lain. 

Constantine Dabbagh, executive director untuk NECC in Gaza, mengatakan salah satu klink mereka yang lain juga ditutup selama 2 minggu karena pemilik gedung sebelah mendapatkan peringatan berkali-kali bahwa gedungnya akan segera dibom. 

Gaza clinic destroyed in strike 

Story from BBC NEWS:

Prajurit Israel: Mengakui Militer Menerapkan Taktik Perang Brutal

Kamis, 15/01/2009 11:13 WIB

Israel ternyata memang menerapkan taktik perang yang sadis dalam agresinya ke Jalur Gaza. Mereka menerapkan taktik bahwa semua yang ada di Gaza sekarang, adalah musuh Israel.

Tak heran jika tentara-tentara Zionis itu tidak segan-segan membombamdir dan menembaki warga sipil, anak-anak, perempuan bahkan petugas medis, pekerja bantuan kemanusiaan bahkan wartawan.

Hal ini terungkap dari penuturan sejumlah tentara Israel yang sedang menjalani masa istirahat dan baru saja kembali dari tugas di Jalur Gaza. Alon, Seorang prajurit Israel berpangkat Letnan pada Times, bercerita, ketika ia dan pasukannya masuk ke sebuah jalan di kamp pengungsi Jabaliya di utara Gaza, mereka diperintahkan untuk tidak segan-segan menembak apa saja dan siapa saja.

"Kami memperlakukan semuanya sebagai musuh. Kami hanya diperintahkan untuk menembak dan tidak banyak tanya," ungkap Alon.

Selama 19 hari serangan brutal Israel, jumlah warga Palestina yang gugur syahid sudah mencapai 1.025 orang dan 5.000 orang lainnya luka-luka. Sumber-sumber medis di Gaza mengungkapkan, diantara korban syahid 315 diantaranya anak-anak dan 100 orang perempuan.

Dengan taktik perang brutal yang diterapkan Israel, warga Gaza tak bisa berbuat banyak, mereka terperangkap di Gaza dan tidak bisa mengungsi ke tempat aman, karena perbatasan-perbatasan semuanya ditutup.

Prajurit Israel lainnya, Letnan Kolonel Yehuda mengungkapkan, tindakan pasukan Zionis masuk ke gedung-gedung sambil melepaskan rentetan tembakan sudah menjadi praktek standar bagi pasukan Israel. "Pernah terjadi, sebuah gedung terbakar dan kami harus menyelamatkan pasukan kami secepatnya," kata Yehuda.

Meski demikian, sejumlah tentara Israel mengaku shock melihat kerusakan yang mereka timbulkan dalam serangan ke Jalur Gaza. "Kondisi Gaza hancur lebur seolah-olah kami membombardirnya selama bertahun-tahun, padahal kami baru beberapa minggu saja melakukan serangan. Anda tidak bisa membayangkan bagaimana kerusakan yang telah kami lakukan," kata Alon

"Saya bukan orang baru di kemiliteran. Dua saudara lelaki saya bertugas di unit tempur yang menyaksikan serangan ke Gaza. Saya bisa katakan bahwa ini adalah serangan paling agresif yang pernah kami lakukan untuk melawan para pejuang Palestina," sambungnya.

Tentara-tentara Israel itu juga mengakui bahwa mereka menggunakan senjata kimia fosfor putih untuk membombadir target-target di Gaza. Pengakuan para tentara Israel itu mematahkan bantahan Israel yang menolak tuduhan bahwa militernya menggunakan senjata kimia berbahaya dan terlarang.

Seorang prajurit Israel mengklaim bahwa mereka menggunakan senjata kimia itu dengan bertanggung jawab. "Senjata itu sudah sering digunakan," kata prajurit tadi. (ln/iol)

Sumber: Eramuslim.com

14 January, 2009

We will not go down (Song for Gaza)

We will not go down (Song for Gaza)

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Watch on You Tube
Download Mpeg3


Sepuluh Prajurit Israel Menolak Perang

Rabu, 14/01/2009 16:22 WIB

Sepuluh tentara cadangan Israel menolak ditugaskan dalam perang di Gaza sebagai protes atas pembantaian yang dilakukan pasukan Israel terhadap anak-anak dan kaum perempuan Gaza dalam agresi brutalnya ke wilayah itu.

Kantor Berita Ma'an melaporkan, seorang tentara cadangan Israel bersama satu unitnya menolak bergabung dengan pasukan yang melakukan serangan darat ke Jalur Gaza. Tentara-tentara itu memilih dipenjara selama 14 hari karena menolak tugas daripada harus ikut melakukan serangan brutal ke Gaza.

Sepuluh tentara dalam unit tersebut mengatakan, mereka tidak mau ambil bagian dalam perang yang telah membunuh hampir 1.000 warga sipil di Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak dan untuk itu mereka siap diadili dengan tuduhan melanggar perintah.

"Kita sudah membunuh 900 rakyat Palestina dalam 17 hari, termasuk ratusan anak-anak. Jika kekerasan yang harus digunakan, kekerasan itu selayaknya digunakan seminimal mungkin, tapi itu tidak dilakukan," kata No'em Levna, salah seorang prajurit Israel berpangkat letnan satu yang menolak ditugaskan ke Jalur Gaza.

"Membunuh warga sipil tak berdosa, tidak bisa dibenarkan. Tak ada satupun yang membenarkan tindakan semacam itu. Perbuatan itu adalah perbuatan jahat," tukasnya.

Levna menambahkan, apa yang dilakukan militer Israel semata-mata hanya bentuk arogansi Irael yang dipaksakan sebagai tindakan yang logis. "Israel bilang, 'jika kita berhasil menghancurkan lebih banyak, semuanya akan baik-baik saja'. Tapi kebencian dan kemarahan yang kita tanam di Gaza, akan berbalik pada kita," tandas Levna.

Inilah pertama kalinya sejumlah tentara Israel menolak dilibatkan dalam agresi massif yang dilakukan militer Israel ke Gaza. Para tentara itu lebih rela dipenjara daripada mengikuti perintah membunuh warga sipil tak berdosa di Palestina. (ln/prtv)

Sumber: Eramuslim.com

13 January, 2009

Cerita Dibalik Sikap Abstein AS di PBB

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Karena saya merasa tidak yakin dengan berita ini, saya carikan di Google (dgn kata kunci Bush, Olmert, abstain). Ternyata benar, dan banyak situs berita resmi melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, memang mengatakan bahwa dia menyuruh Bush untuk abstain dalam voting di DK PBB.
Sungguh luar biasa. Perdana Menteri Israel menyuruh, Presiden AS langsung nurut tanpa membantah.
(Tetapi, sekarang, setelah berita ini mulai dimuat di mana-mana, juru bicara Gedung Putih mengatakan bahwa berita ini tidak benar. Hmmm….)
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene

########

Cerita Dibalik Sikap Abstein AS di PBB

Selasa, 13/01/2009 12:58 WIB
AS dan Israel sudah menjadi satu paket, yang memisahkan keduanya cuma jarak. AS di daratan benua Amerika, Israel berada di Palestina, Timur Tengah. Keduanya sudah seperti koin yang saling bersisian, sehingga seorang Perdana Menteri Israel pun bisa bebas mengeluarkan perintah pada seorang presiden Amerika.

Inilah yang terjadi saat Dewan Keamanan PBB akan mengeluarkan resolusi mengecam serangan Israel ke Jalur Gaza. Seperti diketahui dari 14 negara anggota DK PBB, AS adalah satu-satunya negara yang abstein atas resolusi itu. Sikap abstein itu ternyata tidak lepas dari peran Perdana Menteri Israel Ehud Olmert. Ia mengaku sebagai orang yang memerintahkan Bush agar AS mengambil sikap abstein.

"Saya katakan pada Bush, AS tidak boleh memberikan suara pada resolusi itu. Bush kemudian dengan segera menghubungi menteri luar negerinya dan memerintahkan menlunya untuk tidak memberikan suaranya," kata Olmert dalam pidatonya di kota Ashkelon hari Senin kemarin.
Manurut Olmert, Bush memerintakan Condoleezza Rice-menlu AS-untuk abstein meski Rice adalah seorang yang menyusun draft resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Gaza. Olmert juga menceritakan bagaimana ia bisa memerintah seorang presiden AS.

"Saya bilang 'hubungkan saya dengan Presiden Bush di telpon'. Mereka menjawab bahwa Bush sedang memberikan pidato di Philadephia. Saya bilang, saya tidak peduli. 'saya harus bicara dengan Bush sekarang'. Bush lalu turun dari podium dan bicara pada saya," ungkap Olmert seolah bangga bahwa dirinya berhasil menyuruh seorang presiden AS menghentikan pidato hanya untuk bicara dengan perdana menteri Israel.

Begitulah kejadiannya, sikap abstein AS bukan semata-mata karena keinginannya sendiri tapi karena perintah Israel. (ln/presstv)

Sumber: Eramuslim.com

PBB: Israel Bom Rumah Berlindung Warga Palestina

Sabtu, 10 Januari 2009 11:53 WIB

TEMPO Interaktif, Jerusalem: PBB melaporkan bahwa Israel meminta warga sipil Palestina berlindung di sebuah rumah dan hari berikutnya rumah itu dibom sehingga menewaskan 30 orang.

PBB membuat laporan itu, dikeluarkan pada Jumat (9/1), berdasarkan kesaksian empat korban yang terselamatkan saat pemboman terjadi pada Senin (5/1).

Kesaksian lain, yang sampai ke tangan kantor berita AP dan lembaga kemanusiaan Israel, menyebut jumlah korban lebih sedikit. Tapi ini cerita sama.

Salah satu korban selamat, Salah Samouni, kepada AP di rumah sakit, mengatakan pada Minggu, ia dan keluarganya diperintah Israel pindah ke rumah kerabat yang juga bertetangga. Untuk menghindari pertempuran, kata tentara Israel.

Laporan serupa juga diungkap oleh Ahmad Samouni dan Meysa Samouni kepada PBB. Mereka diperintah pindah ke salah satu kerabat mereka. Menurut Ahmad, 23 tahun, saat ia meninggalkan rumah bertingkat tiga, kesatuan Israel lain memerintahkan ia masuk rumah Wael Samouni dan tinggal di sana.

Meysa mengatakan mereka mesti melewati malam di rumah itu tanpa makanan dan minum. Ahmad mengatakan setidaknya 60 orang berada di rumah Wael. Laporan PBB menyebut setidaknya 110 orang.

Sehari kemudian, Israel menjatuhkan tiga bom di rumah Wael penuh sesak itu.

Satu roket menghajar pintu rumah dan dua lainnya dijatuhkan dari udara, kata Ahmad. Ia kemudian berteriak, "Yang masih hidup keluar. Jika kita mengangkat tangan, mereka tidak akan menembak."

Ia mengatakan sekitar 40 kerabatnya keluar rumah. Tentara Israel, yang berada di atap dan sekitar rumah, membiarkan mereka lewat. Mereka tidak menembaki tapi juga tidak menolong. Mereka kemudian pergi ke pusat kota, ke rumah sakit, atau ke kerabat lain.

Pada Kamis (8/1), Komite Palang Merah Internasional menuduh tentara Israel menghambat regu penolong ke tiga rumah yang dibom--salah satunya di kawasan Zeitoun meski tidak jelas yang dimaksud itu keluarga Samouni.

Palang Merah menemukan 15 korban tewas dan 8 terluka di sana, termasuk tiga anak kecil yang terlalu lemah untuk berdiri.

Pihak militer Israel membantah mereka menyuruh warga sipil masuk satu gedung dan kemudian membom. "Kami tidak tahu soal ini," kata juru bicara militer Israel, Mayor Avital Leibovich. "Kami tidak tahu apakah kami menyerangnya. Tidak ada konfirmasi bahwa kami menyerangnnya." AP/NURKHOIRI

Sumber: Tempo.co.id


Lihat juga:

Episode Terkelam Klan Samouni

10 January, 2009

Gaza Dibom, Putra Kadafi Bayar $AS 1 Juta kepada Penyanyi

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Hanya 10 hari yang lalu, saat Gaza sedang dibom, orang Muslim lain bersenang-senang merayakan tahun baru. Hal ini terlihat di Indonesia, dan juga di lain negara. Bayangkan kalau ada solidaritas di antara sesama Muslim dan uang tersebut digunakan untuk membeli makanan, air dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan korban di Gaza.
Mariah Carey dibayar $1 juta untuk menyanyikan 4 lagu saja. Biaya pesta seluruhnya berapa???
Sangat disayangkan ada orang Muslim yang bisa hidup seperti ini dengan mengabaikan penderitaaan orang lain. Sungguh sangat jauh dari contoh Rasulullah SAW.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene

########

Putra Kadafi Bayar Carey $AS 1 juta untuk pesta
Senin, 5/1/2009

LONDON, SENIN - Diberitakan pada Minggu (4/1/09), vokalis AS bersuara indah Mariah Carey (38) dibayar sejuta dollar AS untuk menyanyi dalam sebuah pesta malam pergantian tahun yang baru lalu yang diadakan oleh putra Moammar Kadafi.
Ditulis oleh thesun.co.uk, menyambut Tahun Baru 2009, Saif (36), putra sang pemimpin Libya, menggelar sebuah pesta di Nikki Beach Club, St Barts, Karibia. Ia mengeluarkan sejumlah uang tersebut untuk Carey, yang menyuguhkan hanya empat lagu dalam acara itu.
Carey hadir ditemani oleh suaminya, Nick Cannon. Bintang-bintang hip-hop Timbaland dan Jay-Z juga tampil di sana. "Mereka semua bersenang-senang," kata seorang tamu. (ATI)

Sumber: entertainment.kompas.com

08 January, 2009

Gaza dan Israel: Bayangkan Apa Yang Akan Terjadi…

8 Januari 2009

Bayangkan apa yang akan terjadi…
Bayangkan apa yang akan terjadi jika situasi di antara orang Muslim di Gaza dan orang Yahudi di Israel itu terbalik.

Bayangkan apa yang akan terjadi jika negara Israel belum pernah muncul karena mereka kalah dalam “perang kemerdekaan” mereka, yang kemudian mengakibatkan jutaan orang Yahudi terkepung di dalam kamp pengungsi di Tepi Barat dan Gaza. Dengan begitu, negara yang sekarang menjadi Israel malah menjadi negara maju bernama Palestina dan negara itu akan mempunyai kekuasaan penuh secara militer dan ekonomi terhadap pengungsi Yahudi di Gaza dan Tepi Barat. Jalur Gaza malah akan dikenal sebagai “Ghetto Gaza” yang menampung 1,5 juta orang pengungsi Yahudi yang tidak bisa pergi ke mana-mana. (Ini mirip dengan Ghetto Warsaw, semacam penjara yang dibuat oleh tentara Nazi untuk orang Yahudi pada zaman Perang Dunia II).

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika orang Yahudi di Ghetto Gaza tidak dapat lagi menahan penderitaanya di bawah blokade militer dan ekonomi dari orang Muslim di Palestina dan mulai melakukan perlawanan, walaupun mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menang. Pemimpin kaum Yahudi di Kadima (partai poiltik Yahudi yang paling besar di Gaza) mungkin akan mulai mengucapkan kata-kata pemberontakan sebagai usaha melawan penjajah Muslim. Kadima mungkin juga berhasil mendapatkan beberapa roket dan menggunakannya untuk menunjukkan perlawanan mereka terhadap tentara Muslim Palestina yang sudah memblokade orang Yahudi di Ghetto Gaza selama 1,5 tahun, dan sudah menjajah mereka selama beberapa dekade.

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika militer Palestina membalas serangan roket itu dengan menjatuhkan bom di atas semua penghuni Ghetto Gaza selama satu minggu, lalu memasuki Gaza dengan tank, meledakkan banyak gedung, rumah, rumah sakit, sekolah yang berada di bawah perlindungan PBB, dan mengebom semua sasaran lain yang ingin mereka hancurkan. Lalu, tentara Muslim dengan enteng akan mengatakan pada media internasional, “Kita hanya membela diri terhadap serangan Kadima. Mereka adalah teroris. Kita tidak tahu kenapa, tetapi ternyata teroris Kadima itu tidak ingin dipenjarakan untuk jangka waktu tidak terbatas di Ghetto Gaza, dan mereka sudah meluncurkan roket mereka ke Palestina Selatan dari dalam Gaza. Teroris Kadimalah yang melanggar perjanjian gencatan senjata, dan oleh sebab itu kami harus menghancurkan mereka. Kami hanya membela diri. Sepuluh orang Muslim sudah dibunuh oleh teroris Yahudi dan oleh karena itu kami berhak membalas serangan mereka itu dengan membunuh 760 orang Yahudi dan melukai 3.000 orang lain. Satu nyawa Muslim setara dengan seratus orang Yahudi.”

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika Rusia (yang akan mengambil posisi Amerika Serikat sebagai pelindung Israel sekarang) secara terus-menerus mengunakan kekuasaan vetonya di Dewan Keamanan untuk menghalangi pernyataan resmi dari PBB yang mengecam tindakan Palestina terhadap warga sipil Yahudi di Gaza. Apa yang akan dikatakan oleh Amerika Serikat jika Rusia terus-menerus membela semua tindakan yang dilakukan oleh Palestina dan bersikeras bahwa negara Palestina mempunyai hak untuk membela diri terhadap serangan roket Kadima, walaupun hal itu mengakibatkan kematian ratusan penduduk Yahudi sipil yang tidak berdosa di Gaza?

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan dikatakan Amerika Serikat dan Uni Eropa jika Rusia mengeluarkan pernyataan resmi yang mengatakan, “Kami tidak punya masalah dengan penduduk sipil Yahudi di Ghetto Gaza. Bukan mereka yang menjadi masalah, tetapi Kadima yang menjadi masalah. Mereka adalah teroris. Kami tidak akan bernegosiasi dengan teroris. Kadima harus dihancurkan. Semua pengungsi Yahudi di Gaza tidak mempunyai hak untuk menyerang orang Muslim di Palestina dari dalam Ghetto Gaza. Ini adalah perang dari kami untuk melawan teror. Orang Yahudi adalah teroris. Orang Yahudi tidak diizinkan untuk memberontak sedikitpun terhadap penjajah Muslim dari Palestina.”

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika semua pemerintah negara barat di Eropa, Inggris, dan Amerika melihat lebih dari 760 orang Yahudi dibunuh di Gaza dan 3.000 orang lain kena luka-luka dalam waktu hanya 13 hari saja, di mana sebagian besar di antara mereka adalah penduduk sipil dan sekitar 30% dari mereka adalah anak kecil yang tidak berdosa. Barangkali dunia akan menonton saja pembantaian itu yang dilakukan oleh tentara Palestina yang memiliki persenjataan yang lengkap. Dan mungkin usaha untuk menciptakan perjanjian gencatan senjata baru akan terus-menerus dihalangi oleh Rusia. Kemudian, Rusia akan memberitahu media bahwa tentara Muslim mempunyai hak untuk membela negara Palestina dengan menjatuhkan bom di atas Gaza, walapun kebanyakan korban adalah penduduk sipil Yahudi dan anak kecil.

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika negara Mesir menolak untuk membuka perbatasannya untuk membiarkan penduduk sipil Yahudi di Ghetto Gaza kabur keluar dan menghindari perang. Bayangkan apa yang akan dikatakan dunia jika Mesir menolak untuk membuka perbatasannya supaya obat-obatan, makanan, air, bensin (untuk genset di rumah sakit) dan persediaan esensial lainnya bisa masuk Gaza untuk mengurangi penderitaan penduduk sipil Yahudi.

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan dikatakan dunia ke Rusia karena membolehkan begitu banyak penduduk sipil Yahudi dibunuh oleh tentara canggih Palestina dan terus memberi perlindungan mutlak bagi Palestina di dalam PBB. Bayangkan apa yang akan dikatakan pemimpin politik dan penduduk Amerika Serikat. Apakah mereka akan diam terus seperti sekarang?

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika CNN menunjukkan wawancara dengan dokter yang terjebak di dalam sebuah rumah sakit di Gaza, dan dia mengatakan, “Sekitar 30% dari korban adalah anak Yahudi. Banyak dari mereka sudah meninggal sebelum kami bisa mengobatinya mereka karena jumlah korban sudah terlalu banyak. Kami sudah mulai kehabisan persediaan obat-obatan. Mengapa dunia tidak datang untuk membantu penduduk sipil Yahudi yang tidak berdosa di Gaza? Mengapa orang Muslim Palestina boleh mengebom Gaza begitu saja? Di mana dunia internasional? Mengapa mereka tidak mau bertindak untuk melindungi jiwa orang Yahudi yang tidak berdosa di Gaza?”

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika CNN memperlihatkan seorang pendeta Yahudi tua yang sedang berlari di jalan dengan mayat anaknya di dalam gendongannya. Baju ibaddahnya sudah bernoda merah dari darah, dan pemandangan kacau dan rusak kelihatan di belakangnya, saat dia sedang melarikan diri. Pendeta Yahudi itu akan menjerit di depan kamera dan teriak, “Kenapa mereka membunuh penduduk sipil Yahudi yang tidak berdosa? Apa kesalahan kami? Kami bukan anggota Kadima. Kami tidak meluncurkan roket. Mengapa tentara Muslim harus membunuh anak saya? Mengapa tak ada seorangpun yang mau melindungi kami?”

Bayangkan apa yang akan terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika seluruh yang ditulis di atas ini adalah benar dan sedang terjadi pada saat ini. Bayangkan reaksi dari semua orang yang baik hati dan suka kedamaian di dunia ini, yang sedang menonton kejadian tersebut di televisi. Di dunia barat, ada berapa banyak ibu dan bapak biasa, anak remaja dan orang tua, yang akan tetap diam terus jika pembantaian ini dilakukan pada penduduk sipil Yahudi di Gaza? Apakah mereka akan marah sekali? Apakah mereka akan bergabung dalam demo besar di kota masing-masing? Apakah mereka akan menyuruh pemimpin mereka ambil tindakan dengan segera untuk mengatasi pembantaian tersebut?

Bayangkan apa yang akan terjadi jika semua orang di dunia barat menganggap nyawa anak Muslim yang tidak berdosa setara dengan nyawa anak Yahudi yang tidak berdosa?

Bayangkan apa yang akan terjadi jika situasi di Gaza itu terbalik.

Gene Netto
Jakarta, Indonesia

[Kalau anda ingin mengirim tulisan ini kepada teman di negara asing, ada versi bahasa Inggris di sini: Gaza and Israel: I wonder what would happen…
Semoga bermanfaat.]

Gaza: Berikan tanda tangan pada petisi online

Klik pada link di bawah, isi nama dan alamat email. Sudah ada 300.000 orang yang mendukung. Petisi akan diberikan kepada pemimpin dunia, PBB, dan lain-lain, dan akan dibuat iklan dalam koran internasional seperti Washington Post. Organisasi Aavas ini punya banyak pengalaman dengan petisi online dan sudah berhasil beberapa kali mengubah kebijakan politik di manca Negara.
Sebarkan kepada teman-teman yang lain.
Wassalam,
Gene

Dear friends,

Israel's ground offensive has reached the cities of Gaza and more and more civilians are dying: it's way past time to end this war. With 270,000 signatures for a ceasefire already -- including yours -- our momentum is growing, we've contacted many international leaders and ceasefire initiatives are beginning.

But there's still no end to the violence, and outrageously, the US is obstructing a fair ceasefire at the United Nations -- so we need to raise an even bigger outcry, seeking face-to-face meetings with Security Council powers to deliver our petition as well as taking out ads in influential US newspaper the Washington Post before Barack Obama takes office.

http://www.avaaz.org/en/gaza_time_for_peace

The more of us come together to sign the campaign, the more powerful our voices will become. If you haven't already, please take a moment to forward the link and message below to ten people who might be interested in signing the petition. Delivering half a million signatures this week would really make an impact—

01 January, 2009

Tentara Israel: Negara Muslim Lebih Sibuk Pesta Daripada Pedulikan Gaza

Assalamu’alaikum wr.wb.,

(Berita dari BBC dan Associated Press, 1 Januari 2009)

Setelah melakukan penyerangan ke Gaza selama 6 hari, belum ada tanda Israel mau berhenti. Sejak dimulai minggu kemarin, Direktur rumah sakit umum di Gaza melaporkan 391 orang sudah wafat dan 1.950 orang luka-luka, banyak dari mereka yang tidak akan selamat karena tidak ada obat. Rumah sakit sudah kehabisan stok obat-obatan dan darah, dan makanan, air, serta kebutuhan lain masih sulit masuk. Masjid, kantor polisi, kantor administrasi, instilasi listrik dan rumah pribadi hanya sebagian dari sasaran bom.

Di bagian selatan Israel, 4 orang telah wafat dan 5-10 luka-luka, dari roket Hamas (yang tidak bisa diarahkan).

Tentara Israel mengatakan mereka sudah siap melakukan penyerangan lewat darat dan puluhan tank sudah berkumpul di perbatasan Gaza. Minggu ini, 9.000 pasukan telah dipindahkan ke wilayah tersebut, yang sekarang dinyatakan zona militer tertutup, dan Israel mengatakan bisa melakukan penyerangan ke Gaza kapan saja. Seorang pewira tentara Israel mengatakan peswat tempur dan helikopter Israel sudah melakukan sekitar 500 penyerangan terhadap berbagai sasaran di Gaza. Sampai saat ini, wartawan internasional masih dilarang masuk zona militer tersebut dan juga dilarang masuk ke Gaza.

Ketika ditanya oleh wartawan, juru bicara tentara Israel, Letnen Ari Goldberg, mengatakan mereka terpaksa melakukan penyerangan pada Gaza disebabkan roket yang diluncurkan oleh Hamas, dan karena itu, Israel terpaksa membela diri. Saat wartawan bertanya apakah Israel tidak takut pada tindakan yang bakal diambil oleh negara-negara Muslim sebagai aksi solidaritas dengan Gaza, Lt. Goldberg mengatakan, “Buat apa kita takut pada orang Muslim di lain negara? Apakah mereka peduli pada warga di Gaza? Secara lisan, mereka mengutuk Israel, tetapi pada saat demo di jalan, hanya beberapa ribu orang muncul.”

Ketika wartawan bertanya lagi tentang acaman lain dari negara Muslim, seperti pemboikotan terhadap produk-produk Israel dan Amerika, Lt. Goldberg mengatakan, “Buat apa takut? Lihat saja di negara-negara Muslim sekarang. Semuanya lagi sibuk menghabiskan uang mereka dengan berpesta-pesta, menginap di hotel mewah, berlibur keluar kota, membeli petasan dan kembang api, semuanya untuk merayakan tahun baru Nasrani! Mereka tidak bisa kompak seperti kita di Israel, dan kalau ada orang yang coba kumpulkan sumbangan untuk warga Gaza, semua Muslim akan mengatakan uangnya telah dihabiskan untuk pesta tahun baru. Buat apa kita takut pada mereka?”

Dalam pemantauan di manca negara, pernyataan dari juru bicara tentara Israel itu dinilai cukup benar. Selama beberapa hari terakhir, orang Muslim di manca negara telah menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas menyambut dan merayakan tahun baru Nasrani, sedangkan tahun baru Islam lewat begitu saja tanpa sikap ceriah yang sama. Kita harus melihat nanti apakah benar kebanyakan orang Muslim telah menghabiskan uangnya untuk berpesta-pesta dan libur keluar kota, sehingga mereka tidak bisa berikan bantuan untuk korban di Gaza. (Uang kembang api: ratusan ribu. Uang libur keluar kota: jutaan. Uang untuk korban Gaza: sepuluh ribu saja.)

CATATAN PENTING:
Komentar dari juru bicara tentara Israel di atas adalah 100% fiksi dan rekayasa saya (2 paragraf). Tetapi berita sebelumnya tentang jumlah orang yang wafat dan lain-lain adalah asli dan benar. Saya tambahkan bagian fiktif itu sebagai usaha untuk memberikan kesadaran kepada orang lain. Sayangnya, berita di bawah ini, yang menunjukkan tingkat solidaritas orang Muslim di Indonesia terhadap penderitaan saudaranya di Gaza, adalah 100% asli dan benar:

176 Ribu Pengunjung Padati Kebun Binatang Ragunan
Lalu Lintas di Kawasan Ragunan Semerawut
Puncak Liburan, Antrean Kendaraan di Telaga Sarangan Hingga 5 Km
SBY Jalan-jalan ke PIM
Piknik di Taman Safari Bali, JK Momong Cucu

Selain melakukan pengeboman, ada berita asli yang saya nonton di CNN tadi tentang perang psikologis yang juga dilakukan oleh tentara Israel di Gaza. Ketika telfon bunyi, penghuni rumah akan angkat dan ada suara yang mengatakan “Rumah anda akan segera dibom. Anda diberikan 45 minit untuk kosongkan rumah anda.”

Pesan ini sering dipakai oleh tentara Israel bila mereka ingin mengebom suatu gedung, tetapi tidak ingin membunuh penghuninya dengan sengaja. Kalau ada yang terima telfon seperti ini, tidak ada pilihan kecuali kabur dari rumah dengan secepatnya karena dia tidak tahu apakah rumahnya memang akan dibom atau tidak. Sekarang, pesan itu dikirim setiap hari ke ribuan rumah sekaligus!

Tadi saya lihat di berita CNN, wanita Palestina dan anak-anaknya sedang berkumpul di tempat umum, sebagian membawa koper, atau pakai jaket tebal saja karena cuaca sedang dingin di sana. Semua anak-anak itu dan juga ibu-ibunya menangis dengan keras. Mereka adalah orang yang terima telfon yang menyuruh kabur dari rumah karena akan dibom. Di Gaza, banyak orang tinggal dalam rumah susun, jadi kalau satu keluarga kabur, pasti ada banyak yang lain yang ikut kabur, termasuk tetangganya.

Saat melihat ibu-ibu dan anak-anak itu yang ketakutan pulang ke rumahnya, karena sedang menunggu dibom, pada lain saluran di televisi ada berita tentang ummat Islam di Indonesia yang berpesta-pesta, habiskan milyaran rupiah untuk beli petasan dan kembang api, dan antrian untuk masuk kebun binatang dan tempat hiburan lainnya. Bahkan Presiden negara juga main ke Pondok Indah Mall!

Di lain negara, ibu-ibu Muslim dan anak-anaknya tidur di luar gedung, dalam cuaca yang dingin, karena mereka tidak tahu kalau rumahnya akan dibom malam ini atau besok pagi pada saat mereka masih tidur.

Sekarang ini, ada kesulitan besar untuk mengantarkan makanan ke dalam Gaza karena jalur masuk lebih sering ditutup daripada dibuka. Kata ketua komisi PBB untuk pengungsi, Karen AbuZayd, “Setiap hari ada 20.000 warga di Gaza yang tidak bisa mendapatkan makanan sama sekali. Sekarang, warga di Gaza kelihatan mencari makanan di dalam tempat sampah, dan mengemis untuk makanan di pinggir jalan. Hal itu adalah kejadian baru di situ.”
Sebaliknya, Kapt. Benjamin Rutland dari tentara Israel mengatakan kepada BBC bahwa stok makanan dan obat-obatan bisa masuk dalam jumlah yang secukupnya.

Semoga semua warga Muslim di Indonesia yang sedang bersenang-senang setelah pesta tahun baru tidak perlu mencari makanannya di tempat sampah, dan tidak perlu takut rumahnya akan dibom dalam waktu 45 menit dari sekarang. Selamat berpesta terus. Selamat hidup dengan tenang. Bukan isteri atau anak anda yang menjadi korban. Buat apa dipikirkan…

(Sebagai informasi tambahan, setiap hari, termasuk hari libur, Pondok Indah Mall buka sampai jam 10 malam kalau mau makan malam atau nonton film di sana dengan teman-teman.)

Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

Sumber:
Gaza violence goes into sixth day
Israel rejects truce call, pursues bombing Gaza

30 December, 2008

Israel menyerang Gaza

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Yang wafat di Israel dari roket Hamas : 4 orang.
Luka-luka: 2 orang.

Yang wafat di Gaza dari roket Israel : 375 orang (update pada 30 Desember 08).
Luka-luka 1.400 orang
(Yang wafat dan terluka di Gaza termasuk anggota Hamas, banyak sekali anggota polisi, orang dewasa sipil, wanita dan anak).

Seimbang?

Rumah sakit di Gaza sudah mulai kehabisan obat-obatan. Tetapi sebelum serangan Israel dimulai, stok obat-obatan memang sudah rendah sekali karena semua jalur keluar-masuk Gaza ditutup selama beberapa bulan. Terowongan bawah tanah yang digunakan warga Gaza untuk menyelundup obat-obatan, kebutuhan lain, dan senjata, juga dibom oleh Israel. Kalau ada ibu yang punya anak sakit di Gaza sekarang, beruntung sekali kalau bisa ketemu obatnya.
Sekjen PBB sudah menuntut agar jalur masuk Gaza dibuka oleh Israel supaya bantuan kemanusiaan bisa masuk. Sampai titik ini, masih ditutup dan bantuan yang sudah mulai dikirim dari bangsa lain masih bertumpuk di Israel karena tidak bisa masuk ke Gaza.

Apakah anda pernah mancing ikan di kolam ikan? Coba mancing dengan bom. Ikan bisa lari ke mana? Warga Gaza yang sipil juga tidak sanggup melarikan diri dari penjara mereka.

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Berita di You Tube:
Israel launches missile attacks on Gaza - 27 Dec 08
27th December attack on Gaza Strip - bombing in Rafah
Bombardment of Gaza enters second day
Hell in the Gaza Strip - Israel begins bombing
Hundreds die in Israel raid on Gaza
At least 195 killed in Israeli attacks on Gaza 27 12 2008


Lihat anak yang bicara di sini. Kasihan sekali:
Gaza's Reality (Occupation 101 Movie Clip)

15 December, 2008

Tak Ada Makanan, Warga Gaza Makan Rumput

Senin, 15/12/2008 09:32 WIB

Kesengsaraan warga Palestina di Gaza akibat blokade rezim Zionis Israel sudah mencapai puncaknya. Seorang ibu dan anak-anaknya di Gaza terpaksa makan rumput untuk bertahan hidup, karena mereka tidak punya apa-apa lagi yang bisa dimakan.
"Ketika kami tidak menemukan makanan apapun, rumput-rumput inilah yang menjadi makanan kami," kata Jindiya Abu Amra, ibu dari delapan anak, sambil menunjuk rumput-rumput liar yang tumbuh di jalan-jalan di Jalur Gaza.

Pada surat kabar Sunday Times Abu Amra bercerita, setiap pagi, ia bersama seorang anak perempuannya bernama Rabab yang berusia 12 tahun mencari jeni rerumputan yang bisa mereka makan. "Inilah makanan kami hari ini, khobbeizeh," kata Abu Amra, 43, sambil memperlihatkan sejenis daun-daunan yang tumbuh liar di jalan.

Sejumlah pejabat bantuan kemanusiaan PBB membenarkan bahwa banyak warga Gaza yang sekarang makan rumput karena ketiadaaan bahan makanan. Bencana kelaparan telah terjadi di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang berpenduduk sekitar 1,6 juta jiwa.

"Dua minggu yang lalu, untuk pertamakalinya setelah 60 tahun, kami kekurangan bahan makanan. Biasanya ada 70 sampai 80 truk yang datang setiap hari. Tapi sekarang hanya 15 truk yang datang, itupun kalau perbatasan-perbatasan dibuka," kata John Ging, direktur bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA) di Jalur Gaza.

Saat ini, persediaan bantuan makanan UNRWA untuk rakyat Gaza hanya cukup untuk empat hari saja. Rakyat Gaza makin menderita dengan ketiadaan bahan bakar. Mereka harus mencari kayu atau plastik yang bisa dibakar agar bisa memasak.

"Setiap hari, saya mencari kayu dan plastik sebagai bahan bakar," kata Abu Amra, yang harus berjuang menghidupi keluarganya karena suaminya sudah berbulan-bulan tak mendapat kerja.

Abu Amra bahkan harus merelakan perabot di rumahnya untuk menjadi bahan bakar. Terakhir, keluarga ini harus merelakan lemari satu-satunya untuk dijadikan kayu bakar agar tubuh mereka hangat dari serbuan cuaca musim dingin di Gaza.

Israel bukan hanya melarang bahan makanan masuk ke Gaza, tapi juga memblokade pasokan bahan bakar. Sebagian warga Gaza mendapatkan bahan bakar dan gas untuk memasak yang diselundupkan dari Mesir dan harganya juga sangat mahal.

Dunia internasional termasuk PBB, hanya berani mengecam Israel tanpa berani menindak tegas Israel yang sudah hampir setahun memblokade Gaza sehingga menimbulkan krisis kemanusiaan terburuk di wilayah itu. (ln/iol)

Sumber: EraMuslim.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...