Labels

alam (8) amal (101) anak (294) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (20) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (562) islam (543) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (98) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (10) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (41) muallaf (48) my books (2) orang tua (6) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (61) puasa (37) renungan (169) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (6) sosial (323) tanya-jawab (14) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

22 December, 2006

Hukum Mengucapkan Selamat Natal

Hukum Mengucapkan Selamat Natal

Assalamu’alaikum wr.wb., Ucapan “Selamat Natal” ditentukan haram oleh sebagian besar ulama di manca negara. Sebaliknya, ada juga yang membolehkan. Saya sepakat dgn ulama yang melarang. Coba berpikir begini: Mengucapkan “Selamat Natal” sama dengan mengucapkan “Selamat Atas Kelahiran Tuhan Dalam Bentuk Manusia Yang Disalibkan Untuk Menebus Dosa Kita!”

Bagi Muslim, kalimat itu syirik. Kita yakini Tuhan tidak lahir sebagai manusia, apalagi dibunuh dgn tiga paku. Kalau kalimat panjang jelas syirik, apa versi singkatnya "Selamat Natal" berbeda? Mau diucapkan untuk hormati orang kafir?

98. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat- Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. (Al-Baqarah QS. 2:98)

Allah SWT adalah musuhnya orang kafir. Tetapi kl mereka baik hati, maka kita harus sama. Apa berarti kita harus ucapkan Selamat Natal pada saat mereka menyembah Yesus sebagai Tuhan? Mau jaga diri atau ikut2an? Mau setia pada Kemauan Allah, atau kemauan manusia?

Dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk di antara mereka. (HR. Abu Daud)

Kalau dpt ucapan Selamat Natal, saya jawab “Terima Kasih”. Belum pernah ada orang Kristen yg menjadi marah. Kl orang tua kirim kado Natal, saya terima, tapi tidak balas. Tidak menjadi masalah.

85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali-Imron QS. 3:85)

Agama Allah jelas. Saya ingin mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW dengan berhati-hati kl ada hal yang kurang jelas. Setahu saya, Nabi SAW tidak pernah ucapkan Selamat Natal. Atau ucapkan selamat pada pengikut ratusan agama lain (yg berhalanya di Kabah sebelumnya). Kebebasan beragama dijamin oleh Nabi, tapi dia tidak ikut kegiatan agama mereka, walaupun sebatas ucapan.

Ada dua pilihan:
1. Memilih jalan Allah yang jelas dengan tinggalkan perkara yg meragukan. Ikuti contoh Nabi SAW yg tidak ucapkan Selamat pada pengikut agama lain.  
2. Atau silahkan mengucapkan Selamat Natal, kl yakin itu yang terbaik, krn memang ada sebagian ulama yang membolehkan.

Wallahu a’lam bish-shawab. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto

34 comments:

  1. Assalamu alaikum wr. Wb.
    Saudara-saudaraku,
    Menurut pendapat saya pendapat yang menyatakan bahwa mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani adalah merusak akidah adalah hanya mitos. Mitos adalah sesuatu yang dipercaya sebagai sesuatu yang benar tanpa adanya bukti-bukti dan fakta-fakta. Mitos itu lebih berdasarkan asumsi yang dipercayai tanpa diteliti dengan sebaik-baiknya lebih dahulu yang kemudian dibesar-besarkan sehingga menjadi pendapat umum. Begitu juga pendapat ucapan selamat natal dalam mainstream Islam. Bagaimana untuk membuktikan bahwa ini cuma mitos? Mudah saja. Coba cari bukti tentang adanya orang yang rusak akidahnya karena mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani. Cari satu saja sebagai bukti dan setelah itu baru kita bisa katakan bahwa ternyata terbukti ada orang yang rusak akidahnya karena mengucapkan selamat natal kepada temannya yang nasrani.
    Tentu saja kita tidak akan dapat menemukan satupun karena kita tidak punya alat ukur dan kewenangan untuk menentukan apakah seseorang rusak akidahnya atau tidak karena sebuah ucapan selamat. Tidak di jaman Rasulullah tidak pula di jaman sekarang. Saya telah mengucapkan selamat natal selama bertahun-tahun kepada teman-teman Nasrani saya dan saya samasekali tidak pernah merasakan adanya kerusakan pada akidah saya. Lagipula emangnya ada ‘alat ukur kerusakan akidah’?

    Tapi apakah sebenarnya tindakan atau perbuatan yang bisa kita nyatakan sebagai merusak akidah? Akidah secara umum saya nyatakan sebagai keyakinan kita kepada Tuhan yang Maha Esa. Jadi kalau saya mencampuradukkan keyakinan saya kepada Allah swt (tawhid) dengan keyakinan adanya Supreme Being yang sama berkuasanya dengan Allah SWT maka dapat dianggap bahwa akidah saya sudah rusak. Kepercayaan (sebagian) umat Nasrani yang menyatakan Yesus sebagai Tuhan yang sama berkuasanya dan sebanding dengan Allah SWT, sebagai penciptanya, dianggap oleh umat Islam sebagai kemusyrikan besar. Umat Islam yang mempercayai, atau ikut-ikutan mempercayainya dengan pikiran, kata-kata, ataupun tindakan, dianggap sebagai rusak akidahnya. Umat Islam sangat ketat, zero tolerance, dengan masalah yang satu ini.

    Tapi apakah kita bisa menilai keimanan, keyakinan, atau kepercayaan seseorang pada Tuhan dari ucapan atau perkataannya? Tentu saja tidak. Tapi celakanya hampir semua umat islam (mainstream) tiba-tiba ‘merasa’ memiliki kewenangan untuk menilai keimanan atau akidah seseorang meski itu hanya dari ucapan selamat Natal kepada umat nasrani. :-) Padahal Rasulullah sendiri tidak pernah dan bahkan melarang umatnya untuk menilai apakah seseorang beriman atau tidak karena itu urusannya dengan Tuhan sendiri. Ada contoh untuk itu.
    Suatu ketika dalam peperangan (saya lupa perang apa) seseorang dari golongan kafir tersudut dan terancam akan ditebas lehernya oleh golongan Islam. Melihat dirinya terancam akan mati ia segera cepat-cepat mengucapkan syahadat untuk menyatakan dirinya sebagai golongan Islam (sangat mudah untuk menyatakan diri sebagai seorang Islam ternyata) dengan harapan agar ia diampuni dan tidak jadi dibunuh. Tapi umat Islam lawannya merasa bahwa hal itu hanya sebagai siasat agar ia tidak dibunuh dan si kafir tidak sungguh-sungguh beriman. Itu hanya sebagai ucapan di bibir saja dan bukan keyakinan sejati. Oleh si umat Islam lawannya tadi ditebas lehernya sampai mati. Ucapan syahadat dari si kafir tadi bukanlah ungkapan keimanan baginya dan hanya sekedar upaya untuk melepaskan diri dari kematian. Dan itu tidak layak untuk dipercaya.
    Ketika Rasulullah mendengar hal tersebut beliau sangat marah. Jika seseorang telah mengucapkan syahadat, dalam keadaan apapun, maka setiap umat Islam patut menghargainya dan tak seorangpun boleh menilai atau menghakimi isi hatinya. Tidak dalam perang tidak dalam damai. Itu adalah wewenang Tuhan semata. Apakah seseorang beriman atau tidak, itu sepenuhnya urusan antara dirinya dengan Tuhan. Para nabi dan rasul pada hakikatnya hanyalah para penyampai kebenaran dan ketauhidan. Bahkan mereka tidak punya hak dan wewenang untuk menentukan apakah seseorang itu beriman atau tidak. Bahkan jika seseorang itu secara terang-terangan menolak ajaran yang dibawakannya, para nabi dan rasul itupun tidak memiliki kewenangan untuk menekan, mengintimidasi, atau memaksanya untuk mengikuti ajarannya.
    Masalah keimanan bukanlah ‘daerah jurisdiksi’ para rasul, atau siapapun (apalagi kalau cuma ‘sekelas’ ulama) untuk menilainya. Hanya Allahlah yang berhak untuk menilai apakah seseorang benar-benar beriman atau tidak. Para nabi dan rasul hanya berhenti pada ‘legalitas formal’ yang menunjukkan seseorang telah menyatakan beriman atau tidak dengan mengucapkan kalimat syahadat. Titik. Selanjutnya para nabi dan rasul akan mengajak mereka yang sudah bersyahadat tersebut untuk meningkatkan keimanannya dengan perbuatan baik.
    Jika Rasul hendak menjaga dan meningkatkan keimanan umatnya maka biasanya dinyatakan secara umum, :”Tidak beriman seseorang yang…dst.” Dan tidak pernah Rasul menyatakan, :”Si A telah kehilangan keimanannya karena ia telah…dst.” Itu bukan jurisdiksi beliau. Salah satu contoh adalah pernyataan Rasulullah, :”Tidak beriman seseorang jika ia makan kenyang sedangkan tetangganya kelaparan.” Tapi Rasulullah tidak pernah menunjuk seseorang tidak beriman karena kebetulan tetangganya ada yang kelaparan. Begitu juga dengan pernyataan Rasulullah,:”Tidak Islam seseorang jika tetangganya merasa terganggu olehnya.” (atau senada dengan ini). Tapi ini tidak berarti bahwa jika ada seseorang yang merasa terganggu oleh tetangganya yang muslim maka ia bisa menghakimi bahwa tetangganya tersebut sudah bukan Islam lagi (yang berarti kafir). Ini hanya untuk menyatakan bahwa setiap muslim mestilah perduli dengan nasib tetangganya dan tidak diperkenankan untuk mengganggunya. Seorang muslim yang tidak perduli dengan nasib tetangganya (meski bukan muslim) dianggap tidak memiliki nilai-nilai keislaman seperti yang diharapkan. Tapi ini adalah general rules dan bukan untuk dipakai sebagai ‘alat ukur’ yang bisa kita tembakkan ke tetangga-tetangga kita, umpamanya. Kita tidak bisa mengatakan,:”Wahai fulanboy! Kemarin ada tetanggamu yang kelaparan padahal kamu enak-enakan makan sate sampai kekenyangan. Sorry, mulai hari ini kamu bukan orang beriman. Ini kata Hadist sahih.”

    Balik kepada ucapan selamat natal. Ucapan selamat natal ini sama sekali jauh dari masalah akidah. Ini hanyalah masalah 'muamalah' tatacara kita berhubungan dengan sesama manusia. Kita tahu bahwa sebagian besar umat nasrani meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan karena adanya konsensus jaman Nicea dulu. Tapi kita juga perlu tahu bahwa tidak semua orang nasrani mempercayai hal ini. Ada golongan dalam agama nasrani yang tidak menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan. Saksi Jehovah, umpamanya, terang-terangan menentang umat Nasrani lain perkara ini dan mereka menyatakan bahwa Yesus hanyalah nabi belaka.
    Kita tahu bahwa ada sebagian umat Nasrani yang mempercayai bahwa Yesus, yang dianggapnya sebagai Tuhan, lahir pada tanggal 25 Desember. Tapi ada banyak umat Nasrani yang juga sudah paham bahwa Yesus tidak mungkin lahir pada tanggal tersebut. Penelitian lebih lanjut secara ilmiah semakin meneguhkan bahwa sebenarnya Yesus tidak lahir pada tanggal tersebut. Dan mereka tahu itu. Jadi berpikir gebyah uyah bahwa umat Kristen tidak tahu hal ini sebetulnya menunjukkan ketidakpahaman kita (ignorance).

    Bagi sebagian umat nasrani, atau masyarakat Barat, perayaan natal sudah tidak ada hubungannya lagi dengan agama. Kebanyakan orang Barat sudah tidak mempercayai agama lagi dan natal hanyalah sebagai tradisi. Jadi sebenarnya kalau mau dibuat statistiknya perayaan natal sebenarnya lebih banyak sebagai tradisi ketimbang perayaan keagamaan.
    Lantas dimana hubungannya dengan akidah? Sama sekali tidak ada hubungannya. Bahkan bagi kebanyakan orang Nasrani ucapan selamat natal sama sekali tidak ada hubungannya dengan fakta bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Apalagi bagi orang Islam. Adalah kejadian yang sangat…sangat muskil jika ada umat Islam yang mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani karena ia mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan. It is a very..very impossible situation.

    Tapi kenapa ya, umat islam takut sekali kalau ucapan tersebut dapat merusak akidahnya? Kehati-hatian atau kebodohan? Ya karena terpengaruh oleh mitos tersebut. Sebegitu bodohnyakah ia sehingga mengira bahwa Yesus itu salah satu Tuhan yang kemudian ia nyatakan dengan ucapan selamat natal? Rasanya tidak mungkin. Umat islam sebenarnya umat yang paling ketat dalam akidah sehingga kemungkinan akidahnya ‘tercemar’ HANYA karena ucapan selamat natal kepada umat nasrani adalah ilusi yang sangat…sangat liar.
    Untuk menutup tulisan saya, saya mau bertanya kepada saudara-saudaraku umat Islam apakah pernah menjumpai ada satu saja umat Islam yang rusak akidahnya karena mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani? Jika pernah menjumpai ada umat Islam yang rusak akidahnya karenanya, maka saya mau bertanya lebih lanjut apa ukuran yang dipakai untuk menilai bahwa ia telah rusak akidahnya dan siapa yang memberi kita wewenang untuk menilai seseorang telah rusak akidahnya atau tidak.
    Jika kita menganggap bahwa mengucakan selamat natal akan merusak akidah maka dengan logika yang sama mengucapkan turut berdukacita atas meninggalnya tetangga yang non-islam juga akan merusak akidah. Bahkan lebih ‘berbahaya’ derajatnya dan lebih dekat kepada kerusakan akidah. Exercise your mind, kalau tidak percaya.
    Wallahu alam bissawab.
    Wassalam
    Satria

    NB: Tulisan ini sudah saya postingkan ke milis lain pada tahun lalu.

    OSIRIS
    Siang itu saya menemukan anak pertama saya yang mulai beranjak remaja mengenakan kaos baru. Warnanya perpaduan putih dan hijau dan bertuliskan “OSIRIS”. Iseng-iseng saya tanya apakah dia tahu apa arti “OSIRIS” itu. Dia menjawab, :”Tahu dong, Pak! Osiris itu Dewa Kehidupan orang Mesir. Salah satu dari tiga dewa penting selain Ra dan Isis.” Eh, ternyata dia tahu banyak (entah benar entah tidak). Tiba-tiba saya merasa cemas (or should I?).
    Jika saya menggunakan logika mainstream Islam tentang betapa pentingnya menjaga akidah agar tidak rusak karena tercemar oleh paham ketuhanan lain, meskipun oleh hal simpel semacam ucapan selamat natal pada umat nasrani, maka seharusnya saya cemas. Jika mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani pun sudah dianggap dapat berpotensi merusak akidah kita maka semestinya mengenakan baju kaos OSIRIS yang, mungkin, melambangkan pemujaan terhadap salah satu dewa kuno Mesir mestinya juga dapat merusak akidah anak saya. Jadi saya semestinya cemas. Bukankah masalah akidah adalah masalah yang sangat…sangat pokok dalam Islam?
    Saya hampir saja menyuruh anak saya melepas dan membuang baju kaos tersebut demi menjaga akidahnya agar tidak tercemar ketika tiba-tiba saya merasa bahwa hal tersebut ‘ridiculous’ alias konyol. Tapi untuk meyakinkan apakah anak saya telah ‘tercemar’ atau tidak maka saya perlu menanyainya.
    “Yubi, sayangku. Jika kamu tahu bahwa Osiris itu adalah salah satu dewa kuno orang Mesir, lantas kenapa kamu masih memakainya? (Tidakkah kamu tahu bahwa hal tersebut berpotensi untuk merusak akidah Islam kita?)”
    “Emangnya kenapa sih, Pak?” tanyanya. (Anak sekarang sangat pandai menggunakan prinsip ‘you answer my qustion with question’. Sekarang situasinya terbalik. Justru saya yang ditanyai!)
    “Kalau kamu menggunakan kaos bertuliskan Osiris, itu artinya kamu mendukung paham ketuhanan orang Mesir Kuno. Itu kan syirik. (Oh my! akhirnya keluar juga kata-kata ini) .”
    “Ha..ha..ha..! Bapak ini aneh-aneh pikirannya.” Ia tertawa terkekeh-kekeh. Eh! Kok dia menganggap remeh masalah ‘akidah’ ini? Tapi saya belum menyerah. Saya harus yakin bahwa anak saya tidak ‘tercemar’ keyakinannya. Bisa berabe saya kalau ternyata dia sudah ‘tercemar’ oleh keyakinan orang Mesir kuno.
    “Bapak mau tanya bener-bener nih, kenapa kamu pakai kaos OSIRIS tersebut?” tanya saya lebih lanjut sambil memasang ekspresi wajah serius. Anak saya agak keheranan dengan ekspresi wajah serius saya. (What’s so serious about it, Dad?)
    “Ya, aku pakai karena aku suka kaos ini. Kaos ini keren, dan lagipula, kan Bapak yang belikan kaos ini?” jawabnya sambil tetap memasang wajah keheranan. :”Emangnya kenapa sih, Pak?. Ada apa dengan kaos ini? Apa hubungannya dengan syirik” berondongnya lagi. Now, I have problems to answer it.
    “Nothing. Just curious.” Jawab saya ringan dan meninggalkannya berdiri terpaku keheranan. Alhamdulillah! Ternyata anak saya tidak tercemar oleh kepercayaan kuno Mesir. Artinya akidahnya tidak tercemar seperti yang kutakutkan. Nothing to worry about. Jika ada yang perlu disalahkan dalam masalah ini, maka itu adalah saya sendiri yang membelikan kaos bernuansa ‘syirik’ itu. Saya membelikannya karena nampak keren saja. Tidak terbayang waktu itu bahwa tulisan OSIRIS-nya akan menjadi masalah yang bersangkutan dengan ‘akidah’. Anak saya tidak bersalah sama sekali, apalagi tercemar akidahnya. Tidak…tidak…! Itu hanya ilusi saya saja. Mungkin sore ini saya perlu minum lemon tea dingin untuk menenangkan diri.
    Besok hari Natal dan saya bisa beristirahat agak panjang. Merry Christmas ! And happy New Year, sekalian. Just in case saya tidak sempat mengucapkannya.

    Balikpapan, 24/12/05
    Satria Dharma

    ReplyDelete
  2. Assalaamu'alaik,

    Saudaraku, sebenarnya ada hal yang lebih baik yang bisa kita lakukan daripada mengucapkan "Selamat" Natal. Agak lucu karena biasanya ucapan selamat merupakan ucapan untuk mengungkapkan rasa rasa syukur atas suatu peristiwa. Masalahnya begini, sebagai seorang muslim kita yakin seyakin-yakinnya bahwa mereka yang kafir secara nyata (terlihat dalam kata dan perbuatan, jadi bukan urusan hati yang tidak terlihat) itu dijamin oleh Allah untuk masuk neraka. Termasuk teman-teman kristiani kita (sulit untuk mencari ada teman kristiani yang mau mengimani Rasulullah Muhammad SAW, yang berakibat pada kekafiran mereka kepada salah satu rukun iman, walaupun sebagian mereka yakin bahwa Yesus hanya seorang Nabi). Analoginya begini, kalau Anda melihat seorang terjerumus dalam sebuah got setelah berjalan dalam kegelapan yang diyakininya akan menyelamatkannya dari got, apakah Anda akan mengulurkan tangan Anda dan mengatakan "Selamat"?. Saat ini secara potensial bukan cuma terjerumus dalam got, tapi ke dalam neraka karena akidah mereka yang tidak pantas menurut Allah SWT, dan kekal di dalamnya (guaranteed), tentu lebih tidak pantas kita ucapkan "Selamat" karena "Natal yang mereka yakini tidak akan mengantar ke neraka". Mungkin lebih tepat bagi kita " Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar" (QS AlBaqarah 2:111).
    Karena ini menyangkut urusan Aqidah, tentu mainstream muslim harus memiliki patokan, yang Alhamdulillah telah diberikan oleh para Ulama, yang secara umum seharusnya memiliki dasar yang lebih kokoh (ketika berijtihad, dari berbagai pertimbangan, dari segi bahasa, sejarah, hadits, keburukan dan manfaat dan lain-lain) saat mengeluarkan fatwa.
    Berhati-hati dalam urusan ini (aqidah) tentu lebih baik daripada bertindak tanpa ilmu. Ketidak fahaman kita bisa merancukan urusan aqidah ini dengan urusan muamalah, seperti turut berduka cita atas meninggalnya tetangga kita yang non-muslim, yang tentunya juga diatur dalam Islam. Tidaklah Rasulullah SAW meninggalkan kita kecuali dengan telah menyampaikan agama ini dengan sempurna termasuk untuk urusan muamalah dengan semua manusia. Apakah kerusakan aqidah karena mengucapkan ini hanya mitos? Anda akan heran melihat banyaknya jumlah ummat Islam yang convert (baca murtad) karena tidak berhati-hati dalam urusan aqidah seperti ini, saya mengenal mereka juga secara pribadi, jadi ini bukanlah isapan jempol (mitos) saudaraku. Segalanya dimulai dengan hal-hal sederhana, mulai dengan ikut-ikut sesuatu tanpa ilmu, termasuk berkata-kata (seperti selamat natal), bergaul tanpa memperhatikan siapa sahabatnya (kafir mutlak atau bukan) sampai akhirnya terjerumus kedalam lobang kekafiran tanpa disadarinya. Allah telah memperingati kita semua (QS AlBaqarah 2:170). Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?". Sedangkan sebagian mereka juga berdebat tentang urusan natal ini, yang berasal dari nenek moyang mereka. (QS AlBaqarah 2:145). Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang lalim.
    (QS Al Qassash 28:55). Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil".
    (Qs Al-Mu'minun 23:1-3). Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,
    dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
    Sesungguhnya orang nasranipun sebagian tidak meyakini natal sebagai hari kelahiran Yesus. Mengapa kita yang Muslim malah "lebih" nasrani dari mereka dengan mengatakan hal yang tidak berguna (Selamat Natal) dan menjauhkan diri dari ciri orang beriman yang menjauhkan diri dari hal yang tidak berguna?
    Mohon maaf bila ada tulisan yang tidak berkenan.
    Wallaahu yahdii may-yasyaa u ilaa shiraathim-mustaqiim.

    ReplyDelete
  3. Hallo semuanya..
    Saya sangat terkesan dengan tulisan ini. Benar2 diluar pikiran saya bahwa hanya dengan pernyatan "Selamat Natal" bisa membuat kita punya berbagai persepsi dan juga dengan tidak mengurangi rasa hormat tidak sungkan sungkan mengeluarkan jurus dan ayat2 yg bisa mendukung. by the way, I'm not going to give you article of how and what. hanya..memberikan sedikit pandangan..bahwa walaupun saya kaum Nasrani(or Kafir..hehe)saya tidak merayakan natal. Karena dalam kepercayaan saya, tidak pernah disebutkan tepatnya tanggal berapa Yesus itu lahir. Hanya karena kebiasaan orang dari tahun ke tahun untuk supaya bisa lebih merayakan dan memperingati kelahirannya, maka dibuatlah satu tanggal dimana seluruh dunia bisa ikut merayakannya. Nah, yang saya bingung yah termasuk kagum juga adalah justru teman2 saya yang muslim lah yg selalu mengucapkan selamat Natal. Dan selalu saya berkelak dgn balas menerangkan bahwa saya tidak merayakan natal..bla bla..tahun pertama dan kedua, teman2 masih menyalami saya..setelah tahun berikutnya sampai tahun ke lima saya bekerja di kantor ini..hanya orang2 barulah yg masih tidak tau kepercayaan saya itu. Lucu memang..tapi itulah kenyataan dan saya mempercayainya sampai sekarang. Perasaan yang saya dapatkan setiap tanggal 25 Desember adalah..libur panjang menyambut tahun yang baru.



    Salam,
    Vera

    ReplyDelete
  4. Assalaamualaikum wr. wb.,

    Tulisan ini menghentikan kebingungan saya. ;)) Setelah melakukan interogasi sama rekan2 kantor yg rayakan natal, rata2 komentarnya sama seperti Vera. Libur panjang menyambut tahun baru...;))

    salam,
    Raf

    ReplyDelete
  5. Menyatakan selamat kepada tindakan haram sama saja membenarkan tindakan mereka. Dan mereka akan semakin PeDe dengan perbuatannya.

    Yang dimaksud dengan tindakan haram adalah mengangkat Isa menjadi Tuhan. Sehingga yg terjadi adalah kelahiran Tuhan Isa (kalaupun benar tgl tsb)

    Analogi simpel.
    Suatu saat kita mendapati teman kita sedang menggauli isteri tetangga (haram kan?)

    Kemudian apa yg kita lakukan?
    "Selamat ya, Kamu telah menggauli isteri orang"

    Ucapan selamat yg dipaksakan. Mungkin kalo kita mo ikut mencicipi isteri tetangga itu ya gpp.

    ReplyDelete
  6. masalah yg keliatan sepele (ngucapin selamat) kepada yg sdg berbahagia,
    tapi kalau dipikir (dan ALLAH memerintahkan kita berpikir!) ucapan selamat
    adalah ekspresi ikhlas dan ridho dan ikut senang kepada mereka yg diberi ucapan selamat,
    juga bisa diartikan memberikan dukungan, apa ada arti lain dari ucapan selamat ???
    kalau sekadar basa-basi, ..ehem, munafik lah jadinya, lain di mulut lain di hati...
    masalah ngerusak akidah atau ngga, saya sih ngga tahu...
    yang jelas saya ngga mau masuk barisan orang munafik atau pendukung orang2 kafir...

    ReplyDelete
  7. saya lebih merasa menjadi orang yg ramah kalau saya tetap mengucapkan selamat hari natal atau atau selamat hari kuningan atau selamay hari nyepi. hati saya masih ragu masak sih islam kok kesannya galak banget kalau ngomong gitu aja ga boleh. Analogi saya, bahwa apapun agama mereka dan apapun yg mereka rayakan, selama itu adalah hal yang membawa kedamaian di dinia, artinya tidak menyebarkan kehancuran bagi orang lain ya gak papa kita beri selamat. Seperti kalo kita makan bareng2, ya bilang aja selamat makan bagi semua, walaupun menunya beda beda. Kan makan tujuannya sama, biar kenyang. Sama dengan beragama, apapun cara yg kita pilih, beragama berarti mengakui ada kekuatan besar atas kita. Saya bisa saja tidak setuju temen saya memilih si A sebagai soulmatenya, tp saya ya tetep kasih ucapan selamat pas mereka kawin toh.... Lain kalo yg orang rayakan itu adalah keberhasilan pengeboman bali misalnya, baru itu tidak perlu dikasih ucapan selamatt. (selamat atas ditangkapnya dan segera dieksekusinya para teroris,itu lebih tepat)Saya tidak punya dalil, karena memang belum banyak ngerti, tp saya cuma main hati, dan hati saya bilang, dunia lebih indah kalau kita turut berbahagia jika orang lain bergembira, selama kegembiraan itu tidak membawa kehancuran.

    ReplyDelete
  8. buat yg komen diatas saya ini, tolong bedakan antara kehidupan sosial dgn kehidupan spiritual. Perkawinan ataupun makan adalah sebuah kegiatan sosial yg tidak menggangu keyakinan spiritual, sedangkan selamat natal itu berarti mengatakan ya agama mu memang benar sedangkan agamaku yang salah. Islam memiliki perbedaan keyakinan dgn Kristen. Islam mengatakan bahwa Isa itu bukan tuhan dan tidak lahir pada waktu itu, sedangkan Kristen mengajarkan yg sebaliknya, jadi kesimpulannya adalah kalau Anda sebagai seorang muslim maka cukup ucapkan "untukmu natal " bukan selamat natal. karena selamat itu adalah doa, sedangkan kita tidak boleh mendoakan yg bukan Islam. semoga bermanfaat.

    Arief/ardobinardi

    ReplyDelete
  9. To Anonymous,
    Kalau ada orang Islam yang berdiri dan mengatakan “Saya mau murtad. Saya mau jadi orang sesat yang masuk neraka!” apakah anda mau balas dengan mengatakan “Selamat murtad. Selamat menjadi orang sesat. Selamat masuk neraka.”
    Dan pada saat teman bertanya kenapa bisa ucapkan selamat, anda menjawab “Masa nggak boleh ramah sama dia? Dia mau menjadi sesat, masa nggak boleh ucapkan selamat, semoga Allah merestui kesesatannya? Nggak ramah dong.”
    Dan pada saat lewat preman di depan pasar, di panggil dan ajak ikuti dia untuk berzina dan konsumsi narkoba. Anda menolak. Pada saat dia berangkat sendiri, anda ingin ramah, jadi ucapkan “Selamat berzina. Selamat menjadi mabuk.”
    Mau begitu juga? Kalau tidak, berarti tidak ramah dong. Dan anda inginkan kita semua harus “ramah”, berarti apapun perkaranya, harus tetap ramah. Sekalipun membicarakan kesesatan dan ajaran sesat.
    Betul?
    Wassalam,
    Gene

    ReplyDelete
  10. gene cuma kasih masukan kayanya komentar dikau buat anonyous yg kau reply udah melenceng, kan dia bilang selama selamat untuk yg tidak merusak gapapa. kalo nganja, ngrampok, ngebom ya ngerusak. Paling gak tetep ada sisi baik natal kan, membawa pesan damai, kan. ada yg pernah baca kata2 ghandi gak? dia bilang agama itu adalah bermacam jalan yg menuju ke titik yg sama. mungkin dikau ga se7 dengan Ghandi, it's up to u tp damai itu indah bukan?

    ReplyDelete
  11. ikutan yaa. GusMus pernah nulis di kompas kl kebanyakan kita terkena paranoid, misal: puasa ga boleh ada warung buka, mbangun gereja atau baksos dibilang kristenisasi. Paranoid yg ga perlu, kata GusMus. Apa Gene termasuk di dalamnya,..? soalnya kalau selamat natal = selamat masuk neraka, pasti tidak akan boleh kalo ada yg minta ijin di lingkungannya mendirikan rumah ibadat agama lain, karena = memberi ijin penyebaran kesesatan.
    (pdhal kt PKS kalo lagi kampanye islam itu tidak merepresi or menghambat kebebasan beragama,... so? yg bener yg mane?). bagi saya, saya islam, tp kalo di kelurahan saya ada 6 rumah ibadat berbeda ya ga masalah, karena itulah indonesia damai yg dicita-citakan pendiri bangsa Indonesia, sekali lagi,.. INDONESIA lhoh yaaaa.

    ReplyDelete
  12. emang ucapan 'selamat hari raya' selalu jadi pro kontra dr dulu, ada yg bilang boleh lha, haram lha..macem2...

    setiap hari raya idul fitri, justru sahabat2 yg berbeda keyakinan dengan tulus malah orang2 yang pertama kali mengirim ucapan selamat kepada saya, lalu ketika natal, posisi saya ketika mereka merayakan hari rayanya bagaimana??

    saya tidak pernah dengan tegas mengucapkan selamat natal, paling cuma selamat bahagia, atau sukacita, kata 'selamat' yg saya ucapkan bukan berarti mengakui apa yg mereka yakini, sebagai wujud toleran saja.kan semua tergantung niatnya.

    Nabi saja mencontohkan, ketika seorang Yahudi meninggal dan iring2an lewat dihadapanya, beliau berdiri sebagai tanda penghormatan, walau beliau tidak mengucapkan tanda berduka cita.

    Toh Manusia hidup berdampingan sedari dulu, berbeda keyakinan, budaya, adat. Apa salahnya menghormati keyakinan orang lain.
    Selagi mereka juga tidak menyerang apa yang kita yakini, bagimu agamamu bagiku agamaku.

    Jangan terlalu memperlebar masalah karena berbeda akronim dan arti dari kata 'selamat' saja.

    peace ahh..jadi pengen ikutan komentar juga:)

    salam

    ReplyDelete
  13. Kata Anonymous:
    “Paling gak tetep ada sisi baik natal kan, membawa pesan damai, kan.”
    >>Natal membawa pesan damai? Benar? Itu ajaran langsung dari Yesus ya? Yesus selalu menyuruh orang berdamai pada waktu ulang tahunnya? Sayang sekali kalau ulang tahunnya bukan pada 25 Desember, karena itu hari kerayaan dewa matahari, yang dimanfaatkan orang Romawi untuk memberikan hari kerayaan kepada umat Kristen. Apa hubungannya dengan damai?

    “ada yg pernah baca kata2 ghandi gak? dia bilang agama itu adalah bermacam jalan yg menuju ke titik yg sama.”
    >> Itu pendapat Ghandi. Apakah dia seorang Nabi? Kalau bukan, kenapa pendapat dia lebih utama dari pendapat Nabi Muhammad SAW?

    “Damai itu indah bukan?”
    >> Tergantung. Mau berdamai sama Iblis? Atau mau melawan, menolak dan memboikotnya dengan sepenuh tenaga anda? Iblis pasti senang sekali kalau anda mau berdamai dengan dia dan mengajak dia masuk rumah anda untuk mengikuti semua kegiatan anda secara damai.

    ReplyDelete
  14. Tri, saya setuju bahwa paranoid tidak perlu dan tidak bagus. Tetapi tidak berarti kita tidak mau bertindak atau berpendapat sama sekali. Apakah anda kunci pintu pada waktu malam karena takut dirampok? Kalau Gus Mus bilang “tidak usah paranoid akan dirampok terus”, apakah hari itu juga anda biarkan pintu rumah dan pintu mobil terbuka terus? Dan saat tinggalkan mobil atau motor selalu ada kunci di dalamnya? Kalau teman tegor dan suruh jaga-jaga, apakah anda bisa jawab dengan enteng “Ahh, tidak usah paranoid.” Benar? Atau apakah lebih baik kita bijaksana, dan ambil tindakan bila diperlukan, tetapi tidak berlebihan?
    Mendirikan rumah ibadat tidak sama dengan menyebarkan kesesatan. Buat mereka, agama mereka. Mereka boleh beribadah, tanpa diganggu, tetapi kita tidak ada kewajiban untuk mengikuti mereka. Itu yang terbaik bagi bangsa Indonesia, sekali lagi,.. INDONESIA lhoh yaaaa.

    ReplyDelete
  15. Inot, silahkan dites dulu. Pada saat Idul Fitri, ketika tetangga mengucapkan selamat Idul Fitri (atau Idul Adha), minta dia tunggu sebentar. Memberikan penjelasan sebagai berikut.
    “Pak, terima kasih telah mengucapkan selamat Idul Fitri, tetapi ucapan bapak kurang lengkap. Mau mengucapkan yang benar?”
    “Ohh, begitu? Apa ucapan yang benar?”
    “Yang benar adalah ‘Selamat Idul Fitri Dan Selamat Atas Kemengan Bagi Orang Muslim Yang Tidak Menjadi Sesat Seperti Orang Kristen. Yesus Bukan Anak Tuhan, Tidak Disalibkan, Tidak Mati, Dan Orang Yang Meyakininya Sudah Sesat Dan Akan Masuk Neraka! Hanya Orang Muslim Yang Selamat!’ Kira-kira begitu versi panjang yang tepat Pak. Silahkan mengucapkannya. Saya tunggu.”
    ….
    Apakah tetangga mau mengucapkan selamat dalam konteks seperti itu, kalau ucapannya mengandung makna yang tidak bisa diterima di dalam agama dia?
    Sangat benar bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri pada saat jenazah yahudi lewat di depan. Itu sangat sopan. Dan hadits ini sering sekali dikutip oleh orang liberal yang inginkan semua agama disama-ratakan. Tetapi tidak ada yang berfikir lebih lanjut.
    - Kenapa Nabi SAW tidak mengikuti jenazah ke kuburan? Apakah berarti Nabi SAW tidak sopan?
    - Kenapa Nabi SAW tidak datang ke kuburan dan baca doa atas jenazah biar orang yahudi itu bisa selamat dari siksa kubur? Apakah berarti Nabi SAW tidak sopan?
    - Kenapa Nabi SAW tidak datang ke rumah orang yang berduka dan membaca doa bersama dengan mereka yang mohon keselamatan dari Yesus? Apakah berarti Nabi SAW tidak sopan?
    Ada banyak sekali hal yang TIDAK dilakukan oleh Nabi SAW, dan salah satunya adalah Nabi SAW tidak mengikuti prosesi jenazah orang kafir ke kuburan, tidak membaca doa keselamatan bagi orang kafir, tidak mengikuti acara duka di rumah orang kafir, tidak menghadiri pesta agama yang didirikan oleh orang kafir, dan tidak mengucapkan selamat natal kepada orang Kristen.
    Kalau ada dalil yang mengatakan sebaliknya, silahkan memberikannya.
    Ditunggu…

    ReplyDelete
  16. masalahnya kenyataan di lapangan bicara lain,.. mau doa bersama di rumah saja di gerebeg FPI,.. alasannya gak ada ijin rumahibadat,. lha mau gimana wong ijin ga keluarkeluar,.. terus mau doa di mana?? dan paling parah institusi ky MUI gak beraksi terhadap FPI tuh? saya cuma mau jadi muslim yg toleran dan cinta damai. dan yg penting tetep jadi orang indonesia yg ramah. ... jadi kalo semua anda pelintir,.. selamat natal= selamat murtad,.. dicritain GusMus nulis apa malah di ganti katakata yg lain, yo gak selesai2 kang! Aku nemu blog mu waktu cari isu kabah Apple dulu,.. kesan pertama wah bagus,.. berimbang, tp kok ternyata kesanku berubah tuh. so... kesimpulanku,.. mbuka situs WWF nyari cara daur ulang sampah lebih bermanfaat deh. Ya udah... selamat bekerja di Indonesia ku,.. tp tolong tetep jaga Indonesiaku biar damai yah...
    Peace,.. kang!

    ReplyDelete
  17. Tri said "masalahnya kenyataan di lapangan bicara lain,.. mau doa bersama di rumah saja di gerebeg FPI,.. alasannya gak ada ijin rumahibadat,. lha mau gimana wong ijin ga keluarkeluar,.. terus mau doa di mana?"

    Kalau udah izin dan emang gak keluar2 izinya ya udah jelas bahwa emang tidak diizinkan ditempat tersebut dijadikan rumah Ibadat.

    Masalah izin mendirikan rumah ibadat itu udah ada aturan SKB 3 menteri, so ya kalau gak memenuhi syarat pendirian tempat ibadah ya pastinya izinnya kagak bakal keluar.

    Tri said "dan paling parah institusi ky MUI gak beraksi terhadap FPI tuh?"

    mo beraksi apaan wong yg jadi masalah itu adalah pendirian tempat ibadah yg tanpa izin oleh pemerintah. so pasti itu urusan antara mereka dgn aparat pemerintah dan FPI. sedangkan MUI tidak ada urusan dgn pendirian rumah Ibadah non muslim.

    Tri said "saya cuma mau jadi muslim yg toleran dan cinta damai. dan yg penting tetep jadi orang indonesia yg ramah. ... jadi kalo semua anda pelintir,.. selamat natal= selamat murtad,.. "

    Ternyata maksud anda untuk menjadi muslim yg toleran dan cinta damai serta jadi orang yg ramah harus meninggalkan fatwa ulama yg memang berkompeten dlm soal kajiannya ttg hukum Islam. kalau anda anggap itu baik dgn meninggalkan ulama maka secara otomatis anda bukan menjadi muslim yg baik.

    Intinya anda sudah teracuni dgn paham2 liberal, so kalau tidak mau mengikuti ulama maka lebih pantas mungkin jadi bagian dari Ilam Liberal yg berpendapat serba boleh.

    semoga bermanfaat.


    Arif

    ReplyDelete
  18. buat yg namanya arif ini.... (tp kesannya orangnya bukan orang yg arif dan bijaksana): komentas saya atas komentar kamu cuma :... Wua ha ha ha ha..... ., kamu lucu buanget deh

    ReplyDelete
  19. Anonymous said...

    buat yg namanya arif ini.... (tp kesannya orangnya bukan orang yg arif dan bijaksana): komentas saya atas komentar kamu cuma :... Wua ha ha ha ha..... ., kamu lucu buanget deh

    Thursday, 27 November, 2008

    Trimakasih, emang sebenarnya saya lucu and baik kata orang sih,tapi kalau dlm hal diskusi ya harus pegang prinsip dan selalu belajar dr semua orang, yg penting tetap berkepala dingin shg diskusi itu bukan menjadi hal yg saling menjatuhkan tetapi saling mencari kebenaran. Jangan merasa kita paling benar tetapi tetap terus merasa bahwa kita butuh kebenaran, kalau kita bilang hari ini salah dan esok kita melihatnya benar maka jangan pernah meninggikan ego tetapi berbesar hati untuk menerima kebenaran yg telah ditunjukan kpd kita.

    Thank U

    Arif

    ReplyDelete
  20. Ass.Wr.Wb.
    Terima kasih dan salam kenal. Saya mendapat banyak pelajaran, dan Insya Allah tambah yakin dengan sikap saya selama ini. Terkadang ada rasa ngak enak, sungkan atau rasa dianggap sombong atau takut dibenci. Tapi akhirnya saya lebih takut dibenci atau dimarahi sama Allah.
    Btw, fatwa MUI tidak secara jelas menunjukkan haramnya mengucapkan Natal ya???Kenapa???
    Wass.Wr.Wb.
    http://guawijaya.wordpress.com

    ReplyDelete
  21. Coba baca ini juga:
    http://genenetto.blogspot.com/2008/01/fatwa-mui-tidak-melarang-selamat-natal.html

    ReplyDelete
  22. Sy tdk setuju dengan opini Satria saya kira satria kurang faham dg Agamanya klo memang dia seorang muslim yg baik,Akidah memang tdk bisa di ukur dg alat tetapi kita sebagai muslim yg percaya bahwa islam adalah agama yg mutlak yg di ridhoai ALLah Swt. nah oleh krn itu pengucapan selamat natal anda anggap mitos itu salah besar, memang hanya dg memberi ucapan natal itu kita tdk rasakan tentang kerusakan akidah tetapi anda harus lebih teliti lagi apa yg terkandung di dalam perayaan natal itu sendiri. di dalam perayaan natal dimana orang nasrani merayakannya itu berkeyakinan bahwa tgl 25 desember itu lahirnya yesus yg mereka anggap Tuhan dan ini sangat bertentangan dengan akidah Islam anda fikir itu, maka dari itu sebagai umat islam kita harus saling menasehati dan tdk membiarkan ini terjadi atau di fahami oleh anak cuci kita bahwa pengucapan natal itu hanya soal sederhana saja. karena kesyirikan dan kemurtadan itu sering terjadi dg masalah yg sepeleh saja yg sering kita tdk rasakan ato kita anggap sepeleh. kita punya akidah kita harus tau akidah kita sendiri. dan anda harus tau di dalam agama kristen itu ada program kristenisasi dan pemurtadan bagi umat islam yg sering kita tdk fahami karena orang kristen itu punya ambisi keras untuk merusak akidah umat Islam. wassalam

    ReplyDelete
  23. Assalamualaikum Wr. Wb.

    Menurut saya lebih baik kita mencari pengucapan yang lebih bijaksana yang artinya bisa diterima baik saudara-saudara kita sesama muslim maupun rekan-rekan kerja yang telah banyak membantu kita tetapi non-muslim.

    Saya coba mempertimbangkan niatnya dulu. Niat kawan-kawan yang mengucapkan "Selamat Natal" pastilah bukan menyetujui keyakinan mereka tetapi ikhlas menerima fakta bahwa mereka lebih memilih keyakinan mereka dibanding mengikuti kita (Islam). Oleh karena itu saya berpendapat lebih baik mengucapkan "Selamat Merayakan Bagi yang Merayakan Natal" karena kita harus sadar bahwa sebetulnya orang-orang non-muslim yang baik ingin meminta izin apakah bila mereka merayakan natal tidak akan membuat kita tersinggung dan tetap bisa berhubungan baik. Menurut pandangan saya mereka (kawan-kawan kita Non-Muslim) takut sekali lho bila kita tidak mengucapkan apa-apa sama sekali.

    Tetapi kita sebagai muslim tetaplah mengingatkan dan mempromosikan nilai-nilai islam kepadanya dan berdoa semoga Allah membukakan hidayah kepada kawan-kawan kita (non Muslim) yang baik agar mengikuti jalan kita.

    Hanya saja Sebisa mungkin jangan sampai kita mengikuti peribadatan atau menggunakan busana topi sinterklas karena menurut saya berlebihan (kecuali bila terpaksa seperti Fatwa MUI ya). Cukuplah kita mengucapkan selamat merayakan saja.

    Wallahu 'Alam bissawab
    Wassalamualaikum
    Hans

    ReplyDelete
  24. Kepada yang menulis
    "mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani adalah merusak akidah adalah hanya mitos"
    dan tentang Osiris

    Bapa, saya ingin bertanya, Mohon penjelasannya

    1. tolong jelaskan Injil Yohanes 5 : 30. Mengapa Yesus tidak dapat berbuat apa-apa dari dirinya sendiri? Bukan kah Tuhan itu Maha Kuasa ?

    2. Injil Matius 5 : 17 -18 dijelaskan Isa Almasih taat dan patuh kepada hukum Taurat, tetapi mengapa dalam Kitab Galatia 3 : 10 dijelaskan semua orang yang hidup dari hukum Taurat berada di bawah Kutuk? Apakah termasuk Isa Almasih juga? Apa yang salah dari hukum Taurat sehingga bisa sampai kutuk?

    3. Siapakah orang yang dimaksud dalam Ulangan 18 : 18 - 19? Isa atau Muhammad ?

    4. Mengapa Tuhan menyesalkan atas tindakan yang telah dilakukannya?
    Kitab Kejadian 6 : 5 - 6
    Kitab Keluaran 32 : 14

    5. Siapakah orang yang dimaksud dalam
    Injil Markus 11 : 12 - 14
    Yohanes 2 : 4
    Yohanes 7 : 8 - 10
    dan mengapa bisa sampai dikatakan demikian? Apa yang telah diperbuatnya ?

    6. Mengapa terdapat ayat-ayat yang tidak etis di dalam Bible?
    Kitab Kidung Agung pasal 7 : 6-9
    Yehezkiel 23 : 1 - 23
    Kejadian 38 : 8-9
    Bukankah itu kitab Suci?

    7. Mengapa ada banyak ayat-ayat kontradiksi dalam Alkitab?

    Perjanjian Baru :
    - Matius 16 : 14 dengan Markus 8 : 11-13
    - Matius 1 : 16 dengan Lukas 3 : 23
    - Matius 5 : 18 dengan Lukas 16 : 16
    - Matius 5 : 17 dengan Galatia 3 : 13
    - Lukas 2 : 21 dengan Galatia 5 : 2
    - Lukas 23 : 26 dengan Yohanes 19 : 16 - 17
    - Yohanes 1 : 18 dengan Kejadian 18 : 1, dan Kejadian 32 : 30
    - Yohanes 17 : 23 dengan Yohanes 14 : 9 dan Yohanes 14 : 10
    - Galatia 6 : 15 dengan Kejadian 17 : 10 - 14

    Perjanjian Lama :
    - Ezra 2 : 7 dengan Nehemia 7 : 7
    - Ezra 5 : 43 - 54 dengan Nehemia 7 : 46 - 56
    - II Samuel 5 : 14 - 15 dengan I. Tawarikh 14 : 4 - 5
    - II Samuel 8 : 4 dengan I. Tawarikh 18 : 4
    - II Samuel 8 : 8 dengan I. Tawarikh 18 : 8

    dan masih banyak lagi. Exercise your mind, kalau tidak percaya.

    ReplyDelete
  25. Assalamualaikum,
    diskusi yg sangat menarik meski saya sudah sangat ketinggalan. saya seorang muslim dan dulu mengucapkan selamat natal adalah hal yg biasa bagi saya. sampai saya tahu dari beberapa teman yang dulunya saya anggap terlalu ekstrem bahwa mengucapkan natal dilarang dalam Islam. saya berpikir itu hanyalah sebuah ucapan selamat, tidak lebih. meski dengan setengah hati, saya mencoba mengikuti aturan ini karena "takut" dengan label haram yang menempel. setelah sekian tahun dengan "semakin dekatnya saya dengan Dia Yang Menciptakan Saya, Allah SWT" sedikit demi sedikit saya mulai memahami mengapa mengucapkan selamat natal dilarang atau kalau tidak mau dibilang dilarang, sangat tidak dianjurkan. tapi bukan karena seperti comment2 teman-teman sesama hamba Allah SWT di atas,yang mengatakan merusak akidah, atau sama saja dengan mengucapkan selamat murtad atau selamat masuk neraka bila mengucapkan selamat natal.tidak seperti itu. menurut saya, kurang tepat juga bila dibilang atau dianalogikan seperti demikian.karena saya yakin pemberi selamat tidak sampai berpikir jauh hingga ke akidah atau murtad atau neraka saat mengucapkan selamat.mereka hanya ingin bertoleransi atau menghormati antar sesama manusia, tanpa berpikir yang lain, saya yakin itu. sehingga pantas bila mereka menilai adalah wajar mengucapkan selamat natal kepada teman, kolega atau bahkan keluarga, seperti saya dulu.
    tetapi perlu direnungkan, dirasakan, apa makna tersirat yang timbul jika kita mengucapkan selamat natal.sederhana saja, dan memang hanya itu makna yg timbul mau tidak mau,yaitu bahwa kita "mengakui" dan "membiarkan"(meski tidak meyakini) bahwa keyakinan para non muslim (Kristen) itu benar atau kalau tidak mau dibilang benar, bisa dibenarkan, wajar, sah,boleh (atau silakan tambahkan kata-kata apa saja yg bermakna setara). dalam hal ini kita tidak berbicara tentang hubungan antar manusia lagi, tetapi lebih kepada "penghormatan",peng-Esa-an,penghambaan, penegasan ketauhidan kita umat muslim kepada Yang Maha Benar, Allah SWT. Jadi saat mengucapkan selamat natal,ada ketidaksopanan (kalau tidak mau dibilang kekurangajaran) kita kepada Yang Maha Melihat, Allah SWT,ada serpihan ketauhidan kita (saya) yang runtuh. jadi bukan karena kita umat muslim merasa lebih benar dari nonmuslim, bukan karena ego yang seolah mengatakan "keyakinanmu salah,tak perlu aku mengucapkan selamat", bukan juga karena seolah kita mengucapkan "selamat murtad", "selamat masuk neraka" dan sebagainya, kita dilarang mengucapkan selamat natal. tapi coba direnungkan dan dirasakan, itu lebih karena hubungan kita yang begitu indah dengan Yang Maha Indah, Allah SWT.

    Wallahualam.
    -Nanti-

    ReplyDelete
  26. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
    Terima kasih untuk informasinya Gene.
    Penyajian menggunakan dasar-dasar dari Qur'an dan Hadits membuat saya lebih yakin.
    Dan anda berani mengungkapkan hal-hal yang salah , tidak seperti yang lainnya menggunakan anonymous (muslim ato bukan patut dpertanyakan walau sudah bilang salam . sama sperti saya sih, msih dpertanyakan walau sudah pake nama .. ahaha) untuk berkomentar, tanpa dalil yang jelas hanya mengatakan pernah mendengar tanpa mengatakan sumber jelasnya.


    Wassalam

    ReplyDelete
  27. Izinkan untuk berbagi pemikiran. Saya tahu blog ini karena masalah ini diangkat lagi oleh salah satu Kaskuser.
    Menurut saya pemikiran berikut ini terlalu dipaksakan:
    " Coba berfikir begini: mengucapkan “Selamat Natal” adalah sama dengan mengucapkan “Selamat Atas Kelahiran Tuhan Dalam Bentuk Manusia Yang Disalibkan Untuk Menebus Dosa Kita Semua! Selamat Ulang Tahun Ya Tuhan!”"

    Pertama; kenapa tidak coba berpikir begini: Selamat Natal sama dengan mengucapkan selamat atas Kelahiran Nabi Isa Almasih atau dengan kata lain :Selamat Ulang Tahun Nabi Isa Almasih". Bukankan Nabi Isa juga merupakan salah satu Nabi dalam agama Islam? Ataukah saya salah bahwa ternyata Islam tidak mengakui Isa Almasih sebagai Nabi / menganggapnya sebagai nabi sesat?

    Kedua; Setahu saya agama Kristen tidak mengajarkan bahwa Yesus (Isa) adalah Tuhan. Mereka hanya menyebutnya "Putra Bapa" dimana Bapa = Tuhan dan istilah Putra Bapa juga bisa berarti yang diturunkan Tuhan (Utusan Tuhan/Nabi). Makanya saya bingung banyak debat yang bilang Yesus = Tuhan.

    Saya bukan Muslim juga bukan Nasrani karenanya saya hanya berkomentar dari sudut pandang "orang luar".
    Banyak saya melihat debat Muslim Nasrani yang diawali dan berisi pandangan negatif atas suatu ajaran / pernyataan / istilah yang kesemuanya saya lihat hanyalah PEMAKSAAN agar ajaran / pernyataan / istilah tersebut memiliki pemahaman negatif, padahal hal tersebut juga dapat dilihat dari sisi Positif.
    Menurutku "mungkin" inilah yang disebut syubhat, bisa dipandang negatif dan bisa dipandang positif, dan saya kutip kembali kalimat ini:
    "Barang siapa memelihara diri dari yang syubhat itu, maka bersihlah agamanya dan kehormatannya, tetapi barang siapa jatuh pada yang syubhat maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram"

    Jadi sebaiknya mulai sekarang sebaiknya masing -masing umat menjauhkan hal yang syubhat ini agar tidak terjatuh pada yang haram. Sebaiknya biarkanlah umat lain memeluk dan beribadah menurut keyakinannya selama agama tersebut tidak mengajarkan hal yang buruk bagi sesama seperti pembunuhan, peramokan, perkosaan, dll.

    Janganlah anda sekalian MEMAKSA mencari kesalahan agama lain karena perbuatan kalian tersebut hanya akan mengotori kesucian agama kalian sendiri.

    Demikianlah sedikit pemikiran saya, bila ada yang salah mohon dimaklumi, dimaafkan dan diluruskan.
    Salam.

    ReplyDelete
  28. Izin mengutip buat ditaruh di sini:
    http://media-islam.or.id/2010/12/14/haram-hukumnya-mengucapkan-selamat-natal

    “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [Al Maa-idah 2]

    “Rasulullah s.a.w. melaknat tentang arak, sepuluh golongan: (1) yang memerasnya, (2) yang minta diperaskannya, (3) yang meminumnya, (4) yang membawanya, (5) yang minta dihantarinya, (6) yang menuangkannya, (7) yang menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10) yang minta dibelikannya.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)

    Dari Jabir ra bahwasanya Rasulullah SAW melaknat para pemakan riba, yang meberikannya, para pencatatnya dan saksi-saksinya.” Kemudian beliau bersabda, “Mereka semua adalah sama”. (HR. Muslim).

    Allah memerintahkan kita untuk tolong-menolong dalam hal kebaikan. Sebaliknya Allah melarang keras tolong-menolong dalam hal kejahatan. Dari hadits tentang riba dan arak kita tahu dosanya mengenai bukan cuma pelaku riba atau peminum arak. Tapi siapa pun yang terlibat termasuk saksi atau pun yang cuma mengantarkan minuman. Demikian pula untuk dosa lain seperti Syirik.

    Nah kita tahu bahwa pada hari Natal, ummat Kristen merayakan hari lahir Yesus yang mereka anggap Tuhan mereka. Tuhan Anak! Itu adalah dosa Syirik. Dan Syirik

    tu adalah dosa terbesar yang tidak terampuni. Nah jika terhadap dosa yang lebih kecil seperti Riba dan Minum Arak saja kita dilarang turut membantu, bagaimana dengan mengucapkan “Selamat Natal” yang merupakan satu doa kepada orang yang tengah merayakan kemusyrikan?
    http://media-islam.or.id/2010/12/14/haram-hukumnya-mengucapkan-selamat-natal

    ReplyDelete
  29. Sahabat Umar bin Khattab RA pernah berkata : "Janganlah kalian mengunjungi kaum musyrikin di gereja-gereja (rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka, karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka". Kemudian dia berkata lagi : "Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka".

    ReplyDelete
  30. Bagaimana kalo selamat natal diganti ama merry krismas spy ga ngerusak aqidah

    ReplyDelete
  31. Assalamu'alaikum,
    bagaimana dengan zaman dulu saat Rasul Muhammad SAW? apalkah beliau mengucapkan selamat natal atau tidak? adakah riwayat yang menceritakan hal tersebut, kalau ada berarti gak masalah, atau klo ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau tidak bersedia mengucapkan selamat natal,akan lebih jelas

    kalo selamat natal kita artikan sebagai selamat hari lahir nabi isa as, sebagaiamana maulid Nabi, bgmn? trimakasih

    ReplyDelete
  32. Tidak ada hadiths satupun di mana Nabi Muhammad SAW mengucapkan Selamat Natal, atau menghadiri perayaan Natal, atau menghadiri perayaan2 dari agama lain. Nabi SAW hanya mengajarkan ISLAM, dan hanya menjalankan ISLAM. Dan untuk orang non-Muslim yang tinggal di wilayahnya, mereka diberi kebebasan untuk menjalankan agamanya masing2, tanpa intervensi dari pihak Muslim, tetapi orang Muslim juga tidak ikut merayakan, dan juga tidak menghadiri semua perayaan tersebut.

    Sejarawan Kristen sepakat bahwa 25 Desember BUKAN hari ulang tahun Yesus. Tetapi yang benar adalah hari kelahiran Yesus (Nabi Isa) tidak diketahui. 25 Desember sebelumnya adalah hari perayaan ulang tahun dewa matahari dalam kepercayaan orang romawi. Setelah Kaisar Romawi masuk agama Kristen, dia sedih bahwa orang Kristen tidak punya hari kerayaan besar seperti orang jahiliyah punya hari perayaan dewa matahari itu. Untuk menyenangkan hatinya orang Kristen, dia ambil perayaan dewa matahari itu, dan memberikannya kepada ummat Kristiani, supaya mereka punya hari besar dalam kalendar mereka. Sebelumnya tidak ada perayaan besar sama sekali.
    Perayaan dewa matahari itu terkenal dengan pesta mabuk2an, makan2, dan sebaginya, dan tradisi itu diteruskan oleh ummat Kristiani, tetapi nama perayaan saja yang diganti dari perayaan dewa matahari menjadi Hari Natal alias hari kelahiran Yesus (padahal semua pastor dan pendeta tahu bahwa tanggal itu tidak benar, dan asal dari perayaan tersebut adalah agama jahiliyah sebelum Kristen).
    Jadi, tidak benar dan tidak tepat kalau dianggap Maulid Nabi Isa, dan digunakan sebagai alasan untuk ikut merayakan.
    Wassalam,
    Gene

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...