Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (179) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

03 April, 2007

Jangan Membatasi Diri 2


Kita memang patut sedih Gene. Tapi itu fakta. Guru sekualifikasi Mr Cho
'belum' dibutuhkan oleh sekolah-sekolah kita. Seperti yang Anda lihat
sendiri, bahkan sekolah-sekolah mahal (dan menyatakan dirinya
berkualitas internasional) pun masih menggunakan guru-guru yang
berkualifikasi asal-asalan.
Untuk dapat menghasilkan guru dengan kualifikasi seperti Mr Cho
dibutuhkan kompetisi yang ketat sehingga setiap guru berusaha untuk
meningkatkan kualifikasinya secara maksimal. Jika tuntutan kompetisi
tersebut tidak ada maka tidak akan bisa dihasilkan guru dengan
kualifikasi seperti itu. That's why I said our schools do not need a
teacher with such quality.
Now, what can we do, Gene? Kita perlu bersinergi untuk mengatawsi
masalah ini.

We can put all of our money, time and energy into re-training and motivating the teachers!

Stok guru sudah ada, hanya skilnya yang kurang. Motivational trainer banyak, orang Indonesia dan asing. Saya pernah melakukan training di Pusdiklat DKI dan ketua dari training tidak menentukan topiknya. Saya bebas untuk bicarakan apa saja.

Untuk 2 jam, tanpa bahan (sengaja), saya ajak para guru membahas “Apa itu guru?”, “Apa itu murid?” dan “Apa itu sekolah?”.

Itu saja.

Ada puluhan guru datang kepada saya sesudahnya dan menyatakan dunianya sudah berubah total, karena semua yang kita bahas tidak disadari sebelumnya.

Bagaimana kalau saya diberikan waktu satu minggu? Bagaimana kalau ada program yang dibuat oleh 20 Trainer yang berpengalaman (bukan hanya ide dari saya saja)? Bagaimana kalau semua guru di setiap wilayah bisa mendapatkan Training yang setara? Bagaimana kalau jumlah trainer 100 orang? Atau 1000?

Mustahil? Tidak.

Hanya persoalan logistik.

Hanya persoalan waktu.

Hanya persoalan pembiayaan.

Yang mana dari tiga persoalan itu yang sulit untuk Allah?

Negara Inggris bisa membuat terowongan di bawah laut. Di Amerika sudah beberapa kali dilakukan operasi dengan dokter dan pasien di negara yang berbeda: dokter mengendalikan robot lewat koneksi satelit dan melihat hasil di layar komputer.

Tetapi Indonesia tidak sanggup menyediakan sekian Trainer saja untuk melakukan Teacher Training?

Busway bisa, monorail bisa, gedung bertingkat tinggi bisa, rumah sakit bisa, jaringan telfon selular bisa, internet dan komputer bisa, kapal selam bisa, tetapi Trainer susah?

No way!! Saya sama sekali tidak percaya!

Ini hasil dari manusia yang membatasi diri.

Kita justru sangat membutuhkan guru seperti Mr Cho. Dan tugas serta tanggungjawaban kita sebagai pendidik adalah bagaimana kita bisa berjuang untuk mewujudkan hasil seperti itu.

Kalau kita mengatakan “tidak membutuhkan” karena sulit, dan generasi mendatang juga bicara begitu, dan generasi sesudahnya juga, dan seterusnya, mulai kapanlah akan ada orang yang mengatakan “SUDAHLAH! Sekarang kita butuhkan!!”

Kalau seratus tahun mendatang, ada yang bicara seperti itu dan menjadi serius mengubah paradigma pendidikan di negara ini, kenapa tidak boleh sekarang saja?

There are no limits except the limits we make.

Wabillahi taufiq walhidayah

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Gene

2 comments:

  1. Mungkin yang paling sulit itu merubah persepsi orang kita, merubah cara berpikir orang2 indonesia yang sudah terlanjur apatis dengan keadaan.

    Gimana nggak apatis, jangankan masalah training teacher..masalah keselamatan kita aja nggak diperhatikan...kecelakaan yang merenggut ratusan jiwa nggak pernah ada tindakan konkret, masalah lumpur yang sudah merugikan ribuan rumah penduduk pun nggak ada tindakan terhadap pemilik perusahaan itu...masalah guru sejak dulu sudah menjadi rahasia umum, tidak diperhatikan sama sekali, menyedihkan memang.

    Jutaan rakyat yang jelas2 meratap, menangis, menunjukkan sikap protes terhadap banjir misalnya...ya nggak ada tindakan tuh...gedung2 tetep bermunculan di jalan sudirman, ada lahan kosong masih aja dibangun, mal jg masih banyak yang sedang digarap... sampai akhirnya mulai ramai dibicarakan masalah pendidikan, anda lihat sendiri.. apakah ada tindakan? hehe...pantes aja para pengusaha kipas2 ya... jadi gitu lah ...membuat kita jadi apatis. Kejadian diatas bukan sekedar omongan biasa, tp kenyataan yang sudah sering terjadi lho...

    Bukannya nggak mau bersuara...atau berjuang...saya juga yakin pasti kualitas guru & pendidikan bisa ditingkatkan, tp kita kurang ada dukungan dari orang2 yang berwenang, yang terkait...bahkan LSM aja kadang2 nggak didenger...begitulah negara kita ...makanya nggak maju2.

    Mungkin Pak Gene punya orang2 dekat yang bisa suarakan masalah ini ke pihak pemerintah atau pejabat berwenang... terutama pendidikan dan guru...krn meningkatkan kualitas guru butuh dukungan dari berbagai pihak...

    Sekian...

    ReplyDelete
  2. Mulai dari Pilkada DKI. Pilihlah Cagub yang paling peduli pada pendidikan. Kalau ada yang hanya membicarakan Busway dan Monorail, cari yang lain. Cari orang yang menunjukkan "sense of crisis" yang siap memperbaiki sekolah kita.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...