Search This Blog
Labels
30 April, 2021
Kenapa Perlu Shalat Taubat? Shalat Wajib Sudah Cukup, Bukan?
[Jawaban]: Tidak ada istilah "cukup" dalam hal bertaubat kepada Allah, ataupun dalam beribadah kepada Allah. Rasulullah SAW yang selalu dijaga oleh Allah dalam keadaan suci dan tidak berdosa (selalu langsung diampuni kalau berbuat dosa), dan dijamin masuk surga, tetap saja istighfar 70x per hari. Kenapa? Pertama, untuk mendidik kita karena kita disuruh mengikuti contohnya dalam semua hal. Kedua, karena sebagai Nabi Allah, dia sangat paham bahwa tidak ada istilah "cukup" dalam hal berserah diri kepada Allah, beriman kepada Allah, beribadah kepada Allah, mohon ampun kepada Allah, dan mohon yang terbaik dari sisi Allah. Tidak pernah bisa "cukup", walaupun dilakukan oleh seorang Nabi Allah, apalagi kita!
Rasulullah SAW melakukan shalat tahajjud setiap malam, dan bukan 2 rakaat saja yang berlangsung hanya 5 menit lamanya, lalu kembali tidur seperti kita. Tetapi Nabi shalat berjam-jam, sampai sahabat yang mau coba ikut hampir pingsan, dan kakinya Nabi jadi bengkak karena berdiri terlalu lama. Apa Nabi merasa ibadahnya sudah “cukup”? Tidak pernah dikatakan demikian. Begitu juga dalam hal bertaubat kepada Allah. Orang yang merasa ibadahnya atau taubatnya sudah “cukup” sangat merugikan diri.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi)
Jadi kalau anda merasa ada dosa besar (misalnya kemarin jadi mabuk, atau tinggalkan shalat, atau berzina, atau berjudi, atau mencuri, dsb.) maka laksanakan shalat taubat berkali-kali dan istighfar berkali-kali, dan bersedekah sebanyak mungkin. Lakukan semua yang bisa dilakukan agar Allah mau hapus dosa itu dan berikan banyak pahala.
Dan kalau merasa tidak ada dosa besar seperti itu, TETAP saja lebih baik melakukan shalat taubat sewaktu-waktu. Tujuannya agar kita ingat bahwa setiap manusia selalu ada dosanya, dan kita tidak tahu kapan akan menghadapi kematian, lalu tidak akan bisa berdoa atau shalat lagi sesudah itu. Menambahkan ibadah, pembacaan Al Quran, dzikir, sedekah, dan lain-lain, sebanyak mungkin, sekarang juga, tanpa mencari-cari alasan untuk merasa puas dengan ibadah kita yang sudah dilakukan di masa lalu. Yang masa lalu belum cukup. Tidak pernah bisa cukup.
Semoga bermanfaat.
Wa billahi taufiq wal hidayah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
Ingin Menjadi Kaya? Hati-Hati, Kekayaan Belum Tentu Membuat Anda Bahagia!
Assalamu’alaikum wr.wb. Saya dapat cerita tentang seorang bapak yang kaya, tapi jatuh sakit, jadi depresi, stress, dan berhenti shalat. Istri dan anaknya juga stress karena melihat kondisi bapak itu. Yang perlu diperhatikan dari kejadian itu adalah berapa banyak orang sulit mensyukuri nikmat Allah? Diberikan kekayaan lalu dikasih ujian, seharusnya mereka dekatkan diri kepada Allah, tapi malah menjadi depresi.
Bapak itu memang menderita dari sebuah penyakit, tapi juga ada banyak uang dan rumahnya besar. Banyak orang lain seharusnya lebih stress karena mereka hanya menjadi pekerja biasa, tapi ternyata mereka bisa cukup bahagia, walaupun tidak ada kesempatan menjadi kaya. Terbukti, memiliki banyak uang dan rumah yang besar tidak menjamin kita akan bahagia!
Saya sering dipanggil untuk menasihati dan "meluruskan" anaknya orang kaya. Mereka minta bantuan saya karena ternyata mereka "gagal" mendidik anaknya sendiri. Mereka sangat fokus pada dunia dan kekayaan, tapi di saat yang sama, anaknya menjadi "rusak" (tidak shalat, narkoba, berzina, minum alkohol, dsb.) Kekayaan orang tua itu menjadi bumerang: Kembali dan hantam mereka sendiri. Mereka lupa bahwa dunia ini tidak nyata, dan hanya dengan beriman dan bertaqwa kepada Allah bisa kita dapat keselamatan di dunia dan juga di akhirat.
64. Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.
(QS. Al-Ankabut 29:64)
26. Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).
(QS. Ar-Ra’d 13: 26)
Kalau ada cita-cita menjadi kaya, silahkan, tapi sebaiknya dipastikan anda siap secara mental, dan dipastikan anak anda bisa menjaga agamanya. Jangan fokus pada kekayaan sebagai tujuan, tetapi menganggapnya sebagai "alat" saja utk berjuang di jalan Allah. Menjadi kaya sangat bermanfaat, asal dianggap sebagai amanah dari Allah. Sayangnya, banyak orang kaya tidak begitu. Diuji dengan penyakit saja, keimanan mereka bisa hancur dengan cepat dan kekayaannya menjadi setara debu yang tidak berguna. Lebih parah lagi kalau anaknya juga menjadi rusak, karena dengan demikian anak itu tidak akan mendoakan orang tuanya!
Semoga kita semua diberikan rezeki yang luas, tapi dengan syarat kita siap dulu secara mental! Kita harus selalu ingat untuk berserah diri kepada Allah, mengikuti Rasulullah SAW, dan siapkan anak kita untuk menjadi pemimpin Muslim yang saleh dan salehah, yang manfaatkan kekayaannya untuk berjuang di jalan Allah. Kalau berhasil, mereka akan menjaga keimanannya dan tidak akan merasa takut atau stress ketika sebuah ujian menimpa mereka, karena tangan mereka digenggam keras oleh Allah SWT. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto