Search This Blog

Labels

alam (8) amal (97) anak (310) anak yatim (117) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (62) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (69) hukum islam (51) indonesia (580) islam (557) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (365) kesehatan (97) Kisah Dakwah (11) Kisah Sedekah (11) konsultasi (13) kontroversi (5) korupsi (28) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (53) my books (2) orang tua (10) palestina (34) pemerintah (137) Pemilu 2009 (63) pendidikan (512) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (41) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (37) renungan (185) Sejarah (5) sekolah (85) shalat (10) sosial (322) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

Popular Posts

01 September, 2025

Kenapa Korupsi Rendah Di Selandia Baru, Tapi Tinggi Di Indonesia?

[Pertanyaan]: Kenapa di New Zealand ( salah satu negara kafir ) indeks korupsinya rendah ? Skorsnya negara ke 4 terbersih korupsinya. Why ?

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Satu kata: PENDIDIKAN!! Dari SD, kami diajarkan untuk mengutamakan kejujuran, keadilan, membela kebenaran, melihat orang di bawah, bantu orang lemah, melawan yang dzhalim, menjadi sukarelawan, dsb. BUKAN dari sisi agama, tapi dari sisi kemanusiaan saja. Kami diajarkan untuk menjadi siap protes dan melawan yang tidak benar. Diajarkan untuk melihat hal yang kurang baik, lalu bertindak. 

Langsung dipraktekkan di sekolah. Misalnya, di kantin tidak ada hotdog. Kami membuat petisi, berikan penjelasan, berikan tanda tangan, dan kasih kepada kepala sekolah. Minta perubahan. Kalau ditolak, masih bisa protes lagi. Diajarkan semua bentuk protes dalam negara demokrasi yang taat pada hukum, tanpa menyerang polisi atau menjadi anarkis. 

Kami disuruh mencari hal yang bisa diperbaiki. Misalnya, taman kota butuh bangku duduk. Kami menulis surat, menjelaskan perkara, berikan solusi, dan kirim ke kantor walikota dan koran. Kami diajarkan untuk bahas negara lain, kejadian dari berita, yang sekarang, dalam sejarah, dan selalu bertanya apa itu baik, benar, dan adil? 

Di usia 11 tahun, saya sudah tahu tentang Nelson Mandela yang saat itu menjadi tahanan politik (dipenjarakan 27 tahun), disebabkan sistem apartheid di Afrika Selatan. Saya baca buku tentang anak yang tinggal dengan 15 saudara, dalam satu kamar, tanpa air, tanpa listrik, dan kapan saja polisi bisa dobrak pintu dan tangkap saudaranya. Orang itu mungkin balik lagi setelah beberapa bulan, atau mati. Mau protes kepada siapa? Di usia 11 tahun, saya terbiasa berdebat dengan orang dewasa, dan jelaskan kami punya tanggung jawab moral untuk membela orang kulit hitam di sana.

Saat mengajar di Jakarta, saya berkomentar tentang Nelson Mandela. Murid-murid saya bingung. Saya bertanya, apa mereka kenal? Dijawab, “Dia dulu presiden Arika Selatan?” Saya jawab, “Iya. Dan masa penjara 27 tahun?” Mereka bingung. Tidak tahu. Dan juga tidak peduli. Tidak masuk ujian sekolah, jadi buat apa peduli? Pola pikir banyak orang di sini sangat sempit, dan hanya peduli pada hal yang terkait dengan kehidupan mereka. Apartheid di Afrika Selatan? Cuek saja! Buat apa harus paham? Di Selandia Baru, terbalik. Semua ilmu dari seluruh dunia, dalam sejarah manusia, ada nilainya, dan penting untuk dipelajari. Supaya kita tambah cerdas. 

Itu sistem pendidikan untuk anak sekolah di sana. Anak berdebat dengan orang dewasa sangat umum di sana. Di sini, banyak orang tua dan guru kesal kalau ada anak yang berpikir sendiri, berbeda pendapat, dan berdebat! Sistem yang berlaku adalah semua anak wajib belajar “DIAM DAN TAAT” kepada yang berkuasa. Karena orang tua dan guru juga begitu. Sangat takut kepada siapapun yang punya “kekuasaan”. 

Di Selandia Baru, sebaliknya. Banyak orang berani hadapi polisi, pejabat, pemimpin, politikus, dan marahi mereka. Intinya: “Gaji anda dari pajak saya, berarti anda adalah PELAYAN SAYA!! Jadi saya menuntut pelayanan yang benar sekarang!!” Kalau pejabat tidak senang dianggap pelayan, salah sendiri menjadi pejabat. Jadi di sana, pejabat malah “takut” dilawan oleh rakyat di depan umum. 

Di sini, rakyat ketemu pejabat, senyum lebar, minta selfie, dan bahagia kalau dikasih kaos. Atap sekolah anak mau ambruk, cuek saja. Yang penting sudah selfie sama Pak Bupati!! Di sana, rakyat akan marah, protes, dan melawan. Cuek saja kalau pejabat datang. Tidak ada yang mau selfie. Malah antrean untuk bertanya (menuntut), KAPAN akan dapat bantuan?

Itulah hasil dari sistem pendidikan. Di Indonesia, sistem pendidikan masih “semi-militer”. Pemimpin (pejabat, polisi, guru, orang tua) berkuasa mutlak. Awas kalau melawan!! Guru dan pejabat lestarikan sistem itu. Rakyat yang dirugikan. Dan rakyat malas belajar, malas mencari wawasan, jadi menderita terus. Hanya berani komplain ke teman dan bilang mau kabur dulu. 

Kalau pusing tinggal di sini, lebih baik menjadi aktif dan mengubah sistem pendidikannya. Mulai dengan anak sendiri. Ajarkan anak untuk berpikir sendiri, gunakan logika, berdebat, membela pendapatnya, dan bernegosiasi. Baru mereka akan siap melawan guru dan pejabat. Kalau anda sendiri tidak izinkan anak berdebat di rumah, mana mungkin guru dan pejabat akan izinkan mereka berdebat nanti? Sistem yang berlaku di sini bisa berubah. Tetapi ANDA yang harus mengubahnya. Jangan menunggu “orang lain” menciptakan negara sempurna. Anda yang harus ciptakan. Mulai dengan anak anda sekarang. Jadikan mereka calon pemimpin yang benar. 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb. 
-Gene Netto 

Apa Benar Ada Kesulitan Ekonomi Di Indonesia?


[Komentar]: Kalo untuk penjarahan, saya lebih berpendapat memang karena ekonomi sulit. 

[Gene]: Assalamu’alaikum wr.wb. Emang benar ada kesulitan ekonomi di Indonesia?? Para bapak dikasih 2,700 TRILIUN RUPIAH (data 2024) sebagai rahmat dari Allah, lalu uang itu DIBAKAR dalam bentuk ROKOK. Daripada dipakai untuk biaya sekolah, atau untuk beli buku bagi anaknya, atau dikasih kepada anak yatim. Rakyat mana yang alami kesulitan ekonomi kalau dikasih uang tunai 2,700 Triliun lalu dibakar begitu saja, tanpa merasa berdosa??

Coba datang ke orang yang tinggal dalam gubuk tanah liat di desa terpencil di Afrika, lalu bertanya, “Apa kalian mau dikasih uang tunai 2,700 triliun, supaya tidak menjadi miskin terus?” Tentu saja mereka akan setuju dan mau terima uangnya. Lalu kita kasih. Bagaimana reaksi kita kalau mereka tumpukkan uang itu, lalu membakar semuanya secara langsung?

Dan setelah itu, mereka mengeluh bahwa mereka masih miskin, mengalami kesulitan ekonomi, dan minta dikasih 2,700 triliun lagi, apa kita akan kasih? Saya yakin tidak ada yang mau kasih lagi. Dikasih satu kali, mereka langsung bakar, sangat gila kalau dikasih lagi, betul? Tetapi para bapak di Indonesia, setiap tahun, dikasih 2,700 triliun untuk kesejahteraan keluarganya, lalu uang itu dibakar dalam bentuk rokok, tanpa merasa bersalah. 

BERARTI, DALAM 10 TAHUN, PARA BAPAK DI INDONESIA MEMBAKAR 27 KUADRILIUN RUPIAH!! 

Masih berani mengatakan “rakyat mengalami kesulitan ekonomi”? Mungkin para malaikat setengah pingsan kalau menyaksikan perbuatan kita. Daripada sibuk mengeluh tentang pemerintah setiap hari, bagaimana kalau puluhan juta bapak itu bersatu, dan sepakat untuk menghabiskan 27 KUADRILIUN RUPIAH uang tunai yang ada di dompetnya untuk kemajuan anak bangsa?! 

Dan setelah sudah terbukti bahwa mereka memang peduli pada kemajuan keluarga dan bangsanya, baru kita minta pemerintah berikan bantuan tambahan di atasnya lagi. Kalau kita sendiri tidak siap berkorban sedikitpun, kenapa berharap bisa dapat “pemerintah sempurna” yang memperhatikan kebutuhan rakyat? Terbukti, banyak anggota rakyat tidak mau memperhatikan kebutuhan anaknya sendiri! Kenapa berharap terus pada pihak lain? 

245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan MELIPAT GANDAKAN PEMBAYARAN kepadanya dengan LIPAT GANDA YANG BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah 2:245)

Mulai dulu dengan diri sendiri. Berhenti rokok, sedekahkan uangnya kepada anak yatim, dan minta doanya. Dan harus yakin bahwa Allah akan membalas sedekah itu dengan berlipat ganda! Kalau tidak yakin pada Allah juga, kenapa mau yakin pada bantuan dari pejabat dan pemerintah?? 

Semoga bermanfaat sebagai renungan.
Wa billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto 




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...