Labels

alam (8) amal (100) anak (293) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (7) dakwah (84) dhuafa (18) for fun (12) Gene (218) guru (57) hadiths (10) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (53) indonesia (564) islam (546) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (351) kesehatan (96) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (48) my books (2) orang tua (7) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (497) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (10) pesantren (32) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (171) Sejarah (5) sekolah (74) shalat (7) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)
Showing posts with label pesantren. Show all posts
Showing posts with label pesantren. Show all posts

12 January, 2022

Bermain dan Kejar Bola Hingga ke Tengah Pantai, 18 Siswi Tenggelam Tapi Diselamatkan

Hampir saja ini menjadi berita tentang kematian 18 santri, tapi alhamdulillah bisa diselamatkan dari kelalaian gurunya sendiri. Hal yang sama terulang terus. Guru bawa siswa ke sungai atau pantai, tiba2 ada yang tenggelam. Kadang bisa diselamatkan. Kadang siswa mati. Lalu semua guru selalu bilang, "Saya tidak menduga (siswa akan alami bahaya di tempat yang berbahaya)." Dan semua orang tua bilang, "Ini takdir Allah, tapi alhamdulillah diselamatkan guru! Terima kasih Pak Guru!" Anehnya, tidak ada yang membahas unsur kelalaian guru yang membawa anak yang tidak bisa berenang ke laut atau sungai.

Untuk memahami bahwa hal ini tidak logis, coba kita bawa ke ranah yang berbeda. Guru ajak siswi ikuti balapan motor di jalan raya. Ada anak yang bisa, tapi ada anak yang kecelakaan, jatuh, terluka atau mati. Lalu semua guru mengatakan, "Saya tidak menduga ada anak yang bisa mati kalau ikuti balapan motor!" Dan semua orang tua mengatakan, "Ini takdir Allah." Dan terjadi setiap minggu, setiap bulan, sepanjang tahun, selama puluhan tahun. Dan anak Indonesia mati terus, ketika diajak ikuti kegiatan oleh gurunya sendiri.

Apakah mungkin terjadi? Saya yakin tidak mungkin. Kebanyakan orang tua akan marah dan bertanya kenapa anak disuruh ikuti balapan motor, padahal tidak bisa bawa motor dan tidak punya SIM? Guru itu akan ditangkap polisi karena bahayakan siswa. Dan anak yang menjadi korban akan dikatakan "mati karena kelalaian guru sendiri." Betul? Kenapa setiap kali anak dibawa ke tempat yang berbahaya sekali, seperti sungai atau pantai, sedangkan semua anak tidak bisa berenang, dan tidak ada regu penyelamat di situ, tidak ada pelampung, dan jauh dari dokter dan rumah sakit, semua guru boleh mengatakan "Saya tidak menduga" dan orang tua terima penjelasan itu?

Kalau balapan motor yang bahayakan anak akan diprotes, kenapa berenang di laut dibiarkan terjadi terus? Dan kenapa para guru tidak BELAJAR dari bahaya yang menimpa anak lain dalam berita, dan hindari tempat yang berbahaya bagi anak? Siapa yang akan melindungi anak Indonesia kalau banyak guru lalai, dan orang tua menerima kelalaian itu terus sebagai hal yang wajar?
-Gene Netto

Bermain dan Kejar Bola Hingga ke Tengah Pantai, 18 Siswi Tenggelam
Kamis, 6 Januari 2022 - Oleh : Tim TvOne, Hery Sampurno - Situbondo, Jawa Timur - Sebanyak 18  siswi SMP Islam Pondok Pesantren Annur Sidoarjo, tenggelam di Pantai Wisata SPBU Utama Raya Desa Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo, Rabu (5/1/2022). Tidak adanya regu penolong di tempat wisata tersebut, membuat proses evakuasi para murid berlangsung dramatis. Akhirnya,18 siswi yang tenggelam saat mandi dan bermain bola di Pantai Wisata Utama Raya Situbondo berhasil diselamatkan.
https://www.tvonenews.com

22 November, 2021

Santri Bisa Hubungi Ibunya Setiap Hari Lewat HP, Kenapa Pesantren Melarang?

Ketika santri masuk pesantren, dan dilarang bawa HP, dan dilarang hubungi keluarganya secara rutin, dan dilarang ketemu, landasannya apa? Saya belum pernah lihat sebuah hadits yang larang anak hubungi orang tuanya. Dan juga tidak tahu ilmu pendidikan yang melarang anak hubungi orang tuanya. Sebaliknya, di dalam hadits dan ayat Al Qur'an, anak dianggap tanggung jawab utama orang tua, dan amanah dari Allah bagi orang tua. Dan orang yang memisahkan anak dari ibunya disalahkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan ancaman hukuman di akhirat.

Begitu juga dalam ilmu pendidikan, ada banyak sekali riset tentang dampak buruk apabila seorang anak dipisahkan dari ibu dan bapaknya, dari kakak dan adiknya, dan betapa luasnya manfaat emosional dan kognitif (daya pikir) ketika seorang anak dibesarkan di dalam keluarganya. Jadi, ketika puluhan ribu pesantren memisahkan jutaan anak dari orang tuanya, yang seringkali menjadi penyebab anak itu menangis berbulan-bulan, dan bisa mengalami stres, depresi, kesulitan belajar, gangguan kesehatan, dll. seharusnya kita bertanya, landasannya apa? Hanya "kebiasaan" saja? Dan ilmu yang mendukung tidak dibutuhkan?
-Gene Netto

Rasulullah SAW bersabda: Abu Ayyub mengabarkan, Muhammad SAW bersabda: "Barang siapa yang memisahkan antara ibu dengan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan orang itu dengan para kekasihnya pada hari kiamat kelak." (HR. Tirmidzi)

Viral Ratusan Santri Tonton Ponsel Mereka Dikepruk Pakai Palu, Warganet Debat Panas
https://hits.suara.com

Pemimpin Negara Punya Visi Kemajuan, Apa Pesantren Punya Visi Sebaliknya?

Pejabat: Santri diharapkan menjadi ahli dunia digital dan ciptakan aplikasi demi kemajuan Indonesia.

Pesantren: Kalau santri ketahuan bawa HP, akan dihancurkan di depan umum! Santri dilarang mendekati dunia digital, dan wajib putus hubungan dengan orang tua dan keluarga berbulan-bulan, demi kemajuan agama!

Para santri akan tunduk dan taat dengan visi siapa? Mau bantu kemajuan negara dan umat di dunia digital? Atau mau hindari HP, komputer, dan internet karena dilarang mendekatinya bertahun-tahun oleh ustadz yang mendidiknya? Keluar dari pesantren dalam kondisi tidak mengerti apa-apa tentang teknologi, manfaatnya apa? Indonesia sudah punya banyak "guru ngaji". Apa ahli agama tidak dibutuhkan di semua bidang yang lain juga? Ustadz yang ahli IT tidak penting? Ustadz yang ahli kimia tidak penting? Cukup jutaan santri lulus lalu duduk manis di masjid dan berharap dapat panggilan untuk ceramah atau menjadi guru ngaji? Berapa banyak lulusan pesantren hidup dalam kemiskinan dan kesulitan karena tidak mengerti apa-apa selain agama? Bagaimana mau berkontribusi dalam proses membangun negara kalau 97% dari isi dunia dianggap tidak penting dan dijauhkan dari mereka dalam masa pendidikannya?
-Gene Netto

Sandiaga Uno Dorong Santri Menjadi 'Digital Preneur'
https://www.republika.co.id

Viral Ratusan Santri Tonton Ponsel Mereka Dikepruk Pakai Palu, Warganet Debat Panas
https://hits.suara.com

05 November, 2021

Kenapa Dua Santri Bisa Tewas Dalam 2 Tahun Di Satu Kabupaten Saja??

Saya kaget! Hari ini ada berita tentang seorang santri di Mojokerto yang tewas setelah dianiaya oleh seniornya di pesantren. Karena informasinya ringkas, saya cari lagi di Google. Tapi ada yang "aneh". Beberapa artikel punya tanggal lama, dari 2019. Awalnya saya bingung. Kenapa kematian santri dari 2019 dibahas kembali pada 2021? Apa ada informasi yang baru? Lalu saya perhatikan semua detailnya. Ternyata, nama korban, pelaku, dan pesantren berbeda. Artinya, DUA santri tewas dalam 2 tahun di Mojokerto setelah dihajar oleh seniornya. Hanya di satu kabupaten!

Bagaimana dengan kondisi nasional?? Berapa banyak santri yang menjadi korban bullying, diancam, dipukul, dianiaya, dicabuli, dan dibunuh di lingkungan pesantren setiap tahun? Apa ada pihak yang kumpulkan data? Setahu saya tidak ada yang peduli. Mereka hanya anak Muslim tetapi bukan anaknya orang elite! Jadi untuk apa umat Islam perlu peduli pada masa depan para santri itu? Yang penting "belajar agama", dan kalau sebagian dari anak itu alami trauma seumur hidup, atau diperkosa, atau disodomi, atau dibunuh, buat apa kita perlu peduli? Bukan anak kita!
-Gene Netto

03 November 2021 - Santri di Mojokerto Tewas Dihajar Seniornya
Korban Galang Takkaryaka Raisaldi (14). Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
https://jatim.suara.com

21 Agustus 2019 - Santri di Mojokerto Tewas Dianiaya Senior, Polisi Sita Pakaian Bercak Darah
Korban Ari Rivaldo (16). Pondok Pesantren Mambaul Ulum.
https://news.okezone.com

16 September, 2021

Penjajah Jepang Botaki Tahanan, Kenapa Dilestarikan Di Sekolah Indonesia?

Assalamu'alaikum wr.wb. Penulis buku, Isabel Wolff, menceritakan tahanan sipil Belanda dan Inggris yang ditahan oleh Jepang di beberapa tempat di Indonesia. Kata Wolff, penjajah Jepang brutal terhadap 130 ribu tahanan sipil, kebanyakan perempuan dan anak kecil, yang ditahan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Banyak orang ditahan di "penjara terbuka" (wilayah kota yang luas, yang dikasih tembok dan menjadi penjara sementara) di Jakarta dan Bandung.

Kalau menatap prajurit Jepang, atau kurang cepat tundukkan kepala, perempuan dan anak akan dihajar. Kesalahan sekecil apapun akan kena pukulan dan hukuman secara langsung. Tahanan harus selalu takut dan patuh pada prajurit Jepang. Dua kali setiap hari ada absen. Tahanan harus berdiri berjam-jam di lapangan, tanpa boleh bergerak, bicara atau duduk.

Kalau tidak sempurna saat tundukkan kepala ke arah Jepang saat upacara, akan dihajar dengan keras. Badan harus berdiri tegak, dan ruku dengan sempurna. Bahkan posisi jari tangan diperhatikan. Harus selalu sempurna saat tunduk dan tidak boleh berbuat salah walaupun sedikit. Selain dihajar, hukuman paling umum adalah membotaki tahanan agar ada "efek jera". Dan hal itu begitu umum sampai banyak perempuan pakai selendang di atas kepalanya karena berdarah setelah rambut dicukur secara kasar.

Apa sistem pendidikan ini ada kemiripan dengan sebagian sekolah dan pesantren Indonesia? Tahanan/Santri/Siswa harus selalu takut dan patuh? Kesalahan sekecil apapun akan kena hukuman? Dan di sebagian pesantren, kalau berbuat salah, rambut akan dipotong dengan kasar, agar ada efek jera. Dan di sekolah dilakukan karena rambut anak "harus rapi" (tidak rapi = salah dan harus dihukum). Saya pernah lihat 2 anak yang dijemur di lapangan pesantren. Rambutnya telah dicukur dan kepala masih berdarah. Katanya itu "hukuman standar" bagi anak yang "nakal". Apa bedanya dengan perilaku Penjajah Jepang?

Pertanyaan saya: Kenapa keburukan penjajah Jepang dilestarikan di banyak pesantren dan sekolah di Indonesia? Atau apakah para ustadz dan guru tidak tahu dari mana mereka mendapatkan kebiasaan itu, dan hanya teruskan tanpa berpikir, dan tanpa ilmu? Semoga bermanfaat bagi guru, ustadz, dan orang tua yang mau merenung.
Wassalamu'alaikum wr.wb.,
Gene Netto

The Forgotten Women Of The 'War In The East'
http://www.bbc.com/news/magazine-29665232


02 August, 2021

Sering Ada Kasus Pencabulan Di Pesantren, Perlu Takut Memondokkan Anak?

[Pertanyaan]: Assalamualaikum. Pak Gene, Membaca berita tentang santri yang dicabuli gurunya, membuat orang tua khawatir. Tapi di sisi lain memondokkan anak juga bermanfaat untuk dapat ilmu agama. Lebih baik memondokkan anak atau tidak? Apa sarannya Pak Gene dalam memilih pesantren?

[Gene]: Wa alaikum salam wr.wb. Memang ada masalah dengan sebagian pesantren. Masalah intinya adalah "pendidikan dan pengawasan". Tidak ada pelatihan bagi anak dan ustadz untuk waspada terhadap bahaya pencabulan. Jadi ketika ada kasus, anak tidak tahu mesti lapor ke mana, dan banyak ustadz (yang baik) tidak akan perhatikan satu anak yang tiba-tiba menjadi murung atau malas belajar. Malah anak itu bisa dimarahi.

Untuk dapat pendidikan agama yang bagus, pesantren merupakan solusi yang baik. Tolong ingat: Mayoritas dari anak yang dicabuli malah menjadi korban di rumah sendiri, atau dekat rumah, dengan orang yang dikenal: Bapak kandung, bapak tiri, paman tiri, kakek, bapaknya teman, tetangga, penjaga warung, guru sekolah, guru ngaji, teman sekolah, teman Facebook, dsb. Jadi hanya sebagian kecil dari kasus pencabulan terjadi di pesantren. Berarti orang tua tidak perlu ketakutan, tapi perlu waspada dan harus mendidik anak sendiri.

Pertama, sebelum kirim anak ke pondok, mendidiknya dulu di rumah. (Dibutuhkan pelatihan di semua pesantren, tapi jarang ada.) Jelaskan tentang pencabulan, sodomi dan pemerkosaan. Pakai nama2 alat kelamin yang benar (penis, vagina, anus) dan jelaskan bahwa "ada orang jahat" yang suka menyentuh alat kelamin anak, atau melakukan seks dengan anak. Dari usia 9-10 tahun ke atas, sudah boleh dijelaskan tentang hubungan seks secara sederhana. Hanya agar mereka memahami bahwa itu perbuatan untuk orang dewasa yang menikah, jadi anak tidak boleh.

Jelaskan bahwa kalau anak lain atau ustadz berusaha memegang kemaluan atau anus mereka, maka mereka harus melawan (pukul, tendang, cakar), teriak keras ("nggak mau"), melarikan diri, dan segera lapor pada orang dewasa. Tidak boleh takut pada ancaman apapun, karena biasanya itu ancaman kosong. Juga jelaskan bedanya antara orang jahat yang memegang kemaluan mereka dan membuat mereka takut, dan candaan teman kamar yang misalnya tampar pantat sejenak. Anak bisa memahami bedanya antara orang yang "bercanda" dan "berbuat jahat" (yang membuat mereka takut).

Kedua, anda harus mencari info sebanyak mungkin tentang latar belakang pesantren, kualifikasi guru, proses seleksi guru, dll. Jangan takut minta melihat CV dari semua guru. Tanya langsung tentang program pesantren untuk melindungi anak dari pencabulan. Makin banyak orang tua yang bertanya, makin banyak pengurus pesantren yang akan menyadari kebutuhannya pelatihan anti-pencabulan itu. Kalau ada "guru" yang tidak jelas asal usulnya atau pengalaman kerjanya, maka anda berhak bertanya lebih dalam dan protes.

Misalnya, anda harus bedakan antara seorang guru yang lulus kuliah, dan pernah menjadi ustadz di dua pesantren, dan orang lain yang hanya mondok sementara di usia remaja, tidak kuliah, dan tidak jelas riwayat kerjanya. Kalau tidak jelas guru itu dapat ilmu dan pengalaman dari mana, lebih baik cari pesantren lain yang proses seleksi gurunya lebih jelas. Insya Allah antara kedua hal itu (mendidik anak, dan periksa latar belakang pesantren dan para guru) sudah cukup. Berusaha sebaik mungkin untuk pilih tempat yang jelas, dan minta mereka ciptakan pelatihan bagi santri agar waspada terhadap bahaya pencabulan. Minimal harus ada poster di tembok: "Kalau anak alami perbuatan tidak menyenangkan, bisa dilaporkan kepada A, B, atau C kapan saja."

Semoga Allah SWT membantu anda dapat pondok yang cocok dan aman. Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto

27 June, 2021

Santri yang Tewas Usai Dikeroyok Gegara Uang Rp 100 Ribu Yatim Piatu

Apa bisa baca berita ini tanpa merasa sedih hati atau menangis? Seorang anak yatim piatu usia 15 tahun masuk pesantren. Karena tidak punya uang saku (siapa yang mau peduli pada anak yatim yang miskin?) dia akhirnya mencuri 100 ribu. Setelah ketahuan dan ditanyakan, anak ini jujur dan langsung mengaku bahwa dia yang mencuri. Setengah jam kemudian, dia dihajar sampai mati oleh beberapa anak senior.

Nasib anak yatim piatu di Indonesia! Menunggu bantuan dari pemerintah dan 200 juta anggota umat Islam, tapi tidak ada yang datang. Hanya anak yatim yang "beruntung" yang bisa dapat kepedulian yang baik, dan bantuan setiap bulan, dan yakin akan dapat masa depan yang sejahtera.

Bagaimana kalau Rasulullah SAW ada di sini, dan kita jelaskan bahwa negara akan habiskan uangnya untuk bangun sekian banyak jalan tol, pelabuhan, dan bandara, dan bahkan akan bangun sebuah ibukota yang baru? Dan di tengah umat Islam, penjualan rumah mewah, mobil mewah, dan perhiasan mewah meningkat terus? Tapi anak yatim dibiarkan miskin dan lapar, dan jarang bisa merasakan kasih sayang, bahkan bisa dihajar sampai mati setelah melakukan 1 kesalahan! Kira-kira Rasulullah SAW akan berikan komentar apa tentang kita? Apa bisa bangga? Atau sangat kecewa, dan malu mengakui kita sebagai umatnya?
-Gene Netto

Santri yang Tewas Usai Dikeroyok Gegara Uang Rp 100 Ribu Yatim Piatu
Charolin Pebrianti – detikNews, Sabtu, 26 Jun 2021 - Ponorogo - Santri M (15) asal Sumatera yang tewas dikeroyok empat santri lain gegara pengakuannya mencuri uang Rp 100 ribu, seorang yatim piatu.
https://news.detik.com

Dari hasil autopsi itu diketahui ada luka memar di kepala, lengan, tangan, dan wajah korban. "Dari pemeriksaan dalam ada pendarahan di rongga kepala sampai otak." "Itu yang menyebabkan gagal napas sehingga meninggal dunia," kata Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kediri, Tutik Purwanti saat ditemui di RSUD Dr Harjono Ponorogo, Kamis.
https://www.tribunnews.com

21 December, 2020

Apa Penggunaan Logika Perlu Dilarang Dalam Islam?

[Komentar]: Saya tdk setuju dg ust gene. Tdk perlu dicari2 logikanya utk yg memang kita tdk tahu alasannya, hanya demi memuaskan hasrat orang agar semua harus sesuai logika. Takutnya malah jadi bahan tertawaan jika salah.

[Gene]: Mohon maaf, tapi ini menjadi salah satu masalah besar di tengah umat Islam: Ketakutan pada logika, seakan-akan kalau manusia pakai logika, keimanan akan runtuh dalam sekejap jadi logika perlu dibuang, dan dianggap sebagai musuh. Cukup "taat" saja, tanpa perlu paham kenapa harus taat atau perlu taat pada "apa". Yang penting taat saja secara taqlid buta.

100. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
(QS. Yunus 10.100)

Ketika orang asing melihat Islam, salah satu hal yang membuatnya menjadi "tidak tertarik" untuk belajar adalah karena mereka mengamati umat Islam. Ketika non-Muslim bertanya kenapa mesti begini dan begitu, orang Muslim (dan banyak ustadz) menjawab kita harus taat saja, tanpa perlu paham. Otak dibuang jauh-jauh, logika dimatikan, dan jangan didengarkan. Diam dan taat saja. Jangan coba paham. Paham dengan logika adalah jalan kesesatan. Taat saja pada perintah mana saja dari siapa saja. Yang penting taat. Tidak perlu menggunakan otak dan akal yang Allah berikan.

Hasilnya apa? Banyak Muslim merasa nyaman dengan kondisi itu. Orang Muslim lain malah bingung karena pertanyaan mereka tidak mau dijawab, dan mereka disuruh diam dan taat, padahal Allah berikan mereka daya pikir yang sangat tajam dengan suatu tujuan. Mereka disuruh matikan keahlian berpikir logis yang Allah berikan karena "logika" adalah musuh. Jadi sebagian dari mereka menjadi bingung, kecewa, atau frustrasi, dan murtad.

Lalu, beberapa dari pemuda itu dibawa ke saya oleh orang tuanya utk konsultasi. Orang tuanya, dan banyak ustadz, sudah mendidik pemuda itu untuk abaikan logika dan hal itu membantunya menjadi murtad. Jadi, saya balas dengan jelaskan Islam secara logis, menjawab semua pertanyaan mereka secara logis, dan tidak menolak pertanyaan mereka yang sebelumnya ditanggapi dengan kemarahan. Hasilnya? Mereka jadi senang diizinkan gunakan logika lagi, senang pertanyaan mereka diterima dan dijawab, lalu mereka kembali ke Islam dan menjadi lebih kuat dalam keimanannya karena tahu bahwa logika boleh (dan perlu) digunakan dalam memahami agama.

114. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku."
(QS. Thaha 20:114)

Jangan salah paham. Kita tidak tunduk pada logika, dan tempatkan di atas agama, tapi malah sebaliknya: Kita taruh fondasi logis yang kuat di posisi bawah dan bangun ilmu agama yang berkualitas di atasnya. Allah berikan Islam kepada manusia yang mau berpikir dengan akal yang sehat. Jadi tidak ada alasan untuk merasa takut pada akal.

Banyak orang masuk Islam setelah mereka menggunakan AKAL yang sehat yang Allah berikan kepadanya. Sedangkan banyak orang yang Muslim dari lahir malah ketakutan pada akal dan logika, dan anggap kita lebih baik taat saja tanpa perlu paham. Kemajuan umat Islam hanya bisa tercapai kalau kita kaji kembali hubungan antara kita dan logika, dan siap menggunakan akal sehat yang Allah berikan kepada kita di dalam mempelajari agama dan juga semua ilmu yang ada di dunia.
-Gene Netto

18 November, 2020

Pesantren Di Sudan: Tempat Penyiksaan Anak Yang Belajar Al Qur'an

Investigasi dari BBC selama 18 bulan di negara Sudan. Wartawan menyamar sebagai ustadz dan masuk ke 23 pesantren di Sudan, yang disebut "khalwa" di sana. Yang ditemukan adalah anak yang disiksa, dirantai, dipukul, dihajar pakai rotan dan kayu, tidak diberikan bantuan medis, tidur di lantai, dikasih makanan seperti yg dikasih ke binatang, dan dipaksa mengemis di jalan dan berikan uang kepada kyai yang punya pesantren. Kalau tidak mencapai target, dihukum. Kalau coba melarikan diri, dihajar, dirantai, dan dipenjarakan. Ada anak yang dihajar sampai kulit punggungnya terkelupas, dan dia hampir mati. Ada yang menjadi cacat seumur hidup, dan ada yang meninggal dunia. Orang tua yang miskin di kampung kirim anaknya ke pesantren utk dapat pendidikan agama, dan setelah itu dilepaskan bertahun-tahun tanpa ketemu lagi, jadi orang tua tidak tahu tentang apa yang menimpa anaknya.

Banyak Muslim bingung kenapa orang non-Muslim tidak merasa terpesona dengan umat Islam dan malah membenci kita. Video BBC seperti ini menjadi bagian dari sebabnya. Ketika banyak anak disiksa atas nama "pendidikan agama", para ustadz setempat biarkan, dan tidak bersikap keberatan. Dan para ustadz di negara lain (seperti Indonesia) malas untuk mengetahui hal ini, dan hanya mau sebut "oknum" saja. Tidak ada rasa harus ikut bertanggung jawab terhadap kualitas umat Islam di seluruh dunia. Kalau umat Muslim ditindas di suatu tempat, Muslim di seluruh dunia teriak. Tapi ketika anak Muslim disiksa oleh ustadz atas nama agama, semuanya diam.

Jadi orang non-Muslim sering lihat hasil investigasi seperti ini dan mereka berpikir, "Begini caranya Muslim mendidik anaknya. Jangan heran kalau ada yang menjadi sadis. Lihat cara mereka dididik!" Saya sudah lihat banyak hasil investigasi seperti ini, dari berbagai negara. Tapi rata2 tidak menjadi berita di Indonesia, dan kalaupun menjadi berita, langsung dilupakan dalam 1 hari. Orang non-Muslim malah ingat bertahun-tahun, di saat orang Muslim sibuk buang muka dan tidak mau tahu. Kalau berani untuk memahami apa yang dilihat oleh orang non-Muslim ketika melihat umat Islam, silahkan tonton video ini.
-Gene Netto

PERINGATAN: Di video ini, anak Muslim disiksa dan dirantai oleh ustadz di dalam pesantren di Sudan. Jangan nonton kalau tidak sanggup melihatnya.

Video: Sudan khalwas: Undercover in the schools that chain boys
https://www.bbc.com/news/av/world-africa-54571814

Murid Sekolah di Negeri Ini Dirantai & Disiksa Guru, Tak Patuh Dijebloskan ke Penjara
Rabu, 21 Oktober 2020 16:08 WIB
https://www.indozone.id

26 August, 2020

Skabies di Pesantren: Rasulullah SAW Yang Salah, atau Banyak Ustadz Yang Salah?

Rasulullah SAW bersabda, ''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi, dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Assalamu’alaikum wr.wb. Kata orang Jepang, kalau anak belum memahami ilmu yang diajarkan kepadanya, dan bisa mengamalkannya untuk menjadi anggota masyarakat yang berkualitas, dia belum menjadi murid yang benar. Kata banyak ustadz, kalau anak belum kena infeksi kulit yang berdarah dan bernanah di tangan, kemaluan, pantat, perut, dan kaki, dia belum menjadi murid agama Islam yang benar. Apa Allah menyukai infeksi kulit? Anak yang belum kena infeksi membuat Allah sedih dan kecewa? Anak yang sudah kena infeksi penuh nanah membuat Allah bahagia? Begitu ajaran Islam untuk ratusan ribu santri? Dari mana asalnya "ilmu" itu?

Kalau tidak ada ayat suci Al Qur'an, atau hadits Rasulullah SAW, yang mengajarkan umat Islam untuk "muliakan" infeksi kulit yang berdarah dan bernanah sebagai "bagian dari proses pendidikan agama Islam", seharusnya kita bertanya, "Dari mana ajaran itu muncul?" Rasulullah SAW mengajarkan bahwa penderitaan satu orang Muslim seharusnya membuat Muslim lain ikut merasa sakit. Banyak ustadz dan santri mengajarkan bahwa infeksi dari skabies adalah normal, wajar, biasa, bagian dari proses menuntut ilmu, ujian dari Allah, belum kena penyakit kulit belum jadi santri, dsb.

Banyak orang minta hal ini tidak dibahas agar penderitaan anak kecil itu tidak diketahui oleh Muslim yg lain, karena yang penting adalah menjaga martabat ustadz, bukan melindungi anak Muslim dari penyakit. Kalau ajaran Rasulullah SAW bertolak belakang dengan ajaran dari banyak ustadz dan santri, kita seharusnya salahkan yang mana?

Semoga bermanfaat bagi orang Muslim yang siap menggunakan akal yg sehat untuk merenung tentang ajaran agama kita.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Gene Netto

Foto Parasit Skabies (Kudis)

Bagi orang yang belum tahu, ini foto parasit skabies (kudis, budug, korengan) yang makan kulit anak di pesantren, dan membuat luka dan nanah (setelah terinfeksi). Parasit adalah makhluk kecil seperti "serangga", seperti semut, tapi jauh lebih kecil. Parasit skabies itu gigit kulit, masuk ke dalam, membuat terowongan di bawah kulit, bertelur di situ, dan makan kulit terus. Keluar, dan pindah ke badan anak lain. Di badan satu anak, bisa ada ratusan ekor skabies di bawah kulitnya. Lubang masuk yang terbuka kena bakteri, menjadi terinfeksi, lalu menjadi penuh nanah. Mandi ribuan kali dan tinggal di kamar "bersih" tidak ada pengaruh terhadap hidup dan matinya parasit itu di bawah kulit.

Foto dua tangan berasal dari anak yatim di pesantren, yang dibiarkan dgn infeksi di kulit selama 6 bulan. Saya lakukan program pengobatan dengan teman saya Dr. Irwan dan tim medis, dan anak itu sembuh dalam 3 hari (semua anak lain juga sembuh). Di pesantren lain, ada anak yang mengaku sakit selama 5 tahun dengan luka di seluruh tubuhnya, dan paling parah di seluruh pantat dan kemaluan. Di Jakarta Selatan. Obatnya adalah salep scabimite dan antibiotik. Biayanya tidak sampai 100 ribu per anak.

Sayangnya, banyak orang protes dan anggap penyakit kulit ini normal, wajar, bagian dari kehidupan pesantren, yang bukan santri tidak akan paham, dan perlu dirahasiakan. Anehnya, tidak ada yang berkomentar begitu tentang demam berdarah atau TBC.
-Gene Netto 

 Foto Parasit Skabies (Kudis) 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto Parasit Skabies (Kudis)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar Skabies Masuk ke Kulit dan Membuat Terowongan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tangan Anak Yatim Sebelum Pengobatan




 

  

 

 

 

 

 

Tangan Anak Yatim 3 Hari Sesudah Pengobatan

  

 

Obat Scabimite (Obat salep, sering perlu minum antibiotic juga. Harap cek sama dokter dulu.)



Kenapa Banyak Ustadz Tega Melihat Santri Menderita dari Penyakit Kulit?

Assalamu’alaikum wr.wb. Saya dapat foto ini dari teman. Seorang anak di pesantren. Saya kaget dan bertanya itu penyakit apa? Lepra? Kanker? Ebola? Ternyata hanya skabies (atau kudis). Yang membuat saya bingung, sedih, dan kecewa adalah sikap banyak ustadz yang bisa melihat tangan anak seperti itu, penuh luka, infeksi, dan nanah, berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun, dan merasa bahwa itu "normal". Lalu diabaikan begitu saja.

Apa tidak ada rasa bersalah membiarkan anak kecil menderita dari penyakit yang bisa diobati dgn salep murah dan antibiotik? Dari pengobatan skabies yang pernah saya lakukan dgn kawan saya Dr. Irwan, cukup 80-100 ribu untuk mengobati 1 santri. Jadi kenapa banyak ustadz sanggup membiarkan anak kecil memegang Al Qur'an dgn tangan yang terinfeksi seperti itu? Di mana bentuk kasih sayang terhadap anak yang mereka ajarkan di masjid sebagai Sunnah Nabi? Di sebagian pesantren ada pepatah, "Belum kudisan, belum jadi santri." Tapi tidak ada pepatah belum kena demam berdarah atau TBC atau muntaber belum jadi santri. Kenapa hanya skabies yang "diagungkan" sebagai tanda menjadi santri?

Sayangnya, banyak ustadz terkesan tidak mau belajar, dan malah sibuk salahkan anak. Mereka tidak paham dan tidak peduli bahwa skabies itu disebabkan oleh parasit yg gigit kulit anak, dan bukan karena anak "salah mandi" dll. Bagaimana caranya mendidik para ustadz, agar mereka mau belajar ilmu medis dan memahami penyakit yang umum dialami anak, dan bisa merasakan kasih sayang terhadap anak, dan tidak mau membiarkan banyak anak menderita seperti ini setiap hari?
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Gene Netto



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...