Dari diskusi di blog saya, sepertinya ada yang salah paham argumentasi saya tentang pemilu, demokrasi dan golput. Biar lebih jelas, saya tulis di sini sebagai post baru (daripada di chatbox). Kalau mau berbeda pendapat, silahkan.
Ada orang yang menyuruh kita semua golput dengan argumentasi demokrasi haram, tidak ada dalil, dan harus ada sistem kekhalifaan yang menggantikan demokrasi. Mungkin ada yang anggap demokrasi itu berasal dari Amerika, padahal akar demokrasi ada di bangsa Yunani ribuan tahun yang lalu. Demokrasi yang paling tua sekarang ini adalah di Inggris, di mana, pada beberapa ratus tahun yang lalu, Raja (sebagai penguasa mutlak) melepaskan kekuasaan secara bertahap dan izinkan rakyat membentuk parlemen dan pemerintah, dan menciptakan hukum negara yang harus dituruti semua. Tindakan itu, secara pelan, menghasilkan sistem demokrasi yang kita kenal sekarang dan menjadi lebih lengkap di negara baru seperti Amerika, yang lepaskan diri dari kekuasaan seorang raja dan membentuk posisi presiden.
Mungkin ada yang anggap dari komentar saya bahwa saya menentang semua argumentasi untuk khalifa dan hukum syariah. Tetapi sebenarnya, saya lebih terfokus pada perlawanan terhadap sikap golput yang saya nilai sangat negatif untuk masa depan negara ini. Argumentasi saya bukan pendapat emosional (atau anti-Islam) tetapi argumentasi saya insya Allah hanya sebuah pendapat yang logis saja.
Coba berfikir seperti ini: Bayangkan ada dua partai saja di Indonesia, partai A dan B. Dari pengalaman, terbukti partai A penuh dengan koruptor, dan siap mendukung diktator, asal mereka dan para kroninya bisa kaya raya. Kehidupan masyarakat tidak dipedulikan selama para penguasa bisa kaya.
Kemudian, ada partai B. Dari pengalaman, partai ini punya banyak anggota yang insya Allah beriman dengan baik, jujur, adil, bijaksana, profesional dan mereka siap membentuk pemerintahan yang bersih demi kepentingan rakyat. (Partai B juga disebut “partai Islam”).
Di Indonesia ada sekitar 150 juta pemilih. Lalu orang yang ingin menentang demokrasi datang dan mengatakan "Demokrasi haram. Tidak ada dalil. Golput saja!" Setelah itu, 100 juta orang nurut dan menjadi golput. 50 juta orang yang tersisa dibujuk dengan sembako untuk pilih partai A, partai koruptor. Setelah partai A menang, uang negara kembali dirampas, orang kuat kembali berkuasa, pelanggaran HAM mulai terjadi di mana-mana, orang miskin tidak punya hak lagi, dan rakyat hidup dalam kesulitan.
Saat 100 juta orang yang golput itu merasa menderita lagi, mungkin mereka akan mengeluh kepada orang yang menyuruh mereka semua golput. Kalau keadaan seperti itu muncul, orang yang mendukung sikap golput akan berani katakan apa? Kalau saya lihat, hanya ada 2 jawaban yang wajar dari mereka (para pendukung golput).
Yang pertama, mungkin mereka akan mengatakan, "Kami bertanggung jawab. Kami salah menyuruh golput. Anak yatim dan orang miskin sudah banyak yang mati kelaparan sekarang karena kami menyuruh golput, dan oleh karena itu, partai koruptor menjadi berkuasa. Ini semua kesalahan kami yang menyuruh golput. Kami mohon maaf. Seharusnya kami izinkan kalian semua (orang yang beriman) memilih partai yg paling baik dan bersih dari pilihan yang ada."
Atau sebaliknya, mungkin yang menyuruh golput akan mengatakan, "Ini bukan kesalahan kami. Memang benar kami suruh golput, dan oleh karena itu 100 juta orang yang beriman menjadi golput semua. Sekarang, para koruptor kembali berkuasa. KPK sudah dibubarkan. Para penguasa yang dzalim kembali merampas hak masyarakat, dan banyak anak yatim serta orang miskin hidup dalam kesulitan dan bahkan ada banyak yang mati kelaparan. TETAPI JANGAN SURUH KAMI BERTANGGUNG JAWAB. Ini bukan kesalahan kami. Kami pengen punya khalifa saja. Kok belum ada ya?”
Artinya, setelah partai para koruptor berhasil mendapatkan kekuasaan (dengan cara apapun) dan negara menjadi lebih buruk, orang yang sebelumnya menyuruh golput mau katakan apa? Apakah mereka akan merasa BERTANGGUNG JAWAB atas kematian setiap anak miskin yang tidak bisa dapat nafkah hidup dari pemerintah karena uang rakyat dikorupsi terus? Atau apakah pendukung golput akan merasa TIDAK BERTANGGUNG JAWAB, dan tidak peduli pada keadaan masyarakat yang terwujud setelah 100 juta orang beriman menjadi golput, yang secara langsung memberikan kekuasaan pada partai koruptor?
Menurut saya, ini sebuah argumentasi logis di mana kita punya 2 pilihan yang jelas di depan mata. Kita bisa mendukung partai yang bersih, atau kita bisa abaikan hak memilih kita dan biarkan orang lain merampas kekuasaan. Kalau ada orang yang mau menyuruh kita semua golput, seharusnya mereka siap bertanggung jawab terhadap hasilnya nanti pada saat anak miskin tidak bisa hidup dan uang rakyat dihabiskan untuk kepentingan penguasa yang korup.
Kalau ada yang mau beragumentasi bahwa kita mesti mendukung khalifa saja, dan tidak boleh atau tidak usah mendukung partai politik, silahkan. Tetapi menurut saya, sebaiknya membersihkan sistem pemerintahan yang sudah ada terlebih dahulu. Sistem pemerintahan sudah ada di sini, sudah berjalan dengan struktur yang jelas, dan ada uang rakyat yang dikumpulkan dalam bentuk pajak. Jadi, pilihan yang tepat untuk sementara ini bukannya memilih antara demokrasi atau khalifa. Tetapi lebih baik bertanya “Uang rakyat, sebanyak RATUSAN TRILYUN Rupiah, sebaiknya ditaruh di tangan SIAPA?” dan setelah itu memilih partai A atau B.
Pertanyaan dan pilihan selain itu tidak penting pada saat ini.
Tugas orang yang beriman sekarang bukan berdebat panjang-lebar tentang perlunya menghancurkan sistem demokrasi (sekarang juga) dan menggantikannya dengan khalifa (sekarang juga). Tetapi tugas yang tepat adalah memilih SIAPA yang paling baik untuk mendapatkan kekuasaan terhadap uang negara tersebut, demi kepentingan masyarakat, terutama orang miskin dan anak yatim. Kalau dalam keadaan kita sekarang ini, ada orang yang mau menyuruh golput dengan alasan apa saja, itu sama dengan dia mengatakan “Saya tidak peduli kalau uang negara diserahkan kepada koruptor! Saya tidak mau memilih yang lebih baik, padahal saya sanggup (dengan ikut dalam pemilu). Biarkan saja koruptor menang. Bukan urusan saya. Dan kalau anak yatim tidak bisa dapat nafkah hidup dari pemerintah yang korup, juga bukan urusan saya.”
Anjuran saya adalah jangan menyuruh golput, tetapi menyuruh semua orang baik yang kita kenal untuk memilih partai yang paling bersih, paling penuh dengan orang yang beragama dengan baik, orang yang paling jujur, adil, bijaksana, mulia, baik hati, sabar, dan seterusnya. Mau mendukung partai mana saja silahkan, tetapi pastikan dulu lewat analisa sendiri bahwa partai tersebut lebih baik dari yang pernah berkuasa selama ini. Caranya bisa dengan banyak membaca koran, baca isi situs partai, bertanya kepada teman-teman dan orang tua, dan seterusnya. Setelah sudah pilih, jelaskan kepada orang lain alasan anda memilih partai tersebut, dan ajak mereka memperbaiki bangsa ini dengan menempatkan uang negara di tangan orang yang (menurut anda) paling baik untuk masa depan.
Setelah pemilu sudah selesai, dan pemerintahan Indonesia sudah ada di tangan orang yang lebih baik, dan uang negara sudah mulai disalurkan kepada pihak yang paling membutuhkannya, silahkan para pendukung khalifa mengadakan seminar yang membahas sistem kekhalifaan dan bagaimana bisa diimplimentasikan secara bertahap di Indonesia untuk menggantikan sistem demokrasi yang ada sekarang. Kalau masyarakat tertarik pada ide tersebut, mereka akan mendukungnya. Kalau tidak, mereka akan menolak dan setelah itu menjadi hak bagi para pendukung sistem khalifa untuk berjuang terus mengubah pikiran masyarakat lewat dialog.
Tetapi yang terpenting adalah jangan melakukan hal tersebut sebelum negara ini sudah ditangani oleh orang baik dan sudah menjadi negara maju. Kalau Indonesia sudah mirip Malaysia, Singapura, atau Australia, saya tidak akan menolak kalau ada yang mau golput dengan alasan lebih senang pada sistem kekhalifaan. Yang penting, negara sudah dalam kondisi yang baik, dengan pemerintah yang baik, dan tidak ada anak yang mati kelaparan lagi.
Kalau para pendukung khalifa (yang sekarang menyuruh golput) mau bicara, silahkan, tetapi tolong pastikan dulu bahwa pada saat berbicara tentang ide-ide dan filosofi politik yang tinggi, anak yatim dan orang miskin sudah dapat jaminan dari negara dan bisa makan, bersekolah dan berobat dengan baik. Tetapi kalau ada orang yang seenaknya menyuruh semua orang yang beriman golput, sehingga ada risko orang yang korup bisa berkuasa, maka nyawa anak yatim dan orang miskin adalah taruhannya. Apakah pendukung golput mau bertanggung jawab terhadap nyawa mereka bila koruptor menang dalam pemilu dan langsung mulai merampas harta negara?
Yang jelas, pendukung golput tidak bisa membiayai semua anak yatim dan orang miskin di seluruh nusantara, tetapi kalau uang negara sudah ditempatkan pada tangan orang baik, mungkin bisa. Jadi tanggung jawab kita sebagai orang yang beriman adalah untuk memastikan bahwa uang negara ditempatkan di tangan orang yang baik. Setelah itu, dan kalau target itu SUDAH tercapai, orang yang inginkan khalifa dipersilahkan membahas baik buruknya demokrasi dan sistem lain, dan sebarkan ide-ide itu kepada masyarakat. Tetapi JANGAN melakukannya sekarang, karena pada saat ini, masih ada anak miskin yang mati kelaparan. Kemarin saya baca di berita ada 3 kasus baru anak yang mati karena kurang gizi di Sulawesi. Dan hal itu bisa terjadi karena uang rakyat belum berada di tangan yang tepat.
Jadi, sekarang ada 2 PILIHAN yang jelas: taruh uang negara di tangan orang yang beriman dan bersih (siapapun itu), atau memilih golput alias TIDAK MAU TAHU uang negara ada di tangan siapa. Kita mau memilih yang mana?
Ada yang berprotes karena saya selalu mengatakan hal yang baik tentang suatu partai Islam. Tetapi hal itu hanya saya lakukan karena sudah dianalisa (seperti dijelaskan di atas). Kalau ada sebuah partai Islam yang anggotanya tidak dicari oleh KPK, dan tidak masuk penjara karena korupsi, dan tidak masuk penjara atas tindak pidana manapun (sepertinya penipuan, narkoba, pelanggaran HAM, pembunuhan, dan lain-lain.), dan di antara anggotanya ada 300 orang bergelar PhD (dan sebagian dari mereka adalah caleg sekarang), maka saya rasa sangat, sangat wajar bila semua orang yang beriman dan ingin memperbaiki negara ini mendukung partai tersebut.
Tetapi kalau ada orang yang mau mendukung partai yang lain, silahkan, asal sudah diperiksa dan diyakini sebagai partai yang anggotanya paling baik dan bersih dari semua pilihan yang ada.
Kalau ada orang yang ingin membuktikan adanya partai yang lebih baik dan lebih bersih daripada yang biasannya saya bahas, silahkan menjelaskan. Tidak mungkin ada sebuah partai yang sempurna, yang penuh dengan manusia yang sempurna. Tetapi tugas kita hanya sebatas mencari yang terbaik dari yang ada.
Kalau anda masih mau golput (dengan alasan apapun), silahkan. Tetapi sebelumnya, tolong siapkan puluhan trilyun rupiah untuk membiayai kehidupan anak yatim dan orang miskin karena mungkin anda perlu membiayai kehidupan mereka dengan uang pribadi anda. Atau apakah anda tidak mau bertanggung jawab terhadap mereka kalau para koruptor menang dalam pemilu disebabkan anda mengajak semua orang memilih golput?
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.,
Gene Netto