By Republika Newsroom
Senin, 15 Desember 2008 pukul 16:42:00
Bill Cosby pernah berkata, "Anda tidak benar-benar menjadi orang tua hingga memiliki anak kedua," Orang tua dengan satu anak mungkin agak sulit memahami ini. Sementara mereka dengan dua anak atau bahkan lebih, akan cepat menangkap maksud kalimat Bill. Pemeran The Cosby Show itu merujuk pada pertengkaran, percekcokan, yang relatif berlangsung terus menerus antar saudara kandung.
Tidak bisa dipungkiri, memiliki lebih dari satu anak memberikan kesempatan bagi mereka belajar banyak hal. Anak bisa belajar berbagi, bagaimana menjadi teman, mencintai dan berjalan bersama, juga bekerja sama dalam hubungan kakak dan adik. Ada banyak hal positif dalam kehidupan keluarga dengan lebih satu anak, meski bisa jadi ada orang tua yang berseloroh, "Tidak dalam keluarga saya,"
Pertengkaran yang kerap muncul di antara saudara kandung memang menjadi salah satu frustasi utama bagi orang tua. Sehingga tak heran, reaksi tipikal orang tua terhadap pertengkaran, salah satunya ialah berteriak, "Diam!" atau "Kalian membuat pusing!" atau mengancam, mengabaikan perasaan negatif anak yang sedang muncul, dan menentukan pemecahan solusi untuk anak secara sepihak. Semua reaksi itu, bisa ditebak, malah menjadi bahan bakar bagi pertengkaran lebih lanjut.
Salah satu kiat yang ditulis oleh positiveparenting.com, ketimbang bereaksi terhadap pertengkaran, orang tua lebih baik bersikap pro aktif, yakni berdiri di luar tanpa mental dan sikap menghakimi. Kadang anak membutuhkan kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu sendiri. Oran tua dapat mengajari cara bernegosiasi setelah periode tenang kemudian. Ajari anak untuk berkata, "Saya akan beri kami ini untuk itu," Ini setidaknya membantu mereka belajar win-win solution, atau semua sama-sama dapat. Kemampuan ini sangat diperlukan saat anak-anak kembali bersitegang hingga di masa depan mereka kelak.
Hal lain yang dapat dilakukan orang tua ialah menunjukkan kepercayaan jika anak-anak mereka dapat menyelesaikan sendiri. Salah satu contoh ucapkanlah, "Saya lihat ada dua anak dengan satu boneka, dan saya percaya kalian dapat mengatur sendiri berdua sehingga kalian sama-sama senang saat bermain,". Tentu nyatakan kalimat itu dengan aura keyakinan dan tinggalkan ruangan. Anda akan terkejut bagaimana mereka saling berbagi.
Atau bisa juga orang tua merunduk ke level anak-anak, dan dengan penuh kasih sayang meminta barang yang menjadi pokok pertengkaran atau menenangkan mereka. Sering kali anak-anak akan memberikan mainan yang diperebutkan. Awalnya Carol DeVeny, pemilik pusat pengasuhan anak sehari ,skeptis dengan cara ini. Setelah dilakukan, ia menuturkan dua bocah balita itu pun berhenti berkelahi, dan memberikan mainan pada Carol seraya berkata, "Kami akan berbagi mama,". Mendengar itu Carol pun sampai menitikkan air mata.
Terakhir, orang tua mesti mengingat untuk mengakui dan menerima bentuk emosi. Segala bentuk perasaan itu boleh, tapi tidak semua aksi dan tindakan diperbolehkan. Orang tua bisa saja berkata, "Kamu marah dengan kakakmu karena ia merusakkan truk mu. Kamu bisa katakan itu dengan kata-kata, tidak dengan pukulan,". Catat selalu, perasaan buruk perlu dikeluarkan sebelum orang beralih ke perasaan lebih baik, dan ajarkan anak untuk melakukan.
Sebaliknya ketika orang tua bereaksi terhadap pertengkaran dengan kekerasan, mereka justru--dengan tidak cerdas--menjadikan saudara sebagai musuh. Lagi pula di masa depan, generasi muda lebih membutuhkan kemampuan bernegosiasi dan bekerjasama dalam urusan pekerjaan maupun pribadi. Orang tua dapat mengawali mengajarkan skill penting itu sejak usia anak-anak, dan berpikir perbedaan luar biasa yang dapat mereka raih dalam hidup mereka./it
Sumber: Republika.co.id
Search This Blog
Labels
alam
(8)
amal
(97)
anak
(318)
anak yatim
(117)
bilingual
(22)
bisnis dan pelayanan
(6)
budaya
(8)
dakwah
(87)
dhuafa
(18)
for fun
(12)
Gene
(222)
guru
(64)
hadiths
(9)
halal-haram
(24)
Hoax dan Rekayasa
(34)
hukum
(69)
hukum islam
(51)
indonesia
(587)
islam
(559)
jakarta
(34)
kekerasan terhadap anak
(373)
kesehatan
(97)
Kisah Dakwah
(11)
Kisah Sedekah
(11)
konsultasi
(13)
kontroversi
(5)
korupsi
(28)
KPK
(16)
Kristen
(14)
lingkungan
(19)
mohon bantuan
(40)
muallaf
(53)
my books
(2)
orang tua
(10)
palestina
(34)
pemerintah
(138)
Pemilu 2009
(63)
pendidikan
(519)
pengumuman
(27)
perang
(10)
perbandingan agama
(11)
pernikahan
(11)
pesantren
(46)
politik
(127)
Politik Indonesia
(53)
Progam Sosial
(60)
puasa
(37)
renungan
(192)
Sejarah
(5)
sekolah
(90)
shalat
(10)
sosial
(324)
tanya-jawab
(15)
taubat
(6)
umum
(13)
Virus Corona
(24)
Popular Posts
-
[Kisah dari teman]: Kemarin di rumah ustadz ana yang punya ponpes. Katanya belum lama mengeluarkan belasan santri yang terlibat dalam kegiat...
-
Salah satu kata kesukaan orang Indonesia adalah: “Oknum”. Kalau ada orang-orang yang bercerita bahwa mereka mengalami suatu “masalah” di sek...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Ada berita tentang peringkat Indonesia di FIFA: Hanya bisa mencapai urutan 122 pada bulan Oktober 2025, dan tidak ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb., Seperti biasa, ini kisah rekayasa, dengan menggunakan nama orang yang benar. Prof. Fidelma O'Leary mema...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tahun 2024, tercatat 1,8 juta orang Indonesia melakukan Umrah dan 241 ribu orang melakukan Haji. Jadi totalnya ...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Pada tanggal 29 September, 2025, gedung baru dalam sebuah pesantren di Sidoarjo ambruk pada saat banyak anak melakuk...
-
Pertanyaan Assalamu'alaikum wr.wb., Saya mau bertanya kalau orang Muslim boleh mendoakan orang non-Muslim? Kalau ada teman atau sauda...
-
Banyak orang yang kerja sebagai “guru” hanyalah orang dewasa yang berdiri di kelas dan memberikan tugas kepada anak, TANPA memiliki ilmu yan...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf, apa pantas disebut “Tragedi Maut”? Bukannya itu kasus “kematian yang disebabkan oleh kelalaian” (yang bi...
-
Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Pak Menteri, tetapi apakah bapak sudah pegang data yang akurat, sehingga berani bilang jumlahnya sedikit?...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment