Dua buah berita yang sangat menarik. Coba dibaca keduanya,
dan direnungkan. Kalau analisa dari Barclays Capital ini benar, dan memang ada
hubungan antara pembangunan gedung tinggi dan krisis keuangan, maka apakah wajar
kalau semua aparat langsung setujui pembangunan gedung 111 lantai di Jakarta?
(Mungkin lebih baik berhati-hati, tetapi kalau “Pak Amplop” sudah bicara, segala
sesuatu bisa berubah menjadi “boleh”!) Kata Barclays, krisis keuangan terjadi
karena ada “alokasi investasi yang salah” yang menghasilkan gedung tinggi, tetapi
abaikan kebutuhan ekonomi yang lain.
Dan selain pembangunan gedung tinggi, ada juga rencana pemerintah
untuk membuat jembatan paling panjang (dan paling mahal) di dunia dari Banten
ke Lampung. Rencana itu sudah diseutjui oleh SBY dan akan segera mulai. Walaupun
bukan gedung, mungkin prinsipnya sama. Di saat separuh dari rakyat Indonesia hidup
dalam kemiskinan, Mega Proyek yang menjadi fokus pemeritah dan pengusaha.
Siap-siap saja menghadapi krisis ekonomi yang lebih parah di
sini!
Wassalam,
Gene
Gedung pencakar
langit dan krisis keuangan
Terbaru 11 Januari 2012 - 08:54 WIB
Pembangunan gedung pencakar langit terkait dengan terjadinya
krisis keuangan, menurut bank Barclays Capital. Contoh adanya "hubungan
tidak sehat" menurut badan perbankan ini termasuk pembangunan Gedung
Empire State di Amerika menjelang Depresi Besar dan gedung tertinggi saat ini,
Burj Khalifa, dibangun sebelum Dubai hampir bangkrut. Cina saat ini adalah
negara yang membangun paling banyak gedung pencakar langit, menurut bank itu.
India juga tengah membangun 15 gedung tinggi.
"Gedung-gedung pencakar langit di dunia merupakan tren
pembangunan gedung tinggi dan menunjukkan alokasi investasi yang salah,"
menurut analis Barclays Capital. Bank itu juga mencatat gedung pencakar langit
pertama di dunia, Equitable Life di New York, selesai dibangun tahun 1873 dan
bersamaan dengan terjadinya resesi selama lima tahun. Gedung itu dihancurkan
pada tahun 1912.