Search This Blog

Labels

alam (8) amal (100) anak (299) anak yatim (118) bilingual (22) bisnis dan pelayanan (6) budaya (8) dakwah (87) dhuafa (18) for fun (12) Gene (222) guru (61) hadiths (9) halal-haram (24) Hoax dan Rekayasa (34) hukum (68) hukum islam (52) indonesia (570) islam (556) jakarta (34) kekerasan terhadap anak (357) kesehatan (97) Kisah Dakwah (10) Kisah Sedekah (11) konsultasi (11) kontroversi (5) korupsi (27) KPK (16) Kristen (14) lingkungan (19) mohon bantuan (40) muallaf (52) my books (2) orang tua (8) palestina (34) pemerintah (136) Pemilu 2009 (63) pendidikan (503) pengumuman (27) perang (10) perbandingan agama (11) pernikahan (11) pesantren (34) politik (127) Politik Indonesia (53) Progam Sosial (60) puasa (38) renungan (178) Sejarah (5) sekolah (79) shalat (9) sosial (321) tanya-jawab (15) taubat (6) umum (13) Virus Corona (24)

18 March, 2007

Sekolah Swasta dan Bilingual: Bagian 5/5

MOHON ANAK YATIM DIPIKIRKAN JUGA

Dengan penuh kehormatan, saya sangat bermohon kepada para orang tua untuk memikirkan anak orang lain juga, dan bukan hanya anak anda sendiri di sekolah swasta yang cukup mahal. Barangkali sebagian besar dari orang tua yang membaca tulisan saya ini tergolong “orang mampu”. Tetapi ada banyak orang lain di negara ini yang sangat tidak mampu: anak yatim dan anak miskin. Kita bisa mengubah dunia mereka dengan pemberian kecil.

Saya mohon setiap orang tua mencari satu anak yatim atau anak miskin yang tinggal di dekat rumah anda dan berikan dia Rp. 500.000 per bulan. Boleh lebih, dan boleh ditambah dengan membiayai sekolahnya juga. Sebenarnya uang itu bukan untuk bayar uang sekolah, tetapi untuk si anak secara pribadi supaya dia bisa beli buku, komik, pencil, kertas, kreyon, lem, seragam (kalau sudah rusak), kaos kaki, sepatu, baju atau mainan. Kalau seorang anak yatim atau anak miskin diberikan uang berapa saja, dunia dia bisa berubah total. Mungkin dia menjadi lebih semangat belajar dan tidak putus asa seperti sebelumnya. Mungkin dia bisa berhenti jualan di pinggir jalan. Mungkin dia bisa beli mainan yang sebelumnya tidak pernah ada, dan sebagainya. Setiap bulan anda bisa bertanya tentang apa yang dia beli dengan uang anda pada bulan sebelumnya.

Cukup dimulai dengan satu anak saja supaya tidak terasa berat. Misalnya anak dari si Ibu yang punya warung rokok di depan rumah. Mulai dengan jumlah uang yang sekecil 200,000 yang insya Allah untuk kita yang tergolong mampu tidak akan terasa. Kalau mau memberikan lebih banyak uang, silahkan. Kalau mau memberikan kepada 10 anak sekaligus, silahkan. Yang penting adalah niat untuk membantu anak orang lain, terutama anak yatim. Satu anak cukup untuk permulaan.

Utamakan anak yang dekat rumah dulu. Bayangkan kalau seorang anak yatim di dekat rumah anda mendengar komentar dari orang lain bahwa anda sering pergi ke Tangerang dan Bogor untuk memberikan sumbangan berupa uang dan barang kepada anak yatim yang lain, tetapi anak itu dekat rumah anda tidak pernah mendapat apa-apa. Bukannya dia akan langsung sakit hati? Dia lebih berhak menerima duluan karena Allah telah menempatkan dia di sebelah anda supaya anda memperhatikannya. Anda malah ke tempat yang jauh untuk mencari orang yang “menderita”. Bantulah yang di depan mata dulu, yang lain bisa menyusul nanti, insya Allah.

Lihat baju di kamar anak anda. Kalau anak anda memiliki 30 kaos, berarti dia sanggup sumbangan 3-5 kepada anak yang lain. Anak anda harus disuruh memilih dan memisahkan baju sendiri untuk disumbangkan dan anak anda yang serahkan. (Biarkan dia pilih sendiri supaya anda tidak menyumbang salah satu baju favorit dia). Sesudahnya, ajak dia diskusi tentang keadaan dia sebagai anak yang mampu dan ajak dia mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan. Apakah anda pernah melakukan sujud syukur bersama dengan anak anda di kamarnya setelah dia dibelikan mainan baru? Kalau tidak pernah, apakah dia akan menjadi terbiasa bersyukur kepada Allah atau menjadi biasa dimanjakan dan dibelikan segala sesuatu yang dia inginkan?

Lihat koleksi buku di kamar anak anda. Kalau dia sudah memiliki puluhan sampai ratusan buku, yang jarang/tidak pernah dibaca (karena selalu sibuk main Play Station II) maka buku yang sudah tidak disenangi lagi bisa dia pilih dan memisahkan untuk disumbangkan. Bisa dikasih kepada anak yatim yang anda sponsori, bisa disumbangkan ke sebuah SD Negeri dekat rumah (cek dulu dengan Kepala Sekolah kalau buku itu cocok/dibutuhkan), dan juga bisa disumbangkan kepada yayasan sosial seperti Komunitas 1001 Buku.

Saya punya beberapa teman di organisasi ini dan saya yakin pada niat mereka yang sangat tulus untuk mengajak semua anak belajar membaca, termasuk anak yatim, anak miskin dan anak jalanan. Kalau anak anda sudah masuk SMP atau SMA, ataupun sudah lulus sekolah, diskusi dengan dia dan kalau dia setuju, serahkan semua buku anaknya kepada salah satu kelompok di atas. Yang jelas anak anda tidak membutuhkan lagi, dan buku itu hanya didiamkan saja di rak buku. Buku2 ini bisa mengubah dunia untuk anak kecil yang lain.

Jangan pikir dua kali, laksanakan saja. Silahkan coba yang sedikit dulu, dan kalau senang, tambahkan lagi.

Dan mungkin anda bisa bertanya kepada sekolah swasta anak anda tentang kenapa tidak ada beasiswa satupun untuk anak yatim masuk sekolah itu? Kata seperti “Social Responsibilty” ditempelkan di tembok dengan arti orang miskin akan diperhatikan, asal mereka tetap di luar saja. (“Kalau isi satu kursi di kelas dengan anak yatim yang pintar tapi tidak sangup bayar, sekolah akan rugi dong!”) Yang utama “social responsibility” duluan atau bisnis duluan? Kenapa tidak bisa sekaligus? Sebuah sekolah swasta bisa membuat suatu kebijakan: batas maksimum murid di setiap kelas di SD adalah 24 anak… dan yang ke 25 selalu disediakan untuk seorang anak yatim! Apa susahnya?

KENAPA GENE NETTO MEMBUAT ARTIKEL PENDIDIKAN?

Setiap bertemu dengan orang tua, dan orang tua itu tahu bahwa saya seorang guru, mereka bertanya terus2an tentang sekolah swasta ini dan itu, dan bertanya tentang sistem pendidikan, terutama program bilingual. Daripada saya harus menjelaskan terus, saya rasa menulis artikel lebih bermanfaat. Sekarang saya cukup minta orang tua membaca tulisan saya.

Insya Allah niat saya membuat artikel tentang pendidikan semata-mata karena Allah dan untuk kepentingan anak2, orang tuanya dan masa depan bangsa. Saya tidak dibayar oleh siapa pun untuk membuat artikel saya dan saya tidak mendapat untung apa pun dari siapa pun (saya malah dihujat oleh salah satu sekolah). Kalau seandainya ada orang tua yang berfikir bahwa saya ada tujuan spesifik untuk menjatuhkan atau mempromosikan sekolah2 tertentu, maka perlu dijelaskan bahwa saya tidak ada ikatan dengan sekolah manapun dan juga tidak “membenci” sekolah manapun. Saya independen dari semua sekolah dan hanya ingin menulis tentang pendidikan supaya orang tua bisa mendapatkan wawasan yang seluas mungkin, dan mendapat pandangan baru yang barangkali sebelumnya tidak pernah didapatkan dari pihak yang lain.

GURU INDONESIA MANA?

Saya justru merasa sangat sedih bahwa saya harus melakukan ini sendiri tanpa bantuan dari para guru Indonesia. Mereka mempunyai banyak sekali informasi tentang kualitas sekolah yang rendah atau tinggi, dan juga tentang masalah2 lain yang terjadi di sekolah, tetapi mereka rata2 tidak berani bicara langsung kepada orang tua. Mereka takut kalau seandainya mereka memberitahu informasi ini kepada orang tua, walaupun untuk kepentingan anak, si orang tua akan langsung telfon sekolah dan menyatakan “Guru anak saya mengatakan ABCD!!! Jelaskan kenapa bisa begitu!!” Kalau seandainya hal itu terjadi, guru sangat takut akan dipecat.

Semoga para guru Indonesia bisa mendapatkan keberanian untuk membantu saya menyadarkan para orang tua bahwa sekolah swasta yang mahal dengan gedung yang mewah belum tentu mewujudkan ilmu akademis pada anak dengan cara yang terbaik. Bisa jadi sekolah swasta tersebut memang luar biasa bagusnya dan sangat menjamin kualitas ilmu yang didapatkan anak2. Tetapi sekarang, insya Allah, para orang tua akan makin sadar bahwa sebuah yayasan yang hanya sekedar membangun gedung yang mewah, tidak secara automatis berarti bahwa mereka mengerti caranya mengelola proses pendidikan yang terjadi di dalamnya. Kalau orang tua sudah menyadari hal itu, dan matanya sudah terbuka, berarti tujuan saya sudah tercapai dan sekarang saya bisa mencari tugas lain yang lebih bermanfaat bagi orang tua dan anak yang beriman kepada Allah.

KESIMPULAN

Insya Allah orang tua sudah pahami semua yang saya jelaskan tentang sekolah swasta dan program bilingual sehingga tidak ada pertanyaan lagi. Mungkin pertanyaan dari orang tua tinggal satu saja: “Apakah Gene bisa memberikan kita daftar semua sekolah swasta dengan rangkin paling bagus sampai paling buruk?” Maaf, saya tidak punya daftar itu dan kalau saya berusaha untuk membuatnya, akan makan waktu yang lama sekali dan biaya yang besar untuk melakukan survei ke mana2. Dan hasilnya akan tetap subyektif sekali dan bukan obyektif. Di Jakarta Post saya baca bahwa ada 3.023 SD di Jakarta dan dari jumlah itu 762 adalah sekolah swasta, berarti 25% dari jumlah total. Apakah semuanya perlu diperiksa untuk menentukan sekolah mana yang terbaik?

Saya tetap tidak bisa memberikan referensi terhadap suatu sekolah tertentu kepada para orang tua. Padahal pasti ini yang paling diinginkan orang tua, dan saya memang mendapatkan banyak email seperti itu. Orang tua ingin “diberitahu” saja sekolah mana (Sekolah X) yang paling baik dari semua supaya mereka bisa berlomba2 masukkan anak mereka sebelum orang lain mengisi kursi.

Apakah itu saja yang perlu dilakukan? Memberitahu saja sekolah mana yang paling baik? Kalau saya menyebutkan sebuah nama, dan tiba2 Sekolah X itu “diserang” oleh dua ribu orang tua baru, sehingga pemilik sekolah melihat kesempatan buka cabang/franchise, apakah ada jaminan bahwa Sekolah X itu akan tetap bagus? Atau apakah juga sangat mungkin bahwa seorang pengusaha akan melihat kesempatan bisnis baru? Secara automatis sebagai sekolah terbaik se-DKI (menurut si Gene), biaya masuk akan naik tinggi. Dan pengurus sekolah akan berfikir “Hei, kita butuh lebih banyak guru Bule, dan kurikulum IB, dan Program Bilingual, dan gedung baru yang lebih mewah dari ini, dan Multiple Intelligences, dan, dan, dan…” karena inilah yang dikejar orang tua. Berarti sekolah akan berubah menjadi siap menyediakan apa saja yang ingin “dibeli” oleh dua ribu “customer” baru. Sebuah peluang bisnis baru yang baik sekali. (“Did I hear someone say Franchise?”).

Saya tidak yakin bahwa semua masalah di sekolah swasta ini akan diselesaikan, dan beban yang dirasakan orang tua akan hilang, hanya dengan menyebutkan nama sebuah sekolah yang (pada saat ini) tergolong baik. Justru dengan menyebut nama sekolah itu, kinerja sekolah bisa berubah total pada saat mereka melihat berapa banyak orang tua yang tiba2 hubungi sekolah karena mereka merasa “desperate” dan siap bayar mahal untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Dan harus diingat bahwa jumlah kursi di Sekolah X akan tetap sama dengan kemarin, dan barangkali sudah ada “waiting list”. Jadi kalau tiba-tiba ada 2 ribu (atau lebih?) orang tua yang ingin daftarkan anaknya karena mendapat referensi dari Gene, kira2 sekolah bisa melakukan apa? (“Did I hear someone say Franchise?”).

KESIMPULAN: PROGRAM BILINGUAL?

Apakah anak anda membutuhkan program bilingual di sekolah? Menurut saya, program bilingual ini tidak begitu utama.

Dari semua yang saya bahas di dalam artikel ini, insya Allah sudah jelas bagi orang tua bahwa terlalu banyak sekolah swasta (bukan semuanya) menyediakan program bilingual melalui proses “asal”! Mereka tidak memiliki kurikulum yang terbentuk untuk mewujudkan anak bilingual dengan cara terbaik, guru mereka tidak terlatih (terutama yang Bule), bantuan seperti Pull Out Program tidak ada karena sekolah tidak mengerti betapa pentingnya program itu untuk membantu anak baru, dan seterusnya. Sekolah ini hanya buru-buru menyediakan “barang” yang ingin dibeli oleh “customer” mereka.

Sekarang saya ingin memberikan dua pilihan kepada orang tua:

1. Utamakan ilmu akademis dan perkembangan kognitif (daya pikir) anak yang tinggi di dalam bahasa Ibunya, atau,
2. Utamakan bahasa Inggris.

Saya dengan sengaja tidak memberikan pilihan ketiga yaitu ilmu akademis yang tinggi dan sekaligus mendapat bahasa Inggris. Kenapa? Karena dari semua yang telah saya jelaskan di atas, saya sangat meragukan kemampuan dari sebgaian besar sekolah swasta baru di sini untuk mewujudkan kedua skil tersebut pada saat yang sama. Karena program bilingual dibentuk dengan cara “asal bikin” supaya mendapat customer, maka secara automatis ada dampak negatif terhadap ilmu akademisnya. Kalau bahasa anak tidak baik, bagaimana mungkin dia bisa memahami konsep yang rumit, yang di dalam bahasa Ibunya sudah cukup berat?

Karena sistem sekolah swasta di sini sudah sedemikian rusak (karena terpusat pada bisnis dan profit), maka saya hanya melihat dua pilihan nyata bagi orang tua: bahasa Inggris, atau ilmu akademis! Bahasa asing bisa didapatkan nanti di SMP dan SMA, dan walaupun ada kemungkinan anak tidak akan menjadi selancar Native Speaker, sebagai imbalan, dia bisa menjadi pintar sekali di dalam bahasa Ibunya.

Terus-terang saja, saya lebih ingin bertukar pikiran dengan seseorang yang kurang lancar dalam bahasa Inggris dan memiliki logat tebal, tetapi dari apa yang dia bicarakan langsung jelas bahwa dia adalah orang yang sangat pintar, daripada saya harus berbicara dengan seseorang yang sangat lancar, tetapi mohon maaf, dia agak bodoh dan pikiran dia terlalu sederhana!

Anda ingin mendapat anak seperti apa? Lancar dengan risiko kurang pintar, atau pintar dengan risiko kurang lancar dalam sebuah bahasa asing?? Silahkan berfikir sendiri.

Kalau seandainya kita berada di negara lain, seperti Kanada, dan sekolah yang kita bicarakan adalah sekolah negeri dan bukan swasta, dan ada ahli dari Diknas dan universitas yang terus2an memantau perkembangan program bilingual ini, maka saya akan hapus 90% dari artikel ini karena sudah tidak tepat lagi. Tetapi kita tidak berada di Kanada. Dan anak anda bukan dijaga dan diajar dengan sebaik mungkin, melainkan dijadikan sebuah kelinci percobaan di dalam sebuah program bahasa asing yang diadakan oleh sekelompok pengusaha.

Untuk kepentingan masa depan anak anda, saya mohon orang tua berfikir lagi tentang keutamaan program bilingual di sekolah swasta anak anda. Kalau anda merasa sangat yakin bahwa anak anda memang membutuhkan bahasa asing itu, silahkan saja daftarkan di sekolah bilingual, tetapi saya mohon agar anak dipantau terus untuk tanda2 stres, ganguan terhadap perkembangan daya pikir dan perkembangan ilmu akademisnya. Ini harus dilakukan oleh orang tua (walaupun barangkali tidak merasa sanggup) karena anda tidak bisa percaya kepada pihak sekolah untuk melakukannya dengan benar.

Kalau anda merasa ragu2 dan tidak bisa memutsukan antara Bilingual atau tidak, saya sarankan lebih baik untuk ditinggalkan saja untuk saat ini. Bahasa bisa didapatkan nanti (saya dapat bahasa Indonesia dari umur 20 tahun ke atas), tetapi gangguan terhadap emosi anak, rasa percaya diri, citra diri, daya pikir, dan ilmu akademisnya akan jauh lebih sulit untuk diperbaiki nanti kalau memang ada masalah yang muncul. Apalagi kalau baik sekolah maupun orang tua tidak menyadari ada masalah.

SELESAI

Tujuan saya membuat artikel tentang pendidikan hanya untuk membuka mata orang tua. Saya merasa sedih ketika ada orang tua bertemu dengan saya dan menyatakan ada niat mencabut anak dari Al Azhar (padahal tidak ada masalah) dan memindahkannya ke sebuah sekolah swasta yang baru yang memiliki gedung mewah, Bilingual, Multiple Intelligences, guru Bule, sangat mahal, dsb. Kalau saya bertanya kepada orang tua, Multiple Intelligences itu apa, atau program Bilingual disusun seperti apa, rata2 mereka tidak bisa menjawab. Karena sering mendengar istilah tersebut, mereka membuat asumsi bahwa sekolah yang mengadakan “barang” ini adalah sebuah sekolah yang jauh lebih maju daripada yang lain. Sayangnya, persepsi itu tidak benar. Dan menurut saya anak itu akan lebih baik kalau tetap pada Al Azhar saja, karena walaupun tidak sempurna, sudah jelas ada banyak lulusan yang berkualitas dan pihak sekolah itu tidak terbiasa melakukan “eksperimen” terhadap program pendidikan anak. (Sebuah sekolah swasta yang bilingual, tetapi tidak memiliki program yang benar, guru yang terlatih, dsb., justru sedang melakukan eksperimen pendidikan terhadap anak2 itu karena hasil yang diharapkan merupakan sebuah “tebakan”).

Bisa jadi ada sebuah sekolah swasta baru yang memang bagus sekali dan semua anak menjadi bilingual tanpa masalah. Pertanyaan saya adalah: apakah hal itu terjadi karena rencana sekolah memang terbentuk untuk mewujudkan hasil seperti itu? Atau apakah hal itu terjadi secara kebetulan saja? Dan apakah ada data yang menjelaskan nasib anak yang tidak berhasil? Orang tua harus waspada karena dalam hal ini, pemilik sekolah adalah pengusaha di atas segala2nya dan dia akan siap mengatakan apa saja yang ingin didengarkan orang tua supaya orang tua menjadi siap bayar! Pemilik sekolah belum tentu merupakan “teman” anda. Bisa jadi dia tergolong orang yang tidak jujur dan licik. Masalahnya adalah kita sulit untuk membedakan antara pemilik sekolah yang sungguh2 ingin mendidik anak anda dengan sebaik mungkin dan pemilik yang siap berbohong asal terima uang.

Apakah anda masih ingat kasus tukang ikan di Jakarta yang mengoleskan ikannya dengan “formalin”? Yang penting bagi dia adalah menjual ikan. (Tempo: Formalin di Makanan). Dia sama sekali tidak peduli pada kesehatan kita. Bisa jadi pemilik sekolah anak anda menyediakan Multiple Intelligences, Bilingual, guru Bule, Kurikulum IB dsb. dengan niat yang sama: yang penting hanya “menjual kursi” di dalam kelas! Barangkali dia tidak peduli pada apa yang terjadi pada anak anda pada 10-20 tahun mendatang! Tetapi kalau dia ditanyakan, dia pasti mengatakan “peduli”. Dan kalau si tukang ikan ditanyakan, dia pasti mengatakan bahwa ikannya “segar”. Orang tua harus tetap bertindak dengan waspada dan bijaksana, dan harus selalu siap menganalisa dan mengritik apa yang terjadi di sekolah.

Kalau saya mendapat informasi tentang satu atau beberapa sekolah swasta yang saya yakini bagus, saya akan membuat laporan di Blog/email dan membagi informasi itu dengan orang tua. Tetapi kalau sekolah itu benar2 “diserang” oleh orang tua yang ingin daftarkan anaknya, maka saya tidak tahu apa yang akan terjadi sesudahnya.

Terima kasih kepada semua orang tua atas waktunya untuk membaca tulisan saya, dan semua email positif yang telah dikirim kepada saya. Semuanya langsung dibaca, tetapi saya mohon waktu untuk membalas semuaya satu per satu. Semoga anak anda mendapatkan pendidikan yang baik dan bermutu di salah satu sekolah swasta, dengan pemantauan secukupnya dari anda. Amin amin ya robbal alamin.

Wabillahi taufiq walhidayah

Wassalamu’alaikum wr.wb.,

Mr. Gene Netto

Jakarta, March 18, 2007


[Bersambung]:

Komentar Sekolah Swasta dan Bilingual

Komentar Sekolah Swasta dan Bilingual - Bagian 1/5
https://genenetto.blogspot.com/2007/03/komentar-sekolah-swasta-bilingual-bag.html

Komentar Sekolah Swasta dan Bilingual - Bagian 2/5
https://genenetto.blogspot.com/2007/03/komentar-sekolah-swasta-bilingual-bag_10.html

Komentar Sekolah Swasta dan Bilingual - Bagian 3/5
https://genenetto.blogspot.com/2007/03/sekolah-swasta-bilingual-bag-35.html

Komentar Sekolah Swasta dan Bilingual - Bagian 4/5
https://genenetto.blogspot.com/2007/03/sekolah-swasta-bilingual-bag-45.html

Komentar Sekolah Swasta dan Bilingual - Bagian 5/5
https://genenetto.blogspot.com/2007/03/sekolah-swasta-bilingual-bag-55.html

Komentar Sekolah Swasta dan Bilingual - Bagian Appendix 
https://genenetto.blogspot.com/2007/03/sekolah-swasta-bilingual-appendix.html

7 comments:

  1. Pak gene,
    Ditunggu bukunya ya...

    ReplyDelete
  2. Hoi Pak Gene... BAGUSSSS.
    Baca web saya juga ya
    http://gifted-disinkroni.blogspot.com/
    http://si-entong.blogspot.com/
    http://juliavantiel.multiply.com/

    Julia Maria van Tiel

    ReplyDelete
  3. i know it's a little bit late to leave some comments but,,,

    Pak Gene..
    saya adalah seorang anak sma di jakarta yang sedang belajar di kelas bilingual yang bs dibilang prospeknya buruk dikarenakan oleh guru2 bilingualnya yang kurang kompeten dalam mengajar...
    dan dari keadaan in, melatar belakangi saya untuk membuat suatu karya ilmiah remaja menyangkut dengan bilingual dan dampaknya terhadap minat belajar siswa...
    dan tulisan2 anda telah sangat membantu penelitian saya..
    terima kasih....

    ReplyDelete
  4. Tinggalkan komentar kapan saja boleh.
    Saya senang kalau tulisan saya menjadi bermanfaat bagi orang lain.

    ReplyDelete
  5. Assalamu'alaikum Pak Gene...
    Saya sangat terkesan sekali dengan tulisan pak Gene yang pada akhirnya mengajak kita semua untuk mengingat orang lain yang juga membutuhkan dana untuk pendidikan. Memang, terkadang sebagai orangtua kita terlalu sayang kepada anak kita sehingga menginginkan yang terbaik untuk mereka dan bersedia membayar mahal untuk itu. Padahal, di negara kita ini (di antaranya tetangga kita) masih banyak anak2 yang tidak mampu, yang juga merupakan generasi penerus bangsa. Kalau bukan kita yang membantu mereka, siapa lagi? Kalau mereka nantinya menjadi maling atau penjahat hanya karena terpaksa untuk cari makan, yang salah kan kita2 juga? Saya juga sudah mulai belajar untuk membiayai anak pembantu tetangga saya yang tadinya dibiayai oleh gereja. Di lingkungan rumah saya ini banyak sekali anak2 kurang mampu yang dibiayai gereja. Saya khawatir nantinya mereka jadi murtad hanya karena orang2 kaya muslim di sekitarnya tidak peduli dengan nasib mereka.
    Sepertinya kalau tidak salah tahun 1998 saya pernah diajarkan bahasa inggris oleh pak Gene di ILP ya? waktu itu saya ambil kelas mixed local and native speakers. Kalau benar, saya senang sekali bisa menemukan anda lagi karena walaupun saya hanya diajar 1 term oleh pak Gene tetapi saya rasa you are so inspirational for me dengan mengajak siswa2 anda untuk berpikir kritis terhadap kebijakan2 pemerintah khususnya di bidang pendidikan.
    Pada waktu itu saya masih di D3 bahasa Inggris UI, dan sekarang saya sedang mengerjakan thesis saya di S2 Pendidikan Bahasa Inggris UPI Bandung. Kebetulan topik yang akan saya teliti adalah sekolah bilingual yang ada di Bandung. Tulisan pak Gene sangat membantu saya untuk mengetahui lebih lanjut permasalahan yang ada di sekolah bilingual di Indonesia sehingga saya dapat mengetahui harus memulai dari mana.
    Saya harap pak Gene mau membantu dan membimbing saya dalam penelitian saya ini.

    Wabillahi Taufiq wal Hidayah
    WAssalamu'alaikum Wr.Wb

    Fatma

    ReplyDelete
  6. Lebih baik Fatma kirim email pribadi kepada saya supaya lebih mudah dibalas. Wass.

    ReplyDelete
  7. tulisan Pak Gene yang bag 5 dari 5 tulisan ini (terakhir) malah membuat hati saya menangis.. anak yatim,,,yang terlupakan di lapangan pendidikan kita...miris.. sebelum membaca ini,, saya sendiri sudah merasa resah dan sedikit aneh dengan munculnya sekolah2 bilingual secara tiba2 dg megah dan dimana2,,tapi saat saya datangi,, kebanyakan mereka memang tidak mampu memperlihatkan kejelasan kurikulum seperti yang ditulisan ini.. ditunggu bukunya pak ^^

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...